http://jurnal.fk.unand.ac.id
Abstrak
Inflamasi hidung merupakan suatu respon imunitas terhadap suatu stimulan yang dianggap menganggu
tubuh. Stimulan tersebut dapat berupa infeksi maupun non infeksi. Inflamasi pada hidung dapat berupa rhinitis akut,
rhinitis alergi, rhinitis vasomotor dan furunkel. Tinjauan Pustaka: Rhinitis terbagi atas rhinitis yang disebabkan oleh
alergen maupun non alergen. Rhinitis yang tidak disebabkan oleh allergen dapat dipikirkan sebagai rhinitis vasomotor
setelah tidak ditemukan ada allergen penyebabnya. Rhinitis akut disebaban oleh berbagai infeksi virus dan bakteri.
Kulit hidung terutama folikel hidung dapat pula diinvasi bakteri dan menyebabkan terjadinya furunkulosis.Berbagai
pembagian dari inflamasi hidung tersebut menimbulkan gejala yang bervariasi. Inflamasi hidung membutuhkan
penanganan yang tepat agar tidak terjadi komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Kesimpulan :
Diagnosis dan terapi yang tepat dibutuhkan dalam mencegah inflamasi hidung.
Hidung adalah salah satu organ vital dalam diagnosis, dan penatalaksanaan Inflamasi pada
system organ manusia manusia. Sebagai sebuah hidung yang meliputi Rinitis Akut, Rinitis Alergi, Rinitis
organ, hidung bersama dengan sinus paranasal Vasomotor, Furunkel Pada Hidung, dan Benda asing
udara, humidifikasi, penyeimbang, penyeimbang Tujuan penulisan case report ini antara lain
lokal, 2) Fungsi penghidu, 3) fungsi fonetik yang 1. Sebagai salah satu syarat dalam menjalani
berguna untuk resonansi suara, 4) fungsi statik dan kepaniteraan klinik di bagian THT-KL Fakultas
mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi Kedokteran Universitas Andalas Padang
2. Menambah pengetahuan tentang Inflamasi pada
1
terhadap trauma dan pelinung panas, 5) reflex nasal.
hidung.
Terjadinya inflamasi pada hidung dapat
D. Metode Penulisan
menyebabkan gangguan pada sistem-sistem yang
Penulisan Referat ini menggunakan metode
mana hidung berperan di dalamnya. Keluhan-keluhan
tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai
penyakit atau kelainan hidung antara lain: 1)
literatur.
Sumbatan hidung, 2) sekret di hidung dan tenggorok,
TINJAUAN PUSTAKA
3) bersin, 4) rasa nyeri di daerah muka dan kepala, 5)
1. Anatomi Hidung
perdarahan dari hidung, dan 6) gangguan penghidu.1
Hidung luar berbentuk piramid terdiri atas: 1)
pangkal hidung (bridge), 2) batang hidung (dorsum
B. Batasan Masalah
nasi), 3) puncak hidung (tip), 4) ala nasi, 5) kolumela,
dan 6) nares anterior. Hidung luar dibentuk oleh tulang
menjadi kavum nasi dextra dan sinistra. Lubang depan Dinding atas kavum nasi dibentuk oleh lamina
kavum nasi disebut nares anterior, sedangkan lubang kribriformis sebagai pemisah antara rongga tenggorak
belakang disebut nares posterior (koana). Koana dan rongga hidung. Dinding inferior yang merupakan
memisahkan rongga hidung dengan nasofaring.1,2 dasar rongga hidung dibentuk oleh os maksila dan os
palatum. 1
2. Rinitis Akut
2.1 Definisi
Rinitis akut adalah peradangan akut pada mukosa
hidung. Penyakit ini merupakan penyakit yang dapat
mengenai semua umur, terutama anak-anak. 3
2.2 Patologi
4
Gambar Anatomi hidung luar
Awalnya terjadi vasokonstriksi pembuluh darah
sementara yang diikuti vasodilatasi, edem, dan
peningkatan sekresi yang mengandung sel epitel. 3
2.3 Klasifikasi
a. Rinitis akut viral
Rinitis viral akut dibagi atas common cold, rinitis
influenza, dan rinitis yang berhubungan dengan
exantema. Common cold disebabkan oleh virus yang
Gambar Tulang pembentuk hidung4
menyebar secara droplet. Virus yang menjadi
Bagian depan dan bawah rongga hidung disebut
penyebab tersering adalah adenovirus, picornavirus.
vestibulum. Vestibulum dilapisi oleh kulit dan memiliki
Masa inkubasi dari common cold adalah 1-4 hari dan
banyak kelenjar sebasea dan folikel rambut yang
gejala dapat berakhir 2-3 minggu. Rinitis influenza
disebut vibrise. 1,4
disebabkan oleh virus influenza A, B, atau C.
Dinding medial kavum nasi ialah septum nasi.
Sedangkan rinitis yang berhubungan dengan
Septum nasi dibentuk oleh tulang rawan (kartilago
exantema terjadi pada rubela, rubeola, dan varisela
septum dan kolumela) dan tulang (lamina
yang terjadi selama 1-2 hari. 4
perpendikularis os etmoid, vomer, krista nasalis os
Gejala klinis awal yang muncul adalah rasa
maksila, dan, krista nasalis os palatina). 1
terbakar pada hidung belakang yang diikuti dengan
Dinding lateral kavum nasi terdapat 4 konka yang
rinore dan bersin. Pasien akan merasa gatal pada
ditutupi oleh membran mukosa yaitu konka inferior,
hidung dan low-grade fever. Sekret yang keluar
konka media, konka superior, dan konka suprema.
bersifat serous, namun dapat menjadi purulent apabila
Namun konka suprema biasanya rudimenter. Diantara
terjadi infeksi sekunder. Infeksi sekunder dapat
konka terdapat rongga yang disebut meatus, yaitu
disebabkan oleh Streptococcus haemolyticus,
meatus inferior, media, dan superior. 1,2
pneumococcus, Staphylococcus, Haemophilus
infuenzae, Klebsiella pneumonia dan Moraxella
catarrhalis. Komplikasi rinitis akut viral sering akibat
infeksi bakteri.
Tatalaksana untuk rinitis akut viral cukup dengan
istirahat. Gejala rhinitis dapat dikontrol dengan alergik sekitar 40% pada anak-anak dan menurun
pemberian antihistamin atau dekongestan. seiring dengan peningkatan usia.8
Antihistamin dapat berguna untuk mengurangi iritasi, 3.3 Patofiologi
bersin, dan sekresi hidung. Dekongestan dapat Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu reaksi cepat
diberikan untuk mengurangi obstruksi nasal. dan reaksi lambat. Reaksi cepat terjadi sejak kontak
Pemberian analgetik dan antipiretik jika ada sakit pertama dengan alergen hingga 1 jam setelahnya.
kepala, demam,atau myalgia. Pada rinitis akut tidak Reaksi lambat terjadi 2-4 jam setelah pajanan alergen
perlu pemberian antibiotik, kecuali terdapat infeksi dan berlangsung hingga 24-48 jam dengan puncak 6-8
3,4
sekunder. jam. Rinitis alergi merupakan inflamasi yang diawali
b. Rinitis akut bakteri dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan tahap
Rinitis akut bakteri dapat muncul sebagai infeksi provokasi.
primer maupun infeksi sekunder. Infeksi primer rinitis Pada fase sensitisasi alergen ditangkap makrofag
sering terjadi pada anak-anak dan biasanya akibat yang berada di mukosa hidung. Setelah itu antigen
infeksi pneumococcus, streptococcus atau akan bergabung dengan molekul HLA II membentuk
staphylococcus. Sedangkan infeksi sekunder terjadi MHC II yang akan dipresentasikan ke T helper.
pada rinitis akut viral. Makrofag melepaskan sitokin yang menyebabkan Th0
Gejala yang terjadi pada rinitis akut bakterial berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2 akan
berupa sekret yang kental, menghasilkan sitokin yang menyebabkan sel limfosit B
dan berwarna kekuningan. aktif dan memproduksi IgE.
Pada infeksi sekunder Pada fase provokasi, IgE akan mengikat alergen
biasanya gejala memberat spesifik dan terjadi degranulasi sel mastosit dan
dihari ke lima yaitu hidung basophil sehingga dilepaskannya mediator kimia
tambah tersumbat, dan perubahan sekret. terutama histamin. Histamin yang dikeluarkan akan
Tatalaksana apabila ada infeksi dapat diberikan berikatan dengan reseptor H1 sehingga menimbulkan
antibiotik selama 5-7 hari. Pemberian dekongestan, gejala bersin-bersin dan hidung gatal. Kelenjar
4
mukolitik, dan antipiretik untuk gejala simtomatik. mukosa dan sel goblet juga akan dirangsang sehingga
3. Rinitis Alergi terjadi hipersekresi mukus dan peningkatan
3.1 Definisi permeabilitas kapiler yang menimbulkan keluhan
Rinitis alergi merupakan respon imunologi yang rinorea. Efek lain dari histamin berupa vasodilatasi dari
dimediasi oleh IgE pada mukosa hidung terhadap sinusoid yang akan menyebabkan penyumbatan pada
alergen udara yang ditandai dengan adanya kongesti rongga hidung dan menimbulkan keluhan hidung
pada hidung, rinorea, bersin dan gatal pada hidung. tersumbat. Mediator lain yang dilepas seperti kemokin
Gejalanya juga sering diikuti oleh iritasi pada dan sitokin dapat meningkat ekspresi molekul adhesi
konjungtiva, gatal pada palatum dan faring. 4,5 pada endotel vaskular yang mengikat sel inflamasi
3.2 Epidemiologi agar dapat bermigrasi ke mukosa dan menimbulkan
Menurut studi yang dilakukan oleh WAO pada fase lambat. 1,9
tahun 2008, melaporkan kejadian rinitis alergi dan 3.4 Klasifikasi
asma di asia pasifik sekitar 10-30% pada anak dan Berdasarkan WHO Initiative ARIA, berdasarkan
dewasa.6 Angka kejadian rinitis alergi di Indonesia sifat berlangsungnya dibagi atas:1
bervariasi diberbagai daerah. Hasil studi di Jakarta 1) Intermitten, jika gejala kurang dari 4 hari per
didapatkan 26,71% anak usia 13-14 tahun, Bandung minggu atau kurang dari 4 minggu.
7
2) Persisten, jika gejala lebih dari 4 hari perminggu
19,1%, dan Semarang 18,4%. Prevalensi rinitis alergi
atau lebih dari 4 minggu
pada anak-anak lebih sering terjadi pada anak laki-laki
Berdasarkan berat ringannya penyakit, dibagi atas:
dibandingkan perempuan. Prevalensi antara wanita
1) Ringan, bila tidak ada gangguan tidur, gangguan
dan pria ada saat dewasa hampir sama. Usia rata-rata
pada kegiatan sehari-hari, bersantai, belajar,
onset rinitis alergi pada 8-11 tahun, tetapi rinitis alergi
bekerja, dan hal-hal lain yang mengganggu.
dapat terjadi pada segala usia. Prevalensi rinitis
2) Sedang-berat, bila terdapat 1 atau lebih gangguan meningkat pada infeksi parasit, penyakit kulit dan
yang tersebut diatas. menurun pada imunodefisiensi. Pemeriksaan ini
3.5 Manifestasi Klinis masih dipakai sebagai pemeriksaan penyaring
Gejala rhinitis alergi dapat muncul pada hidung, tetapi tidak untuk diagnostik.
mata, telinga, faring, dan laring. 4
Foto polos sinus paranasal/CT Scan/MRi.
Gejala pada hidung: nasal crease- garis mendatar Dilakukan bila ada indikasi keterlibatan sinus
pada pertengahan dorsum nasi akibat kebiasaan paranasal, seperti adakah komplikasi rinosinusitis,
menggosok hidung dengan punggung tangan menilai respon terhadap terapi dan jika
(allergic salute), mukosa hidung pucat dan edem, direncanakan tindakan operasi.
konka edem, sekret hidung jernih dan cair atau 3.7 Tatalaksana
mukoid.
hal ini tidak selalu muncul. penyakitnya. Termasuk dalam hal ini
Skin prick test mengubah gaya hidup seperti pola makanan
Tes ini mempunyai sensitifitas dan spesifisitas
yang bergizi, olahraga dan menghindari stres.
tinggi terhadap hasil pemeriksaan IgE spesifik. Mengubah jalannya penyakit atau
IgE serum total
Kadar meningkat hanya didapati pada 60% pengobatan kausal.
penderita rinitis alergi. Kadar IgE normal tidak Pengobatan rhinitis alergi dapat berupa1, 4, 10,12:
Antihistamin merupakan pilihan pertama hipertiroid), dan pajanan obat (kontrasepsi oral,
untuk pengobatan rinitis alergi.Antihistamin antihipertensi, B-bloker, aspirin, Clorpromazin dan
yang dipakai adalah antagonis histamin H-1, obat topikal hidung dekongestan).1
yang bekerja secara inhibitor kompetitif Kelainan ini disebut juga Vasomotor catarh,
dengan reseptor H-1 sel target. Antihistamnin vasomotor rhinorea, nasal vasomotor instability, atau
dapat mengotrol rinorea, bersin, dan gatal juga non–allergic pherenial rhinitis.1
pada hidung. Rinitis vasomotor mempunyai gejala yang mirip
Preparat simpatometik dengan rinitis alergi sehingga sulit untuk dibedakan.
Preparat simpatometik golongan agonis Pada umumnya pasien mengeluhkan gejala hidung
adrenergik alfa yang digunakan sebagai tersumbat, ingus yang banyak dan encer serta bersin-
dekongestan hidung. Phenylephrine, bersin walaupun jarang.13
oxymetazoline dan xylo-metazoline adalah 4.2 Etiologi dan Patofisiologi
Etiologi yang pasti belum diketahui, tetapi diduga
yang sering digunakan untuk mengurangi
sebagai akibat gangguan keseimbangan fungsi
gejala sumbatan hidung. Mekanisme
vasomotor dimana sistem saraf parasimpatis relatif
kerjanya sebagai vasokonstriktor sehingga
lebih dominan. Keseimbangan vasomotor ini
edema yang terjadi di konka dapat teratasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlangsung
dan gejala hidung tersumbat hilang.
temporer, seperti emosi, posisi tubuh, kelembaban
Penggunaan dekongestan topikal hanya
udara, perubahan suhu luar, latihan jasmani dan
untuk beberapa hari saja untuk menghindari
sebagainya, yang pada keadaan normal faktor-faktor
rhinitis medikamentosa.
tadi tidak dirasakan sebagai gangguan oleh individu
Kortikosteroid
Kortikosteroid oral sangat efektiv untuk tersebut.13
mengontrol gejala rinitis alergi, namun hanya Beberapa faktor yang mempengaruhi
13
digunakan pada serangan akut karena keseimbangan vasomotor:
memiliki banyak efek samping sistemik. a) obat-obatan yang menekan dan menghambat
Kortikosteroid topikal seperti beclomethasone
kerja saraf simpatis, seperti ergotamin,
dipropionate, budesonide, unisolide acetate,
chlorpromazin, obat anti hipertensi dan obat
uticasone and mometasone menghambat
vasokonstriktor topikal.
reaksi inflamasi pada mukosa hidung dan b) Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara
menekan reaksi alergi fase lambat. dingin, kelembaban udara yang tinggi dan bau
Penggunaan yang terus menerus dapat yang merangsang.
c) Faktor endokrin, sepeti keadaan kehamilan,
menyebabkan atrofi mukosa hidung dan
perforasi septum. Penggunaan kortikosteroid
pubertas, pemakaian pil anti hamil dan
hipotiroidisme.
intranasal sebaiknya 1-2 minggu tiap 2-3
d) Faktor psikis, seperti stress, ansietas dan fatigue.
bulan.
Beberapa Hipotesis telah dikemukakan untuk
menerangkan patofisiologi Rinitis Vasomotor, antara
lain:1
bergantian setiap 2-4 jam. Keadaan ini disebut seperti hidung tersumbat dan rinore. Rinore yang
sebagai ”siklus nasi”. Dengan adanya siklus ini, hebat dan bersifat mukus atau serous sering dijumpai.
seorang akan mampu untuk dapat bernapas Gejala hidung tersumbat sangat bervariasi yang dapat
dengan tetap normal melalui rongga hidung yang bergantian dari satu sisi ke sisi yang lain, terutama
berubah-ubah luasnya. sewaktu perubahan posisi.1,13
Serabut saraf parasimpatis berasal nukleus
Keluhan bersin-bersin tidak begitu nyata bila
salivatori superior menuju ganglion sfenopalatina
dibandingkan dengan rinitis alergi dan tidak terdapat
dan membentuk nervus vidianus, kemudian
rasa gatal di hidung dan mata. Gejala dapat
menginervasi pembuluh darah dan terutama
memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur oleh
kelenjar eksokrin. Pada rangsangan akan terjadi
karena adanya perubahan suhu yang ekstrim, udara
pelepasan ko-transmiter asetilkolin dan vasoaktif
lembab, dan juga oleh karena asap rokok dan
intestinal peptida yang menyebabkan peningkatan
sebagainya.13
sekresi hidung dan vasodilatasi, sehingga terjadi
Berdasarkan gejala yang menonjol, kelainan ini
kongesti hidung.
dibedakan dalam 3 golongan, yaitu1:
b) Neuropeptida
Pada mekanisme ini terjadi disfungsi hidung a. Golongan bersin (sneezers)
b. Golongan Rinore (runners)
yang diakibatkan oleh meningkatnya rangsangan
c. Golongan terseumbat (Blockers)
terhadap saraf sensoris serabut C di hidung.
4.4 Diagnosis
Adanya rangsangan abnormal saraf sensoris ini
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis
akan diikuti dengan peningkatan pelepasan
yang cermat, pemeriksaan THT serta beberapa
neuropeptida seperti substance P dan calcitonin
pemeriksaan yang dapat menyingkirkan kemungkinan
gene-related protein yang menyebabkan
jenis rinitis lainnya.13
peningkatan permeabilitas vaskular dan sekresi
Diagnosis umumnya ditegakkan dengan cara
kelenjar.
eksklusi, yaitu menyingkirkan adanya rinitis infeksi,
c) Nitrik Oksida
Kadar nitrik oksida (NO) yang tinggi dan alergei, okupasi, hormonal dan akibat obat. Dalam
persisten di lapisan epitel hidung dapat anamnesis dicari faktor yang mempengaruhi timbulnya
menyebabkan terjadinya kerusakan atau nekrosis gejala.1
epitel, sehingga rangsangan non spesifik Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak
berinteraksi langsung ke lapisan sub-epitel. gambaran yang khas berupa edema mukosa hidun,
Akibatnya terjadi peningkatan reaktifitas serabut konka berwarna merah gelap atau merah tua, tetapi
trigeminal dan recruitment refels vaskular dan dapat pula pucat. Hal ini perlu dibedakan dengan
kelenjar mukosa hidung. rinitis alergi. Permukaan konka dapat licin atau
d) Trauma
berbenjol-benjol (hipertrofi). Pada rongga hidung
Rinitis vasomotor dapat merupakan
terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Akan tetapi
komplikasi jangka panjang dari trauma hidung
pada golongan rinore sekret yang ditemukan ialah
melalui mekanisme neurogenik dan/atau
serosa dan banyak jumlahnya.1
neuropeptida.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk
4.3. Gejala klinik
menyingkirkan kemungkinan rinitis alergi. Kadang
Pada rinitis vasomotor, gejala sering dicetuskan
ditemukan eosinfil pada sekret hidung, akan tetapi
oleh berbagai rangsang non-spesifik seperti
dalam jumlah sedikit. Tes cukit kulit biasanya negatif.
asap/rokok, bau yang menyengat, parfum, minman
Kadar IgE spesifik tidak meningkat.1
beralkohol, makanan pedas, udara dingin, pendingin
4.5 Tatalaksana1
dan pemanas ruangan, perubahan kelembaban,
Penatalaksanaan rinitis vasomotor bergantung
perubahan suhu luar, kelelahan dan stres/emosi. Pada
pada berat ringannya gejala dan dapat dibagi atas
keadaan normal faktor-faktor diatas tidak dirasakan
tindakan konservatif dan operatif.13
sebagai gangguan oleh individu tersebut.1
Penatalaksanaan pada rinitis vasomotor
Gejala yang dijumpai pada rinitis vasomotor
bervariasi, tergantung pada faktor penyebab dan
kadang-kadang sulit dibedakan dengan rinitis alergi
gejala yang menonjol. Secara garis besar dibagi vestibular furunkulosis. Nyeri dan rasa tidak nyaman
dalam: pada vestibular furunukulosis bersifat terlokalisir.
1. Menghindari stimulus/ faktor pencetus Inflmasi yang terjadi dapat menyebar ke berbagai
2. Penobatan simtomatis, dengan obat-obatan lapisan jaringan dan menyebabkan lesi eritem pada
dekongestan oral, cuci hidung dengan larutan kulit hidung. Uuntuk pengobatannya vestibular
garam fisiologis, kauterisasi konka hipertrofi furunkulosis dapat dilakukan kultur dan diberikan
dengan larutan AgNO3 25% atau triklor-asetat pengobatan berupa salep antibiotik topikal intranasal.4
pekat. Dapat juga diberikan kortikosteroid topikal Furenkel dapat terjadi pada vestibulum nasi dan
100-200 mikrogram. Dosis dapat ditingkatkan potensial berbahaya karena infeksi dapat menyebar ke
sampai 400 mikrogram sehari. Hasilnya akan vena fasialis, vena optalmika lalu ke sinus kavernosus.
terlihat setelah pemakaian paling sedikit selama 2 Hal ini dapat terjadi karena vena fasialis dan vena
minggu. Saat ini terdapat kortikosteroid topikal oftalmika tidak mempunyai katup. Oleh karena itu,
baru dalam larutan aqua seperti flutikason sebaiknya jangan memencet atau melakukan insisi
propionat dan mometason furoat dengan pada furunkel kecuali jika sudah jelas terbentuk abses.
pemakaian cukup satu kali sehari dengan dosis Antibiotik dosis tinggi harus selau diberikan.1
200 mcg. Pada kasus dengan rinore berat, dapat 5.3 Gejala Klinis
ditambahkan antikolinergik topikal (ipatropium Secara`tipikal, symtom awal furunkel adalah nyeri
bromida). Saat ini sedang dalam penelitian adalah fokal di salah satu jaringan yang berada diantara
terapi desensitisasi dengan obat capsaicin topikal kedua vestibulum. Sangat jrang terjadi nyeri fokal
yang mengandung lada. bilateral.15
3. Operasi, dengan cara bedah-beku, elektrokauter, Bila kulit yang menutupi daerah nyeri diperiksa,
atau konkotomi parsial konka inferior. tidak ada perubahan permukaan yang nyata. Namun,
4. Neurektomi n. Vidianus, yaitu dengan melakukan bila kulit yang menutupi daerah nyeri diraba, sering
pemotongan pada n. Vidianus, bila dengan cara di ditemukan nyeri. Kemudian, fokus kulit yang sakit
atas tidak memberikan hasil optimal. Operasi yang menutupi ujung lateral hidung bisa menjadi
tidaklah mudah, dapat menimbulkan komplikasi, memerah. Pada saat itu ada nyeri yang sangat terasa
seperti sinusitis, diplopia, buta, gangguan, pada saat palpasi.15
lakrimasi, neuralgia atau anestesis infraorbita dan Namun, pustula jarang berkembang di area
palatum. Dapat dilakukan tindakan blocking eritema nyeri dan nyeri pada permukaan kulit. Selain
ganglion sfenopalatina. Prognosis pengobatan itu, formasi abses yang jernih di permukaan kulit
golongan obstruksi lebih baik daripada golongan dengan fluktuasi jarang terlihat. Gejala sistemik
rinore. Oleh karena golongan rinore sangat mirip termasuk demam dan menggigil tidak menyertai
dengan rinitis alergi, perlu anamnesis dan bentuk peradangan folikel khas bakteri nasal ini.
pemeriksaan yang teliti untuk memastikan Selama periode waktu jika tidak diobati, nyeri fokal
diagnosisnya. intranasal dan nyeri permukaan +/- eritema
5. Furunkel Pada Hidung permukaan kulit akan sembuh secara spontan.
5.1 Definisi Namun, hal ini dapat dipercepat dengan pengobatan
Furunkulosis hidung dan vestibulitis adalah Infeksi dengan produk topikal intranasal. Hal ini tidak biasa
lokal dari vestibulum hidung dengan bantalan rambut. bagi individu dengan kompleks gejala ini untuk
Furonkulosis adalah area selulitis yang terlokalisasi di mengalami beberapa episode berulang serupa selama
seputar folikel rambut yang melibatkan pula jaringan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.15
subkutan. Vestibulitis adalah proses yang lebih Bila kulit yang menutupi daerah nyeri diperiksa,
menyebar, seringkali dengan pengerasan kulit. tidak ada perubahan permukaan yang nyata. Namun,
Organisme penyebab hampir selalu S. aureus. 14, 15 bila kulit yang menutupi daerah nyeri teraba, sering
5.2 Etiologi dan patofisiologi ditemukan nyeri tekan. Kemudian, fokus menyakitkan
Folikel rambut pada hidung merupakan port de kulit yang menutupi ujung lateral hidung bisa menjadi
entrée bakteri stafilokokus yang dapat mengakibatkan
memerah. Pada saat itu ada kelembutan yang indah palatum dapat pula mendorong fragmen tulang dan
15
pada palpasi. kartilago ke hidung. Gigi intranasal seperti gigi
Gambar. Furunkulosis pada vestibulum nasal dengan penyebaran tambahan (supernumerary teeth) dapat mengalami
infeksi ke ujung dan dorsal nasal.16
erupsi ke dasar hidung dan menimbulkan gejala
5.4 Tatalaksana 18
seperti osteoma dan obstruksi nasal Penyeab dari
Analgesik dan kompres hangat dapat meredakan
erupsi gigi intranasal belum diketahui dengan jelas,
perasaan tidak nyaman. Bilamana perlu berikan
namun diperkirakan berbagai multifactorial seperti
langsung antibiotik sistemik dan topikal melawan
infeksi, trauma, malformasi anatomis (bibir sumbing,
organisme, demikian pula insisi dan drainase abses.
sumbing palatum) atau faktor genetik.19
Salep antibiotik topikal dua sampai tiga kali sehari,
biasanya mencukupi.14
Terapi meliputi kompres panas lokal.
penghilangan manaipulasi digital, salep antibiotik
topikal dan antibiotik sistemik yang ditujukan terhadap
S. aureus, seperti dicloxacillin, sefalosporin generasi
kedua, atau rifampisin. Banyak dari pasien ini adalah
pembawa kronis S. aureus di ruang vestibulum 19
Gambar Gigi Intranasal
hidung.14 Benda asing hidup dapat berupa miasis sering
6. Benda Asing Hidung ditemukan pada daerah tropis. Infestasi lainnya dapat
Benda asing hidung walau sering ditemui pada berupa larva lalat, cacing seperti Cochliomya
usia anak, sering pula ditemukan pada usia dewasa macellaria dan Cochliomyia homnivorax. Insiden
terutama yang mengalami retardasi mental atau infestasi tersebut dapat diperkirakan bergantug pada
gangguan jiwa. Ketertarikan anak pada sesuatu yang habitat dan hiegine dari host sendiri. Nematoda seperti
baru membuat kasus benda asing pada hidung lebih Ascaris Lumbricoides dapat pula ditemukan pada
cenderung ditemukan pada anak1Benda asing hidung penderita askariasis dengan riwayat regurgitasi dan
memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas apabila batuk.18
menganggu jalan nafas. Benda asing tidak boleh
dibiarkan karena dapat terjadi risiko berupa nekrosis
dan infeksi sekunder. 2, 16
6.1 Etiologi
Benda asing dalam hidung dapat dibedakan atas
benda asing hidup/bergerak (animate) dan benda
asing tidak hidup(inanimate). Benda asing tidak hidup
yang seringkali ditemukan berupa penghapus
berbahan karet, kerikil, manik-manik, biji kacang,
kelereng, kancing baju, spons, kapur tulis, koin,
serpihan kayu, gabus, baterai, lilin dan
sebagainya.Material endogen dapat pula berupa Gambar Radiologi Gigi Intranasal19
inranasal.Trauma pada orbita, sinus paranasal, dan Benda asing hidung cenderung terletak pada
sepanjang dasar jalur hidung tepat dibawah konka
inferior atau meatus inferior dan anterior vestibulum. 2