Anda di halaman 1dari 31

KNF perlu diketahui oleh Dokter Umum,

O.K.:
Sering dijumpai di Indonesia
Tumor ganas terbanyak di bidang THT
Sebagian besar awalnya datang pd
dokter umum
Sebagian besar datang sdh dlm
kondisi stadium lanjut (95%)
Pendahuluan
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas
yang tumbuh didaerah nasofaring dengan predileksi
di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring (Arima,
2006 dan Nasional Cancer Institute, 2009)
Di Indonesia, KNF menempati urutan ke-5 dari 10
besar tumor ganas yang terdapat di seluruh tubuh
dan menempati urutan ke -1 di bidang Telinga,
Hidung dan Tenggorok (THT). Hampir 60% tumor
ganas kepala dan leher merupakan KNF (Nasir,
2009).
ANATOMI
Nasofaring/epifaring
/rinofaring
Letaknya dorsal
cavum nasi koane
Nasofaring tidak bergerak
Berfungsi dalam proses
pernafasan dan ikut
menentukan kualitas
suara yang dihasilkan
oleh laring.
BATAS-BATAS NASOFARING
Anterior : Koane
Posterior : Setinggi Kolumna vertebra C1-2
Inferior : Dinding atas palatum mole
Superior : Basis kranii (os occipital &
sfenoid)
Lateral : Fossa Rosenmuller (resesus
faring) kanan & kiri, ostium tuba eustachius
kanan & kiri, torus tubarius kanan & kiri.
Pada atap dan dinding belakang nasofaring
terdapat adenoid atau tonsil faringeal.
ANATOMI
EPIDEMOLOGI
KNF dapat terjadi pada setiap usia, namun sangat
jarang dijumpai penderita di bawah usia 20 tahun
dan usia terbanyak antara 45 54 tahun. Laki-laki
lebih banyak dari wanita dengan perbandingan
antara 2 3 : 1 (Nasional Cancer Institute, 2009).
ETIOLOGI
Etiologi dari KNF dapat dibagi menjadi faktor ekstrinsik dan
faktor intrinsik.
1. Faktor Ekstrinsik
a. Epstein Barr Virus (EBV)
b. Faktor Lingkungan dan kebiasaan hidup
c. Bahan karsinogenik (nitrosamin, dll)
d. Iritasi menahun
e. Asap
f. panas, pedas
g. radang kronis (nasofaringitis kr)
h. Sosial-ekonomi

2. Faktor Intrinsik
a. Genetik
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Gejala dapat dibagi menjadi lima kelompok,
yaitu :
1. Gejala nasofaring
2. Gejala telinga
3. Gejala mata
4. Gejala saraf
5. Metastasis atau gejala di leher
Anamnesa & Gejala Klinik

Gejala dini:
Telinga : mendenging/grebek2
(tinitus), pendengaran
menurun, otalgi
Hidung : pilek lama, ingus/dahak
campur darah, buntu
hidung
MANIFESTASI KLINIK
Gejala lanjut:
Ekspansif:
ke depan menutup koane buntu
hidung
ke bawah mendesak palatum
bombans palatum
mole
Infiltratif:

ke atas melalui foramen laserum


ke
endokranium sindroma
petrosfenoidal, gejala :
sakit kepala
paresis N. VI (m. rektus lateralis)
strabismus, diplopi
paresis N. V & cabang2nya
trigeminal neuralgi
paresis N. III, IV
ptosis & oftalmoplegi
ke samping lewat foramen
jugulare, atau spatium parafaring
sindroma parotidean, gejala :
parese N. IX, X
sulit menelan, regurgitasi,
bindeng
Paresis N.XI
kelemahan otot bahu/leher
paresis N. XII
deviasi lidah, ggn menelan
HISTOPATOLOGI
KLASIFIKASI KNF (WHO)

Ada 3 tipe:
Karsinoma sel skuamosa (KSS) dengan
TIPE pembentukan bahan tanduk
Diferensiasi baik sampai sedang sering eksofilik
1 (tumbuh dipermukaan)
Karsinoma sel skuamosa tanpa pembentukan
bahan tanduk Karsinoma Non Keratinisasi (KNK)
TIPE 2 Paling banyak variasi
Menyerupai karsinoma transisional

Karsinoma tanpa diferensiasi undifferentiated Ca


(KTD)
TIPE 3 Termasuk karsinoma sel transisional & limfoepitelial)
Lebih radiosensitif dan prognosis lebih baik
Tumor tipe 2 dan tipe 3 lebih radiosensitif dan memiliki
hubungan yang kuat dengan virus Epstein-Barr (Chan dan
Felip, 2009).
KLASIFIKASI TNM
T Menggambarkan keadaan tumor primer, besar dan
perluasannya
Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 Tidak ditemukan adanya tumor primer
Tis Karsinoma insitu
T1 Tumor terbatas pada nasofaring

T2 Tumor meluas ke orofaring dan/atau fossa nasal


T2a Tanpa perluasan ke parafaring
T2b Dengan perluasan ke parafaring
T3 Invasi ke struktur tulang dan/atau sinus paranasal
T4 Tumor meluas ke intrakranial dan/atau mengenai saraf otak,
fossa infratempotal, hipofaring atau orbita
KLASIFIKASI TNM
N Menggambarkan keadaan kelenjar limfe regional

N0 Tidak ada pembesaran kelenjar

N1 Terdapat pembesaran kelenjar ipsilateral <6cm

N2 Terdapat pembesaran kelenjar bilateral <6cm

N3 Terdapat pembesaran kelenjar >6cm atau ekstensi ke


supraklavikular.
KLASIFIKASI TNM
M Menggambarkan metastasis jauh

M0 Tidak ada metastasis jauh

M1 Terdapat metastasis jauh


STADIUM PENYAKIT
Stadium I T1,N0,M0

Stadium IIA T2a,N0,M0

Stadium IIB T1,N1,M0,T2a,N1,M0 atau T2b,N0-1,M0

Stadium III T1-2,N2,M0 atau T3,N0-2,M0

Stadium IVA T4,N0-2,M0

Stadium IVB Tiap T,N3,M0

Stadium IVC Tiap T, Tiap N,M1


DIAGNOSIS
Pemeriksaan lokalis THT:
Otoskopi
Rinoskopi anterior:
1. Tumor endofilik : tidak jelas kelaiann di rongga hidung,
mungkin hanyak banyak sekret
2. Tumor eksofilik : tampak tumor di bagian belakang rongga
hidung, tertutup sekret mukopurulen, fenomena palatum
mole (-).
Rinoskopi posterior:
1. Tumor endofilik: tidak terlihat tumor, mukosa nasofaring
terlihat agak menonjol, tidak rata, dan vaskularisasi
meningkat.
2. Tumor eksofilik : tampak tumor kemerah
Faringoskopi dan laringoskopi, kadang faring menyempit
karena penebalan retrofaring, reflek muntah dapat (-)
DIAGNOSIS
Pemeriksaan leher : metastasis ke KGB leher
Paling sering metastasis ke KGB profunda
laterokranialis
Lokasi pembesaran KGB, kaudal dari ujung
mastoid, dorsal dari angulus mandibula,
medial dari m. Sternokleidomastoideus.
TRIAS GEJALA KNF

Tumor Leher Gejala


Gejala Telinga intrakranial
Gejala Hidung Gejala Telinga
Gejala hidung

Tumor leher
Gejala
Intrakranial
Gejala Hidung
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RADIOLOGIS
Pemeriksaan radiologis, yaitu:
Foto tengkorak (AP lateral, dasar tengkorak, waters)
CT scan/MRI
Foto torak (PA)
USG abdomen
Bone scintigraphy
Tujuan : menentukan :
1. lokasi, besar/luas tumor primer
2. Invasi tumor ke organ sekitar
3. Adanya destruksi tulang dasar tengkorak
4. Metastasis ke KGB leher
5. Metastasis jauh
6. Stadium tumor
PEMERIKSAAN PENUNJANG
BIOPSI
Dilakukan dengan anastesi lokal
Diarahkan pada tumor/daerah yang
dicurigai tumor
Biopsi minimal dilakukan pada dua tempat
(kanan & kiri)
Bila 3x hasil biopsi (-) sedangkan secara
klinis mencurigakan KNF maka biopsi dapat
diulang dengan anastesi umum.
Biopsi melalui nasofaringoskopi, bila pasien
trismus atau keadaan umum kurang baik.
Biopsi KGB leher, dengan aspirasi jarum
TERAPI
Radioterapi masih merupakan pengobatan utama dan
ditekankan pada penggunaan megavoltage dan
pengaturan dengan komputer.
kemoterapi masih tetap terbaik sebagai terapi adjuvant
(tambahan) ( Roezin,Anida, 2007 National Cancer
Institute,2009).
stadium I: radioterapi
stadium II & III : kemoradiasi
stadium IV dengan N < 6 cm : kemoradiasi
stadium IV dengan N > 6 cm : kemoterapi dosis penuh
dilanjutkan kemoradiasi.
Pengobatan pembedahan diseksi leher radikal dilakukan
terhadap benjolan di leher yang tidak menghilang pada
penyinaran (residu) atau timbul kembali setelah
penyinaran selesai.
PERAWATAN PALIATIF
Menghilangkan rasa nyeri
Mengontrol gejala
Memperpanjang usia
FOLLOW UP
Kekambuhan tersering terjadi kurang
dari 5 tahun, 5-15% kekambuhan seringkali
terjadi antara 5-10 tahun. Sehingga pasien
KNF perlu di follow up setidaknya 10 tahun
setelah terapi.
PROGNOSIS
Stadium dini : penderita dapat hidup lebih
dari 5 tahun
Stadium lanjut : penderita hidup kurang
dari 3 tahun

Karena umumnya penderita datang pada


stadium lanjut, prognosisya buruk
KIE
Umtuk pasien setelah radioterapi, mulut akan
terasa kering sehingga pasien harus banyak
minum dan makan-makanan berkuah, selain
itu dijelaskan efek lainnya seperti sakit
kepala, kehilangan nafsu makan, mual dan
muntah (Roezin,Anida, 2007).
Kesulitan yang timbul pasca pengobatan
lengkap adalah didapatkan residu tumor atau
terjadi kekambuhan terutama untuk 5 tahun
pertama, sehingga diperlukan monitoring
setidaknya hingga 10 tahun terapi.
DIAGNOSIS BANDING
TBC nasofaring
Adenoid persisten
Angiofibroma nasofaring
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai