Anda di halaman 1dari 68

Clinical Science Session

Karsinoma Nasofaring

Dhianisa Salsabila 1810311059


Nabila Syifa Aqdira 1810311041
Prissy Mahisa Sandra 1710312099

Preseptor : dr. Jacky Munilson, Sp.THT-KL(K), FICS


Pendahuluan
PENDAHULU
AN

Indonesia : urutan no. 4 (setelah kanker


Prevalensi tertinggi di Cina (28,3 kasus serviks, payudara, paru)
per 100.000 ), Indonesia, Vietnam,
Kanker Kepala dan Leher  urutan no.
India, dan Malaysia.
1

Karsinoma
Nasofaring
Insidensinya mencapai 6 kasus per
Prevalensi terendah berada di US, 100.000 penduduk, yang artinya: akan
Amerika, dan Eropa ada setidaknya 1000 orang yang
terdiagnosis KNF setiap bulan
Gejala klinis paling sering :
Mortalitas tinggi  Delay diagnosis (80% Gangguan pendengaran unilateral, obstruksi
datang sudah end stage) nasal dan epistaksis. Serta juga bisa ditemui
Deteksi dini sulit  Gejala awal tidak spesifik adanya sefalgia, tinnitus, diplopia, cranial
& letak nasofaring tersembunyi nerve palsy, dan pembengkakan KGB
unilateral ataupun bilateral

Tatalaksana : Radioterapi dan


Kemoterapi
Latar Belakang

• Karsinoma nasofaring (KNF) -> Berasal dari epitel nasofaring


terutama pada Fossa Rossenmuller
• Nasofaring :
• Struktur di atas langit-langit lunak
• Menghubungkan hidung dengan orofaring

• Etiologi : Epstein-Barr Virus (EBV)


• KNF endemik di Cina Selatan, Melayu, Asia Tenggara.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah studi
kepustakaan dengan merujuk pada
Tujuan Penulisan berbagai literatur.
Tujuan penulisan adalah untuk
mengetahui anatomi dan histologi
nasofaring, definisi, epidemiologi,
etiologi, faktor risiko, manifestasi
klinis, diagnosis, staging,
Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan adalah untuk
tatalaksana, komplikasi, serta menambah wawasan dan pengetahuan
prognosis karsinoma nasofaring. mengenai karsinoma nasofaring.
Tinjauan Pustaka
Anatomi Faring
ANATOMI
Diameter A-P : 2 cm, tinggi 4 cm BATAS
• Anterior : kavitas nasal
• Superior : basis oksiput
• Posterior : dinding posterior faring
• Inferior : palatum molle
• Lateral : otot superior pharyngeal
constrictor

PERDARAHAN
Arteri faringeal asenden, arteri palatina
asenden, arteri palatina desenden

PERSARAFAN
Pleksus faringeal (N IX, N X, serabut
saraf ganglion servikalis simpatikus),
cabang maksila saraf trigeminus.
Anatomi Nasofaring
Perdarahan Nasofaring
Histologi Nasofaring
Definisi KNF
Berasal dari epitel nasofaring
Pertama kali muncul >> Fossa Ronnsemuller
Dapat menginvasi : dinding lateral nasofaring,
posterosuperior, basis cranii, palatum, kavum nasi,
dan orofaring.
Mudah bermetastais ke kelenjar limfe.
Epidemiologi
GLOBOCAN 2020 : 133.354 kasus baru dengan 80.008
kematian
Laki-laki : perempuan = 2,18 : 1
Banyak pada usia 25-60 tahun
Tertinggi di dunia : Cina Selatan (40-50 / 100.000)
Indonesia : urutan ke-4 karsinome tersering
ETIOLOGI
Genetik dan Etnik
Epstain-Barr Virus Cantonese merupakan etnik yang paling banyak
menderita kanker nasofaring di China

Makanan Riw. Penyakit Respirasi


Ikan asin : nitrosamin Peradangan berulang

Lifestyle Paparan di lingkungan


Alkohol dan rokok Zat karsinogenik
PATOGENESIS
Penyebaran Ca Nasofaring
Penyebaran ke atas
Sindrom Petrosfenoid
Penyebaran Ca Nasofaring
Penyebaran ke belakang
Sindrom Jugular Jackson
Penyebaran ke KBG
Nasofaring >> stroma kelenjar getah bening pada lapisan
submukosa.
Diawali pada lateral retrofaring (Nodus Rouvierre)

Metastasis Jauh
Organ tersering : tulang, hati, dan paru.
Manifestasi Klinis
Gejala nasofaring Gejala mata dan saraf
Epistaksis ringan Diplopia
Sekret hidung Nyeri dan kebas pada wajah
Sumbatan hidung Jugular foramen syndrome
Denasal speech Trotter’s Triad
Gejala telinga
Telinga terasa penuh Gejala pada leher
Tinnitus Benjolan pada leher atas yang
tidak nyeri
Otitis media unilateral
Otalgia
Anatomi Nasofaring
DIAGNOSIS
Anamnesis
● Keluhan utama
1. Keluhan hidung
- Sumbatan hidung
- Sekret hidung bercampur darah
- Post-Nasal drip
2. Keluhan telinga
- Gangguan pendengeran konduktif
- Rasa penuh di telinga
- Tinitus
3. Keluhan neurologis
- Paling sering terlibat n.VI
Anamnesis
● Onset
● Unilateral / Bilateral
● Progresif / mendadak
● Riwayat trauma
● Riwayat sosial ekonomi (makanan, kebiasaan
merokok,dll)
Pemeriksaan Fisik
● Langsung  Nasofaringoskopi : endoskop /
nasofaringoskopi kaku
● Tidak langsung  Rinoskopi posterior
Pemeriksaan Penunjang
● Pencitraan
- CT Scan kepala leher : dengan / tanpa kontras
- CT Scan thoraks
- MRI : Penyebaran ke jaringan sekitarnya dan ke
KGB regional
- PET Scan : skintigrafi
Pemeriksaan Penunjang
● Endoskopi (Rigid & Fleksibel)
● Biopsi : Hidung (blind biopsy) & mulut
- SCC  berkeratinisasi & berdiferensiasi (20%-25%)
- Karsinoma tidak berkeratinisasi (10%-15%)
- Karsinoma tidak berdiferensiasi (60%-65%)
● Serologi Epstein Barr : igA anti EBV-EA & Anti-VCA
STAGING
Ti1 T1 T2 T3 T4

N0 0 I II III IVA

N1 II II III IVA
MO
N2 III III III IVA

N3 IVB IVB IVB IVB

M1 IVC IVC IVC IVC


DIAGNOSIS BANDING
Diagnosisi Banding
● Kondisi Jinak
- Polip Nasofaring
- Angiofibroma

● Kondisi Ganas
- Limfoma
- Tumor Kelenjar Saliva
- Karsinoma Sinonasal
- Melanoma Mukosa Maligna
TATALAKSANA
Pedoman Modalitas Terapi KNF

Staidum Dini Stadium I Radiasi Saja

Stadium Intermediet Stadium II Kemoradiasi Konkuren

Kemoradiasi konkuren +/-


Stadium lokal lanjut Stadium III
Kemoterapi adjuvan

Perencanaan terapi radiasi


problematik (tumor yang Kemoterapi induksi, diikuti
berbatasan dengan organ Stadium IV dengan kemoradiasi
at risk, mis : kiasma konkuren
optikum)
Tatalaksana
● Radioterapi : TERAPI UTAMA
a) Kuratif definitif  std I dan II
b) Paliatif  std lanjut / metastasis
● Kemoterapi : TERAPI ADJUVANT
 berulang / std III & IV
● Operatif : kasus rekuren lokal / regional
● Simptomatis & peningkatan QOL metastasis
Edukasi efek samping
● Mulut terasa kering
- Makanan berkuah
- Minum banyak
- Memakan & mengunyah rasa asam
● Mukositis mulut karena jamur
● Kaku daerah leher
● Sakit kepala, hilang nafsu makan, mual & muntah
PROGNOSIS
Prognosis

● Angka survival 5 tahun  30%  terlambat diagnosis


● Std I & II : 70%-75%
● Std Lanjut dengan
- Kemoterapi : 66%
- Radiasi : 76%
Kesimpulan

● KNF  Tumor ganas


● Penyebab : genetik, virus dan lingkungan
● Sering terjadi keterlambatan diagnosis hingga
memunculkan gejala :
- Gejala nasofaring
- Gejala telinga
- Gejala saraf
- Gejala metastasis KGB leher
Kesimpulan

● Diagnosis : Anamnesis, pemfis & penunjang


● Tatalaksana : Radioterapi, Kemoterapi, Operatif
● Prognosis : tergantung stadium KNF  deteksi dini
● Gambar Nasoendoskopi
0 LAPORAN
KASUS
3
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 58 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
No MR : 01.12.73.86
Tanggal Pemeriksaan : 25 Juli2022
Alamat : Muaro Bungo
Status : Menikah
Negeri Asal : Indonesia
Agama : Islam
Suku : Jawa

27
Keluhan utama :
Hidung tersumbat di lubang hidung kiri sejak 3 bulan yang lalu, memberat
sejak 2 minggu terakhir

Riwayat penyakit sekarang :


• Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat di lubang hidung kiri sejak 3
bulan yang lalu, keluhan dirasakan terus menerus dan tidak dipengaruhi
perubahan posisi.
• Keluar ingus dari hidung tidak ada
• Rasa ingus mengalir ke tenggorokan tidak ada
• Terasa bengkak di langit-langit ada
• Riwayat keluar darah dari hidung tidak ada
• Telinga sebelah kiri berdenging dan terasa penuh ada
• Penurunan pendengaran tidak ada
• Sulit menelan ada
28
● Riwayat penyakit sekarang :

• Nyeri menelan tidak ada


• Benjolan pada leher kiri pada 2 bulan yang lalu ada, benjolan teraba sebesar
kelereng, tidak ada nyeri, teraba keras. Saat ini benjolan tidak ada lagi.
• Benjolan di ketiak dan lipat paha tidak ada
• Pandangan ganda tidak ada
• Penurunan nafsu makan ada
• Penurunan berat badan sebanyak 17 kg (dari 85 kg sampai 58 kg) dalam 4
bulan terakhir
• Riwayat merokok tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Riwayat diabetes melitus ada
• Riwayat hipertensi tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga:


• Riwayat keluarga dengan keluhan serupa tidak ada
• Riwayat keganasan pada keluarga tidak ada
• Riwayat DM pada saudara kandung ada
• Riwayat alergi pada keluarga tidak ada

29
● Riwayat Kebiasaan dan Sosial

• Pasien seorang petani dengan aktivitas sedang


• Kebiasaan mengkonsumsi ikan asin disangkal
• Pasien memasak menggunakan kompor gas
• Terdapat anggota keluarga yang merokok tinggal serumah dengan pasien
Pemeriksaan Fisik
-Keadaan Umum: Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis Cooperatif
Tekanan darah : 132/80 mmHg
Frekuensi nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,8oC
Pernapasan : 17 x/menit
Sianosis : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Anemis : Ada
Ikterus : Tidak ada

30
Pemeriksaan Sistemik
Kulit : Turgor baik
Kepala : Normosefal
Leher : Status lokalis
Rambut : Hitam, rontok
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera Ikterik (-/-)
Thoraks : Simetris, fremitus kanan sama
dengan kiri
Paru : Nafas bronkovesikular, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : Tidak ada kelainan
Abdomen : Supel, distensi (-)
Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik, udem (-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anorektal : Tidak dilakukan pemeriksaan

31
Status lokalis THT Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Daun Kelainan Kongenital - -
Telinga Trauma
Radang - -
Kelainan Metabolik - -
Nyeri Tarik - -
Nyeri Tekan Tragus - -

Liang dan Dinding Telinga Cukup Lapang (+)


Sempit - (+)
Hiperemis - -
Edema - -
Massa -

Sekret/Serumen Sekret - -
Bau - -
Warna kekuningan Kekuningan
Jumlah sedikit sedikit
Jenis - -
Membran Timpani
Utuh Warna Putih keabuan Putih keabuan
Refleks Cahaya (+), jam 5 -
Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -

Perforasi Jumlah perforasi - -


Jenis - -
Kuadran - -
Pinggir - -
Mastoid Tanda Radang - -
Fistel - -
Sikatrik - -
Nyeri Tekan - -
Nyeri Ketok - -
Tes Garpu Tala Rinne + +
Weber Tidak ada Lateralisasi Tidak ada Lateralisasi
Schwabach
Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Kesimpulan
AD : Normal, AS : normal
Audiometri Tidak dilakukan
Timpanometri Tidak dilakukan
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra

Hidung Luar Deformitas - -


Kelainan Kongenital - -
Trauma - -
Radang / Massa - -

Sinus Paranasal Deformitas - -


Nyeri Tekan - -
Nyeri Ketok - -
Rinoskopi Anterior
Vestibulum Vibrise + +
Radang Tidak ada Tidak ada
Kavum Nasi Cukup Lapang lapang Sempit

Sekret Lokasi - -
Jenis - -
Jumlah - -
Bau - -

Konka Inferior Ukuran Eutrofi Eutrofi


Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -

Konka Media Ukuran Eutrofi Eutrofi


Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Septum Cukup Lurus/Deviasi Cukup lurus Cukup lurus
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Spina - -
Krista - -
Abses - -
Perforasi - -

Massa Lokasi - -
● Rinoskopi posterior tidak dilakukan pemeriksaan
Oral Cavity dan Orofaring
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Trismus -
Uvula Udem - -
Bifida - -
Palatum Mole + Arkus Faring Simetris/ Tidak Tidak Simetris
Warna Merah muda
Edema -
Bercak/ Eksudat -
Dinding Faring Warna Merah muda
Permukaan Licin
Tonsil Ukuran T1 T1
Warna Merah Muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Muara kripti Tidak melebar Tidak melebar
Detritus - -
Eksudat - -

Peritonsil Warna Merah muda Merah muda


Edema - -
Abses - -
Perlengketan - -
Tumor Lokasi
Bentuk
Ukuran Tidak ada
Permukaan
Konsistensi

Gigi Karies/radiks - -
Kesan Hygiene baik Hygiene baik

Lidah Warna Merah muda Merah muda


Bentuk Normal Normal
Deviasi - -
Massa - -
● Laringoskopi indirek tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Leher dan kelenjar getah bening
● Inspeksi
1. Lokasi : Tidak ada pembesaran KGB
2. Bentuk : Tidak ada pembesaran KGB
3. Soliter / Multiple : Tidak ada pembesaran KGB
● Palpasi
1. Bentuk : Tidak ada pembesaran KGB
2. Ukuran : Tidak ada pembesaran KGB
3. Konsistensi : Tidak ada pembesaran KGB
4. Mobilitas : Tidak ada pembesaran KGB
Diagnosis Utama
● Carsinoma Nasofaring Undifferentiated Stadium Iva (T4N0M0)

● Diagnosis tambahan : DM tipe 2 tidak terkontrol

Terapi anjuran
-radioterapi –kemoterapi

Pemeriksaan anjuran
Biopsi tumor, CT scan

Edukasi
● Jelaskan tentang penyakit pasien

Prognosis
● quo ad sanam :
● quo ad vitam :
0 DISKUS
I
4
Seorang pasien perempuan usia 58 tahun datang ke RSUP Dr. M. Djamil dengan
diagnosis kerja karsinoma nasofaring stadium IVa. Diagnosis kerja ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Keluhan utama pasien yaitu hidung tersumbat di lubang
hidung kiri sejak 3 bulan yang lalu. keluhan dirasakan terus menerus dan tidak dipengaruhi
perubahan posisi. Keluhan disertai dengan adanya pembengkakan pada langit-langit, dan
rasa sulit menelan pada pasien. Pasien mengalami penurunan nafsu makan, dan penurunan
berat badan sebanyak 17 kg dalam 4 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan telinga sebelah
kiri berdenging dan terasa penuh. ……………………………………………………...

35
Keluhan (belum) Teori
Gejala karsinoma nasofaring sendiri dapat
dibagi dalam empat kelompok: gejala
nasofaring, gejala telinga, gejala mata dan
saraf, serta metastasis atau gejala di leher
Benjolan di leher pasien menunjukkan Metastasis ke kelenjer leher dalam bentuk
adanya metastasis ke kelenjer leher benjolan di leher yang mendorong pasien untuk
berobat,
Hidung tersubat merupakan gejala di Gejala nasofaring : epistaksis ringan atau
nasofaring sumbatan hidung, untuk itu nasofaring harus
diperika dengan cermat, jika perlu dengan
nasofaringoskop
Penurunan pendengaran dan telinga Gangguan pada telinga : gejala dini yang
berdenging. Keluhan ini merupakan timbul karena tempat asal tumor dekat dengan
gejala pada telinga muara tuba eustachius. Gangguan dapat
berupa tinitus, rasa tidak nyaman di telinga
sampai otalgia
Keluhan Teori
Keluhan suara serak, nyeri Proses karsinom yang lanjut akan
menelan dan sulit menelan ini mengenai otak ke IX, X, XI, XII jika
sudah mengenai saraf penjalaran melalui foramen jugulare,
yaitu suatau tempat yang relative jauh
dari nasofaring. Gangguan ini disebut
sindrom Jackson
Terapi anjuran Teori
radioterapi-kemoterapi • Tatalaksana utama pada karsinoma
nasofaring adalah radioterapi.
Radioterapi dilakukan pada lesi
lokoregional.
• Pemberian adjuvant kemoterapi
sebelum diberikan radiasi yang bersifat
“radio-sensitisizer” memperlihatkan
hasil yang memberi harapan akan
kesembuhan total pasien karsinoma
nasofaring.
Edukasi Teori
• Menjelaskan tentang penyakit • Kebiasaan penduduk Eskimo
pasien memakan makanan yang diawetkan
• Mengurangi merokok ,dan terutama pada musim dingin
makan ikan asin menyebabkan tingginya kejadian
• Nitrosamin pada ikan asin dan karsinoma ini
rokok dapat meningkatkan
kejadian karsinoma nasofaring.
Foto pasien
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai