Anda di halaman 1dari 50

Nasopharyngeal Cancer

Dr. Soehartono , Sp. THTKL


Amrina
Gayaathri
Claudio Wangta
Mertha Gracia Guswandha
Nuriesta Novianti

Definisi, anatomi
Epidemiologi, Etiologi
dan Faktor Resiko
Gejala Klinis dan
Klasifikasi
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Komplikasi dan
Prognosis

DEFINISI

Carcinoma adalah pertumbuhan baru yang


ganas terdiri dari sel-sel epithelial yang
cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya
dan
menimbulkan
metastasis.
(DORLAND.2002)

Nasopharyngeal carcinoma merupakan tumor


ganas yang berasal dari epithelial atau
mukoas pelapis ruangan dibelakang hidung
(nasofaring) dan ditemukan dengan frekuensi
tinggi di Cina bagian selatan (DORLAND.2002)

ANATOMI NASOFARING
Bagian teratas
faring
Nasofaring disebut
juga Epifaring
Letak di posterior
cavum nasi
Struktur dimulai
dari Basis Cranii
Palatum Molle

Fungsi Nasofaring

Konduksi Udara menuju laring dan trakhea

Ventilasi telinga tengah

Stabiliasi tekanan udara pada membran timpani

Elevasi Palatum Molle melawan dd. Posterior faring dan


Passavant Ridge membantu proses mengunyah dan
berbicara.

Ruang resonansi selama berbicara

Lokasi drainase untuk mukus yang disekresikan oleh


nasal dan kelenjar nasofaring

Struktur Pembentuk
Nasofaring

Atap (Roof) dibentuk basisphenoid dan basiocciput

Dinding Posterior dibentuk Arcus Atlas Vertebrae Cervicalis yang


dikelilingi Otot + Fascia Prevertebral

Dasar (Floor) di anterior dibentuk oleh Palatum Molle, dan tidak ada
yang membentuk di posterior Nasopharyngeal Istmus
(menghubungkan dengan orofaring)

Dinding Anterior disusun oleh choana

Dinding Lateral terdapat bagian faringeal Tube Eustachius (1,25 cm


di posterior meatus nasi inferior). Struktur ini di fiksasi oleh Torus
Tubarius. Di atas dan belakang struktur tersebut Fossa Rosenmuller
Lokasi Primer Ca Nasofaring

Aliran Limfatik

Limfatik Nasofaring (Adnoid dan Bagian akhir


Tuba di Faring) Cervical Node (melalui
limofonodi Retrofaring dan Parafaring)

Limfatik Nasofaring Cabang spinal


asesorius pada segitiga posterior regio colli.
Dapat juga menyebrangi garis tengah regio
colli untuk mensuplai limfonodi di
kontralateral

EPIDEMIOLOGI

Merupakan tumor ganas daerah kepala leher terbanyak


ditemukan di Indonesia

60% tumor ganas kepala leher tumor nasofaring

Berdasarkan lab PA merupakan tumor ganas terbesar ke


5

Insiden meningkat pada akhir dekade usia kedua


Mencapai puncaknya pada dekade ke-4 dan tidak menurun
setelahnya

Distribusi sex pria : wanita 2-3 : 1

ETIOLOGI
Etiologi pasti tidak diketahui pasti hanya saja
sering ditemukan keberadaan HPV pada
Carcinoma nasofaring (Sataloff 1st edition,
2016).

Genetik Ras China memiliki kerentanan


yang tinggi.

Lingkungan

polusi
udara,
rokok,
nitrosamine ( biasanya bersal dari ikan asin)

Patologi

Merupakan Karsinoma Sel Skuamosa Jenis


Karsinoma Sel Transisional paling sering
ditemukan (85%), bentuk limfoma (10%),
rhabdomiosarkoma (5%)

Bentuk Gross Tumor:


1.Proliferatif tumor polipoid mengisi
nasofaring nasal symptomps
2.Ulceratif epistaxis
3.Infiltratif pertumbuhan infiltrat
submukosa.

HISTOPATOLOGI

(WHO)

3 bentuk:
Karsinoma sel skuamosa (berkeratinisasi)
Karsinoma tidak berkeratinisasi
Karsinoma tidak terdifferensiasi
(limfoepitelioma, sel transisional, sel spindle,
sel clear, anaplastik, dll)

Patofisiologi
Inactivation of tumor
suppressor genes on 3p, 9p,
11q, 13q, 14q, and 16q

Most studies conducted


among the Chinese
population demonstrated an
increased risk of NPC for
individuals with HLA-A2.

alteration of oncogenes on
chromosomes 8 and 12 are
important in the
development of NPC (Hui et
al. 1999; Lo et al. 2000).

Cytochrome P450 2E1


(CYP2E1) is one of the
cytochrome P450s and is
responsible for the
metabolic activation of
nitrosamine

FAKTOR PREDISPOSISI

Letak geologis:
>> di daerah Cina
selatan, Asia
Tenggara

Ras:
Ras Mongoloid

Genetik

Jenis kelamin:
>> laki-laki

Pekerjaan

FAKTOR PREDISPOSISI

Kebiasaan
hidup

Infeksi

Kebudayaan

Sosial
ekonomi

Lingkungan:
iritasi bahan kimia,
asap sejenis kayu
tertentu, kebiasaan
memasak (bumbu
tertentu), makan
masakan panas

GEJALA DAN TANDA

Gejala
nasofarin
g

Gejala
telinga

Gejala
mata dan
saraf

Metastasi
s/ gejala
di leher

1. Gejala
nasofaring

Hidung tersumbat
Sekret hidung
Epistaksis
Denasal speech

2. Gejala telinga
Tuli Konduksi
Otitis Media Serosa/Supuratif
Tinitus
Dizziness
Rasa tidak nyaman di telinga sampai
otalgia

3. Gejala mata dan saraf

Diplopia (N. Cranialis III, IV, VI)


Neuralgia trigeminal (invasi N. Cranialis V melalui
Foramen Lacerum)
Exophtalmus hingga kebutaan (invasi N.Cranialis II pada
apex orbita)
Sindrom Jackson (N. Cranialis IX, X, XI, XII)
Sindrom unilateral
Destruksi tulang tengkorak
Sindrom Horner (Invasi rantai simpatis regio cervicalis)
Trotters Triad Tuli Konduksi + Neuralgia
Temporoparietal Ipsilateral + Paralisis Palatum (CN. X)

4. Metastasis/ gejala di
leher

Benjolan di leher (metastase nodus


limfatikus) 75% pasien

Metastase jauh tulang, paru-paru,


hepar

Gejala KNF (Frekuensi


tertinggi)

Limfadenopati Cervical (60-90%)


Tuli Konduksi
Hidung Tersumbat
Epistaksis
Kelumpuhan Nervus Cranialis
Sakit Kepala
Otalgia
Nyeri leher
Penurunan berat badan

Diagnosa Banding
Limfoma Non-Hodgkin
Rabdomiosarkoma
Plasmacytoma
Chordoma
Adenoid Cystic Carcinoma
Melanoma (sangat jarang)

DIAGNOSIS
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Tambahan: Gold Standard
Biopsi Nasofaring

STADIUM
T0
T1

tidak tampak tumor

T2

tumor meluas lebih dari 1 lokasi, tetapi masih di dalam


rongga nasofaring

T3

tumor meluas ke kavum nasi dan/atau orofaring

T4

tumor meluas ke tengkorak dan /sudah mengenai saraf


otak

tumor terbatas pada 1 lokasi nasofaring

= Tumor, menggambarkan
perluasannya

keadaan

tumor

primer,

besar,

dan

STADIUM

(cont)

STADIUM
N0

tidak ada pembesaran kelenjar

N1

terdapat pembesaran kelenjar homolateral yang masih


dapat digerakkan

N2

terdapat pembesaran kelenjar kontralateral/ bilateral


yang masih dapat digerakkan

N3

terdapat pembesaran kelenjar baik homolateral,


kontralateral atau bilateral yang sudah melekat pada
jaringan sekitar

N = Nodul, menggambarkan keadaan kelenjar limfe regional

STADIUM

(cont)

STADIUM
M = metastase, menggambarkan metastase jauh
M0 : tidak ada metastase jauh
M1 : terdapat metastase jauh
Berdasarkan TNM tersebut diatas, stadium penyakit dapat
ditentukan:
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0
Stadium III: T3 N0 M0
T1,T2,T3 N1 M0
Stadium IV
: T4 N0,N1 M0
Tiap T N2, N3 M0
Tiap T Tiap N M1

Mengindikasikan carcinoma insitu (Tis) tanpa metastase ke KGB


atau pun metastase jauh

Adanya tumor terbatas dalam satu lokasi (T1) tanpa


metastase ke KGB (N0) atau pun metastase jauh (M0)

Adanya tumor lebih dari 1 lokasi namun masih dalam nasofaring


(T2) tanpa metastase ke KGB (N0) atau pun metastase jauh (M0)

Adanya tumor T1 atau T2 dengan metastase ke


KGB (N1) namun tidak terdapat metastase jauh
(M0)

Adanya tumor dalam nasofaring T1 atau T2, dengan


metastase ke KGB (N1 atau N2) namun tanpa metastase jau
(M0)
Tumor yang meluas ke cavum nasi atau orofaring (T3) dengan
atau tanpa nodul pada KGB (N0, N1, N2) dan tanpa
metastasis jauh (M0).

Tumor yang sudah meluas ke tengkorak (T4) tanpa


pembesaran kelenjar getah bening (N0) atau penyebaran
hanya ke satu KGB ipsilaterlat (N1), dan tanpa metastasis
(M0).
Semua T dengan pembesaran KGB kontralateral (N2), dan
tanpa metastasis (M0).

Semua tumor (any T) dengan pembesaran kelenjar yang


sudah melekat dengan jar sekitarnya (N3a, N3b), namun
tanpa metastasis (M0).

Beberapa tumor (adanya T dan N) dimana


terdapat penyebaran jauh (M1)

Pemeriksaan Penunjang

Ro Kepala + CT Scan menggambarkan


erosi tulang pada basis cranii +
mengetahui metastase ke intracranial
Nasopharyngeal
mirror or
nasopharyngoscope
EBV antibody titer
Biopsy
Endoscopy
Skull X-rays
CT scans
MRI
PET Tomography

TERAPI
Stadium I

Stadium II &
III

Stadium IV,
N<6cm

Stadium IV,
N>6cm

radioterapi

kemoradiasi

Kemoradiasi

kemoterapi dosis penuh


dilanjutkan kemoradiasi

RADIOTERAPI
Masih merupakan
pengobatan utama
penggunaan meltavoltage
dan pengaturan
menggunakan komputer.

Dosis radiasi berkisar


antara 6000 7000 rad
dalam waktu 6 7 minggu
dengan periode istirahat 2
3 minggu (split dose).

Alat cobalt 60,


megavoltageorthovoltag
e

RADIOTERAPI
Respon thdp radioterapi dinilai dari pengecilan
kelenjar getah bening leher dan pengecilan tumor
primer di nasofaring.

Penilaian respon radiasi berdasarkan kriteria WHO :

Complete
Response :
menghilangkan
seluruh kelenjar
getah bening yang
besar.

Partial Response :
pengecilan kelenjar
getah bening
sampai 50% atau
lebih.

No Change : ukuran
kelenjar getah
bening yang
menetap.

Progressive Disease
: ukuran kelenjar
getah bening
membesar 25%
atau lebih.

RADIOTERAPI
Komplikasi dini
Biasanya terjadi
selama atau
beberapa minggu
setelah radioterapi,
seperti :

Komplikasi lanjut
Biasanya terjadi
setelah 1 tahun
pemberian
radioterapi, seperti :

Xerostomia - Mual-muntah
Mukositis (nyeri telan, mulut kering, dan
hilangnya cita rasa) kadang diperparah
dengan infeksi jamur pada mukosa lidah
dan palatum
Anoreksia
Xerostamia (kekeringan mukosa mulut
akibat disfungsi kelenjar parotis yang
terkena radiasi)
Eritema

Kontraktur
Penurunan pendengaran
Gangguan pertumbuhan

KEMOTERAPI
Masih terbaik sebagai terapi ajuvan (tambahan).
Kombinasi terbaik adalah dengan Cis-platinum sebagai
inti

Indikasi terapi adjuvant bila setelah mendapat terapi


utama yang maksimal:

Karsinoma menetap
dimana biopsi masih
positif

kemungkinan besar
Karsinoma menetap
meskipun tidak ada bukti
secara makroskopis.

pada tumor dengan


derajat keganasan tinggi
(tingginya resiko
kekambuhan dan
metastasis jauh)

KEMOTERAPI

Komplikasi jangka pendek:

Komplikasi jangka panjang:

Perdarahan
depresi sum-sum tulang yang
memudahkan terjadinya infeksi.
Traktus gastro intestinal
mual, muntah, anoreksia dan
ulserasi saluran cerna.
Sel rambut kerontokan
rambut.

toksisitas terhadap jantung, yang


dapat dievaluasi dengan EKG
toksisitas pada paru kronik
fibrosis pada paru.
toksisitas pada hepar dan ginjal
lebih sering terjadi evaluasi
dengan fungsi faal hepar dan faal
ginjal
Kelainan neurologi

TERAPI PEMBEDAHAN

Benjolan muncul
kembali setelah
penyinaran selesai,
tetapi tumor
induknya sudah
hilang serta tidak
ada metastase
jauh.

Diseks
i leher

benjolan di leher
yang tidak
menghilang pada
penyinaran

TERAPI PALIATIF
Mulut terasa kering (post
radiasi) saran: makan
banyak buah, sering minum,
makan makanan yg rasa
asam (rangsang keluar air
liur)

Mengurangi rasa nyeri

Mengontrol gejala yang


muncul

FOLLOW UP

Pemeriksaan klinis, CT Scan ulang 2-3


bulan setelah radioterapi

Tiap 3 bulan(2 tahun pertama) tiap 6


bulan(2 tahun berikutnya) setiap tahun
(10 tahun pascaterapi)

KOMPLIKASI

1. Petrosphenoid
sindrom
Tumor tumbuh ke atas dasar tengkorak lewat foramen
laserum sinus kavernosus menekan saraf N.II , N. III,
N. IV, N.VI kelainan berupa:

N. V : Neuralgia
trigeminus

N. III : Ptosis
palpebra

N. III, N. IV, N. VI :
Ophthalmoplegia

KOMPLIKASI

2. Retroparidean
sindrom
Tumor tumbuh ke depan ke arah rongga hidung menginfiltrasi ke
sekitarnya.
Tumor ke samping dan belakang ke daerah parapharing dan retropharing
menekan saraf N. IX, N. X, N.XI, N. XII.

N. IX :
kesulitan menelan
dan gangguan
pengecapan pada
sepertiga belakang
lidah

N. X :
hiper / hipoanestesi
mukosa palatum
mole, faring dan
laring, gangguan
respirasi dan saliva

N XI :
kelumpuhan / atrofi
oto trapezius , otot
SCM, serta
hemiparese palatum
mole.

N. XII : hemiparalisis
dan atrofi satu sisi
lidah.

Sindrom horner :
kelumpuhan N.
simpaticus
servicalis
penyempitan fisura
palpebralis dan
miosis.

PROGNOSIS

5-years survival rate dengan hanya


diradioterapi:
stadium I (85-95%)
stadium II (70-80%)
stadium III & stadium IV (24-80%)

Prognosis

Usia pasien -> lebih baik pada usia muda


Staging klinis
Lokasi metastase regional
Metastase homolateral lebih baik dari kontralateral
Faktor prediktif histopatologi, prognosis lebih buruk jika
didapatkan satu atau lebih dari kriteria berikut,
Karsinoma sel skuamosa keratinisasi
Didapatkan tanda pleomorfis dan atau anaplasia
Proliferasi sel yang tinggi
Kurangnya infiltrate limfositik
Banyaknya mikrovesel
Prognosis buruk:
Keterlibatan nervus kranial, nervus orbita, dan intrakranial

Anda mungkin juga menyukai