Anda di halaman 1dari 46

A N AT O M I & F I S I O L O G I

PENDENGARAN
Pembimbing
dr. Dyah Indrasworo, Sp.T.H.T.B.K.L., Subsp NO (K)

dr. Herthyaning Prasetyo


dr. Solita Vasya Siregar
Anatomi Telinga
Anatomi Saraf Vestibulokoklearis
Saraf vestibulokoklearis adalah saraf kranialis ke
delapan (N. VIII)
Terdiri dari:

1. Saraf vestibularis
membawa impuls keseimbangan dan orientasi
ruang dari apparatus vestibular
2. Saraf koklearis
membawa impuls pendengaran dari organ korti di
dalam koklea.
Anatomi Saraf Vestibulokoklearis
N. VIII menembus ruang subarachnoid di cerebellopontine angle --> masuk
ke batang otak pada pontomedullary junction --> saraf vestibularis dan
saraf koklearis kemudian terpisah.
Keluar dari batang otak di lateral saraf fasialis --> saraf vestibularis dan
koklearis bersatu masuk meatus akustikus internus (MAI).
Anatomi Saraf Koklearis
• Saat memasuki pons terbagi menjadi
dua dan berlanjut menjadi dua nukleus,
yaitu ventral dan dorsal.
• Di koklea membentuk ganglion spiralis
koklea --> berakhir pada sel-sel rambut
organ korti.
Mekanisme Pendengaran
Mekanisme Pendengaran
Mekanisme Pendengaran
Mekanisme Pendengaran
Telinga luar

• Mengetahui lokasi bunyi dari arah depan belakang serta dapat membedakan tinggi
rendahnya bunyi.
• Fungsi akustik telinga luar dapat menguatkan suara paling tinggi untuk nada 250 Hz,
yaitu sekitar 20 db untuk bunyi yang datang dari sebelah telinga yang diukur.
• Menguatkan energi suara.
• Bentuk daun telinga dengan berbagai tonjolan dan cekungan serta panjang 2,5 - 3 cm
menyebabkan terdapatnya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz.
Mekanisme Pendengaran
Telinga tengah

Fungsi telinga tengah adalah mengkopling (meneruskan sambil menguatkan atau


melemahkan) energi akustik dari medium udara ke medium cairan
Mekanisme Pendengaran
Telinga tengah

• Kopling Osikuler
pembesaran energi suara yang disampaikan ke telinga dalam melalui membran timpani
dan rantai osikel.
• Kopling Akustik
perbedaan tekanan suara yang beraksi langsung pada tingkap lonjong dan tingkap
bulat.
• Impedansi Input Stapes-Koklear
gerakan kaki stapes yang tertahan oleh struktur anatomi lain
• Aerasi Telinga Tengah
rongga udara dengan volume yang cukup dengan tekanan yang sama dengan tekanan
udara luar perlu untuk pergerakan membran timpani.
Mekanisme Pendengaran
Telinga tengah

1. Mekanisme penyesuaian impedans atau transformer actions


2. Aksi pengungkit dari osikel :
- tangkai maleus 1,3x panjang prosesus inkus
- keuntungan mekanik 1,3 kali
3. Aksi hidrolik dari membran timpani
rasio membran timpani : basis stapes = 21:1
area MT yang bergetar hanya 2/3 = 14:1
rasio area produksi : aksi pengungkit osikel = 18:1
4. Curved membran effect
Pergerakan MT lebih pada daerah perifer daripada daerah tengah/ pusat di mana
melekat tangkai maleus
Mekanisme Pendengaran
Telinga dalam

• Telinga dalam/organ korti memiliki dua tipe sel sensoris


• Sel rambut dalam merupakan reseptor murni yang mengantarkan sinyal suara menuju
saraf pendengaran dan pusat pendengaran.
• Sel rambut luar memiliki fungsi sensoris dan juga fungsi motorik yang berperan pada
sensitifitas pendengaran dan amplifikasi frekuensi tertentu secara selektif.
• Sel rambut luar dapat mengalami elongasi dan kontraksi ketika mendapatkan rangsang
suara.
• Hantaran bunyi di telinga dalam melalui proses mekanik dan proses transduksi
Fisiologi Saraf Koklearis

E.COLI.MA
• Eighth nerve
• Cochlear nuclei
• Olivary complex
• Lateral lemnicus
• Inferior colliculus body
• Medial geniculate body
• Auditory cortex
Fisiologi Saraf Koklearis

• Akson dari nukleus koklearis dorsalis 


menyilang garis tengah di belakang
pedunkulus serebelaris inferior  naik di
lemniskus lateralis  kolikulus inferior,
bersama dengan neuron dari nukleus
koklearis ventralis.
• Sebagian serabut nukleus koklearis dorsalis
tidak bersilangan  menuju lemniskus
lateralis ipsilateral  kolikulus inferior.
Fisiologi Saraf Koklearis

• Aferen nukleus lemniskus lateralis


sebagian kecil berasal dari nukleus
koklearis sisi ipsilateral dan sebagian
besar dari sisi kontralateral  cedera
pada sebuah lemniskus lateralis tidak
menyebabkan tuli total unilateral,
tetapi hanya tuli parsial pada sisi
kontralateral, serta gangguan persepsi
arah suara.
• Lemniskus lateralis kedua sisi saling
berhubungan lewat serabut-serabut
komisural.
Fisiologi Saraf Koklearis

• Kolikulus inferior berproyeksi ke korpus


genikulatum mediale talami  radiasio
auditoria di krus posterior kapsula
interna  kortek auditorik primer di
girus temporalis transversus (area
Brodmann 41) girus transversus Heschl.
Fisiologi Saraf Koklearis

• Area auditorik sekunder (area 42 dan 22) 


tempat stimulus auditorik dianalisis, diidentifikasi,
dan dibandingkan dengan memori auditorik yang
telah direkam sebelumnya, dan juga
diklasifikasikan apakah suara tersebut merupakan
bising, nada, melodi, atau kata-kata dan kalimat.
• Area bicara Wernicke (area 22) berhubungan
dengan area bicara Broca (area 44 dan 45) lewat
fasikulus arkuatus  area 4 dan 6 untuk produksi
bahasa yang diucapkan.
Fisiologi Saraf Koklearis

Serabut-serabut desenden:
Kortek pendengaran  nukleus genikulatum medial  kolikulus inferior  nukleus olivaris superior
(menyilang dan tidak menyilang)  nukleus koklearis  saraf vestibulokoklearis  sel-sel rambut organ
korti.
Fisiologi Saraf Koklearis

Beberapa lengkung refleks pada jaras pendengaran:


1. Impuls menuju fasikulus longitudinalis medialis kenukleus otot-otot ekstraokular  gerakan mata
konjugat ke arah datangnya suara.
2. Impuls ke kolikulus superior dan inferior  traktus tektobulbaris ke berbagai nukleus batang otak
termasuk nukleus saraf fasialis (otot stapedius) dan melalui traktus tektospinalis ke sel-sel motorik
kornu anterior di medula spinalis servikalis yang menimbulkan reposisi kepala ke arah atau menjauhi
datangnya suara.
3. Impuls melalui sistem aktivasi retikular ke formasioretikularis  reaksi terjaga.
4. Impuls di lemniskus lateralis  mengatur pengaruh padatekanan lamina basilaris  efek inhibitorik
 fungsinya diduga untuk memperbaiki persepsi frekuensitertentu dengan menekan frekuensi-
frekuensi lain di sekitarnya.
GANGGUAN PENDENGARAN
Jenis dan Derajat Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran
Berkurangnya kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya, pada salah satu atau kedua
telinga, baik derajat ringan atau lebih berat dengan ambang pendengaran rata lebih dari 26 dB pada
frekuensi 500, 1000, 2000 dan 4000 Hz.

Ketulian
hilangnya kemampuan mendengar pada salah satu atau kedua sisi telinga, merupakan gangguan
pendengaran sangat berat dengan ambang pendengaran rata-rata lebih dari 81 dB pada frekuensi 500,
1000, 2000 dan 4000 Hz.
Jenis dan Derajat Gangguan Pendengaran

Derajat gangguan dengar dihitung dengan menggunakan penjumlahan ambang dengar pada 4 frekuensi
(500Hz,1000Hz,200Hz,4000Hz) dibagi 4.

Penentuan derajat dengan kriteria ISO :


• 0 - 25 dB : normal
• >25 – 40dB : derajat ringan
• >40 – 55dB : derajat sedang
• >55 – 70dB : derajat sedang berat
• >70 – 90dB : derajat berat
• >90dB : Sangat berat
Jenis dan Derajat Gangguan Pendengaran

• Konduktif yang disebabkan oleh gangguan mekanisme hantaran di telinga luar atau telinga tengah
• Sensorineural disebabkan oleh kelainan di kohlea, retrokoklea : N.VIII dan pusat pendengaran di
cortex cerebri
• Campuran (mixed) yang disebabkan kelainan konduktif dan sensorineural
ETIOLOGI

Masa prenatal
• Genetik: kelainan struktur anatomis telinga luar /telinga tengah
• Non genetik: infeksi kongenital (misal CMV, herpes, rubela, sifilis,
toksoplasmosis, varisela), bahan teratogen (seperti alkohol, kokain, metil
merkuri) dan intoksikasi obat (misal: talidomid)

Masa perinatal / neonatal (usia bayi 0 – 28 hari)


• Persalinan dengan alat
• Anoksia otak
• Prematuritas yang dapat menyebabkan BBLR, hiperbilirubinemia, &
asfiksia)

Masa postnatal
• Ketulian terjadi setelah bayi lahir /dapat bicara
Tuli Konduksi

Tuli Konduksi disebabkan kelainan mekanisme penghantaran di telinga luar dan tengah
Penyebab tuli konduksi :
1. Kongenital
2. Trauma
3. Infeksi
4. Tumor
5. Lain-lain
Tuli Konduksi
Tuli Konduksi
Tuli Konduksi
1. Kongenital
 Familial progresif sensorineural hearing loss (misal: alport’s syndrome, klippel’s syndrome)
 Michel aplasia: kegagalan total perkembangan telinga dalam
 Mondini aplasia: koklea terbentuk 1 ½ putaran
 Schiebe aplasia : abnormalitas membran cochlea & sakulus
 Alexander aplasia: gangguan di koklea bagian basal
2. Infeksi
 Labirintitis karena virus: mump’s , herpes zoster, measles, influenza
 Labirintitis karena bakteri : meningitis, ensefalitis, sifilis, otitis media serosa
 Infeksi maternal : toxoplasma, rubella, sitomegalovirus, herpes, sifilis
 Neonatal meningitis
3. Trauma
 Noise trauma: trauma akustik, noise induced hearing loss
 Fraktur os temporal
 Post operasi telinga tengah
 Barotrauma
 Ruptur spontan membrana koklearis
 Birth injury ( persalinan dengan menggunakan alat)
Tuli Konduksi
4. Neoplasma
 Akustik neuroma
 Metastase pada cerebellopontine angle
 Carcinomatous neuropathy

5. Lain-lain
• Obat ototoksik : aminoglikosida, diuretik, anti malaria, bahan sitotoksik, analgesik, dll
• Presbikusis
• Meniere’s disease
• Cogan’s syndrom
• Kelainan sistemik: hipotiroid, diabetes mellitus, kelainan autoimun, multipel sklerosis, blood
dyscrasia, hipertensi, polisitemia, sickle cell trait, lekemia
• Emboli, trombosis arteri labirin/koklea
• Radiasi ibu hamil trimester I
• Anoksia, yang akan merusak nukleus koklearis
• Neonatal jaundice
• Psikogenik
TERIMA KASIH
Prevalensi Ketulian

•Diperkirakan 0,2-0,4% bayi


dilahirkan dengan tuli yang
bervariasidari ringan sampai total
•Di seluruh dunia terdapat 0,1%-
0,13% bayi yang menderita tuli
sejak lahir sedangkan di Indonesia
diperkirakan 2,6%.1
•Laki-laki = perempuan
Prevalensi Ketulian

•Gangguan pendengaran :
Berkurangnya kemampuan mendengar baiksebagian/seluruhnya, pada salah satu/kedua telinga, baikderajat
ringan atau lebih berat dengan ambangpendengaran ≥ 26 dB pada frekuensi 500, 1000, 2000, 4000 Hz
•Ketulian:
Hilangnya kemampuan mendengar salah satu /keduatelinga, merupakan gangguan pendengaran sangat
berat. Ambang pendengaran > 81 dB pada frekuensi 500, 1000, 2000, 4000 Hz
Prevalensi Ketulian

•Definisi Hantaran Udara: pendengaranyang dihasilkan oleh bunyi yangdihantarkan melalui udara dalam
meatus akustikus eksternus dan sistem konduksi
•Hantaran Tulang: pendengaran yangdihasilkan oleh bunyi yang dirambatkanmelalui tulang (os temporal
langsung kekoklea, tanpa melewati sistem konduksi)
Jenis Gangguan Pendengar

1.Konduktif: disebabkan gangguanmekanisme hantaran di telinga luar atautelinga tengah


2.Sensorineural: disebabkan kelainan di koklea, n.VIII dan pusat pendengaran di korteks serebri
3.Campuran : disebabkan kelainankonduktif dan sensorineural
Istilah-Istilah Keluhan Pendengaran

•Tinitus : persepsi abnormal akan adanya pendengaran


•Autofoni : persepsi abnormal, suara sensori terdengarlebih keras
•Displakusis : gema pada setiap bunyi yang masuk
•Disakusis : nyeri bila ada suara yang melengking
•Parakusis : mendengar suara percakapan lebih jelaspada suasana ramai
Derajat Ketulian

•Derajat ketulian dihitung dengan menggunakan rumus, yaitu:





•Dapat dihitung ambang dengar hantaran udara (AC) atauhantaran tulang (BC)
•Dalam menentukan derajat ketulian yang dihitung hanyaambang dengar hantaran udara saja
Derajat Ketulian (ISO)
TULI KONDUKSI

žTuli Konduksi disebabkan kelainan mekanismepenghantaran di telinga luar dan tengah


žPenyebab tuli konduksi :
1.Kongenital
2.Trauma
3.Infeksi
4.Tumor
5.Lain-lain
TULI KONDUKSI

Karakteristik

•Tes Rinne : Negatif, BC > AC


•Tes Weber : Lateralisasi ke telinga yang sakit
•Hantaran tulang absolut normal
•Frekuensi rendah lebih terpengaruh
•Audiometri menunjukkan hantaran tulang lebih baikdaripada hantaran udara dengan air-bone gap.
Semakinbesar air-bone gap, semakin berat tuli konduktif yang diderita
•Tuli tidak lebih besar dari 60 dB
•Speech discrimination baik
TULI SENSORINEURAL

1.Kongenital
–Familial progresif sensorineural hearing loss (misal: alport’s syndrome, klippel’s syndrome)
–Michel aplasia: kegagalan total perkembangantelinga dalam
–Mondini aplasia: koklea terbentuk 1 ½ putaran
–Schiebe aplasia : abnormalitas membran cochlea & sakulus
–Alexander aplasia: gangguan di koklea bagian basal
TULI SENSORINEURAL

2. Infeksi
–Labirintitis karena virus: mump’s , herpes zoster, measles, influenza
–Labirintitis karena bakteri : meningitis, ensefalitis, sifilis, otitis media serosa
–Infeksi maternal : toxoplasma, rubella, sitomegalovirus, herpes, sifilis
–Neonatal meningitis
•3. Trauma
–Noise trauma: trauma akustik, noise induced hearing loss
–Fraktur os temporal
–Post operasi telinga tengah
–Barotrauma
–Ruptur spontan membrana koklearis
–Birth injury ( persalinan dengan menggunakan alat)
–
TULI SENSORINEURAL

4. Neoplasma
–Akustik neuroma
–Metastase pada cerebellopontine angle
–Carcinomatous neuropathy
•5. Lain-lain
žObat ototoksik : aminoglikosida, diuretik, anti malaria, bahan sitotoksik, analgesik, dll
žPresbikusis
žMeniere’s disease
žCogan’s syndrom
žKelainan sistemik: hipotiroid, diabetes mellitus, kelainan autoimun, multipel sklerosis, blood dyscrasia,
hipertensi, polisitemia, sickle cell trait, lekemia
žEmboli, trombosis arteri labirin/koklea
žRadiasi ibu hamil trimester I
žAnoksia, yang akan merusak nukleus koklearis
TULI SENSORINEURAL

•Tes Rinne : Positif, AC=BC (berhimpit)


•Tes Weber :Lateralisasi ke telinga yang lebih baik
•Tes Schwabach :Hantaran tulang menurun dan tes hantaran tulang absolut
•Frekuensi tinggi lebih terpengaruhi
•Tidak ada gap antara kurva hantaran udara dan tulang pada audiometri
•Tuli dapat lebih besar dari 60 dB
•Speech discrimination jelek
•Ada kesulitan mendengarkan pada keadaan ramai
TULI CAMPURAN

•Gabungan tuli konduksi dan tuli sensorineural

Anda mungkin juga menyukai