Anda di halaman 1dari 25

KARSINOMA

NASOFARING
DEFINISI

 Karsinoma nasofaring adalah keganasan pada nasofaring


yang berasal dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar
yang terdapat di nasofaring.
 Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh
di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa
Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring
merupakan tumor ganas didaerah kepala dan leher yang
terbanyak ditemukan di indonesia.
ETIOLOGI

 Penyebab timbulnya karsinoma nasofaring masih belum


jelas, namun banyak yang berpendapat bahwa berdasarkan
penelitian-penelitian epidemologik dan eksperimental, ada
faktor yang berpengaruh,yaitu:
1. Faktor genetik (ras mongolid)
2. Faktor virus (virus EIPSTEIN BARR)
3. Faktor lingkungan (polusi asap kayu bakar, bahan
karsinogenik,dll)
4. Radang kronis nasofaring.
5. Hormonal (esterogen tinggi)
6. Kebiasaan makan makanan panas / berpengawet
KLASIFIKASI CA NASOFARING

1. Klasifikasi menurut histopatologi menurut WHO(1982):


 Tipe WHO 1:
 Termasuk karsinoma sel skuamosa (KSS)
 Diferensiasi baik sampai sedang
 Sering eksofilik (tumbuh di permukaan)
 Tipe WHO 2:
 Termasuk karsinoma non keratinsisasi(KNK)
 Paling banyak variasi
 Menyerupai karsinoma transisional
 Tipe WHO 3 :
 Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD)
 Termasuk antara lain: limfoepitelioma,karsinoma anaplastik,”clear
cell carcinoma”, varian sel spindel
 Lebih radiosensitif ,prognosis lebih baik.
2. Menurut bentuk dan cara tumbuh
 Ulseratif
 Eksofitik
 Endofilik (creeping tumor)

3. Menurut lokalisasi
 Di fosa Resenmulleri
 Sekitar tuba Eustachius
 Dinding belakang nasofaring
 Atap nasofaring
Tanda dan gejala

Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4


bagian, yaitu antara lain:
1. Gejala nasofaring
Epistaksis ringan  sedikit/ banyak, berulang
sumbatan hidung  pilek bercampur darah, kadang2 bau
2. Gangguan pada telinga :
Obstruksi tuba (karena asal tumor dekat muara Tuba
Eustachius = Fosa Resenmuller) tinitus, rasa tidak
nyaman pada telinga, otalgia
3. Gangguan mata dan saraf
 Penjalaran melalui Foramen Laserum
-N. III & IV : ptosis dan ophtalmoplegi
- N.V (Trigeminus) : nyeri kepala daerah muka, trigeminal
neuralgia, mata, hidung, rahang atas dan bawah, lidah
- N.VI (Abducen) : M. Rectus Lateralis Bulbi  diplopia,
strabismus
 Penjalaran melalui Foramen Jugulare (Sind. Jackson)
- N. IX & X: paresis palatum mole, faring, gangguan menelan
- N. XI: gangguan fungsi M. Sternokleidomastoideus dan M.
trapezius
- N. XII: Deviasi lidah
 Sind. Unilateral: bila sudah mengenai seluruh saraf otak
4. Metastasis
 Melalui aliran getah bening
pembesaran kelenjar getah bening di leher dengan
posisi yang khas yaitu segitiga di bawah tip mastoid, di
belakang angulus mendibula, medial dari bagian atas M.
sternokleidomastoid

 Melalui aliran darah


ke hati, paru, ginjal, lien, tulang
Pemeriksaan fisik

 Inspeksi luar : wajah, mata, rongga mulut, leher


 Pemeriksaan penunjang :
a. Nasofaringoskopi
b. Rinoskopi anterior dan posterior
c. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan biopsi nasofaring
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu yaitu dari hidung dan
mulut. Dilakukan dengan anastesi topical dengan xylocain
10%
d. Radiologi : thorax PA,tomografi, CT-scan, bone
scantigraphy( bila dicurigai metastase tulang)
e. Pemeriksaan serologi untuk mengetahui epstein barr
Diagnosis
 Sering terlambat karena pasien berobat ke dokter mata,
saraf, gigi, bedah terlebih dahulu
 Trias Ca Nasofaring 
1. Tumor Coli – Gx hidung – Gx telinga
2. Tumor Coli – Gx hidung dan telinga – Gx intra kranial
(saraf dan mata)
3. Gx Hidung – Gx telinga – Gx intrakranial
-Tumor Coli
- epistaksis
-sefalgia

-Epistaksis
-refleks muntah
- Diplopia,
menurun
strabismus
-Hidung buntu
- tinitus, OMP
-- tinitus, OMP TRIAS

-Sefalgia -Tumor Coli


-Epistaksis -Diplopia,
-Tinitus, OMP - strabismus
Klasifikasi TNM (Union International Center Le Cancer 1992)

 T menggambarkan keadaan tumor primer, besar dan


perluasannya
T1 : Tumor terbatas pada nasofaring
T2 : Tumor meluas ke orofaring dan atau fossa nasal
T2a : Tanpa perluasan ke parafaring
T2b : Dengan perluasan ke parafaring
T3 : Invasi ke struktur tulang dan atau sinus paranasal
T4 : Tumor meluas ke intrakranial dan atau mengenai
saraf otak,fossa infratemporal,hipofaring atau
orbita
N menggambarkan keadaan kelenjar limfe regional
N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar
N1 : Terdapat pembesaran kelenjar ipsilateral <6 cm
N2 : Terdapat pembesaran kelenjar bilateral <6 cm
N3 : Terdapat pembesaran kelenjar >6 cm atau ekstensi
ke supraklavikular

M menggambarkan metastase jauh


M0 : Tidak ada metastase jauh
M1 : Terdapat metastase jauh
Berdasarkan TNM tesebut diatas, stadium penyakit dapat
ditentukan :
Stadium I : T1,N0,M0
Stadium IIA : T2a,N0,M0
Stadium IIB : T1,N1,M0,T2a,N1,M0 atau
T2b,N0-1,M0
Stadium III : T1-2,N2,M0, atau T3,N0-2,M0
Stadium IVA : T4,N0-2,M0
Stadium IVB : Tiap T,N3,M0
Stadium IVC : Tiap T,Tiap N,M1
Penatalaksanan
 Stadium I : Radioterapi
 Stadium II & III : Kemoradiasi
 Stadium IV dengan N < 6 cm : kemoradiasi
 Stadium IV dangan N > 6 cm : kemoterapi dosis penuh
dilanjutkan kemoradiasi
Terapi

A. Radioterapi merupakan pengobatan utama


B. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi
leher (berupa benjolan di leher yang tidak menghilang
pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran
dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dahulu
diperiksa dengan radiologik dan serologik),
C. Pemberian tetrasiklin , faktor transfer interferon ,
kemoterapi,seroterapi, vaksin dan antivirus.
D. Terapi adjuvan: kemoterapi
Perawatan Paliatif
 Mulut terasa kering disebabkan oleh kerusakan kelenjar
liur  makan banyak kuah, minum banyak, mengunyah
makanan asam
 Mukositis rongga mulut oleh karena jamur
 Leher kaku oleh karena fibrosis
 Sakit kepala, nafsu makan hilang, mual, muntah
 Tujuan: meningkatkan kualitas hidup pasien, pengurangan rasa
nyeri, mengontrol gejala, memperpanjang usia
 Meninggal karena keadaan yang buruk, perdarahan dari hidung
dan nasofaring yang tidak dapat dihentikan, metastase ke alat
vital
Follow Up
 Empat minggu setelah radiasi selesai dilakukan evaluasi
klinis dan biopsi.
- biopsi (-) + KU baik  biopsi ulang setiap bulan (tahun
pertama)
bila tetap (-)  biopsi ulang setiap 3 bln (tahun II), biopsi
ulang setiap 6 bulan (tahun III)
- biopsi (+)  radiasi ditambah (boster)
 Setelah dosis radiasi penuh
biopsi (+)  kemoterapi
Diagnosis banding

 Tbc nasofaring
 Adenoid persisten (pada anak)
 Angiofibroma nasofaring juvenilis (pada
laki-laki muda)
Prognosis
 Karena umumnya pasien datang pada stadium III/IV,
prognosis biasanya jelek

 Stadium dini (masih di dalam nasofaring)


baik  dapat hidup > 5 tahun
 Stadium lanjut ( metastase)
jelek  hidup < 3 tahun
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai