Anda di halaman 1dari 43

 Karsinoma nasofaring adalah keganasan pada

nasofaring yang berasal dari epitel mukosa


nasofaring atau kelenjar yang terdapat di
nasofaring.
 Carsinoma Nasofaring merupakan karsinoma
yang paling banyak di THT. Sebagian besar
klien datang ke THT dalam keadaan terlambat
atau stadium lanjut.
 Nasofaring letaknya tertinggi di antara
bagian-bagian lain dari faring, tepatnya di
sebelah dorsal dari cavum nasi dan
dihubungkan dengan cavum nasi oleh koane.
Nasofaring tidak bergerak, berfungsi dalam
proses pernafasan dan ikut menentukan
kualitas suara yang dihasilkan oleh laring.
Nasofaring merupakan rongga yang
mempunyai batas-batas sebagai berikut :
 Atas : Basis kranii.
 Bawah : Palatum mole
 Belakang : Vertebra servikalis
 Depan : Koane
 Lateral : Ostium tubae Eustachii, torus

tubarius, fossa rosenmuler (resesus


faringeus).
 Pada atap dan dinding belakang Nasofaring

terdapat adenoid atau tonsila faringika.


 Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan
sebagai penyebab utama timbulnya penyakit
ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan
tetap tinggal disana tanpa menyebabkan suatu
kelainan dalam jangka waktu yang lama.
 Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu
mediator kebiasaan untuk mengkonsumsi ikan
asin secara terus menerus mulai dari masa
kanak-kanak, merupakan mediator utama yang
dapat mengaktifkan virus ini sehingga
menimbulkan Ca Nasofaring.
 Ikan asin, makanan yang diawetkan dan
nitrosamine.
 Keadaan social ekonomi yang rendah,
lingkungan dan kebiasaan hidup.
 Sering kontak dengan Zat karsinogen ( gas
kimia, asap industri, asap kayu, beberapa
ekstrak tumbuhan).
 Ras dan keturunan (Malaysia, Indonesia)
 Radang kronis nasofaring
Simtomatologi ditentukan oleh hubungan
anatomic nasofaring terhadap hidung, tuba
Eustachii dan dasar tengkorak
Gejala Hidung :
 Epistaksis : rapuhnya mukosa hidung
sehingga mudah terjadi perdarahan.
 Sumbatan hidung. Sumbatan menetap
karena pertumbuhan tumor kedalam rongga
nasofaring dan menutupi koana, gejalanya :
pilek kronis, ingus kental, gangguan
penciuman.
 Oklusi tuba Eustachii :
pertumbuhan tumor dapat
menyebabkan penyumbatan
muara tuba ( berdengung, rasa
penuh, kadang gangguan
pendengaran)
 Otitis Media Serosa sampai
perforasi dan gangguan
pendengaran
 Limfadenopati servikal : melalui
pembuluh limfe, sel-sel kanker dapat
mencapai kelenjar limfe dan bertahan
disana. Dalam kelenjar ini sel tumbuh
dan berkembang biak hingga kelenjar
membesar dan tampak benjolan dileher
bagian samping, lama kelamaan karena
tidak dirasakan kelenjar akan
berkembang dan melekat pada otot
sehingga sulit digerakkan.
Menurut bentuk dan cara tumbuh
 Ulseratif
 Eksofilik : Tumbuh keluar seperti polip.
 Endofilik : Tumbuh di bawah mukosa, agar

sedikit lebih tinggi dari jaringan sekitar


(creeping tumor)
Tipe WHO 1
 Karsinoma sel skuamosa (KSS)
 Deferensiasi baik sampai sedang.
 Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).
Tipe WHO 2
 Karsinoma non keratinisasi (terbentuk nya

keratin / zat tanduk).


 Paling banyak pariasinya.
 Menyerupai karsinoma transisional (berubah

dari satu bentuk kebentuk yg lain)


1.Perluasan ke atas : ke N.II
(optikus = ketajaman penglihatan)
dan N. VI (Abdusen = mengatur
gerakan kelopak mata) , keluhan
diplopia, hipestesi pipi
2. Sindrom petrosfenoid terjadi jika semua
saraf grup anterior terkena dengan gejala
khas :
 Neuralgia trigeminal unilateral (nyeri syaraf

perasa)
 Oftalmoplegia unilateral (kelumpuhan otot

bola mata ekstrensik)


 Amaurosis (kebutaan dan kemunduran daya

pikir)
 Gejala nyeri kepala hebat akibat penekanan

tumor pada duramater / selaput otak yg


keras
3. Perluasan ke belakang :
N.VII (Fasial = gerakan otot wajah)
N.XII (hipoglosus = gerakan lidah)
, trismus ( kejang otot kunyah
sehingga sukar utk membuka
mulut, sulit menelan,
hiperpalatum,faring dan
laring,gangguan respirasi,
hemiparalisis dan atrofi sebelah
lidah.
Manifestasi kelumpuhan :
• N IX ( Glosofaringeus = sensasi kecap) :
kesulitan menelan akibat hemiparese otot
konstriktor superior serta gangguan
pengecap pada sepertiga belakang lidah.
• N X ( Vagus = kontraksi laring, gerakan pita
suara, gerakan palatum mole) : Hipermukosa
palatum mole, faring dan laring disertai
gangguan respirasi dan salvias.
• N XI (Aksesorius = gerakan otot trafezius) :
kelumpuhan atau atropi otot-otot trapezius,
serta hemiparese palatum mole.
• N XII (hipoglosus = gerakan lidah) :
hemiparese dan atropi sebelah lidah.
TUMOR SIZE (T)
• T = Tumor primer
• T0 = Tidak tampak tumor
• T1 = Tumor terbatas pada satu lokasi saja
• T2 = Tumor dterdapat pada dua lokalisasi
atau lebih tetapi masih terbatas pada rongga
nasofaring
• T3 = Tumor telah keluar dari rongga
nasofaring
• T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan
telah merusak tulang tengkorak atau saraf-saraf
otak
• Tx = Tumor tidak jelas besarnya karena
pemeriksaan tidak lengkap
REGIONAL LIMFE NODES (N)
• NO = Tidak ada pembesaran
• N1 = Terrdapat pembesaran tetapi
homolateral dan masih bisa digerakkan
• N2 = Terdapat pembesaran kontralateral/
bilateral dan masih dapat digerakkan
• N3 = Terdapat pembesaran, baik
homolateral, kontralateral maupun bilateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitar

METASTASE JAUH (M)


• M0 = Tidak ada metastase jauh
• M1 = Metastase jauh
 Stadium I : T1 No dan Mo
 Stadium II : T2 No dan Mo
 Stadium III : T1/T2/T3 dan N1 dan Mo atau

T3 dan No dan Mo
 Stadium IV : T4 dan No/N1 dan Mo atau

T1/T2/T3/T4 dan N2/N3 dan Mo atau


T1/T2/T3/t4 dan No/N1/N3/N4 dan M1
 Nasofaringoskopi
 Rinoskopi posterior dengan atau tanpa
kateter
 Biopsi multiple
 Radiologi :Thorak PA, Foto tengkorak, CT
Scan, Bone scantigraphy (bila dicurigai
metastase tulang)
 Pemeriksaan Neuro-oftalmologi : untuk
mengetahui perluasan tumor kejaringan
sekitar yang menyebabkan penekanan atau
infiltrasi kesaraf otak, manifestasi tergantung
dari saraf yang dikenai.
 Radioterapi : hal yang perlu
dipersiapkan adalah KU pasien
baik, hygiene mulut, bila ada
infeksi mulut diperbaiki dulu.
 Kemoterapi
 Pembedahan
 Nyeri akut b/d agen injuri fisik (pembedahan).
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d ketidakmampuan pemasukan nutrisi..
 Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh
menurun
 Kurang pengetahuan tentang penyakit dan
perawatannya b/d misintepretasi informasi, ketidak
familiernya sumber informasi.
 Harga diri Rendah b/d perubahan perkembangan
penyakit, pengobatan penyakit.
 Setelah dilakukan askep selama 3 x 24 jam
tingkat kenyamanan klien meningkat, dan
dibuktikan dengan level nyeri: klien dapat
melaporkan nyeri pada petugas, frekuensi
nyeri, ekspresi wajah, dan menyatakan
kenyamanan fisik dan psikologis, TD
120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, RR: 16-
20x/mnt
 Control nyeri dibuktikan dengan klien

melaporkan gejala nyeri dan control nye


Manajemen nyeri :
 Lakukan pegkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
 Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri klien
sebelumnya.
 Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
 Kurangi faktor presipitasi nyeri.
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologis/non farmakologis)..
 Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,

distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..


 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
• Cek program pemberian analgetik; jenis,
dosis, dan frekuensi.
• Cek riwayat alergi..
• Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal.
• Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgetik.
• Berikan analgetik tepat waktu terutama saat
nyeri muncul.
• Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
 Setelah dilakukan askep selama 3×24 jam
klien menunjukan status nutrisi adekuat
dibuktikan dengan BB stabil tidak terjadi mal
nutrisi, tingkat energi adekuat, masukan
nutrisi adekuat
Manajemen Nutrisi
 kaji pola makan klien
 Kaji adanya alergi makanan.
 Kaji makanan yang disukai oleh klien.
 Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan

nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan


klien.
 Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan
nutrisinya.
 Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung

cukup serat untuk mencegah konstipasi.


 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

dan pentingnya bagi tubuh klien.


Monitor Nutrisi :
 Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.
 Monitor respon klien terhadap situasi yang

mengharuskan klien makan.


 Monitor lingkungan selama makan.
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak

bersamaan dengan waktu klien makan.


 Monitor adanya mual muntah.
 Monitor adanya gangguan dalam proses

mastikasi/input makanan misalnya


perdarahan, bengkak dsb.
 Monitor intake nutrisi dan kalori.
 Setelah dilakukan askep selama 3 x 24 jam
tidak terdapat faktor risiko infeksi pada klien
dibuktikan dengan status imune klien
adekuat: bebas dari gejala infeksi, angka
lekosit normal (4-11.000),
Kontrol infeksi :
 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien

lain.
 Pertahankan teknik isolasi.
 Batasi pengunjung bila perlu.
 Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci

tangan saat kontak dan sesudahnya.


 Pertahankan lingkungan yang aseptik selama
pemasangan alat.
 Lakukan perawatan luka dan dresing infus

setiap hari.
 Tingkatkan intake nutrisi.
 berikan antibiotik sesuai program.
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal.
 Monitor kerentanan terhadap infeksi..
 Pertahankan teknik aseptik untuk setiap

tindakan.
 Pertahankan teknik isolasi bila perlu.
 Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase.
 Inspeksi kondisi luka, insisi bedah.
 Ambil kultur jika perlu
 Dorong masukan nutrisi dan cairan yang

adekuat.
 Dorong istirahat yang cukup.
 Monitor perubahan tingkat energi
 Dorong peningkatan mobilitas dan latihan.
 Instruksikan klien untuk minum antibiotik

sesuai program.
 Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan

gejala infeksi.
 Laporkan kecurigaan infeksi.
 Laporkan jika kultur positif.
 Kaji tingkat pengetahuan klien
dan keluarga tentang proses
penyakit
 Jelaskan tentang patofisiologi

penyakit, tanda dan gejala serta


penyebab yang mungkin
 Sediakan informasi tentang

kondisi klien
 Siapkan keluarga atau orang-orang yang
berarti dengan informasi tentang
perkembangan klien
 Sediakan informasi tentang diagnosa klien
 Diskusikan perubahan gaya hidup yang

mungkin diperlukan untuk mencegah


komplikasi di masa yang akan datang dan
atau kontrol proses penyakit
 Diskusikan tentang pilihan tentang terapi
atau pengobatan
 Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan

atau terapi
 Dorong klien untuk menggali pilihan-pilihan

atau memperoleh alternatif pilihan


 Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi
 Anjurkan klien untuk mencegah efek samping
dari penyakit
 Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
 Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan

gejala yang muncul pada petugas kesehatan


 kolaborasi dg tim yang lain.
SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai