Definisi, anatomi
Epidemiologi, Etiologi
dan Faktor Resiko
Gejala Klinis dan
Klasifikasi
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Komplikasi dan
Prognosis
DEFINISI
ANATOMI NASOFARING
Bagian teratas
faring
Nasofaring disebut
juga Epifaring
Letak di posterior
cavum nasi
Struktur dimulai
dari Basis Cranii
Palatum Molle
Fungsi Nasofaring
Struktur Pembentuk
Nasofaring
Dasar (Floor) di anterior dibentuk oleh Palatum Molle, dan tidak ada
yang membentuk di posterior Nasopharyngeal Istmus
(menghubungkan dengan orofaring)
Aliran Limfatik
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Etiologi pasti tidak diketahui pasti hanya saja
sering ditemukan keberadaan HPV pada
Carcinoma nasofaring (Sataloff 1st edition,
2016).
Lingkungan
polusi
udara,
rokok,
nitrosamine ( biasanya bersal dari ikan asin)
Patologi
HISTOPATOLOGI
(WHO)
3 bentuk:
Karsinoma sel skuamosa (berkeratinisasi)
Karsinoma tidak berkeratinisasi
Karsinoma tidak terdifferensiasi
(limfoepitelioma, sel transisional, sel spindle,
sel clear, anaplastik, dll)
Patofisiologi
Inactivation of tumor
suppressor genes on 3p, 9p,
11q, 13q, 14q, and 16q
alteration of oncogenes on
chromosomes 8 and 12 are
important in the
development of NPC (Hui et
al. 1999; Lo et al. 2000).
FAKTOR PREDISPOSISI
Letak geologis:
>> di daerah Cina
selatan, Asia
Tenggara
Ras:
Ras Mongoloid
Genetik
Jenis kelamin:
>> laki-laki
Pekerjaan
FAKTOR PREDISPOSISI
Kebiasaan
hidup
Infeksi
Kebudayaan
Sosial
ekonomi
Lingkungan:
iritasi bahan kimia,
asap sejenis kayu
tertentu, kebiasaan
memasak (bumbu
tertentu), makan
masakan panas
Gejala
nasofarin
g
Gejala
telinga
Gejala
mata dan
saraf
Metastasi
s/ gejala
di leher
1. Gejala
nasofaring
Hidung tersumbat
Sekret hidung
Epistaksis
Denasal speech
2. Gejala telinga
Tuli Konduksi
Otitis Media Serosa/Supuratif
Tinitus
Dizziness
Rasa tidak nyaman di telinga sampai
otalgia
4. Metastasis/ gejala di
leher
Diagnosa Banding
Limfoma Non-Hodgkin
Rabdomiosarkoma
Plasmacytoma
Chordoma
Adenoid Cystic Carcinoma
Melanoma (sangat jarang)
DIAGNOSIS
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Tambahan: Gold Standard
Biopsi Nasofaring
STADIUM
T0
T1
T2
T3
T4
= Tumor, menggambarkan
perluasannya
keadaan
tumor
primer,
besar,
dan
STADIUM
(cont)
STADIUM
N0
N1
N2
N3
STADIUM
(cont)
STADIUM
M = metastase, menggambarkan metastase jauh
M0 : tidak ada metastase jauh
M1 : terdapat metastase jauh
Berdasarkan TNM tersebut diatas, stadium penyakit dapat
ditentukan:
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0
Stadium III: T3 N0 M0
T1,T2,T3 N1 M0
Stadium IV
: T4 N0,N1 M0
Tiap T N2, N3 M0
Tiap T Tiap N M1
Pemeriksaan Penunjang
TERAPI
Stadium I
Stadium II &
III
Stadium IV,
N<6cm
Stadium IV,
N>6cm
radioterapi
kemoradiasi
Kemoradiasi
RADIOTERAPI
Masih merupakan
pengobatan utama
penggunaan meltavoltage
dan pengaturan
menggunakan komputer.
RADIOTERAPI
Respon thdp radioterapi dinilai dari pengecilan
kelenjar getah bening leher dan pengecilan tumor
primer di nasofaring.
Complete
Response :
menghilangkan
seluruh kelenjar
getah bening yang
besar.
Partial Response :
pengecilan kelenjar
getah bening
sampai 50% atau
lebih.
No Change : ukuran
kelenjar getah
bening yang
menetap.
Progressive Disease
: ukuran kelenjar
getah bening
membesar 25%
atau lebih.
RADIOTERAPI
Komplikasi dini
Biasanya terjadi
selama atau
beberapa minggu
setelah radioterapi,
seperti :
Komplikasi lanjut
Biasanya terjadi
setelah 1 tahun
pemberian
radioterapi, seperti :
Xerostomia - Mual-muntah
Mukositis (nyeri telan, mulut kering, dan
hilangnya cita rasa) kadang diperparah
dengan infeksi jamur pada mukosa lidah
dan palatum
Anoreksia
Xerostamia (kekeringan mukosa mulut
akibat disfungsi kelenjar parotis yang
terkena radiasi)
Eritema
Kontraktur
Penurunan pendengaran
Gangguan pertumbuhan
KEMOTERAPI
Masih terbaik sebagai terapi ajuvan (tambahan).
Kombinasi terbaik adalah dengan Cis-platinum sebagai
inti
Karsinoma menetap
dimana biopsi masih
positif
kemungkinan besar
Karsinoma menetap
meskipun tidak ada bukti
secara makroskopis.
KEMOTERAPI
Perdarahan
depresi sum-sum tulang yang
memudahkan terjadinya infeksi.
Traktus gastro intestinal
mual, muntah, anoreksia dan
ulserasi saluran cerna.
Sel rambut kerontokan
rambut.
TERAPI PEMBEDAHAN
Benjolan muncul
kembali setelah
penyinaran selesai,
tetapi tumor
induknya sudah
hilang serta tidak
ada metastase
jauh.
Diseks
i leher
benjolan di leher
yang tidak
menghilang pada
penyinaran
TERAPI PALIATIF
Mulut terasa kering (post
radiasi) saran: makan
banyak buah, sering minum,
makan makanan yg rasa
asam (rangsang keluar air
liur)
FOLLOW UP
KOMPLIKASI
1. Petrosphenoid
sindrom
Tumor tumbuh ke atas dasar tengkorak lewat foramen
laserum sinus kavernosus menekan saraf N.II , N. III,
N. IV, N.VI kelainan berupa:
N. V : Neuralgia
trigeminus
N. III : Ptosis
palpebra
N. III, N. IV, N. VI :
Ophthalmoplegia
KOMPLIKASI
2. Retroparidean
sindrom
Tumor tumbuh ke depan ke arah rongga hidung menginfiltrasi ke
sekitarnya.
Tumor ke samping dan belakang ke daerah parapharing dan retropharing
menekan saraf N. IX, N. X, N.XI, N. XII.
N. IX :
kesulitan menelan
dan gangguan
pengecapan pada
sepertiga belakang
lidah
N. X :
hiper / hipoanestesi
mukosa palatum
mole, faring dan
laring, gangguan
respirasi dan saliva
N XI :
kelumpuhan / atrofi
oto trapezius , otot
SCM, serta
hemiparese palatum
mole.
N. XII : hemiparalisis
dan atrofi satu sisi
lidah.
Sindrom horner :
kelumpuhan N.
simpaticus
servicalis
penyempitan fisura
palpebralis dan
miosis.
PROGNOSIS
Prognosis