Definisi
tumor ganas yang timbul pada epithelial pelapis
ruangan di belakang hidung (nasofaring)
BATAS NASOFARING
Superior : basis kranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : bidang horizontal yang ditarik dari palatum durum ke
posterior, bersifat subjektif karena tergantung dari palatum durum.
Anterior : choane, oleh os vomer dibagi atas choane kanan dan kiri.
Posterior :
vertebra cervicalis I dan II
Fascia space = rongga yang berisi jaringan longgar
Mukosa lanjutan dari mukosa atas
Lateral :
Pada dinding lateral nasofaring 1,5 inci dari bagian belakang konka
nasal inferior terdapat muara tuba eustachius
Struktur penting
Fungsi Nasofaring
Sebagai jalan udara pada respirasi
Jalan udara ke tuba eustachii
Resonator
Sebagai drainage sinus paranasal kavum timpani dan
hidung
Histologi
Mukosa nasofaring dilapisi oleh epitel bersilia
repiratory type bertransformasi epitel
nonkeratinizing squamous, kecuali pada beberapa
area (transition zone)invaginasi kripta.
Stroma kaya akan jaringan limfoid dan terkadang
dijumpai jaringan limfoid yang reaktif.
Epitel permukaan dan kripta sering diinfiltrasi dengan
sel radang limfosit merusak epitel membentuk
reticulated pattern.
Kelenjar seromucinous << rongga hidung.
Epidemiologi
Faktor Resiko
Genetik
Ras Mongoloid (Cina bagian selatan, Hongkong,
Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia
KEC Korea, Jepang Tiongkok sebelah utara)
Pola makan ( ikan yang diasinkan atau diawetkan)
Perokok (belum pasti tetapi secara umum KNF pada
perokok 2-6 kali dibandingkan dengan bukan perokok
(HSU dkk.2009).
Gejala Hidung
Epistaksis
Terjadinya penyumbatan pada hidung akibat pertumbuhan
tumor dalam nasofaring dan menutupi koana. Gejala
menyerupai rinitis kronis.
Gejala Mata
Adanya diplopia (penglihatan ganda) akibat perkembangan
tumor melalui foramen laseratum
Gangguan N. IV dan N. VI. Bila terkena chiasma
opticus kebutaan.
Tumor sign :
Pembesaran kelenjar limfa pada lehertanda
penyebaran atau metastase dekat secara limfogen dari
karsinoma nasofaring.
Cranial sign :
Gejala cranial terjadi bila tumor sudah meluas ke otak dan mencapai sarafsaraf kranialis.
Lidah
Palatum
Faring atau laring
M. sternocleidomastoideus
M. trapezeus 14,15
tuli konduktif +elevasi dan imobilitas dari palatum lunak +rasa nyeri
pada wajah dan bagian lateral dari leher (akibat gangguan pada nervus
trigeminal) bersamaan, Trotters Triad.
Proses perkembangan
KNF:
Tumor Confined in
Nasopharynx
Distant Metastis
Regional Lymph
Node Metastasis
Spread of tumor
to nasopharyngeal
surrounding parts
Hemmorhage in
Nasopharynx
Infection in
Nasopharynx
Other
Symptomss
Neurological
Symptoms
Other
Symptomss
Neurological
Symptoms
Other
Symptomss
Other
Symptomss
PATOFISIOLOGI
EPSTEIN-BAR VIRUS
Virus Epstein-Barr
Group :
Grup I (dsDNA)
Family
:
Herpesviridae
Subfamily
:
Gammaherpesvirinae
Genus:
Lymphocryptovirus
Species
:
Human Herpes
Virus 4 (HHV-4)
GENETIK
KNF
tumor genetik
Faktor Lingkungan
Sejumlah besar studi kasus pada populasi yang berada di
berbagai daerah di Asia dan America Utara, telah
dikonfirmasikan bahwa ikan asin dan makanan lain yang
awetkan mengandung sejumlah besar nitrosodimethyamine
(NDMA), nitrospurrolidene (NPYR) dan nitrospiperidine (NPIP
) yang mungkin faktor karsinogenik KNF
Pengkonsumsi alkohol dan perokok salah satu faktor yang
diperkirakan menginisiasi terjadinya karsinoma nasofaring.
alkohol dan asap rokok ditemukan mengandung
formaldehyde yang diteliti merupakan faktor risiko KNF
dengan cara mengaktifkan kembali infeksi dari EBV.
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Pemeriksaan Nasofaring
dengan cara rinoskopi posterior (tidak langsung) dan
nasofaringoskop (langsung) serta fibernasofaringoskopi
Jika ditemukan tumor massa yang menonjol
permukaan halus,
Berrnodul
dengan atau tanpa ulserasi pada permukaan
massa yang menggantung dan infiltratif.
GEJALA KLINIS
Gejala
Massa
terlihat
Nilai
pada 25
Nasofaring
Gejala khas di hidung
Gejala khas pendengaran
Sakit kepala unilateral atau
bilateral
Gangguan neurologik saraf
kranial
Eksoftalmus
Limfadenopati leher
15
15
5
5
5
25
Biopsi
Sitologi
Inti bentuknya lebih "spindel"
Khromatin inti padat dan tersebar tidak
merata.
Pleomorfisme dari inti dan membran inti
lebih jelas.
Adanya variasi pada inti yang
berdampingan
Nukleoli bervariasi (ukuran dan jumlah)
Sitoplasma lebih padat, berwarna biru
dan batas sel lebih mudah dikenal.
Perbandingan inti, sitoplasma dan
nukleolus adalah inti lebih kecil.
Keratinisasi adalah indikasi yang paling
dapat dipercaya sebagai tanda adanya
diferensiasi ke arah squamous cell.
Bila keratinisasi tidak terlihat dan
dijumpainya halo penuntun yang sangat
menolong untuk mengenal lesi tersebut
sebagai squamous cell carcinoma
Undifferentiated Carcinoma
Kelompokan sel-sel berukuran
besar yang tidak
berdiferensiasi,
Inti yang membesar dan
khromatin pucat, terdapat
anak inti yang besar,
Sitoplasma sedang, dijumpai
latar belakang sel-sel radang
limfosit diantara sel-sel epitel.
Dijumpai gambaran
mikroskopis yang sama dari
aspirat yang berasal dari lesi
primer dan metastase pada
kelenjar getah bening
regional
Histopatologi
Squamousbentuk
Cell Carcinoma
Keratinizing
Memiliki kesamaan
dengan
yang terdapat pada lokasi
lainnya.5,13
Adanya diferensiasi dari sel
squamous dengan intercellular
bridge atau keratinisasi.2,6 (bentuk
pulau-pulau yang dihubungkan dg stroma
yang desmoplastik dengan infiltrasi sel-sel
radang limfosit, sel plasma, neutrofil dan
eosinofil yang bervariasi. )
Undifferentiated Carcinoma
Batas sel yang tidak jelas,
inti bulat sampai oval dan
vesikular, dijumpai anak inti.
-Sel-sel tumor sering tampak
terlihat tumpang tindih.
(dapat berbentuk spindel.)
Dijumpai infiltrat sel radang
dalam jumlah banyak,
khususnya limfosit
lymphoepithelioma.
JARANG :
sel plasma,
eosinofil,
epitheloid dan
multinucleated giant cell
PERBEDAAN
KARSINOMA NASOFARING
berukuran kecil
inti hiperkhromatin dan
dijumpai anak inti dan
sitoplasma sedikit.
pola solid dengan konfigurasi
lobular dan pada beberapa
kasus dijumpai adanya
peripheral palisadin
sel-sel squamous.
Dapat in situ atau invasif.
Batas antara komponen
basaloid dan squamous jelas
Pemeriksaan radiologi
Dapat dilakukan
Tujuan utama :
foto polos,
Diagnosis yang lebih pasti
CT Scan Modalitas utama Menentukan lokasi yang
MRI
lebih tepat dari tumor
tersebut
>
Computed Tomography Scan (C. T
Scan)
CT SCAN
MRI
Disadv
antage
s
Pemeriksaan
neurologis.
Pemeriksaan
serologi.
IgA anti EA (early antigen) dan igA anti VCA (capsid antigen) untuk infeksi virus E-B
telah menunjukan kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring.
Senstivitas IgA VCA adalah 97,5% dan spesifitas 91,8% dengan titer berkisar
antara 10 sampai 1280 dengan terbanyak titer 160.
IgA anti EA sensitivitasnya 100% tetapi spesifitasnya hanya 30,0%, prognosis
pengobatan, titer yang didapat berkisar antara 80 sampai 1280 dan terbanyak 160.
DIAGNOSIS BANDING
Hiperplasia adenoid
Angiofibroma Juvenilis
Tumor Sinus Sphenooidalis
Neurofibroma
Tumor kelenjar Parotis
Chordoma
Meniongoma basis cranii
STADIU
M
STADIUM
Stadium
Prognosis
Ditemukan bahwa karsinoma
nasofaring tipe 1 (karsinoma
sel skuamosa) memiliki
prognosis yang lebih buruk
dibandingkan dengan
karsinoma nasofaring tipe 2
dan 3.
karsinoma nasofaring tipe
1, mestastasis lebih mudah
terjadi.
Secara keseluruhan, angka
bertahan hidup 5 tahun
adalah 45 %.
Komplikasi
Petrosphenoid sindrom (neuralgia
trigeminus,ptosis,Ophthalmoplegia)
Sindrom Horner (penyempitan fisura palpebralis, onoftalmus
dan miosis)
Retroparidean sindrom
Metastase
paru-paru 20%
tulang 20%
hati 10%
ginja1 0,4%
otak 0,4%
Penatalaksanaan
Radiasi Kuratif
U/semua tingkatan penyakit, kecuali pada penderita dg
metastasis jauh.
Sasaran radiasi = tumor primer, KGB leher dan supra klavikular.
Dosis total radiasi adalah 6600-7000 rad dengan fraksi 200 rad,
5 x pemberian per minggu.
< dosis 4000 rad medulla spinalis di blok dan < 5000 rad
lapangan penyinaran supraklavikular dikeluarkan.
Radiasi Paliatif
u/ metastasis tumor pada tulang dan kekambuhan lokal.
Dosis radiasi untuk metastasis tulang 3000 rad dengan fraksi
300 rad, 5 x per minggu. Untuk kekambuhan lokal, lapangan
radiasi terbatas pada daerah kambuh
Respon radiasi
Penilaian respon radiasi berdasarkan kriteria WHO :
Complete Response : menghilangkan seluruh kelenjar
getah bening yang besar.
Partial Response : pengecilan kelenjar getah bening
sampai 50% atau lebih.
No Change : ukuran kelenjar getah bening yang
menetap.
Progressive Disease : ukuran kelenjar getah bening
membesar 25% atau lebih.
Komplikasi radioterapi
Komplikasi dini
selama atau beberapa
minggu
Komplikasi lanjut
setelah 1 tahun :
Kontraktur
Penurunan pendengaran
Gangguan pertumbuhan
Kemoterapi
Indikasi :
berdasarkan waktu
pemberiannya
EFEK SAMPING :
Manfaat
Mengecilkan massa tumor
Mengontrol metastasis jauh dan mengontrol
mikrometastase.
Modifikasi melekul DNA oleh kemoterapi menyebabkan
sel lebih sensitif terhadap radiasi yang diberikan
(radiosensitiser)
Operasi
berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi.
dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau
adanya kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer
sudah dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan
pemeriksaan radiologik dan serologi.
Nasofaringektomi operasi paliatif (kasus kambuh
,residu, dan nasofaring yang tidak berhasil diterapi
dengan cara lain)
Imunoterapi
Yaitu dengan mengambil sampel darah tepi dari
penderitamelalui suatu proses imunohistokimia, =
vaksin yang kemudian diinjeksikan kembali ke tubuh
pasien diharapkan melalui injeksi vaksin tersebut,
tubuh akan memberikan reaksi imunitas baru terhadap
EBV.
Teknik ini masih dalam penelitian sehingga
belum dapat digunakan dalam terapi kanker nasofaring.
PENCEGAHAN
Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah
cara memasak makanan untuk mencegah akibat yang
timbul dari bahan-bahan yang berbahaya.
Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat,
meningkatkan keadaan sosial ekonomi dan berbagai hal
yang berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan faktor
penyebab.
Melakukan tes serologik IgA anti VCA dan IgA anti EA
secara massal di masa yang akan datang bermanfaat
dalam menemukan karsinoma nasofaring secara lebih dini.