Pembimbing:
dr. Saiful Bahri Bangun, Sp. THT-KL
PENDAHULUAN
RL. Drake , W.Vogl AM. Basic Anatomy Gray’s. Elsevier Churchill Livingstone; 2012
Rajamani SK, Karodpati N, Mogre DA, Prashant R. Rad iological profiles of nasopharyngeal anatomy as seen in computed tomography scans of normal patients undergoing
brain scans for other neurological problems in Konkani population. Int J Otorhinolaryngol Head Neck Surg. 2019;5(6):1489
Gambaran endoskopi nasofaring normal (kanan) dan KNF (kiri)
Faisal HH. Gambaran Karakteristik Karsinoma Nasofaring dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prognosis. Univ Indones. 2016;1–24
DEFINISI KARSINOMA ETIOLOGI DAN FAKTOR
NASOFARING RISIKO
Karsinoma nasofaring (KNF)
adalah non-lymphomatous,
squamous-cell carcinoma 1. Infeksi Epstein-Barr
yang merupakan jenis Virus (EBV)
karsinoma yang berasal dari 2. Genetik
epitel atau mukosa dan kripta 3. Lingkungan
yang melapisi permukaan
nasofaring. Neoplasma ini
menunjukkan derajat yang
bervariasi dan berdiferensiasi
dengan predileksi di fosa
rosenmuller
Mentari S, Imanto M. Kualitas Hidup Pasien Karsinoma Nasofaring : Review Naratif Health-Related Quality of Life in Nasopharyngeal Carcinoma Patient : A
Narrative Review. Med J Lampung Univ. 2019;8(2):227–33
PATOGENESIS KARSINOMA NASOFARING
Chen YP, Chan ATC, Le QT, Blanchard P, Sun Y, Ma J. Nasopharyngeal carcinoma. Lancet [Internet]. 2019;394(10192):64–80. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(19)30956-0
KLASIFIKASI Karsinoma nasofaring tidak
berkeratin tidak berdiferensiasi
(WHO 3)
Karsinoma nasofaring tidak
Karsinoma nasofaring
berkeratin berdiferensiasi (WHO 2)
berkeratin (WHO 1)
Rajamani SK, Karodpati N, Mogre DA, Prashant R. Rad iological profiles of nasopharyngeal anatomy as seen in computed tomography scans of normal patients undergoing
brain scans for other neurological problems in Konkani population. Int J Otorhinolaryngol Head Neck Surg. 2019;5(6):1489.
MANIFESTASI KLINIS (1)
Gangguan :
• N I = Anosmia
• N I-VI = sindroma
Petrosfenoidal
• Ciasma Opticum :
gangguan Penglihatan
timbul lebih dini (Hemianopsia bitemporal)
• berupa tinitus, • N III= Ptosis
• Epistaksis
• rasa tidak • N.III, IV dan VI =diplopia
• sumbatan • N.V = parestesi sampai
nyaman
pada hidung hipestesi pada separuh
• rasa nyeri pada
wajah
telinga.
Pratiwi A, Manto M. Karsinoma Nasofaring dengan Multiple Cranial Nerve Palsy Pada Pasien Wanita Usia 52 Tahun. Medula. 2020;9(4):609–15.
MANIFESTASI KLINIS (2)
● Gejala klinis parese N.IX adalah hilangnya refleks muntah,
disfagia ringan, deviasi uvula ke sisi sehat, hilangnya sensasi
pada laring, dan tonsil.
● Paresis N.X akan memberikan gejala berupa gejala motorik
(afoni, disfoni, perubahan posisi pita suara, disfagia, spasme otot
esofagus), gejala sensorik (nyeri daerah faring dan laring,
dispnea, hipersalivasi).
● Parese N.XI berupa kesukaran mengangkat dan memutar
kepala dan dagu.
● Parese N.XII akan menimbulkan gejala berupa lidah yang deviasi
ke sisi yang lumpuh saat dijulurkan, suara pelo dan disfagia.
● Metastasis ke kelenjar leher biasanya terlihat dalam bentuk
benjolan di leher
Pratiwi A, Manto M. Karsinoma Nasofaring dengan Multiple Cranial Nerve Palsy Pada Pasien Wanita Usia 52 Tahun. Medula. 2020;9(4):609–15.
PEMERIKSAAN FISIK CA NASOFARING
● Seluruh pasien KNF harus dilakukan pemeriksaan
menyeluruh kepala dan leher termasuk nasofaringoskopi.
● Pemeriksaan palpasi pada leher bertujuan untuk
mendeteksi adanya keterlibatan kelenjar servikal. Lokasi
kelenjar, mobilitas, ukuran didokumentasikan dengan baik.
● Rongga mulut dan faring dievaluasi untuk melihat invasi
tumor ke orofaring dan ada tidaknya trismus.
● Rongga hidung diinspeksi menggunakan spekulum untuk
melihat perluasan tumor ke rongga hidung.
● Selain itu pemeriksaan saraf kranialis dilakukan secara
sistematis untuk mengetahui adanya deficit neurologis
Faisal HH. Gambaran Karakteristik Karsinoma Nasofaring dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prognosis. Univ Indones. 2016;1–24
Corbridge RJ. Essential ENT. Hodder Arnold. London; 2011
PEMERIKSAAN PENUNJANG CA NASOFARING
(Radiologi)
● CT-Scan : Pemeriksaan radiologik berupa CT scan nasofaring
mulai setinggi sinus frontalis sampai dengan klavikula,
potongan koronal, aksial, dan sagital, tanpa dan dengan
kontras.
● USG abdomen: Untuk menilai metastasis organ-organ intra
abdomen. Apabila dapat keraguan pada kelainan yang
ditemukan dapat dilanjutkan dengan CT Scan Abdomen
dengan kontras.
● Foto Thoraks: Untuk melihat adanya nodul di paru atau
apabila dicurigai adanya kelainan maka dilanjutkan dengan CT
Scan Thoraks dengan kontras.
● Bone Scan : Untuk melihat metastasis tulang
Muslih I. Tiga Kasus Karsinoma Nasofaring dalam Satu Keluarga. J THT-KL. 2009;2(1):86–94.
Kemenkes. Panduan Penatalaksanaan Kanker Nasofaring. In 2015
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Pratiwi A, Manto M. Karsinoma Nasofaring dengan Multiple Cranial Nerve Palsy Pada Pasien Wanita Usia 52 Tahun. Medula. 2020;9(4):609–15.
PROGNOSIS CA NASOFARING
Pratiwi A, Manto M. Karsinoma Nasofaring dengan Multiple Cranial Nerve Palsy Pada Pasien Wanita Usia 52 Tahun. Medula. 2020;9(4):609–15.
PENYAJIAN KASUS DAN PEMBAHASAN
IDENTITAS PASIEN
● Nama pasien : Tn. TH
● Umur : 52 Tahun
● Jenis kelamin : Laki-laki
● No.RM : 146258
● Pekerjaan : Wiraswasta
● Agama : Konghucu
● Alamat : Jl, H.R. Abdul Rachman Gg.
Palang II
● Penjamin : BPJS
● Tanggal Pemeriksaan: 29 Juni 2021
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
● Benjolan di leher sebelah kiri dan kanan ± 3 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang:
Tn. TH , usia 52 tahun datang dengan keluhan benjolan di leher
sebelah kiri dan kanan sejak ± 3 tahun yang lalu. Benjolan sebelah
kiri berukuran ± 12 x 9 x 3 cm, konsistensi keras, dan immobile.
Benjolan sebelah kanan berukuran ± 8 x 4 x 1 cm, keras dan
immobile. Menurut pasien benjolan tersebut tidak nyeri. Pasien
merasakan benjolan tersebut semakin hari semakin membesar
secara perlahan. Pasien mengatakan sulit menelan sekitar 4 bulan
SMRS. Penurunan pendengaran disangkal. Selain itu, pasien juga
mengatakan suaranya mengalami perubahan sejak 4 bulan lalu.
Pasien juga mengatakan hidung nya terasa tersumbat dan pernah
mimisan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Sosio-ekonomi dan
kebiasaan
Pasien sebelumnya sudah pernah
terdiagnosis Ca. nasofaring sekitar 4
tahun yang lalu.
Pasien merupakan seorang wiraswasta. Pasien
seorang perokok berat dengan kebiasaan
merokok 1 bungkus/hari selama ± 20 tahun
Riwayat Penyakit Keluarga/Sosial
lamanya. Riwayat kebiasaan minum-minuman
Pasien mengaku bahwa keras disangkal.
keluarganya tidak pernah ada
keluhan penyakit yang sama
sebelumnya. Riwayat Pengobatan
Karsinoma Nasofaring
RESUME MEDIS
● Tn. TH , usia 52 tahun datang dengan keluhan benjolan di
leher sebelah kiri dan kanan sejak ± 3 tahun yang lalu.
Benjolan sebelah kiri berukuran ± 12 x 9 x 3 cm, konsistensi
keras, dan immobile. Benjolan sebelah kanan berukuran ± 8 x
4 x 1 cm, keras dan immobile. Menurut pasien benjolan
tersebut tidak nyeri. Pasien merasakan benjolan tersebut
semakin hari semakin membesar secara perlahan. Pasien
mengatakan sulit menelan sekitar 4 bulan SMRS. Penurunan
pendengaran disangkal. Selain itu, pasien juga mengatakan
suaranya mengalami perubahan sejak 4 bulan lalu. Pasien juga
mengatakan hidung nya terasa tersumbat dan pernah
mimisan. Dari hasil Biopsi FNAB leher sinistra di dapatkan
diagnosis ke arah karsinoma nasofaring.
DIAGNOSIS
Karsinoma Nasofaring
TATA LAKSANA
● Natrium diklofenak 50mg, 15 Tablet
diminum 3x1
● Kemoterapi
EDUKASI
● Edukasi pasien mengenai penyakit yang dialami.
● Edukasi pasien mengenai tatalaksana yaitu
kemoterapi, kosultasi dokter Spesialis Penyakit
Dalam, Konsultan Onkologi.
● Edukasi pasien untuk kontrol kembali pengobatan
ke Rumah Sakit.
PROGNOSIS
● Ad vitam : dubia
● Ad sanationam : dubia ad malam
● Ad functionam : dubia ad malam
PEMBAHASAN
● Tn. TH , usia 52 tahun datang dengan keluhan benjolan di leher
sebelah kiri dan kanan sejak ± 3 tahun yang lalu. Benjolan
sebelah kiri berukuran ± 12 x 9 x 3 cm, konsistensi keras, dan
immobile. Benjolan sebelah kanan berukuran ± 8 x 4 x 1 cm,
keras dan immobile. Menurut pasien benjolan tersebut tidak
nyeri. Pasien merasakan benjolan tersebut semakin hari
semakin membesar secara perlahan. Pasien mengatakan sulit
menelan sekitar 4 bulan SMRS. Penurunan pendengaran
disangkal. Selain itu, pasien juga mengatakan suaranya
mengalami perubahan sejak 4 bulan lalu. Pasien juga
mengatakan hidung nya terasa tersumbat dan pernah mimisan.
PEMBAHASAN
● Keaadan pasien baik saat datang ke Poliklinik THT-KL RS. Soedarso.
Pemeriksaan fisik telinga dan orofaring dalam batas normal,
pemeriksaan hidung rhinoskopi anterior tidak terdapat perdarahan.
Berdasarkan keluhan pasien dokter umum dapat curiga adanya
keganasan dengan melihat skoring Digby (Tabel 2). Pada (tabel 2)
pasien Tn. TH memenuhi kriteria gejala khas di hidung berupa
epistaksis (15), dan nyeri menelan (N IX dan X dapat juga dilihat dari
IMT pasien yang kurang) (5), dan limfadenopati leher yang immobile
dan tidak nyeri (25) dengan total skoring yaitu 45 sehingga keluhan
pasien curiga mengarah ke karsinoma nasofaring. Selain itu, pasien
juga memiliki riwayat terdiagnosis Ca. Nasofaring sekitar 4 tahun
yang lalu dan memiliki riwayat operasi benjolan sebelah kanan.
Standar Kompetensi Dokter Umum Karsinoma Nasofaring adalah 2
yaitu dokter mampu mendiagnosis dan merujuk.
PEMBAHASAN
● Pemeriksaan penunjang dilakukan melaui FNAB benjolan leher
sinistra. Menunjukkan jaringan yang sebagian dilapisi oleh epitel
squamous dengan pertumbuhan tumor yang invasif ke dalam
stroma jaringan ikat fibrosa. Tumor tersusun dalam struktur
sinsitium. Tumor terdiri dari proliferasi sel-sel epitel anaplasi
dengan inti bulat-oval pleoomorfik, N/C ratio meningkat,
kromatin vesikular, anak inti prominen, sitoplasma cukup. Tidak
tampak keratin pearl. Disekitar sel tumor tampak serbukan sel
radang limfosit, sel plasma dan histiosit. Dan didapatkan kesan:
Non keratining squamous cell carcinoma, undifferentiated type.
PEMBAHASAN
● Rencana penatalaksanaan pasien ini ditentukan berdasarkan
keluhan yang dirasakan pasien dan stadium KNF itu sendiri.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang yaitu di dapatkan diagnosis kerja Ca. Nasofaring.
namun karena di RSUD dr. Sudarso hanya terdapat metode
kemoterapi, pasien hanya diberikan tata laksana kemoterapi dan
dirujuk untuk berkonsultasi kepada Spesialis Penyakit Dalam
Konsultan Onkologi.
● Pengobatan diberikan Natrium Diklofenak. Natrium diklofenak
merupakan obat anti inflamasi non-steroid yang merupakan
senyawa aktif dengan efek farmakologis sebagai analgetik,
antipiretik dan antiradang. Mekanisme kerja natrium diklofenak
yaitu menghambat sintesa prostaglandin yaitu suatu mediator
nyeri.(23)
KESIMPULAN
Tn. TH , usia 52 tahun datang dengan keluhan benjolan di leher sebelah kiri dan
kanan sejak ± 3 tahun yang lalu. Benjolan sebelah kiri berukuran ± 12 x 9 x 3 cm,
konsistensi keras, dan immobile. Benjolan sebelah kanan berukuran ± 8 x 4 x 1 cm, keras
dan immobile. Menurut pasien benjolan tersebut tidak nyeri. Pasien merasakan benjolan
tersebut semakin hari semakin membesar secara perlahan. Pasien mengatakan sulit
menelan sekitar 4 bulan SMRS. Penurunan pendengaran disangkal. Selain itu, pasien juga
mengatakan suaranya mengalami perubahan sejak 4 bulan lalu. Pasien juga mengatakan
hidung nya terasa tersumbat dan pernah mimisan.
.Pemeriksaan Fisik diapatkan adanya benjolan di leher kanan dan kiri. Dilakukan
pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis yaitu pemeriksaan Biopsi FNAB, hasilnya
menunjukkan adanya keganasan berupa karsinoma nasofaring. Pasien di konsulkan ke
bagian Ilmu Penyakit Dalam Bagian Onkologi untuk melakukan kemoterapi dan terapi
medikamentosa lebih lanjut.
Terimakasih