Anda di halaman 1dari 51

dr. Bastu Edo, Sp.

THT-KL
 KNF perlu diketahui oleh Dokter Umum, O.K.:
 Sering dijumpai di Indonesia
 Tumor ganas terbanyak di bidang THT
 Sebagian besar awalnya datang pd dokter umum
 Sebagian besar datang sdh dlm kondisi stadium
lanjut (95%)

Dr  perlu ceramah KNF ke masyarakat (pedesaan)


Karsinoma nasofaring
Ca merupakan tumor ganas yang
Nasofaring timbul pada epithelial pelapis
ruangan dibelakang hidung
(nasofaring)
• Angka kejadian Kanker Nasofaring (KNF) di Indonesia cukup tinggi, yakni 4,7

kasus/tahun/100.000 penduduk atau diperkirakan 7000 – 8000 kasus per

tahun di seluruh Indonesia (Survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan

pada tahun 1980 secara “pathology based”).

• RSCM Jakarta ditemukan lebih dari 100 kasus setahun, RS. Hasan Sadikin

Bandung rata-rata 60 kasus, Ujung Pandang 25 kasus, Denpasar 15 kasus, dan

di Padang dan Bukit tinggi (1977-1979).

• Dalam pengamatan dari pengunjung poliklinik tumor THT RSCM, pasien

karsinoma nasofaring dari ras Cina relative sedikit lebih banyak dari suku

bangsa lainya.
• ♂:♀ =2:1
Umur rata-rata = 30 – 50 th
Bangunan yang penting pada
nasopharing

•Ostium tuba eustachii pars


pharyngeal
•Torus tubarius
•Fossa rosen muller
•Fornix nasofaring
•Adenoid=tonsil
pharyngeal=luskha
Anatomi
• Nasofaring = rinofaring = epifaring
• Ruang yg terletak langsung di bwh tengkorak, di
belakang kavum nasi, di atas palatum

anterior : koane / nares posterior


posterior : setinggi kolumna vertebra C1-2
inferior : dinding atas palatum mole
superior : basis kranii (os occipital & sfenoid)
lateral : fossa Rosenmülleri kanan & kiri
Anatomi
Anatomi
• fosa Rossenmülleri – resesus faringealis
• epitel peralihan
• foramen laserum
Tumor koli

Penderita KNF
HISTOLOGI

Mukosa nasofaring dilapisi oleh epitel bersilia


repiratory type  bertransformasi menjadi
epitel nonkeratinizing squamous
Etiologi
• Virus Epstein Barr (EBV)
• Bahan karsinogenik (nitrosamin, dll)
• Genetik (ras  HLA)
• Lain2 : Iritasi menahun
- asap
- panas, pedas
- radang kronis (nasofaringitis kr)
Sosial-ekonomi
Lokalisasi

• fosa Rosenmülleri (>>>)


• sekitar tuba Eustachius
• dinding belakang nasofaring
• atap nasofaring
Klasifikasi KNF (WHO, 1097)
Ada 3 tipe :

 Karsinoma sel skuamosa dg pembentukan bahan


tanduk
= WHO tipe 1
(diferensiasi baik, sedang dan jelek)
 Karsinoma sel skuamosa tanpa pembentukan
bahan tanduk
= WHO tipe 2
 Karsinoma tanpa diferensiasi
(undifferentiated Ca)
= WHO tipe 3
(karsinoma sel transisional & limfoepitelial)
Virus Epstein-Barr
FAKTOR
LINGKUNGAN
Diagnosis
Waspada KNF bila dijumpai TRIAS GEJALA

Tumor leher Gejala intrakranial


Gejala telinga Gejala telinga
Gejala hidung Gejala hidung

Tumor leher
Gejala intrakranial
Gejala hidung
m ula
For y
Digb
Gejala Nilai
Massa terlihat pada nasofaring 25
Gejala khas dihidung 15
Gejala khas pendengaran 15
Sakit kepala unilateral atau bilateral 5
Gangguan neurologik syaraf otak 5
Eksopthalmus 5
Limfadenopati perifer 25

≥ 50 = Ca Nasofaring
Sign & symptoms of NPC
Anamnesis & Gejala Klinik

• Gejala dini:
– Telinga : mendenging/grebek2 (tinitus),
pendengaran menurun, otalgi
– Hidung : pilek lama, ingus/dahak campur
darah, buntu hidung
• Gejala lanjut:
– Ekspansif:
• ke depan  menutup koane  buntu
hidung
• ke bawah  mendesak palatum 
“bombans” palatum mole
– Infiltratif:

• ke atas  melalui foramen laserum ke


endokranium  sindroma petrosfenoidal,
gejala :
– sakit kepala
– paresis N. VI (m. rektus lateralis)
→ strabismus, diplopi
– paresis N. V & cabang2nya
→ trigeminal neuralgi
– paresis N. III, IV
→ ptosis & oftalmoplegi
• ke samping  lewat foramen jugulare, atau
spatium parafaring  sindroma parotidean,
gejala :
– parese N. IX, X
→ sulit menelan, regurgitasi, bindeng
- Paresis N.XI
 kelemahan otot bahu/leher
– paresis N. XII
→ deviasi lidah, ggn menelan
Perlu pem. neurologis

untuk menentukan adanya paresis / paralisis


N. II – XII
(kanan, kiri, atau keduanya)

gejala intrakranial
Pemeriksaan radiologis
• Tujuan  menentukan:
– Lokasi, besar / luas tumor primer
– invasi tumor ke organ sekitar
– adanya destruksi tulang dasar tengkorak
– metastasis ke KB leher
– metastasis jauh
– stadium tumor
Pem. radiologi
 yaitu :

 foto tengkorak (AP, lateral, dasar tengkorak, Water’s)


 CT scan / MRI
 foto torak (PA)  metastasis ke paru?
 USG abdomen  metastasis ke hepar?
 bone scintigraphy  metastasis ke tulang?
Tumor
nasofaring

CT Scan
Berdasarkan Patologi Anatomi
 keganasan di nasofaring dapat berupa :
 Karsinoma nasofaring
 Adenosarkoma
 Karsinoma adenokistik (= silindroma)
 Jenis yang lain :
- melanoma maligna
- limfoma maligna

Bentuk & cara tumbuh:


 endofitik (>>), ulseratif, eksofitik
Penentuan Stadium

T menggambarkan keadaan tumor primer, besar dan perluasannya


•T1 : Tumor terbatas pada nasofaring
•T2 : Tumor meluas ke orofaring dan atau fossa nasal
T2a : Tanpa perluasan ke parafaring
T2b : Dengan perluasan ke parafaring
•T3 : Invasi ke struktur tulang dan atau sinus paranasal
•T4 :Tumor meluas ke intrakranial dan atau mengenai syaraf otak, fossa
infratemporal, hipofaring atau orbita
N menggambarkan keadaaan kelenjar limfe regional
•N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar
•N1 : Terdapat pembesaran kelenjar ipsilateral < 6 cm
•N2 : Terdapat pembesaran kelenjar bilateral < 6 cm
•N3 : Terdapat pembesaran kelenjar > 6 cm atau ekstensi ke supraklavikula
M menggambarkan metastase jauh
•M0 : Tidak ada metastase jauh
•M1 : Terdapat metastase jauh
Penentuan Stadium

Berdasarkan TNM tersebut diatas, stadium penyakit dapat ditentukan


•Stadium I : T1, N0, M0
•Stadium IIA : T2a, N0, M0
•Stadium IIB : T1, N1, M0,
T2a, N1, M0 atau
T2B, N0-1, M0
•Stadium III : T1-2, N2, M0 atau T3, N0-2, M0
•Stadium IVA: T4, N0-2, M0
•Stadium IVB: Tiap T, N3, M0
•StadiumIV C: Tiap T, Tiap N, M1
PROGNOSIS

Angka bertahan hidup 5 tahun


adalah 45 %

Faktor yang memperburuk prognosis


•Stadium yang lebih lanjut.
•Usia lebih dari 40 tahun
•Laki-laki dari pada perempuan
•Ras Cina dari pada ras kulit putih
•Adanya pembesaran kelenjar leher
•Adanya kelumpuhan saraf otak adanya kerusakan
tulang tengkorak
•Adanya metastasis jauh
KOMPLIKASI
PENCEGAHAN
• Pemberian vaksinasi dengan vaksin spesifik membran glikoprotein
virus Epstein Barr yang dimurnikan pada penduduk yang bertempat
tinggal di daerah dengan resiko tinggi.
• Memindahkan (migrasi) penduduk dari daerah resiko tinggi ke
tempat lainnya.
• Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara
memasak makanan untuk mencegah akibat yang timbul dari bahan-
bahan yang berbahaya.
• Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat,
meningkatkan keadaan sosial ekonomi dan berbagai hal yang
berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab.
• Melakukan tes serologik IgA anti VCA dan IgA anti EA secara massal
di masa yang akan datang bermanfaat dalam menemukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini.
KESIMPULAN
• Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas nomor
satu yang mematikan dan menempati urutan ke 10
dari seluruh tumor ganas di tubuh.
• Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan KNF,
yaitu
• (1) Adanya infeksi EBV,
• (2) Faktor lingkungan
• (3) Genetik
• Karsinoma nasofaring banyak ditemukan di Indonesia.
• Pada stadium dini yang diberikan adalah penyinaran
dan hasilnya baik.

Anda mungkin juga menyukai