Anda di halaman 1dari 67

.

{n{TVENSTTAS AI{DAI,AS - _ ._- s -4,

-. MENDAPATIGN CARI FENGOBATA]\T PADA TRIIJ\KU CARA HT}BI}NGA}T PENE"AKII PE]\TDERTTA URFTRTrI$GIOI{ORE AI(r}TA NON I(OIUPLTKATA pRrA

TE*SAI}APRESIST

EI{TSI(}BAT

TESS

Yo+sElxz"a+

Gtzmol.

PRWRAM PEFTDETIKAN DOKTER SPESIALISI


F4I{UI,TAS'KE.POI(TE*AI{ UNrVERSTTAS AIYDATAS

2t'11

H$MSSTTASAT{D=ALAS

S{ryrg11Sf{3E*g4HI

rENGona"AH PAI}A pssfDRITA UAETBITIpspNSre AIC{}TA $sI{ K{}III?bII{ATA r*IA := '' r,rxfitArApRgsr$Tglsslo-qAr :'
'

Q4$4=@

TSSI$

YOSSE RIZAL

fir228m1'

*nOC**ltl

r=
",sslqF.

PEISDImKAN nO-lrfSR ffPp$UAtI$ .I,(}KTEB^*g{

"

'

{tNrlcnsEAs'*$IDALAS
,

201r

:. ..::
r :i r:. .:: , r:

_:

::.

._.:=:i:=:=.::=:j:r::i

.:,...:

r::

ji:r:::...:i:r:

. _:a ._

: _ .,a

:...

:.:;;;;;'',.,.;,:,,'.

=,

-r.:,.,.,r1.,.'',;-,t..

ffiAilAN,PE|-*G'

':

: :': -

='

'-':

-' :

'

'::'

;:

:.:,

'

:; ;,=,, .;'

=' : :

-l_
=

...n

I.\ IT\

\l\

dr. Encep Kusnandar, SpKK(K)


aaI

N
I I
I

,{_-/.

--:
Sakrtnris:
:'=

UCAPAI\ TERIMA KASITI


Assalamu' alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat

dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Terima kasih yang tak terhingga
kepada Ayahanda Yantje Buliyard (almarhum) dan Ibunda

Nufami

yang telah membesarkan

dan mendidik serta selalu memberi doa restu. Ucapan terima kasih kepada isteri tercinta dr.

Lydia Aswati dan ananda tersayang Azhara Dhiya Yosse Putri yang senantiasa memberi
semangat dan doa.

Pada kesempatan

ini penulis ingin menyarnpaikan

ucapan terima kasih kepada banyak pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan pendidikan dokter spesialis dan penyusunan tesis

ini.
Kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Andatas DR.dr. Masrul, MSc, SpGK dan
Direlqtur Rumah Sakit dr. M. Djamil Padang dr.Hj. Aumas Pabuti, Sp.A(K),MARS atas izin
I

dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan speqialisasi Djamil Padang.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besamya kepada Prof.dr.H. Zairrrl Hakim,Sp.KK(K) atas kesediaan beliau menerima penulis untuk dapat mengikuti pendidikan spesialisasi semasa

di Bagian Ilmu Kesehatan lion,

Auf, Kelamin

FK Unand/RS M

menjadi Ketua Program Studi Ihnu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unand. Terima kasih

kepada dr. Rina GustiaSp.KK sebagai Ketua Bagian, dr. Qaira Anum,Sp.KK sebagai sekretaris Bagan,

dr. Hj.Sri Lestari,Sp.KK (K)

sebagai Ketua Program Studi dan

pembimbing tesis, dr. Satya Wydya Yenny,Sp.KK sebagai Sekretaris Program Studi
Kesehatan

Itnu

Kulit dan Kelamin yang telah banyak memberi bimbingan dan saran selama
lv

penulis menjalani pendidikan dan melakukan penelitian. Terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

dr. Encep Kusnandar,Sp.KK(K) sebagai pembimbing dalam penelitian ini,

atas

dorongan, motivasi dan nasehat yang diberikan sehingga penulis dapat meydlesaikan tesis ini.

Terima kasih kepada dr. Isramiharti,Sp.KK(K) yang telah banyak memberi m.asukan dan
saran selama penulis menjalani pendidikan dan penelitian

ini. Terima kasih kepada

dr.

Edison,MPH sebagai pembimbing statistik dan dr. Early Indram4Sp.MK yang telah memberi
saran dan bimbingan dalam bidang

Mikrobiologi demi kesempurnaan tesis ini. Rasa terima

kasih juga penulis sampaikan kepada Dony Afrizal,SE Tata usaha Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin,

,i*of,

staf poliklinik dan staf Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Unaq
atas

Kepada rekan-rekan peserta PPDS


bantuan dan

IKKK FK Unand penulis ucapkan terima kasih

dorongTtyu dalam menyelesaikan pendidikan spesialisasi dan penelitian ini.

Penulis sangat bersyukur dengan selesainya penelitian

ini.

Semoga bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu kedokteran.

Padang, Maret 2011

Penulis

DAF"TAR ISI

LEMBARAI.I

PERSETUJUA]'I

""":"

r11

UCAPAN TERIMAKASIH

i'
vl ix
x

DAFTARISI ......... DAFTARBAGAN


DAFTAR TABEL DAFTAR SINGKATAN

xi

ABSTRAK BAB I.
PENDAHULUAN...........

xii I
I
6
7 7

1.1. Latar belakang 1.2. Rumusanmasalah 1.3. Hipotesispenelitian.. 1.4. TujtranPenelitian 1.5. ManfaatPenelitian
BAB II. TINJAUA}I KEPUSTAKAAN

2.1.

Gonore....
2.1.1 Definisi.........
2.1 .2

I
8 8

Epidemiologi.........

2.1.3
2. 1,4

Etiologr,.........
Biolo gi Neisseria gonorrhoeae . .. ......
.

t0
11

2.1.5 Patogenesis 2.1.6 Gejalaklinis

.........

t2

vl

15 Carakerjaantibiotik.. 16 2.2.2. Resistensi antibiotik terhadap kuman....... ........... 19 2.2.3. Resistensi Neisseria gononhoeae

2.2.L.

2.2.4

Hubungan perilaku dengan pemakaian antibiotik... 21

2.3
BAB

III.

penelitian....:.......... .........23 METODE PENELITIAN ........... ,.......... ...24 .... 24 3.1. Jenis penelitian......... ... 24 3.2. Populasi, sampel, darr besar sampel ........... 24 3.2.1. Poputasi.... ................ 24 3.2.2. Sampel
Kerangkakonsep

3.2.3. Besar sampel

3.3. 3.4. 3.5,

Teknikpengambilan

sampel

............ 25

Alur penelitian
Tempat dan waktu penelitian.. 3.5.1. Tempat

penelitian 27 ................... 27 3.5.2. Wakhr penelitian .............,.... _3.6. Analisis da1a............,.....................:..i 28 / 28 3.7. Etikapenelitian.......... ........ 28 3.8. Variabel penelitian.. ........ 28 3.g Definisi operasional variabel.... 31 BAB tV HASIL PENELITIAN DAN PEMBATIASAN.. 40 IKIITISA& KESIMPULAN DAN SARA}.i BAB V 43 DAFTARPUSTAKA
Lampiran

l. Informasi untuk pasien......

Lampiran 2. Surat pemyataan persetujuan ikut datam Lampiran 3. Status

penelitian

......... 49 ......... 50

penelitian
vll

Lampiran 4. Teknik pengambilan

sampd...".;..................

..--.;--..-....... ....- 52

Larnpiran 5. Tabel lnduk penelitian

t ampiran

O.

Ketetangan lolos kaji etik

........

..............-

54

vrll

I}AFTARBAGAI\I
'..'.

tsagfln

2.3.

Kerangka konsep pe,nelitian .....d............

Bagnn3.4. Alurpenelitian

D(

DAFTARTABEL

Tabel 1. Umur penderita gonore.


Tabel 2. Tingkat pendidikan penderita gonore. Tabel 3. Status perkawinan penderita gonore. Tabel 4. Pekerjaan penderita goRore. Tabel 5. Pola resistensi beberapa antibiotik terhadap N.Gonnorrhoea. Tabel 6. Cara mendapatkan pengobatan. Tabel 7. Hubungan cara mendapatkan pengobatan terhadap resistensi masing-masing

antibiotik.
Tabel 8. Hubungan cara mendapatkan pengobatan terhadap resistensi obat berdasar

jumlah obat pada hasil qii sensitivitas.

DATTAR SINGKATAI\

ft{s
wHo
NGPP

Infeksi menular seksual


World health organization Neisseria gonnorrhoeae penghasil penisilinase

TR}IG

Tetracycline resistant neisseriq gormorrhoeae Kadarhambat minimal


Pekerja seks komersial.

KHM
PSK

DNA
NADH
ATP ase RMP LOS OUE

Deoryribonucleic acid Nicotinamide adenine dinucleotide dehtdrogenase


A de no s in
e

tr ipho sp at a s e

Re duction mo difi abl e pr ote

in

Lipo oligo sakharida Orifisium uretra ekstemum


:

PID
PCR

Pelvic inflammatory disease


P olymerase

chain reaction

PKBI

Perkumpulan Keluarga Berencana lrtdonesia

IKKK
NCCLS
SD

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


National committee for clinical laboratory stanfurdization
Sekolah dasar Sekolah menengah tingkat pertama
"

SMTP

SMTA
PT
PNS

",

Sekolah menengah tingkat atas Perguruan tinggi Pegawai negeri sipil

'i

TNI/POLRI RT

Tentara Nasional Indonesia/ Polisi Repubtik Indonesia

Rumahtangga
Badan usatra

BUMN

milik negara

xl

HUBUNGAN PERILAKU CARA MENDAPATKAN PENCOSEIAN PADA PENDERITA URETRITIS GONORE AKUTANON KOMPLIKATA PRIA TERHADAP
RESISTENSI OBAT

Yosse Rizal Bagran Ilmu Kesehatan

Kulit itan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RSUP Dr.M.Djamil, Padang

Abstrak

Latar belakang: Gonore adalah penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae. Angka kejadian gonore berkaitan dengan resistensi terhadap

mtibiotik yang digunakan dalam pengobatan gonore. Resistensi dapat dipengaruhi oleh
i

perilaku cara mendapatkan pengobatan, yaitu berobat ke dokter dan berobat sendiri.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan perilaku cara mendapatkan pengobatan pada penderita
rnetritis gonore akuta non komplikata pria terhadap resistensi obat dan untuk mengetahui pola
resistensi antibiotik terhadap Neisseria gonorrhoeae.

Subyek dan metoda: Sfudi observasional dengan disain cross sectional pasiengonore pria. Pada pasien dilalcukan anamnesis, pemeriksaan

fisik, pewarnaan Gram, kultw dan tes

sensitivitas. Hubungan perilaku cara mendapatkan y'engobtilan pada penderita uretritis gonore akuta non komplikata pria terhadap resistensi obat diuji dengan Chi-square test dan Mann-

Vhitney test. Pengolahan dan analisis data menggunakan statistical programme for social
rcience (SPSS)for windows versi i,3,0.

Hasil: Pada penelitian ini j"mlah sampel 26 orutg, kelompok umur terbanyak 20 -24 tahun

(46,l{0), tingkat pendidikan terbanyak SLTA (6l,5%0), sudah menikah 69,3yo, pekerjaan
terbanyak pelajar/mahasiswa(34,6Yo). Antibiotik yang paling sensitif kanamisin (76,9%) dan siprofloksasin (69,2Vo), paling banyak resisten sefiksim dan levofloksasin (73,1%0). Tidak
terdapat perbedaan yang signifikan cara mendapatkan pengobatan antara pasien yang berobat ke dokter dengan pasien berobat sendiri terhadap resistensi N.gonorchoeae, p)0,05.

Krta kunci: gonore, antibiotik, resistensi.

x11

BAB

PENDAHULUAN

l.l Latar belakang.


Gonore adalah penyakit infeksi menular seksual

(MS) yang disebabkan

oleh Neisseria

gonorrhoeae, bakteri diplokokus negatif Gram, anaerob fakultatif; yang umunmya ditularkan

melalui kontak seksual dengan masa inkubasi 2-5 hari namun dapat juga ditularkan kepada janin pada saat proses kelahiran berlangsung.t Walaupun semua golongan umur rentan terinfeksi
penyakit ini, tetapi insiden tertingginya pada usia 15-35 tahuni

Gonore masih merupakan infeksi menular seksual yang paling sering ditemukan di
negara berkembang. Epidemiologi gonore berboda pada tiap

- tiap negara. Di Swedia, insiden


Di Amerika Serikat,

gonore dilaporkan sebanyak 4871100.000 orang pada tahun 1970, sedangkan pada tahun 1994
penderita gonore semakin berkurang yaitu hanya sekitar 31/100.000 orang.

insiden kasus gonore mulai mengalami penumnan dari tahun ke tahun.3 Di dunia diperkirakan
terdapat 200

juta kasus baru gonore setiap tahunnya. Data World Health Organisation flMHO)
'+

menunjukan irisiden gonore antara 62 jtfta kasus baru pada tahun 1999, sebagian besar berasal

dari Asia Selatan, Asia Timur, Afrika, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.a Hal ini
diperkirakan antara lain karena peningkatan prevalensi resistensi galur Neisseria gonorrhoeae
terhadap arrtibiotik.s

Di Indonesia infeksi gonore menempati urutan tertinggi dari semua jenis

MS.

Beberapa penelitian

di Surabaya, Jakarta dan Bandung

torhadap wanita peke{a seks

komersial mpnunjukkan bahwa prevalensi gonor berkisar antara 7,4-50yo.6 Sedangkan data
Depkes RI tahun lggT-lgg&didapatkirn infeksi gonore sebanyak 13.000 kasus pada tahun 1997

drn 20240kasus pada tahun 1993.? Di RS Dr. M Djamil Padang dari tahun 2007 sampai tahun

orang kunjungan ke 2009 jumlah pasien yang menderita gonore sebanyak 76 orang dari 5200

poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamindengan proporsi 0,014.8 Tingginya angka kejadian gonore erat kaitannya dengan kejadian resistensi terhadap
termasuk antibiotik yang digunakan dalam pengobatan gonore. Resistensi terhadap antibiotik
tahun terakhir multidrug resistentmerupakan suafir evolusi umum yang telah terjadi lebih dari 60

antibiotik erat pada bakteri maupun pada patogen lain.e Resistensi N.gonorrhoeae tsthaclap
genetik darr pola penggunaan kaitannya dengan mutasi pada struktur atau gen pengatur informasi

antibiotik dari penderita gonore.

10't

galur gonokokus Galur Neisseria gonoTlneae penghasil penisilinase (NGPP) merupakan


merusak penisilin yang mampu menghasilkan enzim penisilinase atau beta-laktamase yang dapat

menjadi senyawa

inaktil

sehingga sukar diobati dengan penisilin dan derivatny4 walaupun

terhadap tetrasiklin dengan peninggian dosis.ll Galur Neisseria gonowhoeae yang resisten

(IRNG

Di tetracycline resistant Neisseria gononhoeae) telatr dilaporkan di berbagai negara.

g0-g5yo.r2'13 Resistensi Neisseria Indonesia TRNG pada beberapa kota ditemukan antara

gonorrhoeae terhadap spektinomisin juga telah terjadt

t:,0"

halnya resistensi terhadap

resistensi tinggi antimikroba y6ng lain. Beberapa strain Neisseria gonorrhoeae dengan leYel
kaclar hambat minimal terhadap siprofloksasin juga telatr dilaporkan pada tahun 1994 dengan

(KHM) >0,06 ug/ml sebanyak 0,3 sampai 2,3yo- Sebelumnya tahun 1990 di United Stated'
Neisseria gonorrhoeae Hongkong, Thailand, Jepang dan Filipina telah dilaporkan adanya strain tatrun 1998-2003 yang resisten terhadap antibiotik golongan fluorokuinolon. Sedangkan selama gonore terdapat 4,1 yo pasien hasil penelitian wang sA et al. di Hawai dari 82.064 pasien
re
s

isten terhadap sefi ksim, azitromi sin dan speltinomis in.

3' I a

Resistensi Neiseruia gonnorhoeae terhadap penisilin

di Turki

selama 1995-1998

didapatkan sebanyak 55yo, diRwanda tahun 1995 sebanyak 64a/odan di Dhaka India tahun 1997
resistensi penisilin 66%. Sedangkan di negara Asia seperti Vietram resistensi terhadap tetrasiklin

g}yq diChina

84Yo dan Malaysia

5oh.1s

Resistensi

Neisetia gonnorhoeae tsrhadap spektinomisin telah dilaporkan di

beberapa

negara seperti Finlandia, Yunani dan Thailand dengan persentase resisten 87,3yo dan 85%.

Untuk fluorokuinolon resistensinya cendrung meningkat pada beberapa negara dengan insiden
kasus gonore yang meningkat seperti Kanada dengan resistensi terhadap siprofloksastn 4,4oA

tahun 2001, di Inggris 9,8o/o tahun20Q2, di Jepang 24,4yo tahun 1999. Di negara Asia selatan

seperti Bangladesh resistensi Neiserria gonnorhoeae terhadap siprofloksasin cenderung


meningkat dari tahun ke tahun yuitu 9Yo tahun 1997 dan

4f/o

tr;h'url. 1999. Karena

tingginya

angka resistensi ini pada tahun 2003, WHO telah merekomendasi pemakaian antibiotik sefiksim,

seftriakson, siproflokasasin atau spektinomisin dosis tunggal untuk mengobati gonore tanpa
komplikasi.r6 Sampai saat ini data tentang resistensi N. goltorrho.ele di berbagai kota

di Indonesia

menunjukkan''hampir semua telah resisten terhadap penisilin dan tetrasiklin, spektinomisin,


siprofloksasin dan tiamfenikol pada beberapa daerah sudah mulai menurun keefektifannya, tetapi masih sedikit laporan resistensi terhadap fluorokuinolon.
17

Data mengenai resistensi Neiserria gonorrhoeae terhadap penisilin di Indonesia telah


dilaporkan oleh Joesoef di Surabaya tahun 1991 yaitu {!,4o/o, sedangkan tahun 1996 didapatkan
89%o resisten tertradap

penisilin, 987o resisten terhadap tetrasikilin, l8.,lyo resisten terhadap

spektinomisin dan 98olo resisten terhadap tiamfenikol sehingga antibiotik tersebut tidak dipakai lagi sebagai terapi gonore.l8

Di

Jawa barat tahun 1999 dilakukan penelitian oleh Yuwono DJ dkk. terhadap 73 isolat

gonore dari wanita pekerja seks komersial dengan hasil 96Yo resisten terhadap penisilin,
snrlfametoksazol dan tetrasiklin, 8olo resisten terhadap kanamisin dan spektinomisin, 1,47o resisten terhadap siprofloksasin dan tidak satupun isolht yang resisten terhadap sefiksim dan
seflriakson.6 Sedangkan penelitian dengan menggunakan isolat wanita pekerja seks

di

Jakarta

tahun 1996 oleh tesmeq didapatkan hasil seluruhnya resisten terhadap tetrasiklin dan sejumlah isolat menunjukJ<an penurunan suseptibilitas terhadap tiamfenikol, eritromisin, kanamisin dan norfloksasin. Penelitian terhadap pekerja seks komersial di Jakarta tahun 2007 didapatkan hasil 100% masih sensitif terhadap siprofloksasin dan 95% sensitif terhadap ofloksasin.le Hasil
penelitian oleh Asri E di Padang tahun 2009 khusus resistensi terhadap siprofloksasin didapatkan hasil 5,67o resisten dari 18 pasien gonore.8

Tingginya penggunaan antibiotik pada penderita gonore yang tidak sesuai dengan acuan farmakologi merupakan salah satu faktor risiko meningkatrya angka resistensi kuman Neisseria

gonorrhoeae.

Hal ini didukung dengan kurangnya

pengetahuan dan informasi tentang

penggunaan antibiotik.20 Bebasnya pembelian 61ibif;tik


secara luas tdirpa mengetahui dosis yang tepat

tpu

resep dokter dan penggunaan

juga menjadi pemicu resistensi. Penelitian di

Semarang tahun 2006 oleh Sumaryo S terhadap 39 orang penderita gonore didapatkan hasil26Yo

pasien telah mengkonsumsi antibiotik yang dibeli sendiri, dimana 90% pasien telah resisten
terhadap sefiksim.2l

Perilaku pemakaian antibiotik dari penderita gonore erat kaitannya dengan perilaku
seksualnya. Suatu studi

di Panti Sosial

Pasar Rebo Jakarta tahun 2007 oleh Nilasari

H terhadap

2I

omng pasien gonore dari wanita berisiko tittggi temyata didapatkan 53Yo tslah resisten

terhadap sefiksim dan 81o/o resisten terhadap kanamisin. Pada penelitian tersebut didapatkan

bahwa penderita gonore kebanyakan telah mendapatkan antibiotik yang mereka beli sendiri di wanrng dan apotik serta ada yang diberi oleh teman pekerja seks komersial (PSK) dengan tingkat pendidikan sebagian besar dari mereka adalah tamatan sekolah menengah pertama.22

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku penderita


gonore dalam melakukan hubungan seksual dan pemilihan serta penggunaan antibiotik. Faktor

ini

akan mendorong beberapa penderita gonore untuk mencari pengobatan sendiri dan

pengulangan episode gonore sehingga berpengaruh terhadap kejadian resistensi yang


mengakibatkan penyakitnya tidak sembuh. Studi yang dilakukan oleh Sutama

IM terhadap 63
54o/o tamatan

PSK di Yogyakarta tahun 2005, 3A% di antaranya adalah tamatan SMTP dan

sekolah dasar, memiliki tingkat pemahaman dan pengetahuan tentang gonore dan antibiotik yang

beragam. Sebanyak 84%o mengetahui penyakit gonore dan antibiotik bukan dari pendidikannya tetapi melalui pertincangan sesama PSK dan penyuluhan dari relawan dan dokter klinik. Sekitar
26Vo dafimereka membeli sendiri antibiotik di toko obat atau apotik dan hanya sekitar 30%oyang

tahu cara pemakaian antibiotik yang benar, serta 50% yang paham tentang adanya resistensi antibiotik terhadap kuman penyebab infeksi menular seksual.zr

''

_:

Penelltian yang dilakukan oleh Purba HM di RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun


2006 terhadap 88 orang menyangkut perilaku seksual didapatkan 65% dengan tingkat pendidikan

menengah pertama dengan rentang usia 20-24 tahun memiliki tingkat pemahaman terhadap

penyakitnya dan pemilihan antibiotik yang rendah. Ini terbukti dengan didapatkan 73o/o dai
mereka memiliki pasangan yang berisiko tinggi, hanya lYo yang memakai kondom dan 87Yo
berganti pasangan lebih dari satu orang.23 Sedangkan studi terhadap 48 orang penderita gonore dan infeksi genital.non spesifik oleh

Tahir DF tahun 2007 di Jakarta Timur didapatkan

55olo pendorita dengan

pendidikan tamatan

SMTA namun tingkat pemahaman terhadap penyakitnya rendah, dimana terdapat 35% penderita

&ngan 2-5 jumlah pasangan selsual dalam

bulan dan hanya 2gYoyangpasangannya memakai

kondom. I{al ini terjadi karena ketidaktahuan cara penularan penyakitnya.2a

Pemakain antibiotik untuk regimen pengobatan gonore memerlukan beberapa


pertimbangan seperti ketersediaan fasilitas diagnostik yang ada, tempat infeksi, resistensi galur

Neisseria gononhoeae terhadap antibiotik dan kemungkinan infeksi Chlamydia trachomatis yang terjadi bersamaan,"''u kur"na pada dasamya pengobatan gonore baru diberikan setelah
diagnosis ditegakkan. Antibiotik yang mahal tanpa didasari diagnosis, dosis dan cara pemakain yang tepat tidak akan menjamin kesembuhan bahkan sering berdampak pada resistensi. Masalah tersebut menjadi bertambah kompleks dengan banyaknya antibiotik yang dapat diperoleh dengan mudah, tanpa resep dokter dan penggunaan yang irasional. Selain itu adanya fenomena pingrcng terhadap pasangan seksual juga menjadi pertimbang an."''8

Di kota Padang

data dan penelitian tentang hubungan perilaku. cara mendapatkan

pengobatan pada penderita uretritis gonore akuta non komplikata pria terhadap resistensi obat

belum pernah dilaporkan, sehingga peneliti ingin melakukan penelitian resistensi obat terhadap

N.gonorrhoedba berdasarkan cara mendapatkan pengobatan pada penderita gonore akuta non komplikatapria.

l2

Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti

sebagai berikut

1.

Apakah ada hubungan perilaku cara mendapatkan pengobatan pada penderita uretritis
gonofe akuta non komplikata pria terhadap resistensi obat.

2.

Bagaimanakah pola resistensi antibiotik terhadap Neiserria gonnorhoeae..

13 llipotesis penelitian Ada hubungan perilaku cara mendapatkan pengobatan pada penderita gonore akuta non
komplikatapria terhadap resistensi antibiotik di RS Dr M Djamil Padang.
1.4 Tujuan penelitian 1.4.1 Tujuan umum :

Untuk mengetahui hubungan cara mendapatkan pengobatan pada penderita uretritis


gonore akuta non komplikata pria terhadap resistensi obat. 1.4.2 Tujuan khusus:

l.
2.
1.5

Mengkaji hubungan perilaku cara mendapatkan pengobatan pada penderita urenitis


gonore akuta non komplikata pria terhadap resistensi obat

Mengetahui pola resistensi antibiotik terhadap Neisseria gonorrhoeae

Manfaat penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

l.
2.

Untuk kepentingan ilmu pengetahuan: sebagai data dasar epidemiologi N. gonothoeae Untuk kepentingan praktisi kesehatan: sebagai,pedonlan dasar dalam pemilihan antibiotik
y ang tdpat pada p asien gonore.

3.

Untuk kepentingan masyarakat: memberi edukasi bahwa cara mendapatkan pengobatan


yang tidak tepat pada penyakit gonore akan mempermudah nlunculnya resistensi obat
terhadap N. gononhoeae

BAB

II

TINJAUAN PUSTAKA

Ll Gonore Ll.l
Definisi
Gonore adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonothoeae, suatu

diplokokous negatif Gram mengenai mukosa membran uretra pada pria, serta endoserviks dan
kelenjar Bartholini pada wanita.2e Sinonim : kencing nanah, uretritis spesifik.27
2.1.2 Epidemiologi

Istilah gonore pertama kali digunakan oleh Galen di Yunani pada abad ke dua, yang
mengandung arti "benih yang mengalir".27 Gonore dapat ditemukan

di seluruh dunia, mengenai

pria dan wanita pada semua usia terutama kelompok dewasa muda dengan aktifitas seksual

tinggi. Gonore umunmya ditularkan melalui hubungan seks baik secara genito-genital, orogenital dan ano-genital. Di samping itu penularan juga dapat terjadi secara manual melalui alat-

ala! pakaian, handuk, trmometer serta penularan dari ibu kepada bayi

saat melalui

jalan lahir

yang manifestasinya dapat benrpa infeksi pada mata yang dikenal dengan blenorrhea.3o
':

Penularan dafi pria kepada wanita lebih sering karena adanya retensi ejakulat yang terinfeksi di

dalam vagina. Pada pria umwnnya menyebabkan uretritis akut sementara pada wanita
menyebabkan servisitis yang biasanya asimptomatis.3
l'32

Faktor risiko untuk infeksi Neisseria gonorrhoeae antanalain: status sosial ekonomi yang

rendah, aktivitas seksual yang dini, hidup serumah tanpa ikatan perkawinan, homoseksual, heteroseksual, biseksual, adanya riwayat

infeksi Neisseria gonorrhoeaea

sebelumnya,

pengobatan gonore dengan antibiotik yang tidak adekuat dan seks bebasj3'34

Berbagai data pada beberapa Rumah Sakit, angka kejadian gonore bervariasi, di RSU

llfi*ram tahun 1989 dilaporkan

kasus gonore yang sangat tinggi yaitu sebes ar 52,87Yo da.i_

rhruh

penderita IMS. Di RS Dr Pimgadi Medan tahun 2002 dilaporkan l6Yo dari sebanyak 326 [\dS,35 sedangkan

srderita

di klinik IMS RS Dr Sutonto Surabaya tahun 1990-1993 terdapat


S

?f.22% kasus gonore dari total 3055 kasus urehitis. Di RS dr Kariadi Semarang, Sumaryo

melaporkan gonore menempati urutan ke tiga atau sebesar 17,56yo dari seluruh penderita IMS

tahun lgg0-lgg4, di RSLiP dr Mohammad Husin Palembang prevalensi gonore sebesar


pada tahun lgg0.2r

39olo

2.1.3 Etiologi

Gonore disebabkan oleh Nersseria gonorrhoeae kuman kokus negatif Gram famili Neisseriaceae,tampakdi dalam dan di luar leukosit polimorfonuklear (neutrofil), berukuran 0,6-

lJ

pm, berbentuk diplokokus seperti biji kopi dengan sisi datar yang berhadap-hadapan dan

mempnnyai 3 lapis dinding sel yaitu outer membrone,membran periplasma dan inner membran

pada bagian terdalam.32 Kuman

ini tidak motil dan tidak

membentuk spora. Neisseria


35-37"C dengan

gonorrhoeae dapat dibiakkan dengan media. Thayer

I("rfu pada suhu optimal

kadar COz 5%. Kuman ini tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering,
fidak tahan suhu di atas 390C dan tidak tahan zat disinfektan.2e'36

Ku-"n ini ditemukan

tahun

1879 oleh dokter Albert Ludwig Siegmund Neisser berkebangsaan Jerman, melalui pengecatan hapusan duh tubuh uretra, vagina dan konjungtiva dan pertama kali di kultur in vitro tahun 1882

oleh

Leistikow.3T'3e

Dilaporkan adanya karakteristik koloni yang berbeda dan Neisseria

gonorrhoeae diklasifikasikan menjadi 4 tipe. Tipe

dan 2 hrmbuh pada media agar sebagai

koloni kecil abu-abu dan mempunyai pili pada permukaannya yang berperan sebagai virulen.
Sedangkan tipe

3 dan 4 koloninya lebih besar, tidak berpili dan avirulen.37 Strain gonokokus

ftobngkan ke dalam tipe-trpe

berdasar kebutuhan nutisi/kebuhrhan pertumbuhan (growth

rqubements/aueotyping) atau melalui perbedan antigenik pada protein porin (serotyping).

ilhir-akhir ini juga

ada pembagian berdasar fragmen gen yang mengkode ribosomal RNA


(d e o ryr ib o nuc I e i c ac
id).3

ftibtyp in g) dan fragmen DNA

2J.4

Biolo

gi Neisseria gonorrhoeae

Dinding Neisseria gonorrhoeae mempunyai komponen-komponen permukaan yang


berperan pada patogenesis virulensinya. Komponen permukaan tersebut mulai dari lapisan dalam

ke luar dengan susunan sebagai berikut

l.

Membran sitoplasma

membran

ini

menghasilkan beberapa enzim seperti suksinat

dehidrogenase, laktat dehidrogenase, nicotinamide adenine dinucleotide dehidrogenase

(NADH) dan adenosinetriphosp

atase

(ATP

ose).37

2. Lapisan

peptidoglikan : lapisan ini mengandung beberapa asam amino dan penicilinase

binding component yang merupakan sasaran antibiotik penisilin dalam proses kematian
kuman. Terjadi hambatan dalam sintesis dinding sel, sehingga kuman akan mati.37

3.

Dinding sel/membran
_./

luar

"
:

".'

Membran ini ini terdiri atas beberapa komponen

a.

Lapisan polisakarida : merupakan lapisan yang memegang peranan dalam virulensi


dan patogenesis kuman Neisseria gonoruhoeae.

b. Pili : merupakan

bagian dinding sel gonokokus yang menyerupai rambut, berbentuk

batang dan terdiri atas zubunit protein sekitar

l8 Dalton. Pili ini berperan dalam

perlekatan (adhesi) pada sel mukosa dan penyebamn kuman dalam host.37

c.

Protein, terdiri atas : protein porin (Por), protein opacity (Opa), reduiction nodifiabte

protein (RMP) dan protein H8.37


10

Fungsi potein ini antara lain sebagai penghubung anion spesifik ke dalam lapisan
yang banyak mengandung lemak pada membran luar.37'40

d.

Lipo oligosakarida: komponen ini berperan dalam menginvasi sel epitel, dengan cara
memproduksi endotoksin sehingga terjadi kematian sel mukosa.37

e.

Ig A

I protease : berperan dalam inaktifasi

pertahanan imun mukosa. Hilangnya Ig

A1 protease akan menyebabkan hilangnya kemampuan gonokokus untuk tumbuh


dalam sel epitel.37

2.15 Patogenesis gonore Infeksi gonore umunnya terbatas pada permukaan mukosa superfisialis yang berlapis

qitel silindris dan kubis. Epitel skuamosa

dimana terdapat pada vagina dewasa, tidak rentan

nrhadap infeksi Neisseria gonorchoeae. Bakteri melekat pada sel epitel kolumnar, melakukan penetrasi dan bermultiplikasi

di membran

bawah (basement membrane). Perlekatan

ini

di
sel

perantarai melalui fimbriae dan protein opa (P

II). Bakteri melekat hanya pada microvili dari

epitel kolumnar. Perlekatan pada sel epitel yang bersilia tidak terjadi. Setelah

itu bakteri

dikelilingi olehmicrovili yangakan menariknya ke nepukaal sel mukosa. Bakteri masuk ke sel
cpitel melalui iiroses parasite-directed endocytosis.3T Selama endositosis, membran sel mukosa menarik dan mengambil sebuah vakuola yang berisi bakteri. Vakuola ini ditransportasikan ke

lO..*
I

sel dimana bakteri akan dilepaskan melalui eksositosis ke dalam jaringan subepitelial.

lieisseria gonorrhoeae tidak dirusak dalam vakuol endositik ini, tetapi tidak jelas apakah
bakteri-bakteri ini bereplikasi dalam vakuola sebagai parasit intra seluler. Protein porin yang
utama, P

@or) yang terdapat pada membran luar merupakan protein yang memperantarai

penetrasi pada

sel hospes. Masing-masing strain dari Neisseria gonoyrhoeae hanya

11

rgekspresikan safu tipe por. Neisserio gonorrhoeae dapat memproduksi satu atau beberapa

Ffrein

lapisan membran luar yang dinamakan Opa

(p lll.tzto

Selama infeksi gonokokus akan menghasilkan berbagai produk ekstraseluler.seperti

ffolipase,

peptidase

yang dapat meyebabkan kerusakan sel. Peptidoglikan

dan

@oligosakarida bakteri akan mengaktivasi jalur alternatif komplemen hospes, sementara lipo

oligo sakharida (LOS) juga menstimulasi produksi tumor neuosis factor (TNF) yang
menyebabkan kerusakan sel. Neutrofil segera datang ke tempat tersebut dan mencerna bakteri.
De'ngan alasan yang belum diketahui, beberapa bakteri Neisseriq gonorrhoeae mampu bertahan

hidup dalam fagositosis, sampai neutrofil mati dan melepaskan bakteri yang dicerna. Setelah itu

infiltrasi sejumlah leukosit dan respon neutrofil menyebabkan terbentuknya pus dan munculnya
gejala subj ektif.32'33 2-1.6 Gejala

klinis

Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria berkisar antara 2-5 hafi, pada watrita masa

t'nas sulit untuk ditentukan karena umumnya asimptomatis. Infeksi Neisseria gononhoeae pada
pria bersifat aku: yang didahului rasa panas di bagian Utr|-l uretra di sekitar orifisium uretra
eksternum (OUE), diikuti disuria dan polakisuria. Pada pemeriksaan tampak OUE kemerahan

dan edem, ekstropion dapat ditemui. Juga terdapat duh tubuh yang bersifat purulen atau
seropurulen, Pada beberapa keadaan duh tubuh keluar bila dilakukan pemijatan atau pengurutan

korpus penis ke arah distal, tetapi pada keadaan penyakit yang lebih berat nanah tersebut
menetes sendiri keluar dan sering

diikuti timbulnya pembesaran kelenjar getah bening inguinal

medial unilateral atau bilateral. Komplikasi akan timbul jika uretritis tidak cepat diobati atau
mendapat pengobatan yang kurang adekuat. Penyulit uretritis gonore pada umumnya bersifat

lokal, yang terjadi dapat berupa: tysonitis

pffi&uretritis, litritis, cowperitis, prostatitis, vesikulitis,

t2

epididimitis, cystitis dan proktitis. Sedangkan komplikasi ekstra genital merupakan

infeksi secara hematogen ke seluruh tubuh sehingga dapat menimbulkan meningitis, miokarditis dan konjunctivitis. Komplikasi la4iut infeksi gonore pada pria dapat
lkan kemandulan jika terjadi bilateral epididimitis.r,37
Pada wanita gejala

klinis subjektif dan objektif jarang didapatkan. Infeksi pada wanita

aTd

mengenai serviks dengan gejala utama meliputi duh tubuh vagina yang berasal dari

isitis yang bersifat purulen dan agak berbau namun pada beberapa pasien kadangmempunyai gejala minimal. Kemudian timbul disuria dan dispareunia. Jika ini
maka dapat berkembang menjadipelvic inflammatory disease (PID).Nyeri ini bisa

akibat dari menjalarnya infeksi ke endometrium, tuba falopii, ovariunr


3l

dan

.7 Diagnosis

Diagnosis gonore ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan um yang terdiri atas
:

A.

Sediaan

langsung

-,1

Dengan"'pengecatan Gram akan ditemukan gonococcus negatif-Gram intraseluler dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada

wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin dan endoserviks.3T

B. Kultur

/ biakan

Untuk identifikasi dilakukan pembiakan dengan menggunakan media pertumbuhan yaitu Media Thayer Martin yang mengandung vankomisin, kolimestat dan nistatin yang dapat
menekan pertumbuhan kuman positif-Gram, negatif-Gram dan jamur, dimana tampak

koloni berwarna putih keabuan, mengkilat dan cembung. Media lain adalah agar coklat

l3

Mcleod, tetapi media ini dapat ditumbuhi oleh kuman lain selain gonococcus.
Pemeriksaan kultur dengan bahan dari duh uretra pria, sensitivitasnya lebih tinggi 9498Yo daripada duh endoservik

85-95%o,sedangkan spesifisitasnya sama

yaitu

999/o.37

C.

Pemeriksaan DNA

Pemeriksaan DNA pada prinsipnya mendeteksi asam nucleat mikroorganisme dengan


menggunakan pelacak

DNA. Biasanya yang digunakan adalah teknik PCP. Qtolymerase

chain reaction), yaitu suatu teknik in vitro untuk menggandakan atau amplikasi DNA
secara enzimatis melalui rekayasa sintesis

DNA baru secara berulang, sehingga sedikit

sampel DNA dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan.al

D.

Tes beta-laktamase

Tes ini menggunakan cefinase TM cakram. BBL 96192 yang mengandung lrromogenik sepalosporin. Apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase, akan menyebabkan
perubahan warna koloni dari kuning mer{adi mera}r.37

E.

Tes Thomson

Tes ini berguna untuk mengetahui sampai


melakiikan pemeriksaan laboratorium. Tes

F-*?*infeksi
dilakuk

sudah berlangsung tanpa

ini

an padapagi hari setelah bangun

pagi, urin dibagi

2 gelas dan tidak boleh menahan kencing dari gelas

ke gelas 2.

Dengan hasil interpretasi infeksi uretritis anterior jika gelas 1 keruh sedangkan gelas 2

jernih.l
2.1.8 Penatalaksanaan

Sesuai panduan World Health Organisation (WHO) tahun 2003 terapi gonore tanpa komplikasi adalah sebagai berikut
:

a-

Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal atau

t4

bc*

Seflriakson 125 mg i.m dosis tunggal atau Siprofloksasin 500 mg per oral dosis tunggal atau Spektinomisin 2 gram i.m dosis tunggal.a2 terapi gonore dengan komplikasi (okal) dapat diberikan regimen berikut:

d-

tfugkan

ab. d.

Siprofloksasin 500 mg per oral selama 5 hari atau Seftriakson 125 mgi.m selama 5 hari atau

c. Sefiksim 400 mg per oral selama 5 hari atau


Spektinomisin 2 gram i.m selam Shafi.a2

Regimen terapi untuk infeksi disseminated gonococcal adalah sebagai berikut:

a
b.

Seftriakson 1 gr i.m/i.v lx/hari selama 7 han afau

Spellinomisin 2 gr i.m 2:r/hari selama 7 hali.


:

Antibiotik lain yang juga sering digunakan dalam penatalaksanaan gonore adatah

K*namisin 2 gram i.m, tiamfenikol oral 2,5-3,5 gram, ofloksasin oral 400 mg dan levofloksasin
250 mg per oral, tetapi beberapa kota di Indonesia sudah mulai melaporkan adanya resistensi

:rhadap gonongan kuinolon ini.14

I.2 Antibiotili'
L2.1 Cara kerja antibiotik

Antibiotik adalah segolongan senyawa alami maupun sintetik yang'mempunyai efek

mekan

atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme khususnya dalam proses

fofeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit
fofeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetik juga digunakan sebagai alat seleksi

mhadap mutan atau transforman. Antibiotrk yang digunakan untuk Neisseriq gonorrhoeae
dilihat dari target atau sasaran kerjanya terdiri:

15

polipeptida, sepalosporin, ampisilin dan basitrasin.

a. Antibiotik yang

mengganggu fungsi subunit ribosom 30S atau 50S yang. akan

menyebabkan penghambatan sintesis protein, contoh linkomisin, kloramfenikol dan tetrasiklin.

Aminoglikosid, makrolid,

3.

Antibiotik yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat, seperti: golongan kuinolon.

a3

L2J Resistensi antibiotik terhadap kuman


Satu hal yang dikhawatirkan dalam pemakaian antibiotik adalah timbulnya resistensi.

frudu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antibiotik dimana sifat ini dapat
merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup. Dikenal tiga pola resistensi dan

srsitivitas kuman terhadap antibiotik

1. Belum

pemah terjadi resistensi bermakna yang menimbulkan kesulitan di klinik.

2.

Pergeseran
sepenuhnya.

dari sifat peka menjadi kurang peka tetapi tidak sampai terjadi resistensi

3. Sifat resistensi pada taraf yang cukup tinggi, ,"tiirrgg,


: faktor

nlenimbulkan masalah di klinik.aa

Adanya kegagalan pengobatan dengan antibiotik dapat disebabkan oleh beberapa faktor

ynng saling berkaitan yaitu resistensi antibiotik

mikroba obat dan penderita sendiri. Tingginya derajat


:

di

negara berkembang bisa didasari pada beberapa faktor, seperti

penggunaan antibiotik secara bebas akan memicu terjadinya penggunaan yang irasionalo yang

tidak sesuai dengan tipe infeksinya maupun dosis regimen, kurangnya kewaspadaan untuk
mendeteksi dan merespon adanya perubahan pola kepekaan antibiotik. Keadaan sanitasi yang

jelek akan meningkatkan terjadinya kontaminasi air yang juga akan memfasilitasi penyebaran
mikroba yang resisten.as
16

Resistensi bakteri terhadap antibiotik dapat berupa resistensi instrinsik atau alamiah
',
I

fual

resistonce), hal ini merupakan fenomena yang alami dimana tidak semua spesies secara

[minsik t
I

rentan pada semua jenis antibiotik. Selain itu juga dikenal juga resistensi didapat
resistance), dimana kuman yang sensitif terhadap antibiotik tertentu dapat berubah

guir"d I

dadi resisten.6 Resistensi didapat sendiri didasari pada 2 rtrekanisme yaitu genetik dan biokimia. Pada

danisme

genetik dapat terjadi

keadaan yaitu resistensi temporer atau sementara dan

resistensi pennanen. Pada resistensi sementara dengan menaikkan dosis obat dalam darah 2-4

teli

lebih besar dari konsentrasi hambat minimal (KIII\4) dapat men$adi sensitif kembali. DNA ekstrinsik (dari luar)
sebagai

Resistensi pennanen terjadi karena mutasi atau dapatan dari

inFlikasi dari teori survival Darwin. Sumber DNA ekstrinsik dapat berasal dari transformasi,
nmsduksi atau konjugasi, dimana transfer DNA dari'sel ke sel memegang peranan yang sangat

penting dalam hal ini.a7 Sedangkan dari mekanisme biokimia dapat diielaskan dalam
mekanisme yang menimbulkan resistensi bakteri terhadap antimikroba yaitu
:

1.

Perubahan

enzim.

-,

Bakteri menghasilkan suatu enzim yang akan menyebabkan obat meqiadi inaktif, seperti

B lalaamase yang akan memecah cincin B laktam penisilin dan memecah sefalosporin
sehingga menj adi resisten.a?

2.

Merubah target obat.

Bakteri melakukan sintesis bentuk lain dari target obat sehingga obat tidak mempunyai
efek, misalnya resistensi penisilin pada gonokokus berhubungan dengan adanya modified

penicillin binding protein ataupun mutasi pada DNA g/rase yang mengakibatkan
resistensi
E.

coli maupun N. gonnorhoeae padakuinolon-47r'8

t7

3-

Lintasan by pass. Semua mekanisme disini muncul dari adanya dapatan DNA ekstrinsik. Bakteri akan melakukan perubahan dengan mekanisme by pass untuk menghindari tahap tertentu yang dihambat oleh antibiotik dengan cara memproduksi suatu targetalternatif (biasanya suatu nzim) sehingga obat tidak dapat masuk ke dalam sel.a7

4. Merubah permiabilitas sel.

Dapat disebabkan karena terjadi kehilangan porin sehingga terjadi penurunan uptape obat-obatan hidrofilik melalui protein outer membrane pada bakteri negatif Gram
sehingga menyebabkan terjadinya multi drug resistant.aT
5. Pengeluaran obat dari dalam sel.

Mekanisme pengeluaran obat dari sel sering disamakan dengan impermiabilitas tapi ini
adalah mekanisme yang aktif, sedangkan impermiabilitas adalah mekanisme yang pasif.

Contoh klasik adalah resistensi pada tetrasiklin. Sel yang telatr resisten melakukan uptake obat dengan kecepatan sama dengan sel yang sensitif tapi perbedaan terjadi dimana sel
yang resisten, obat akan dipompa untuk keluar kembali.as

kumiih terhadap antibiotik yang terjadi secara geneti; berdasarkan mekanisme

&

Mutasi kromosomal : semua jenis antibiotik mempunyai suatu target kerja berupa asam
amino yang spesifik- Adanya perubahan pada satu atau lebih asam amino dapat merubah

interaksi antara antibiotik dan target. Mutasi


didapat.e

ini dapat terjadi

secara spontan maup'n

b.

Resistensi yang diperantarai plasmid

plasmid mengatur produksi enzim dengan

mengkode protein yang dapat menghancurkan komposisi antibiotik atau melindungi

18

ribosom dari pengaruh antibiotik. Resistensi ini sering didapatkan pada bakteri negatif
Gram termasuk N. gonorrhono".os

elemen yang dapat dipindahkan dari satu sisi ke sisi lain dari DNA. Setiap transposom
membawa gen yang dibutuhkan untuk proses transposisinya masing-masing.a8 Resistensi

antibiotik terhadap Neisenia gononhoeae

Pada bakteri negatif Gram, khususnya Neisseria gonorrhoeae resistensi


beberapa mekanisme, antara lain:

ini

dapat terjadi

1. Bakteri menghasilkan

enzim beta laktamase yang memecah cincin beta laktam

dari penisilin dan sefalosporin.as


2. Mengubah permiabilitas membran sel sehingga konsentrasi antibiotik dalam sel kuman tidak tercapai.as
J.

Melakukan sintesis bentuk lain dari target obat, misalnya DNA glrose sehingga
obat tidak berefek, misalnya resistensi terhadap kuinolon.as

Secara genetik mekanisme resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap semua antibiotik a terdiri'dari

2 trpe yaitu: plasmid mediated (yang dimediasi plasmid) dan kromosomal.

plasmid terhadap penislin dan tetrasiklin banyak didapatkan. Plasmid merupakan

genetik ekstra kromosom, berbentuk bulat dengan

rantai DNA yang

dapat

diri dalam sel dan mengatur produksi enzim dengan cara mengkode protein yang
menghancurkan komposisi antibiotik atau melindungi ribosom dari pengaruh antibiotik.as

Resistensi plasmid terhadap penisilin melalui produksi B lactamase Qtenicillinase) tipe

l.

Enzim ini menghidrolisis cincin beta laktam penisilin sehingga menjadi tidak aktif. disebut strain penicillinase-producing Neisseria gonothoeae (PPNG) yang khas

t9

adanya peningkatan minimum inhibitory consentration (MIC) penisilin yang mendadak

ryda atau dengan penurunan nyata pada ukuran zona 10 IU penicillin disk diffusion

test.

plasmid terhadap tetrasiklin disebut tetracycline-resistqnt Neisseria gonorrhoeae juga khas dengan adanya peningkatan MIC tettisiklin yang mendadak dan nyata pada mna30 pgtetracycline disk diffusion
test.ae

Resistensi kromosomal gonokokus terhadap penisilin terjadi karena adanya perubahan


selubung dan metabolisme sel sehingga menurunkan afinitasterhadap penisilin. Begitu juga

resistensi kromosomal terhadap tetrasiklin terutama oleh pencegahan akumulasi

dalam sel baik melalui penurunan influks atau peningkatan kemampuan sel untuk
Resistensi kromosomal

ini akan mengakibatkan penurunan sensitivitas tahap

tatrap akibat akumulasi yang perlahan dari mutasi kromosomal yang terjadi bersama
45

Resistensi Neiserria gonorrhoeae terhadap spektinomisin dan aminoglikosid biasanya

i melalui mutasi kromosom single step yaflg mengakibatkan resistensi tingkat tinggi. Genribosomal yang berbeda dan terlibat pada resistensi spektinomisin dan aminoglikosid ini

berkaitair. Kedua komponen trimetoprim dan sulfametoksazol rnenghasilkan blok


ial pada sintesis tetrahidrofolat. Dengan tidak adanya tetrahidrofolat maka sintesis DNA

bat sehingga bakteri mengalami kematian. Hal

ini

diperkirakan karena bakteri

produksi dihydrafolat reductase atau menurunkan permiabilitas selnya. zsie Perubahan suseptibilitas gonokokus terhadap antibiotik sefalosporin

juga dimediasi

kromosomal dan diakibatkan oleh perubahan yang sama dengan yang terjadi pada nan suseptibilitas terhadap penisilin, tetapi tidak semua sefalosporin dihidrolisis oleh

type

lahamase, sehingga beberapa senyawa ini masih aktif melawan PPNG.45

20

Resistensi terhadap fluorokuinolon telah tersebar luas dan tampak pada galur PPNG atau

dengan resistensi kromosomal yang

berarti bahwa strain-strain tersebut multiresisten.

Neiserria gonnorhoeae terhadap kuinolon terjadi karena mutasi kromosom yang


perubahan asam amino yang memodifikasi DNA grrase sehingga tidak bisa

oleh kuinolon.so Mekanisme terjadinya resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap


kuinolon yang telah dipelajari adalah
:

t.

Mutasi pada subunit gtr Adari DNA g)rase. Mutasi ini mendasari terjadinya resistensi level rendah terhadap kuinolon

2. Mutasi pada subunit g,n A dari DNA glrase dan subunit par C dari topoisomerase IY.
Mutasi

ini

mendasari terjadinya resistensi level tinggi pada kuinolon dan biasanya

disertai penurunan kepekaan pada sefalosporin termasuk seftriakson.

3.

Penurunan uptake antibiotik dikarenakan peningkatan bakterial impermiabilitas terhadap


agen antimikroba dan over ekspresi sistim pompa efluks endogen.

4.

Mutasi pada subunit

grBdari DNA g)rase.

Mutasi ini hanya muncul pada strain laboratorium dan berkorelasi rendah pada kejadian

Ilubungan perilaku seksual penderita gonore dalam pemakaian antibiotik

*erilaku seksual merupakan sikap dan perbuatan

seseorang dalam kehidupan sgksualnya

seringkali dipengaruhi oleh tingkat pengetahuannya. Termasuk ke dalam peril4ku seksual

lain; usia hubungan seks yang pertam4 jumlah pasangan seks dalam

bulpn terakhir,

hubungan seks per minggu, cara hubungan seks dan penggunaan kondom. Perilaku

antibiotik pada penderita gonore merupakan suatu tindakan dalam upaya mencari

2t

dengan menggunakan antibiotik yang diperoleh dengan bermacam cara dengan

ymg berkompeten.2a

Perilaku pemakaian antibiotik pada penderita gonore berkaitan dengan tingkat


pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya dan antibiotik

itu sendiri.

mendapatkan antibiotik, penggunaan terakhir antibiotik, intensitas pemakaian antibiotik,

tentang aluran pakai, tindakan mengganti antibiotik, efek samping serta


tentang resistensi antibiotik sering digunakan sebagai acuan untuk menilai perilaku antibiotik.20

Kerangka konseptual penelitian

22

kerangka konsep:
Resistensi N.gonnorhoeae terhadap antibiotik dapat terjadi karena adanya beberapa
yang saling berkaitan yaitu faktor obat, kumafl dan penderita sendiri. Dari faktor penderita dapat meningkatkan resistensi adalah perilaku, salah satunya perilaku dalam mendapatkan

dengan antibiotik. Mendapatkan pengobatan terdiri dari berobat ke dokter dan


pengobatan sendiri/ membeli obat sendiri. Semua ini akan diuji dan dibandingkan secara

vino dengan uji sensitivitas untuk melihat ada tidaknya resistensi antibiotik terhadap Neisseria

23

BAB

III

METODE PENELITIAN
penelitian
Penelitian ini adalah suatu observasional dengan disain cross sectional.

@ulasi, sampel dan besar sampel


Populasi
Populasi penelitian adalah semua pasien pria dengan keluhan duh genitalia yang datang

sbbagian infeksi menular seksual poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS DR M
Padang.

Sampel Sampel yang dipilih untuk penelitaian ini adalah bagran dari populasi yang memenuhi

inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel dicari dengan rumus data nominal.

Penderita uretritis gonore akuta non komplikata pria yang telah pemah mendapat terapi yang didiagnosis berdasarkan anamnesis, p.gmeriksaan Hinis, pewarnaaan Gram dan dengan a{ar Thayer Martin.

eksklusi

Tidak tumbuh koloni pada pemeriksaan kultur. Besar sampel


sampel ditentukan sesuai dengan rumus estimasi simple random sampling:

n:

zczP Q

&

24

: : :

besar

rympel

yang diambil

tingkat kepercayaan = Cl,95Yo maka Zc 1,96 proporsi gonore di Padang : (0,014)

:1_P
= tingkat kepercayaan yang dikehendaki 5%

n--

1,962

0.014 x 0.986
0,052

:3.84

i 0.0138
0,0025

:19,2

memperhitungkan ada penderita yang droup out, maka dalam penelitian ini dibutuhkan
19 *.l0%o =

2l

orang.

Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini

adalatr consecutiue sampling yaiw

penderita yang hemenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam subjek
sampaikurun waktu tertentu hingga jumlah sampel t-lcapai.
-'i

penelitiair ini dilakukan langkahJangkah sebagai berikut

a-

Pengambilan sampel penelitian Penderita pria dengan keluhan duh genitalia, nyeri saat buang air subbagian Infbksi menular seksual

kecil yang datang ke

poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Dr

M Djamil

Padang yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi serta menandatangani

infurmed concent.

b.

Melakukan pengisian kuesioner dengan cara anamnesis pada setiap penderita. Inspeksi orifisium uretra eksternus untuk melihat duh yang mengalir keluar dari uretra
.

c.

)<

d-

Pengambilan

dr rh

tu buh ke dalam uretra sampai melewa li fosa navikularis dar meatus

weframenggun akan sengkelit steril.

Pewarnaan Gra npa la gelas objek untuk identifftasi N. go norrhoeae. Pemeriksaan ku Itur r lengan agar Thayer Martin.
Tes resistensi dr ln se nsitivitas di Bagian

f *

Mikrobiologi

deng lan menggunakan cakr am obat.

AIur penelitian
Pasien pria dengan kelutran duh genitalia

SubbagianIMS Poli IKKK

Kriteria inklusi

Uretritis gonore akuta non komplikata

Pasien yang Berobat ke dokter

Pasien yang Berobat sendiri

Kultur dengan agar Thayer Martin

Kultur dengan agar Thayer Martin

{.[i sensitivitas te;hadap antibiotik

Uji sensitivitas terhadap antibiotik

Resisten

I Sensitif

26

alur penelitian
Pasien pria dengan keluhan duh genitalia yang datang berobat ke

poliklinik

Subbagian

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Dr M Djamil Padang yang menderita uretritis gonore non komplikata berdasarkan anamnesis, pemeriksaan venerologi dan pewarnaan Gram.

hdm

dikelompokan atas pasien yang berobat ke dokter dan pasien yang berobat sendiri.
ian dilakukan kultur kuman dengan menggunakan media agar Thayer Martin, diinkubasi

r*

suhu 37" C dalam sungkup lilin. Pengamatan adanya

koloni N.gonorrhoeae dilakukan

48 jam yang dilaqiutkan dengan

uji

resistensi, konsentrasi kuman 0,5 Mc Farlqnd.

lilmlbiotik yang diujikan adalah antibiotik yang biasa digunakan dalam penatalaksanaan IMS

pendekatan sindrom dan panduan WHO yaitu

: siprofloksasin, seftriakson,

sefiksim,

isin, tiamfenikol, ofloksasin dan levofloksasin. Penentuan tingkat sensitivitas kuman isolat

tttradap antibiotik menurut besarnya zona hambatan dilakukan berdasarkan metode NCCLS

@(aional Committee

for Clinical

Laboratory Standardization). Zoya hambat sensitif

rirofloksasin >41 tmn, sefuiakson >35 rnm, sefiksim >31 mrn, ofloksasin
hvofloksasin >"36 mm, kanamisin > 36 mm, tiamfenikol Z 32 mm.

>

31 ffiffi,

35

Tempat fan walrtu penelitian

151 Tempat penelitian


Penelitian dilakukan di poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Dr

Jamil

hdang, sedangkan untuk uji kultur dan resistensi dilakukan di Bagian Mikrobiologi Fakultas
fedokteran Universitas Andalas.

l.Sil Waktu penelitian


Waktu penelitian dilakukan dari Januari sampai Desember 2010, sedangkan pengumpulan

"'dta dan pemeriksaan laboratorium subjek dilakukan dari bulan Juli sampai Desember 2010.

27

data

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel yang diteliti dengan resistensi
gonorrhoeae digunakan

uji statistik chi-squme test dan Mann-Witney

fesf'dengan

<0,05. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan statistical

for social

sciezce (SPSS)for windows versi 13,0.

nfikr penelitian
Penelitian dilakukan pada manusia dan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Etik RS Dr M Jamil Padang.

Veriabel penelitian
iabel bebas
: berobat ke dokter, berobat sendiri.

bergantung : resistensi obat


luar yang diamati
:

Umur Tingkatpendidikan
StatuJperkawinan
Pekerjaan

Defi nisi operasional variabel Berobat ke dokter


a.

Definisi
ukur
ukur

: upaya mencari pengobatan ke ahli yang berkompeten (dokter umum dan

dokter spesialis kulit dan kelamin)


b. Alat c. Hasil
: anarhnesis : sembulr/ tidak sembuh

28

d. Skala ukur
&..

nominal

Berobat sendiri
a.

Definisi

upaya mencari pengobatan sendiri/ ke orang yang tidak berkompeten

beli obat sendiri, berobat ke paramedis)


b. Alat ukur c. Hasil ukur anamnesis sembuh/ tidak sembuh

d. Skala ukur

nominal

i 3" Resistensi a.

antibiotik
sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh arrtibiotik cakram antibiotik

Definisi Alat ukur

b.

c. Hasil ukur

sensitifl resisten

d. Skala ukur : ordinal (zona hambat sensitif siprofloksasin 241 mm, seftriakson )35 mm, sefiksim >31 mm, ofloksasin
'kanamisin > 36 mm,

31 mm, levofloksasin

36 mm,

tiamfenikol> 32mm).5r

Skor resistensi sesuai dengan j,umlah resistensi.


1

4. Umur

a.

Definisi

umur seseorang yang ditentukan dari tahun latrir


anamnesis dalam tahun rasio

b. Alat ukur
c. Hasil ukur

d. Skala ukur
5. Tingkat pendidikan
a.

Definisi

strata keilmuan seseorang yang ditentukan dari jenjang pendidikan

b. Alat ukur

anamnesis

29

c. Hasil ukur

: sekolah dasar (SD), sekolah menengah tingkat pertama (SMTP), sekolah

menengah tingkat atas (SMTA), Perguruan tinggi @T)

d. Skala ukur : ordinal

a Definisi
b-

status sosial seseorang yang didapat melalui pernikahan

Alat ukur

anamnesis
;

c. Hasil ukur

menikah / belum menikah

d. Skala ukur

nominal

kkerjaan;
a. Definisi sumber penghasilan utama seseorang dalam kehidupan sehari-hari

b.

Alatukur

anamnesis
swasta, pegawai negeri sipil/ tentara nasional Indonesia-polisi Republik

c. Hasil ukur

Indonesia (PNS/ TNI-Polri), ibu rumah tangga (RT), nelayano buruh, tani,

pelajarl mahasiswa.
d. Skala ukur
/'

ordinal

30

BAB

IV

IIASIL PENELITIAII DAI\[ PEMBAIIASAN

Pada penelitian

ini didapatkan sampel sebanyak 26 orungyang memenuhi kriteria inklusi

eksklusi. Pemeriksaan terdiri

dari

anamnesis, pemeriksaan status venerologikus,

laboratorium dengan pewamaan Gram serta kulfur dan tes sensitivitas dengan

obat. Pada anamnesis didapatkan data yaitu: umur, tingkat pendidikan,

status

pekerjaan, riwayat kontak seksual dan riwayat pengobatan. pemeriksaan


dilakukan dengan pewarnaan Gram, kultur dengan media agar Thayer Martin dan

msitivitas dilakukan

dengan menggunakan cal<ram obat metode NCCLS.

I(arakteristik penderita uretritis gonore

-l Distribusi penderita l. Umur penderita


Umur (tahun)
15-19

gonore menurut kelompok umur

Jumlah (orang)
I

PersentaseTo

3,85
46,1

'20-24
25-29 30-34
35-39

l2
6
3

23,A5 I 1,5

I
2

3,85
718

4044
45-49

I
26

3,85
100

31

Umur penderita uretritis gonore pada penelitian ini adalah antara 17 dan 49 tahun. Umur 'yaitu :lbnyak menderita uretritis gonore adalah pada kelompok usia 20-24 tahun 12 orang

tffi,lYo), kelompok umur 25-29 tahun 6 orang (23,05yo), sedangkan kelompok umur lainnya

hpir

merata.

lembahasan
Hasil penelitian sensitivitas beberapa antibiotik terhadap N.gonorrhoeoe oleh Santoso p [2004) di Semarang melaporkan bahwa penderita gonore kelompok umur terbanyak adalah 20-

24 tatrun (38,4yA.s2 Sutama IM di Yogyakarta (2005) penelitian pemilihan dan penggunaan

ntibiotik pada

kalangan pekerja seks komersial mendapatkan rentang usia 2l-26 tahun


30,2Yo dari 63 penderita.20 Ekawati S tahun 1999 di

:tbanyak menderita gonore, yaitu sebesar

bkalisasi Tegal panas Jawa tengah studi tentang faktor yang berperan terhadap infeksi
fi{-gonothoeae ,usiaterbanyak penderita Goflore adalah rentang 2l-25 tahun sebanyak 30%
dall_

5'0 sampel penderita gonore.s3 Jawas SA (Surabaya, 2006) mendapatkan kelompok usia

:rbanyak menderita gonore adalah 2544 tahun yaitu


Sedangkan Asri

45Vo

dari 65 penderita gonore.sa

E (2009) di Padang melaporkan dari 18 kasus gonore dengan kelompok umur


':

ubanyak adalah zl-zstahun


Pada penelitian

(33,33Vi.8

ini

didapatkan bahwa kelompok umur terbanyak adalah antara 20-24

tahun yaita 12 orang (46,IVo) dan hasil ini sama dengan penelitian Santoso p (2004)di Semarang

'r"n Asri E (2009) di Padang. Usia antara 2I-26 tahun paling banyak jumlahnya karena pada usia

hi

mereka memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan lawan jenis dan memiliki daya tarik paling

Snggi.s4 Penelitian

ini juga sesuai dengan epidemiologi kelompok risiko tinggi menurut Hakim L

p009) bahwa kelompok perilaku risiko tinggi infeksi menular seksual adalah kelompok usia 20-24
trhun.s5

32

Distribusi penderita gonore menurut pendidikan


2. Tngkatpendidikan penderita gonore. Pendidikan Jumlah (orang)

Perguruan Tinggi

Pada penelitian

ini

didapatkan pendidikan SLTA merupakan kelompok terbanyak,

16 orang (6l,5yo), sedangkan pendidikan perguruan tinggi/ akademi sebanyak g orang

)'

Pada penelitian

ini tidak terdapat penderita dengan latar belakang tamatan sekolah

bahasan

Ekawati s tahun 1999 di lokalisasi "Tegal Panas" Jawa tengah mendapatkan pendidikan

yak pend3rita gonore adalah sekolah dasar yaitu 74f7yo dari 54 sampel.s3 penelitian

IM (Yogyakarta, 2005) tentang pemilihan dan penggunaan antibiotik di kalangan pekerja


komersial, melaporkan latar belakang pendidikan penderita gonore terbanyak adalah Dasar yaitu 5+vo.20 Hal

ini

berbeda dengan penelitian Tahir DF (2007)

di

Jakarta,

sensitivitas N' gonorrhoeaeo dengan metode PCR, mendapatkan pendidikan penderita terbanyak adalah SLTA 55,2yo,24 sedangkan Santoso (2004) P

di semarang penelitian

itas

'l/' gonorrhoeaea terhadap beberapa antibiotik


kelompok terbanyak adalah slvlP
(S

pada pekerja seks komersial

6,4W!2

J-t

Pada penelitian

ini penderita gonore yang datang berobat ke poliklinik IMS RS Dr M

Padang lebih banyak tamatan SMTA dibanding tamatan perguruan tinggi. penyebabnya

inan adanya faktor budaya dimana semakin tinggi tingkat pendidikan maka deseorang
cenderung memilih pengobatan praktek swasta dibanding berobat ke Rumah sakit.

Distribusi penderita gonore menurut status perkawinan


3. Status perkawinan penderita gonore
Status

Jumlah (orang)

Persentase

o/o

Menikah Belum menikah


Jumlah

30,7
69,3 100

l8
26

Pada penelitian

ini didapatkan

18 orang (69,3%) penderita gonore belum menikah dan g

(30,7%) sudah menikah.


hasan

Hasil perrelitian ini hampir sama dengan Jawds FA (Surabaya,2006) yang mendapatkan
gonore lebih banyak belum menikah (64,60A dari 65 pasien) dibandingkan dengan yang

menikah 35,4%o.s4 Hasil ini berbeda dengan penelitian Ekawati S tahun 1999 di lokalisasi
Panas Jawa tengah, penderita gonore lebih banyak pada yang sudah menikah yaitu glyo

54 orang

penderita.s3 Tingginya angka kejadian gonore pada kelompok

ini

dapat

inkan banyaknya pasangan yang melakukan hubungan seksual pra nikah yang tidak
kemungkinan juga dilakukan s@ara berganti-ganti pasangan.sa

34

Distribusi penderita gonore menurut pekerjaan


4. Pekerjaan penderita gonore.

Pekerjaan
Pelajar /I\dahasiswa PNS, TNI-Polri

Jumlah (orang)
9

Persentase 7"
34,6
3,8
11,5 19,3

I
J 5 8

BUMN
Nelayan/buruh/tani
Swasta

30,8
100

26

Pada penelitian ini, pelajar/mahasiswa paling banyak menderita gonore, 9 kasus rti dengan pekerjaan di sektor swasta sebanyak 8 orang (30,8%).

(34,i% ).

rahasan
Jawas

FA (Surabaya 2006) mendapatkan penderita gonore lebih banyak pada pekeq roa peKerJa
27,7o/o, sedangkan

a yaitu

pelajar/ mahasiswa 26,2Vo dari 65 orang pasien gonore.' , gonore.to

ilnya kejadian uretritis gonore pada dua kelompo-\

ini

(an faktor karena merupakan faktc

sianya, dimana pada usia remaja (pelajar/mahasiswa) merupakan usi4 reproduktif duktif dan da

jaan swasta memiliki mobilitas yang tinggi sehingga kemungkinan untuk melakukan melakuka
k seksual dengan bukan pasangan tetap meqiadi lebih tinggi.s2

{.L Hasil uji

kepekaan beberapa antibiotikterhadap N.Gonnorrhom

Tabel 5. Pola resistensi beberapa antibiotik terhadap N.Gonnorrhoea

Antibiotik
Ofloksasin [.evofloksasin Siprofloksasin Kanamisin Sefiksim Seftriakson

Sensitif

Resisten

IO
7

38,5 26,9

%o

I6

61,5 yo 73,1Vo

Yo

l9
8

l8
20
7

69,2oA 76,9 26,9


Vo
o

30,80A
23,1
o/o

t9

73,1yo
53,8yo 46,zyo

t2

46,2yo
53,9yo

l4
12

Tiamfenikol

l4

Pada tabel 5 menunjukkan urutan

antibiotik dari yang paling peka secara in vitro adalah


(69,20/o) dan tiamfeniuos 1sl,tu"). Kepekaan

i berikut : kanamisin (76,gW, siprofloxasin

N-Gonnothoea tethadap sefftsim rendah sekali Q6,9yo). Rendahnya kepekaan terhadap keaungkinan disebabkan kuman N.Gonnorrhoeoi yung telah mendapatkan plasmid
dapatan menghasilkan gen yang mengkode p-Lafuamase aktif terhadap sefalosporin
hal tersebut berpotensi terhadap evolusi resistensi N.Gonnonhoea padasefiksim.as Kepekaan kuman N.Gonnorrhoea terhadap obat golongan fluoroquinolon (levofloksasin

ofloxacin) kurang baik, yaitu sebesar 26,9yo dan 38,5Yo. Menurut Lkhamsuren

di

ia pada tahun 2001 terdapat 34Yo strain N.Gonnorrhoea menunjukkan perubahan


terhadap kuinolon, sedangkan terhadap siprofloksasin masih peka.56

Santoso

P di

Semarang tahun 2004 mendapatkan resistensi antibiotik terhadap

paling tinggi adalah sefiksim (}g,7yil, hampir sama dengan penelitian ini yaitu

73,lyo.s2 Sensitivitas paling tinggi pada penelitian

ini adalah kanamisin. Tingginya

itivitas terhadap kanamisin berdasarkan kepekaan in vitro, dan jarangnya pemakaian obat
ini mengingat obat ini diberikan secara parenteral dengan risiko efek penyun-:tikan yang
nyaman pada pasien serta kalangan medis cenderung lebih menyukai pemberian antibiotik penderita gonore secara oral.

Krrakterisitik penderita berdasarkan cara mendapatkan pengobatan.


6:
Cana mendapatkan pengobatan

Cara mendapatkan obat Berobat ke dokter Berobat sendiri

Jumlah (orang)

Presentase

l7
9

65,39 34,62
100

26

hasan

Pada penelitian

ini

didapatkan pasien lebih banyak berobat ke dokter dibandingkan

berobat sendiri. Penelitian Sumaryo S ,(Semarang, 2004) tentang sensitivitas


'l

terhadap beberapa antibiotik mendapatkan penderita gonore lebih banyak berobat

dokter (74'4%) dibandingkan dengan berobat sendiri melalui beli obat sendiri (25,6y0.21
yang berbeda didapatkan oleh Ekawati S (Semarang, 1999) dimana tg,gyopasien gonore

ke dokter dan beli obat sendiri 8l,1yo dari 37 pasien.s3 Sementara itu Sutama IM
2005) melalarkan penelitian terhadap 63 PSK didapatkan hasil 26yo mencari
sendiri dengan membeli antibiotik di toko obat atau apotik dan hanya sekitar 30%
tahu cara pemakaian antibiotik yang benar.2l Perbedaan cara mendapatkanpengobatan pada gonore sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan

37

7: Hubungan cara mendapatkan pengobatan terhadap resistensi masing-masing antibiotik.

Antibiotik

Resisten

Cara mendapatkan pengobatan Berobat ke dokter Berobat sendiri


4
5 3 2

Chi square test


(p)
0,19 0,16 0,59 0,67 0,46
0,61 0,61

Ofloksasin Levofloksasin Siprofloksasin Kanamisin Sefiksim Seftriakson

I6 t9
8

t2

75%
73,680/o

25%
26,32yo

l4
5

62,sYo
66,670/o

27,syo
33,33yo 31,59o 35,72yo 33,33yo 3l,g%o

4
13

t9
t4

68,42yo

6
5

9
8

64,zgyo
66,67yo

Tiamfenikol
Jumlah

t2

65

69,lyo

29

bahasan

Pada tabel

7 ini didapatkan resistensi antibiotik berdasarkan

cara mendapatkan

pada penderita uretritis akuta non komplikata prla,yang terdiri dari berobat ke dokter

berobat sendiri. Didapatkan bahwa penderita yang berobat ke dokfer lebih banyak resisten masing-masing antibiotik dibanding dengan pasien yang berobat sendiri, dengan hasil
l7o resistensi yang berobat ke dokter dan3l,gYoresistensi yang berobat sendiri.

Pada penelitian

ini tidak terdapat perbedaan signifikan hubungan antara cara

pengobatan pada pasien yang berobat ke dokter dengan pasien yang berobat sendiri

penderita uretritis gonore akuta non koplikata pria terhadap resistensi Neiserria
, dimana didapatkan P> 0,05 untuk masing-masing antibiotik. Hal ini dapat terjadi jumlah sampel yang sedikit.

38

[ 8 : Hubungan
pada hasil

caxa mendapatkan pengobatan terhadap resistensi obat berdasarkan jumlah

uji sensitivitas.
Skor

Jumlah

Berobat ke dokter
Jumlah

Berobat sendiri
Jumlah

MannWhitney test
(p)

ntibiotik yang
resisten
'

Total skor

Total skor

obat

I
2
3

I
3

I
6 9

4
2

2 obat
3 obat

3 3 5

4 obat
5 obat

4
5

t2
25
T2

I
3

5
18

6 obat

6 7

7 obat
Jumlah Mean

17

65

29 3,22

053

3,82

nbahasan
Pada tabel 8 ini terdapatT obatyang

rhoeae sesuai diuji sensitivitasnya terhadap N. Gonorrhoeae ses

oman pengobatan gonore. Pasien dikelompokan atas 2 yaitu pasien yang pernah berobat ke rh berobat

ler dan pasien yang berobat sendiri. Pada


sten terhadap

pasienr yang -berobat

ke dokter paling ban' aling banyak

5 obat yaitu sebanyak lima orang. Sedangkan pasien berobat sendiri pal endiri paling

yak resisten terhadap

I obat yaitu sebanyak

4 orang. Masing -masing resistensi si diberi s skor

ni dengan jumlah obat yang resisten. Untuk melihat apakah terdapat hubungan Lbungan c cara
rang resisten rdapatkan pengobatan terhadap resistensi obat berdasarkan jumlah obat yang resis
makan

uji statistik Mann-Whitrey test. Namun karena jumlah sampel yang sedikit, ikit, sehingga sehinl

a penelitian

ini tidak

terdapat perbedaan yang bermakna hubungan cara mendapatl mendapatkan

gobatan terhadap resistensi obat berdasarkan jumlah obat yang resisten, dimana didapatl ra didapatkan

i p>0,05.

39

BAB V

TKHTISA& KESIMPULAI\ DAN SARAN

IKHTISAR
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa resistensi obat terhadap N.gonnorhoeae dapat

karena adanya beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu faktor oba! kuman dan sendiri. Faktor penderita yang dapat meningkatkan resistensi adalah perilaku yaitu: dalam pemilihan cara pengobatan. Cara pengobatan pasien uretritis gonore meliputi
ke dokter dan berobat sendiri.

Penelitian

ini bertujuan

untuk memperlihatkan adanya hubungan perilaku

cara

pengobatan pada penderita uretritis gonore non komplikata pria terhadap resistensi Pada anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium dapat menggambarkan

i obat terhadap N.gonnorhoeae.


Penelitian ini adalah suatu observasional dengan disain cross sectional karena variabel

diteliti diambil pada waktu bersamaan. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Ilmu Kulit dan Kelamin RS Dr M Djamil Padang dan Bagian Mikrobiologi
Fakultas

Universitas Andalas. Sampel diambil dari semua populasi yang menderita gonore

non komplikata yang berobat ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Dr M

il

Padang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah sampel

26

orang.

lan subjek penelitian dilakukan dari bulan Juli-Desember 2010 dan dilakukan
Gram, kultur dengan agat Thayer-Martin dan tes sensitivitas dengan cakram obat
setiap sampel.

40

ffirsil penelitian

sebagai berikut

l. -

Karakteristik demografi subjek penelitian.


Umurpenderita. Umur berkisar antara 1549 tahun dengan kelompok umur terbanyak adalah 20=24 tahun.
Tingkat pendidikan.

Pendidikan pasien arfiara SLTP

Perguruan tinggi dengan rerata tingkat pendidikan

terbanyak adalah SLTA yaitu 6l,5yo.

Status perkawinan.

Dalam sfudi ini didapatkan 69,3yo penderita gonore belum menikah dan 30,7Yo sudah
menikah.

2.

Pekerjaan. Pekerjaan terbanyak dari penderita gonore adalah pelajar/mahasiswa 34,6yo.

Karakterlstik resistensi berdasarkan cara mendapat pengobatan


Hasil uji kepekaa n N.gonnorrhoea terhadapbeberapa antibiotik. Dalam penelitian ini didapatkan antibiotik yang paliqg sensitif terhadap N.gonnorrhoea
adalah Lanamisin Q6,g %) dan siprofloksasin adalah sefiksim dan levofloksasin (73,1o/o.)

(6g2y},

sedangkan yang paling resisten

Caramendapatkan pengobatan
Pada studi ini terdapat 65,3&o6penderita berobat ke dokter dan 34, 62%oberobatsendiri.

Hubungancaramendapatkan pengobatan terhadap resistensi masing-masing antibiotik.

Tidak terdapat perbedaan signifikan antara cara mendapatkan pengobatan pada pasien yang berobat ke dokter dengan pasien yang berobat sendiri pada penderita uretritis

41

gonore akuta non koplikata pria terhadap resistensi oba! dimana didapatkan
untuk masing-masing antibiotik.

0,05

Hubungan cara mendapatkan pengobatan terhadap resistensi obat berdasarldn jumlah


obat pada hasil

uji sensitivitas

Tidak terdapat pertedaan yang signifikan hubungan cara mendapatkan pengobatan pada
penderita uretritis gonore akuta non koplikata pria terhadap resistensi obat berdasarkan

jumlah obat yang resisten, dimana didapatkan nilai p>0,05.

5J KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

l. Antibiotik yang paling sensitif urtuk N.gonnorrhoea adalah kanamisin


siprofloksasin, sedangkan antibiotik yang paling resisten: sefiksim dan levofloksasin.

dan

2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hubungan

cara mendapatkan pengobatan antara

pasien yang berobat ke dokter dengan pasien yang berobat sendiri terhadap resistensi obat
( p>0,05).

53 SARAN
t:-

Dipeilukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk melihat hrbungan cara mendapatkan pengobatan pada penderita uretitis gonore non komplikata pria
rcrhadap resistensi obat, agar didapatkan hasil yang lebih signifikan.

42

Daftar pustaka

l.
2.
3-

Daili SF. Gonore. Dalam: Daili SF, Makes WI, Zubier F, editor. Infeksi menular
seksual, edisi ke-4, Jakarta:

FKUI; 20A9:65-76.
"

Hakim L. Epidemiologi infeksi menular seksual. Dalam: Daili SF, Makes WI, Zubier
F, Judanarso J, editor. Infeksi menular seksual, edisi ke-4 Jakarta:

FKUI; ZO0g;3-16.

CDC 2003. Surveillance report of sexually transmitted disease. Centers for disease
control ; 2004, http://www.cdc.gov.

4- Veitch MGK, Griffrth JM, Morgan ML.

Ciprofloxacin resistance emerges in


transmitted disease treatment

Neiserria gonorrhoeae in Victori4 1998-2001. Commun dis intell 2003;27:575-579.

5. Centers for disease confrol and prevention. Sexually


6.
Yuwono

guidelines, 2006. MMWR recoillm: August 4, 2006 vol 55/RR- I l.

Dj,

Sedyaningsih ER, Lutam

B, Herawati L. Studi resistensi neiserria

gonorrhoeae terhadap antimikroba pada wanita pekerja seks htp ://www.tempo.co.id/medika/2003.

di

Jawa Barat.

7.

Departemen Kesehatan RI. Penatalaksanaan penyakit menular seksual berdasarkan pendekatan sindrom. Dalam

: Daili SF ,

Makes

wr, zubt F, editor.

pedoman

penatalaksanagn penyakit menular seksual. Dirjen P2M dan Depkes Jakarta" 1999: g12.

8. Asri l,

Anum Q. Sensitivitas Neiserria ganorrlp.q.ae terhadap siprofloksasin pada pasidn gonore di RS Dr M Djamil Padang 2OOI,IUSTI, Bali 2010.
disease

9. Courvalin P. Antimicrobial drug resistance. Emerging infectious


2005;1 1(10);1503-6.
10.

Hellen

l,

Zgarskaya, Nikaido H.

Multi drug resistance mechanism; drug efflux

across

two membranes. Molecular microbiology 2000;37 e);219-25.


11. Tanaka lvt, Nakayama

H. Antimicrobial resistance of Neisseria gonorrhoeae and high

prevalence

of

ciprofloxacin resistant

in

Japan 1993-1998. Journal

of

clinical

microbiolo gy 2A00;521 -5 .
12.

Safitri YE, Hakim L, Barakah J, Sukanto H. Resistensi Neisenia gonorrhoeae


terhadap siprofloksasin. Berkala ilmu penyakit 2007:42-9.

kulit dan kelamin. No.l Vol

19,

April

43

13. Wang SA, Alesia

BH, Susan M. Antimicrobial resistance for Neiserria gonorrhoeae

in the United Stated, 1998-2003: the spread of fluoroquinolon resistance. Annuals of


intemal medicine. 2007 ;147 :81 -8.
14. Wang SA, Lee

MCV, O ConnorN, Iversoon. Multi drug resistant Neiserria go,rnoruo

with decreased susceptibility to cefixime in Hawaii, 2001.CID.2003;37:849-53.


15.

Elawad BB. What is new with antbiotic-resistant gonorrheaea


England? Intemational Joumal of STD&AIDS 2003
;

in New

Castle,

I 3 :805

-08.

16.

National guidelines on the diagnosis and treatment of gonore in adult 2005. Clinical
effectiveness group, BASHH. http //www3ash.org/guidelines/2005.

17.

Athanosia E, Pujiati SR, Soedarmadji. Mekanisme dan epidemiologi resistenssi


Neiserria gononhea. Berkala ilmu penyakit kulit dan kelamin. No.l Vol XVII, April
2006:70-6.

18.

Joesoef

MR, Knapp JS, Idajadi A. Antimicrobial suscepbilities of Neiserria

gonorrhoeae strain isolated


chemotherapy I 99 5 ;l I :2530 -3 .
19. Lesmana

in

Surabaya, Indonesia. Antimicrobial agents and

M, Lebron CI, Taslim D. In vitro antibiotic suscepbilities of Neiserrio gonorrhoeae strain isolated in Jakarta, Indonesia. Antimicrobial agents and
chemotherap y 2.001 ;l
:3 59

-62.

20. Sutama

IM- Studi pemilihan dan penggunaan antibiotik di kalangan pekerja seks komersial di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahln 2005. Tesis, Fakultas Farmasi

Univdrsitas Sanata Darma. 21. Sumaryo S. Sensitivitas Neiserria gonnorhaeae terhadap beberapa antibiotik pada

penjaja seks komersial dengan servisitis gonore


2006;33:109-13.
22.

di

Kabupaten Semarang. MDVI

Nilasari H, Zubair F, Daili SF. Pola resistensi Neisetia gonowhoeae terhadap


berbagai antibiotik pada wanita risiko tinggi. Konas Perdoski Palembang 2008.

23. Purba

HM, Sudarmi ES, Boediardja SA, Daili SF. Proporsi infeksi klamidia, gonorc

dan trikomoniasis pada wanita usia l5-24 tahun dan faktor prilaku yang berhubungan. Konas Perdoski Palembang 2008.

44

24. Talrir DF, Zubier F, Pusponegoro EH. Proporsi kepositivan Chlamydia trachomatis

dan Neiserria gonnorhoeae dengan metode


34.4:148-55.
25. Yong D,

LET dan PCR. MDVI 2007, vol

Kim TS, Choi JR, Yum JH. Epidemiological characteristics and moiecular

basis of fluoquinolone-resistant Neiserria gonorrhoeae strain isolated in Korea and


nearby countries. Joumal of antimicrobial chemotherapy 2004 ;54 :45 I -5 . 26. Macomber

KE, Boehme MS, Rudrik JT. Drug resistant Neiserria gonorrhoeae in

Michigan. Emerging infectious disease 2fr05;ll(7) : 1009-15.


27. Murtiastutik

D. Gonore pada wanita. Dalam Infeksi menular seksual. Barakah

J,

Lumintang H, Martodihardjo S, editor. Surabaya; Airlangga University press, edisi 1,


2008:84-8.
28. Wardano

M, Darmada GK.

Perilaku mencari pengobatan pada remaja dengan

penyakit menular seksual di Denpasar Bali. Berkala ilmu penyakit kulit dan kelamin.

No.3 Vol XI, Desember 1999:61-65.


29. Sparling PF. Biology of Neiserria gonnorhoeaea. Dalam; Holmes KK, Sparling PF,

Stamm WE, Piot P, editor. Sexually transmitted disease. Edisi ke4. New york McGraw-Hill, 2008 : 608.?,6.
30. Garcia

AL, Madkan VK, Tyring SK. Gonorrhea and other veneral

disease. Dalam;

Wolff K Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, editor. Fitzpatrick's TB.
Eds. Dermatology in general medioine. Seven editions. New York; McGraw Hill, 2008:'1993-2000.

3l.Daily SF. Standardisasi diagnostik dan


menular seksual. J akarta;
32. Stary
B

penatalaksanaan uretritis gonore akuta tanpa

komplikasi. Dalam standarisasi diagnostik dan penatalaksanaan beberapa penyakit


alai penert it

FKUI,

199 0 :l 43 -52.

A. Sexually nansmitted

disease. Dalam; Bolognia

IL,

Jorizzo JL, Rapini RP.

Eds. Dermatology. 1$ ed. London ; Elsevier Limited, 2003:


33. Larry

l27l-94.

IL. Gonococcal infection. Available from URL: http//www.emedicine.com.

34. Amy JB. Gonorrhoea. Available from URL: http//www.emedicine.com.


35. Karmila

N, Hutapea NO, Ramsi RR" Hutapea R, Tambunan GW. The prevalence of

sexually transmitted disease and cervical sitologic finding among sex worker at
Warung Bebek, North Sumatera- MDVI 20Q2;29:4S-9S.
45

36. Webster EB. Non treponemal sexually transmissible disease. In; Moschella Hurley , HJ, editors. Dermatology3'd ed. Philadelpia; WB Saunders Company, 1992:987-91.
37.

Hook EW, Hansdfield HH. Gonococcal infection in the adult. Dalam Holmes KK,
Sparling PF, Stamm WE, Piot P, editor. Sexually tansmitted disease. Edisi ke-4. New

York; McGraw-H ill, 2008 :627 43

38. Kenneth T. The pathogenic Neisseria. Acces from www.todars online.com.textbook

of bacteriology. Edisi ke-3, Wisconsin; Madison, 2004:l-10.


39. Boron

EI. Characteristic of Neiserria gonorrhoeae and related species of human


MA. Gonorrhea. Cermin dunia kedokteran, edisi ke-80, Jakarta, grup pT

origin. Available from: httlry'/www.cdc-std.info-htnl.


40. Nasution

Kalbe Farma, 1992:124-5. 41. Suryaningsih

E. Aplikasi PCR dalam mendeteksi infeksi gonore, klamidia dan trikomonas vaginalis. Cermin dunia kedokteran no l, vol 20 Januari-Maret.
Jakata;2007:48-51.

42. WHO. Guidelines for the management of sexually transmitted infections 2003.WHO

library cataloguing in publication data. 2003;33-5.


43.

Vincen

H,

Mariana

Y. Antimikroba.

Dalam: setiabudy

R, Gan HS editor.

Farmakologi dan terapi. Edisi ke-4, Jakart a; Gayabaru, 2005: s7l-sg3.

44.Chatt$els, FIF. General principles

Gilman's the pharmacological


McGrdw-Hill Companies, 2006
45.

of antimicrobial therapy. In: Goodman and basis of therapeutigs. llth Edition, New york;

: 3 16-3 17 .

Bal C. Increasing antimicrobial resistance in STDs and the need for surveillance:
Neiserria gonowhoeae as a model. FEMS immunology and medical microbiology
1999;24:447-53.

46. Arias

A, Murray B, Mechanisms of antibiotics resistance in enterccocci 2008. www

Up date.com.
47. Cassell GH, Mekalanos J, Development of antimicrobial agents in the era of new and

reemerging infectious diseases and increasing antibiotics nesistanceo JAMA, 2001: 285(5), 601 -605.
48. Sefton AM. Mechanism of antimicrobial resistance: Their clinical review in the new

millennium. Drugs, 2A02 :62(4):5 57 46.


46

49. Tapsall J. Antimicrobial resistance

ln Neisseria gonorrhoeae. SwiEerland; World


in

Health Organizatio n; 200 I . WHO/CDS/DRS/200 I .3 :l 6.


50. Xiaohuang

SU, Inga

L. Molecular basis of high-level ciprofloxacin resistance

Neisseria gonorrhoeae strains isolated in Denmark 1995-1998. Antimicrobial agent


and chemotherapy 2001:1 17-23.

5l.Ferraro MJ, Craig WA, Dudley MN. Performance standards for antimiorobial susceptibility testing; twelfth informational supplement. Vol 20, number 1.
Pensylvani a, 2002 :62 44. 52. Santoso

P. Sensitivitas .lfeisseria gonorrhoeae tsrhadap beberapa antibiotik

pada

pekerja seksual komersial dengan servisitis gonore di Kabupaten Semarang. Tesis Ilmu kesehatan kulit dan kelamin FK Undip,2A04.
53. Ekawati S. Faktor-faktor yang berperan terhadap infeksi Neisseria gonarrlneae dan

faktor yang berperan terhadap infeksi Neisseria gononhoeae penghasil penisilinase


pada WTS di lokalisasi Tegal Panas Kabupaten Semarang. Tesis Ilmu kesehatan
dan kelamin FK

kulit

UNDIP, 1999.

54. Jawas FA. Penderita gonore

di divisi penyakit menular seksual unit rawat jalan Ilmu kesehatan kulit dan kelamin RSU Dr Soetomo Surabaya tahun 2002-2006. Berkala
ilmu penyakit kulit dan kelamin. No.3 Vol XX, Desemb er 2008:217 -22t.

55.

Hakim L. Epidemiologi penyakit menular seksual. Dalam: Daili SF, Makes WI, Zubiq F, editor. Infeksi menular seksual, edisi ke4, Jpkana: FKUI; 2009:3-16.

56. Lkharnsuren

E, Shult TR, Tapsall JW. The antibiotics susceptibility of Neisseria

gonorrhoeae isolated in Ulaanbar, Mongolia. (On line):URl.http//sti.bmjiournal.com.

journal 218.htm 2001.

47

INFORMASI T]NTUK PASIEN


saudara yth: Pada pemeriksaan kami, bapaV saudara diketahui menderita gonore atau kencing nanah.

it ini

ditandai dengan keluhan nyeri saat kencing, keluarnya nanah, kemerahan atau
pada kemaluan. Penyakit

ini ditularkan melalui hubungan seksual disebabkan itu diperlukan pengobatan yang tepat, cepat
dan

kuman Neisseria gononhoeae. Untuk

sesuai dengan mikroorganisme yang ditemukan.

Jika bapak/ saudara bersedia mengikuti penelitian ini, maka saya akan

l.
2.
3.

Menanyakan pertanyaan sehubungan dengan penyakit dan riwayat pengobatan.

Melakukan pemeriksaan di genitalia (uretra) untuk mengetahui gejala klinis. Melakukan pemeriksaan Gram dengan cara mengambil sekreV nanah pada genitalia.

4. Melakukan biakan dari sekret tersebut pada media kultur (agar Thayer-Martin).
5. Melakukan tes sensitivitas dengan konsentrasi kuman 0,5 Mc Farland metode NCCLS.
Penelitian ini tidak membahayakan dan tidak nfenimbu,lkan efek samping. Semua data dan hasil pemeriksaan bapak/ saudara akan dijaga kerahasiaannya. Jika bapald saudara

untuk dilakukan pemeriksaan tersebut, maka bapalc/ saudara berhak menolak tanpa
apapun. Walaupun demikian bapald saudara tetap dilayani dan mendapat pengobatan

semestinya.

Jika bapakl saudara mengalami keraguan setelatr


menghubungi dr. Yosse Rizal

dilakukan

di atas, bapaw saudara dapat

di Bagian Ilmu

Kulit dan Kelamin RS Dr. M. Djamil Padang dengan nomor F{p : 08126719093.

48

Formulir persefujuan setelah per$elasan (informed consent)


ST]RAT PERIYYATAAII PERSETUJUAN IKUT DALAM PEI\TELITIAN bertandatangan di bawah ini Nama
Pekerjaan
:

umur:

Alamat

sesungguhnya menyatakan bahwa : mendapat penjelasan sepenuhnya dan menyadari serta memahami segala tujuan, manfaat

risiko yang mungkin terjadi padapenelitian yang berjudul

GAN PERILAKU CARA MENDAPATKAN PENGOBATAN PADA PENDERITA GONORE AKUTA NON KOMPLIKATA PRIA TERTIADAP RESISTENSI
saya setuju ikut dalam penelitian dan bersedia berperan serta dengan mematuhi
yang berlaku dalam penelitian tersebut di atas.

Padang ..........2010 r --+ Yangmenyatakan


Yang bersangkutan

Yosse

Rizal )

(....................................... )

49

[.mpiran

STATUS PEI\TELITIAN Hari/ tanggal Nomorrekam medik


Nomor urut penelitian

Nama

Umur
Alamat/ nomor telepon
Status perkawinan

(dalam tahun)

l.

Sudah menikah
1.

2. Belum menikah

Pendidikan

Tidak sekolah

2. Tamat SD 3. Tamat SLTP

4. Tamat SLTA
5. Perguruan tinggi Pekerjaan

l. Tidak bekerja
2.Pelajar/mahasiswa
3. PNS/TNI-Polri

4. BI.JMN
5. Nelayanlburulr/tanir

6. Swasta (dagang/sopir)

Anamnesis

l.

Keluhan

utama

l.
2.

Duh genital, sejak..........

Nyeri buang air kecil, sejak ........


1.

2. Riwayat kontak seksual dengan bukan pasangan tetap 3. Riwayat penyakit yang sama sebelumnya : 4. Riwayat pengobatan sebelumnya
5. Apakah sembuh?
:

Ada

2.tidakada
2. Tidak ada
2. Tidak ada

l. Ada
1.

Ada

l. Ya
:

2..Tidak

6. Canmendapatkan pengobatan

l. Berobat ke dokter
2. Berobat sendiri (ke paramedis, beli obat sendiri)

50

Pemeriksaan status venerologikus :

Inspelsi:

OUE
Palpasi

duh genital

: :

l.

edem, ekstropion, duh

ada l. ada

2. tidak ada 2. tidak ada

KGB inguinal

medial :

l. Membesar

2. tidak membesar

IV. Pemeriksaan laboratorium

l.

Pemeriksaan sediaan langsung dengan pewarnaan Crram

l.
2.

Diplokokus Gram negatif intra sel Diplokokus Gram negatif ekstra sel

2. Hasil kultur dengan

agar Thayer-Martin dan tes sensitivitas dengan cakram obat

metodeNCCLS.

l.

resisten 2. sensitif

5l

I^ampiran 4.

TEKNIK PENGAMBILAI\ SPESIMEN DAI\[ KULTUR


i

Alat dan bahan

1.

Sengkelit steril
Sarung tangan

2.
3.

Pewarnaan Gram (Kaca objek, Spiritus Bunsen, Gentian violet, Lugol,

Alkohol

96%o,

Air

tuchsin l%)

4. 5.

Agar Thqter-Martin

Caham obat

Tekhnik pengambilan bahan

l.
2.

Duh tubuh diambil dari uretra dengan sengkelit steril, dimasukkan ke dalam orifisiun
uretra eksternum melewati fosa navikularis sedalam

l-Z cm.

Spesimen dioleskan ke kaca objek untuk pewarnaan Gram, dikultur dengan agar Thayer-

Martin dan uji sdnsitivitas terhadap antibiotik dengan cakram obat metode NCCLS.
.t

52

l,'E'ag

gEFffi

I
')
3

HG

2l
39
23 33

PT

YL
U

SMIP

BK K
BK

-ffiNLYN
MHS BTIMN SWASTA
MHS SWASTA

__YAYA
YA YA

sobelumnlr

pongobaten

o
I
I

IE
L ep
2
2 2

K
2

Cm
1

ef
I

T
2

rorlrtonsl
4

4
5

M
HD RH
RO

32 20 28 25 24

6
7
8

-mSMTA SMTA SMTA SMTA


PT

SMTA

K K
BK

i
I
I

I
I
2 2

6 J 2

K
BK BK BK
BK BK

YP
BB

S"WAffi
S}VASTA PELAJAR

t0

n
2
3

T
PM

t7

zt
22

YA YA YA YA YA YA
YA
TA

z
T

,
7

)
I I
I

I
2

t
2 ,,

I I
1

2 6
5

i
2

2 2

2 2

2 J 2

2
2

t
2

I I I

IH
WD WH BR
RB
JS

MHS
SVTASTA

SMTA
SMTP

T
2 2

I
2

2
1

)
2

,
I
I

T T 6

l
I 2

I
2 2

J)

4
5

),, 2l
26

K
BK BK

TANI
SWASTA

YA
YA YA

)
I I
I I 2 2 I

)
6

SMTA

rl
SMIA
SMTA SMTA SMTA SMTA
PT

MIIS

6 7
8

BK

I I
2

4t
23

K
BK

S1VASTA PNS

l9
20

ZN IN
SY DP RY
SF

BIIMN
MHS
BT]RTJH

44 22

2t
22 23 24 25

BK BK BK
BK K K

ia
x[
YA YA YA
YA

YA YA

2 2

)
I
6
J
5

I
2

I
2

)
T
,)

2 2 2

t )
2
a
,)

,
I I

MHS

YA YA YA

)
I I

I
2 2

2
.,

I
a

PT
29
21

BUMN
SWASTA,-,. BURUH

I
2

t\E
AS

SMTA SMTA
PT

I
2

I
7

)
I
I

; J
4
5

26

AT

24

ffirA

BK
B

I I 2

I
2 2

)
I

I
2

I
2 2

I I
2 2

2
2

Keterangan kode

BT]RT]H

)
2

I
2

Stdu! Cramc-l,fdl''p.ocobd! obt Jris rsirtcmi s{oti!8rcaittlosi

:K =Kawin BK*B;illn Kawb


: I = brsobd tc
:

doh.r
2

2 = bcrobd

srodni

AB = Antibtolita

Goflo,'dr

L=Leronobasia

cF

cipmdot rasin

K=K.,eirirl

(]Hffri'
obor

cF cftiakG r{ieprit

ot

:I

=R!3i*.d

-Scolitif
2

| l=rEsiltcd

l o6it }-!dned

oh6t 3-esb&n 3obar ,l-!k!.n 4 obqr Fteri$llsi i

G rsiitedi

6 ohot

PANITIA ETIK PENELITIAN KESEIIATAN


:

DEPARTEMEN KESEIIATAFI RT BLU RS.DR.MJAMIL PADAhIG

Alamat : Jh Perintis Kemerdekaan padang 25127

PE.18.2010

KETERANGAN LOLOS KAJI ETIK ETHICAL CLEARANCE


itia etik penelitian BLU RSUP DrM.fjamil Padang dalam upaya melindungi subjek penelitian kedokteian terah ,T:jTI"rEqr":"y -""skuii dengan iproposal denganjudul cornmittee of The Medical Research Ethics of the Dr.M.Djamil Hospital with -if, rds of the protection of human rights and welfare of *b3""t" medical has carefully review the proposal entitled :
Resistensi Neisseria Gonorrhoeae Terhadap Antibiotik pada penderita urethritis Gonore di Rs M.Djamil padang Dih,rboogkan Dengan perilaku Pemakai Antibiorik

peneliti utama of the principal Investigator institusi of the institution

: Yosse Rizal

: PPDS

FK Unand

Ilrnu Keschatan Kulit dan Kela"nrn

menyetujui proposal tersebut diatas ttre above mentioned proposal


Padang,25 Agustus 2010

1978071001

Anda mungkin juga menyukai