Anda di halaman 1dari 56

Mini Referat Magiste

RADIKAL BEBAS DAN KEHAMILAN


PERBANDINGAN INDEKS KOIL TALI PUSAT
TERHADAP LUARAN BERAT BADAN BAYI LAHIR

OLEH:

MEITY ELVINA

OLEH :
PEMBIMBING :
LILI KUSWANI
Dr. LETTA S. LINTANG, SpOG

PEMBIMBING :

Dr. MAKMUR SITEPU, SpOG (K)


Dr. HOTMA PARTOGI PASARIBU, SpOG

2010 :
PENYANGGAH

Dr. HERBERT SIHITE, SpOG


Dr. MUHAMMAD RUSDA, SpOG(K)
Dr. DERI EDIANTO, SpOG (K)

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP. H. ADAM MALIK
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara


PENELITIAN INI DIBAWAH BIMBINGAN TIM-5

Pembimbing : dr. Makmur Sitepu, SpOG.K

dr. Hotma Partogi Pasaribu,SpOG

Penyanggah : dr. Herbet Sihite, SpOG

dr. Muhammad Rusda, SpOG.K

dr. Deri Edianto, SpOG.K

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi


salah satu syarat untuk mencapai keahlian dalam
bidang Obstetri dan Ginekologi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… I
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… vi
vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………… ix
X
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ………………….……………… 1
1.2. Identifikasi Masalah………………,………………………. 3
1.3. Hipotesis Penelitian ……………….……………................. 3
1.4. Tujuan Penelitian ………………………………….............. 3
1.5. Manfaat Penelitian ………………………………………… 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… 5


2.1. Embriologi Tali Pusat …..…………………………………. 5
2.2. Anatomi Struktur Tali Pusat ..………………………..…….. 8
2.3. Fungsi Tali Pusat …...…………………………………........ 11
2.4. Koil Tali Pusat ………….…………………………............. 11
2.5. Indeks Koiling Tali Pusat………………………………...… 15
2.5.1. Indeks Koiling Tali Pusat dengan Ultrasonografi…… 17
2.5.2. Aliran Darah Tali Pusat ……………………………... 19
2.6. Kerangka Konsep…………………………………………... 21

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………. 22


3.1. Rancangan Penelitian ……………………………………… 22
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………... 22
3.3. Sampel Penelitian ………………. ………………………… 22
3.4. Kriteria Penelitian…………. ……………………………… 22
3.4.1. Kriteria Inklusi ……………………………………… 22
3.4.2. Kriteria Eksklusi ……………………………………. 22
3.5. Besar Sampel ...………………..….………………….……. 23
3.6. Alur Penelitian ………………….………………………….. 24
3.7. Cara Kerja ………………………….……………………… 24
3.8. Batasan Operasional ………………………………………... 25
3.9. Pengolahan Data …………………………………………… 26

Universitas Sumatera Utara


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………. 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 34
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………... 35
LAMPIRAN …………………………………………………………………... 38
TABEL INDUK …………………………………………………………………... 44

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Penyayang.


Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat
Rahmat dan Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa saya
menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya
kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan
khususnya tentang :

“PERBANDINGAN INDEKS KOIL TALI PUSAT TERHADAP LUARAN BERAT


BADAN BAYI LAHIR”

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas


Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti
Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan.
2. Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG(K), Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-
USU Medan; Dr. M. Fidel Ganis Siregar, SpOG, Sekretaris Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK–USU Medan; Dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K), Ketua Program Studi
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK–USU Medan; Dr. M. Rhiza Tala,
SpOG(K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK–USU
Medan; Prof. Dr. M.Yusuf Hanafiah, SpOG(K), Prof. Dr. Djaffar Siddik, SpOG(K),
Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG(K), Prof. Dr. Hamonangan Hutapea,
SpOG(K), Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K), Prof. Dr. T.M. Hanafiah,
SpOG(K), Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K), Prof. Dr. Budi R. Hadibroto,
SpOG(K), dan Prof. Dr. Daulat H Sibuea, SpOG(K) yang telah bersama–sama berkenan
menerima saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan
Ginekologi.

Universitas Sumatera Utara


3. Kepada Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K), Prof. Dr. M. Fauzie Sahil,
SpOG(K), Dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG, Dr. Binarwan Halim, SpOG(K), Dr. M.
Fidel Ganis Siregar, SpOG, Dr. Yazim Yakub SpOG, Dr.Christoffel L.Tobing
SpOG(K), Dr. J.S. Khoman, SpOG(K), Dr. Deri Edianto, SpOG(K), Dr. Sarah Dina,
SpOG(K), saya ucapkan terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan kepada saya
selama menempuh pendidikan ini.
4. Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K) selaku kepala Sub Divisi Fetomaternal,
terima kasih atas bimbingan yang sangat berharga yang telah diberikan kepada saya
selama menempuh pendidikan ini.
5. Dr. Makmur Sitepu, SpOG(K), dan Dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG selaku
pembimbing penelitian ini yang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis
ini hingga selesai.
6. Dr. Herbert Sihite, SpOG, Dr. Muhammad Rusda, SpOG(K), dan Dr. Deri Edianto,
SpOG(K), selaku tim penyanggah dan nara sumber dalam penulisan tesis ini, yang telah
banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam perbaikan tesis ini.
7. Prof. T.M. Hanafiah, SpOG(K), selaku Bapak angkat saya selama menjalani masa
pendidikan ini, yang telah banyak mengayomi dan membimbing saya.
8. Dr. Herbert Sihite, SpOG, selaku pembimbing Mini Referat Fetomaternal saya yang
berjudul “Penanganan Trombosis Dalam Kehamilan”, kepada Dr. Yostoto B Kaban,
SpOG(K), selaku pembimbing Mini Referat Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi
saya yang berjudul “Amenore Sekunder”, dan kepada Dr. Deri Edianto, SpOG(K)
selaku pembimbing Mini Referat Onkologi saya yang berjudul “Penggunaan
Nanoteknologi Dalam Pemberian Kemoterapi”, terima kasih banyak atas bimbingan
dan nasehat yang telah diberikan.
9. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK–USU/ RSUP H.
Adam Malik, RSUD. Dr. Pirngadi dan RSU Jejaring di Medan, Divisi Fetomaternal,
Divisi Fertilitas Endokrinologi, dan Divisi Onkologi yang secara langsung telah banyak
membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Tuhan
Yang Maha Pengasih membalas segala budi baik kepada seluruh guru–guru saya ini.

Universitas Sumatera Utara


10. DR. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk
membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.
11. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana
untuk belajar, bekerja selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di
Departemen Obstetri dan Ginekologi.
12. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Kebidanan dan Penyakit
Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, Dr. Einil Rizar, SpOG(K), Dr. Rushakim
Lubis, SpOG yang telah memberikan kesempatan dan sarana belajar, bekerja selama
mengikuti pendidikan.
13. Direktur RS PTPN II Tembakau Deli Medan, Dr. Sofian Abdul Ilah, SpOG dan Dr.
Nazaruddin Jaffar, SpOG(K) beserta staf yang telah banyak memberi kesempatan dan
bimbingan selama saya bertugas di bagian tersebut.
14. Karumkit Puteri Hijau KESDAM I/BB dan kepala SMF Obgin Dr. Gunawan Rusuldi,
SpOG, Dr. Agnes D, SpOG beserta staf yang telah banyak memberi kesempatan dan
bimbingan selama saya bertugas di bagian tersebut.
15. Direktur RS Haji Mina Medan, beserta staf pengajar yang telah banyak memberikan
kesempatan dan sarana belajar selama masa pendidikan.
16. Direktur RS Sundari Medan, Dr. M. Haidir, SpOG dan Ibu Sundari Am.Keb. beserta
staf yang telah memberi sarana belajar dan memberikan bimbingan kepada saya selama
bertugas.
17. Direktur RS. Pandan-Tapanuli Tengah dan seluruh staf atas kesempatan kerja dan
bantuan moril selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.
18. Kepala Departemen Patologi Anatomi FK USU Medan beserta staf atas kesempatan dan
bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di departemen tersebut.
19. Kepala Departemen Anestesi dan Reanimasi RSUP H. Adam Malik Medan beserta staf
yang telah banyak membimbing saya.
20. Kepada senior-senior saya, Dr.Cut Adeya Adella, SpOG, Dr. Milvan Hadi, SpOG,
Dr.Johny Marpaung,SpOG, Dr.Melvin NG Barus, SpOG, Dr. M. Oky Prabudi, SpOG,
Dr, Dudy Aldiansyah, SpOG, Dr. Hayu Lestari Haryono, SpOG, Dr. Muara P. Lubis,
SpOG, Dr. Dwi Faradina, SpOG, David Luther, SpOG dan Dr. M. Rizki Yaznil, SpOG,

Universitas Sumatera Utara


terimakasih atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada saya selama
menempuh pendidikan.
21. Teman-teman seangkatan saya, Dr.Ari Abdurrahman Lubis, Dr. M. Ikhwan, SpOG,
Dr.Zilliyadein Rangkuti, SpOG, Dr. Edward Muldjadi, SpOG, Dr. Riza Hendrawan,
terima kasih atas kebersamaan, dukungan dan bantuannya kepada saya selama ini.
22. Kepada Dr. Ali Akbar, Dr. Meity Elvina, Dr. Robby Pakpahan, Dr. Ricca P Rahim,
Dr. M. Faisal Fahmi, terima kasih atas dukungan, perhatian dan kebersamaan kita yang
indah selama kita jaga bersama.
23. Teman sejawat, dokter muda, bidan, paramedis, karyawan/karyawati dan tidak lupa
kepada pasien-pasien yang telah ikut membantu dan bekerja sama dengan saya dalam
menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di FK USU,
RSUP H. Adam Malik, RSUD Dr. Pirngadi, RS PTPN II Tembakau Deli, RS Puteri
Hijau KESDAM I/BB, RS Haji Mina dan RS Sundari Medan. Terima kasih atas
kerjasama dan saling pengertian yang diberikan kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan pendidikan ini.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua
orang tua saya yang terkasih dan tersayang Ayahanda Letkol (Purn) Dr. H. Abdul Wahid,
Sp.PD dan Ibunda Dr. Hj. Syahrani Lubis, yang penuh kesabaran telah membesarkan,
membimbing, mendoakan dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang sejak lahir hingga
kini mengantarkan saya meraih cita-cita, tanpa kenal lelah memberikan motivasi, kekuatan
dan perhatian selama saya menjalani pendidikan ini. Terima kasih atas dorongan dan semangat
yang telah diberikan kepada saya.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang saya sampaikan kepada Bapak Mertua H.
Syamruddin lubis dan Ibu mertua Hj. Dra. Nurida Nasution, Am.Keb, M.M. yang telah
banyak membantu, mendoakan dan memberikan dorongan dan perhatian dengan penuh
kesabaran dan kasih sayang kepada saya selama mengikuti pendidikan ini.

Suamiku tersayang Mayor Inf. Hasandi Lubis, tiada kata lain yang dapat saya sampaikan
selain terima kasih atas kesabaran, dorongan, semangat, pengorbanan dan doa yang telah
diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini. Buat buah hatiku
tersayang, Agha Wahidin Lubis dan Hammam Mirza Lubis, anugerah terindah dalam hidup

Universitas Sumatera Utara


kami yang diberikan Allah SWT semasa pendidikan program dokter spesialis, yang menjadi
sumber inspirasi, semangat dan motivasi saya dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Kepada abangku Dr. Wahyu Diansyah Sp.PD dan buat adik - adikku Dr. Yeni Puspawani, Dr.
Yunita Dewani dan Mulia Novi Irawani S.Ked, terima kasih atas doa, dorongan dan semangat
yang diberikan kepada saya selama ini.

Akhirnya kepada seluruh keluarga dan handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan namanya
satu persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan baik
moril dan materil, saya ucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya


kepada kita semua.
Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Wassalam

Medan, Maret 2011

Dr. LILI KUSWANI

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pada kehamilan dapat terjadi berbagai komplikasi dari tali pusat. Gangguan sirkulasi
tali pusat dicurigai menyebabkan 20% kematian janin, dimana gangguan mekanis dari tali
pusat dapat berupa lilitan tali pusat dan prolaps tali pusat atau mungkin timbul dari anatomi
tali pusat yang abnormal seperti tali pusat yang tersimpul (true knot), koil abnormal
(hypocoiling dan hypercoiling), panjang tali pusat dan insersi tali pusat yang abnormal.1,2

Gangguan aliran tali pusat 50 % secara signifikan menyebabkan asfiksia pada janin, yang
menimbulkan efek terhadap organ dan metabolisme janin baik akut maupun kronis, sehingga
pada akhirnya akan mempengaruhi luaran bayi lahir yang dapat mempengaruhi berat badan
bayi lahir.3 Tali pusat merupakan salah satu struktur dalam amnion yang memfiksasi antara
salah satu sisi plasenta dan tali pusat bayi sebagai penghubung, dengan panjang normal 50 –
60 cm terdiri dari tiga pembuluh darah : dua arteri dan satu vena. Sebuah tali pusat normal
memiliki rata – rata 11 koil pembuluh darah tali pusat.3

Strong et al, 1994, dalam penelitiannya menunjukkan koil tali pusat yang tidak normal
(hypocoiling dan hypercoiling) berpengaruh terhadap terjadinya pertumbuhan janin terhambat,
oligohidramnion, anomali janin, deselerasi denyut jantung janin selama persalinan, intervensi
tindakan terhadap kesulitan proses persalinan, mekonium dalam air ketuban, persalinan
prematur, skor APGAR yang rendah, pH arteri tali pusat yang rendah, diabetes mellitus dalam
kehamilan dan berhubungan dengan berat badan lahir bayi.1

Sejak tahun 1900 banyak dilakukan penilaian terhadap koil pembuluh darah tali pusat. Dari
penelitian sebelumnya, Machin et al, 2000, didapati angka kejadian hypercoiling (21%) dan
hypocoiling (13%). Pada hypercoiling didapati gangguan janin (37%), gangguan toleransi
dalam persalinan (14%), pertumbuhan janin terhambat (10%) dan korioamnionitis (10%).
Pada indeks koil tali pusat hypocoiling masing – masing 29%, 21%, 15% dan 29%.4

Universitas Sumatera Utara


Rana et al, 1995, dari penelitian mereka didapati signifikansi berat badan lahir lebih rendah
pada indeks koil tali pusat hypercoiling ( 2742 ± 944 gram) dibandingkan dengan indeks koil
tali pusat normocoiling (3176 ± 633 gram). Dari penelitian tersebut didapati hubungan antara
umbilical coiling index (indeks koil tali pusat) dan hasil luaran berat badan bayi baru lahir.5

Beberapa hipotesis yang behubungan dengan terbentuknya koil adalah akibat adanya gerakan
janin, torsi aktif atau pasif dari embrio, diferensiasi pertumbuhan pembuluh darah tali pusat,
hemodinamik aliran darah janin, dan serat otot di dinding pembuluh darah arteri tali pusat.
Selain itu, kemungkinan adanya keterlibatan faktor genetika. Dimana pada kejadian kembar
non-monozigotik ditemukan kesamaan dalam indeks koil tali pusat.2

Koil tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah dan dengan indeks koil tali pusat yang
berlebih (hypercoiling) dapat mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat
terhambat sebagian atau seluruhnya. Hal tersebut menyebabkan janin mengalami kekurangan
oksigen, nutrisi dan siklus utero-plasenta tergangu. 6,7

Sebire et al, 2007, menemukan odds ratio (OR) dari hypocoiling adalah 3,4 terhadap kematian
janin dalam kandungan, 5,8 terhadap kejadian Trisomi, 3,1 terhadap kejadian skor APGAR <
7, 3,0 terhadap kejadian insersi tali pusat velamentosa, 3,7 terhadap kejadian arteri tali pusat
tunggal. OR dari hypercoiling sebesar 9,3 terhadap kejadian trisomies, 2,1 terhadap kejadian
small gestational age (SGA) < 10th, 2,9 terhadap nilai pH arteri tali pusat < 7,05, dan 4,2
terhadap kejadian asfiksia.9

Pemeriksaan pada tali pusat direkomendasikan untuk mendeteksi kelainan yang akan
mempengaruhi proses kehamilan dan persalinan.8 Dari kepustakaan disebutkan bahwa indeks
koil tali pusat yang dinyatakan hypercoiling berhubungan dengan luaran janin yang kurang
baik. Sedangkan indeks koil tali pusat yang normal berhubungan dengan kesejahteraan janin
yang baik.6,10

Universitas Sumatera Utara


1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, disebutkan bahwa angka kejadian terjadinya


hypocoiling dan hypercoiling tali pusat, yang berpengaruh terhadap komplikasi luaran bayi
lahir. Pada tali pusat dengan indeks koil tali pusat abnormal berhubungan dengan berat badan
bayi lahir rendah, kejadian trisomies, asfiksia, skor APGAR < 7, indeks cairan amnion (ICA)
< 5, gangguan dalam persalinan, pertumbuhan janin terhambat dan korioamnionitis.4 Rana et
al, 1995, dari penelitian mereka didapati signifikansi berat badan lahir lebih rendah pada
indeks koil tali pusat hypercoiling dibandingkan normocoiling.5 Penilaian indeks koil tali
pusat ini di anjurkan karena memiliki arti klinis yang penting.

Dengan demikian dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan penelitian : apakah tali pusat
dengan indeks koil hypercoiling menyebabkan berat badan bayi lahir rendah dibandingkan
dengan normocoiling? Apakah tali pusat dengan indeks koil hypocoiling menyebabkan berat
badan lahir lebih besar dari pada normocoiling? Berdasarkan pertanyaan ini, peneliti ingin
mengetahui perbandingan antara indeks koil tali pusat terhadap luaran berat badan bayi lahir
di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RS. Jejaring, mengingat belum ada penelitian mengenai
indeks koil tali pusat di departemen obstetri dan ginekologi fakultas kedokteran universitas
sumatera utara.

1.3. Hipotesis Penelitian


Ada hubungan antara indeks koil tali pusat dengan luaran berat badan bayi lahir.

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui indeks koil tali pusat dan hubungannya terhadap luaran berat badan
bayi lahir di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU RSUP H. Adam Malik Medan dan
RS. Jejaring.

Universitas Sumatera Utara


1.4.2. Tujuan Khusus :
1.4.2.1. Untuk mengetahui indeks koil tali pusat normocoiling terhadap luaran berat badan
bayi yang lahir.
1.4.2.2. Untuk mengetahui indeks koil tali pusat hypercoiling terhadap luaran berat badan bayi
yang lahir.
1.4.2.3. Untuk mengetahui indeks koil tali pusat hypocoiling terhadap luaran berat badan bayi
yang lahir.

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1. Penilaian indeks koil tali pusat ini dapat membuktikan bahwa indeks koil tali pusat
berhubungan dengan luaran berat badan bayi lahir.
1.5.2. Penilaian indeks koil tali pusat dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian
selanjutnya dalam penilaian indeks koil tali pusat antenatal.
1.5.3. Penilaian indeks koil tali pusat dapat menambah referensi tentang hubungan indeks
koil abnormal terhadap luaran berat badan bayi lahir.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Embriologi Tali Pusat

Embriogenesis dinding abdomen anterior dan plasenta dimulai pada akhir minggu
ketiga, pada tahap trilaminar germ disc (terdiri dari endoderm, mesoderm, dan ektoderm). disc
ini diapit diantara rongga kantung ketuban dan kuning telur (dengan endoderm paling
proksimal pada kantung kuning telur).9

Amniotic cavity Ectoderrm

Head of the embryo


Tail end

Future umbilical cord


Mesoderm

In wall yolk sac

Endoderm

Gambar 1. Embrio pada akhir minggu ke tiga, menunjukkan primordial germ sel pada
dinding yolk sac, yang mendekati perlekatan. dari lokasi ini, sel-sel pada
dearah in akan bermigrasi untuk perkembangan gonad pada minggu ke-3.
Dikutip dari: Langman’s General Embriologi.

Lapisan ektoderm proksimal ke rongga amnion, selama embrio tumbuh dan melengkung,
lokasi perbatasan ektoderm amnion sebagai cicin umbilikus primitif pada permukaan ventral
embrio. Inilah lipatan dari disk sekitar kuning telur (yolk sac) yang pada hasil akhirnya
membentuk dinding abdomen anterior dan tali pusat.9

Universitas Sumatera Utara


Pada hari ke-18 paska konsepsi tangkai penghubung yang menghubungkan embrio awal
dengan trofoblas mulai berkembang. Pada hari ke-28 paska konsepsi tangkai yang
menghubungkan kantung yolk sac bergabung, membentuk tali pusat. Pada manusia yolk sac
adalah organ dasar, yang memiliki fungsi nutrisi pada awal kehamilan. Yolk sac, ditemukan
dalam rongga korion, terhubung dengan tali pusat serta tangkainya. Pada akhir bulan ketiga,
amnion telah melebar terjadi kontak dengan korion sehingga rongga korion menghilang.9

Amnion dan korion terbentuk antara usia kehamilan 10-16 minggu. Dalam hal ini tali pusat
akan dilapisi dengan epitel yang terdiri dari saluran omphalo-mesentetrika, yolk sac, body
stalk, dan ekstra embrionik allantois. Secara fisiologis tali pusat akan mengalami herniasi
antara usia kehamilan 7-12 minggu.9

Perkembangan sistem pembuluh darah dimulai dengan pembentukan tumpukan darah di


dalam mesodermal yolk sac, tangkai penghubung dan korion di awal 3 minggu paska
konsepsi, dua hari kemudian angiogenesis dimulai dalam embrio mesoderm. Arteri 'allantoic'
muncul 3 minggu paska konsepsi sebagai cabang ventral pasangan aorta dorsalis. Bagian dari
allantois akan membentuk kandung kemih, dari urachus yang meluas sebagai saluran kecil,
disertai arteri allantoic.9

Sumbu aorta dari arteri definitif muncul sebagai cabang lateral yang berasal dari ujung, dan
pada akhirnya menjadi arteri umbilikalis. Sirkulasi embrio efektif pada 22 - 23 hari paska
konsepsi, ketika arteri umbilikalis menyatu dengan arteri iliaka internal dan vena umbilikalis
dengan ductus venosus, yang memasuki vena hepatik. Salah satu vena umbilikalis mengalami
atropi selama bulan kedua kehamilan.9

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2. Embriologi Tali Pusat. Dikutip Dari : General Embriology The
Ninth Edition Of Langman’s Medical Embryology
Keterangan Gambar
(Gambar A) Embrio pada usia kehamilan 5 minggu.
Usia kehamilan 35 hari, embrio menunjukkan struktur melewati cincin tali pusat primitif.
Proses penghubungan tangkai, berisi allantois dan pembuluh darah tali pusat yang terdiri dari
dua arteri dan satu vena.
(Gambar B) Embrio pada usia kehamilan 10 minggu menunjukkan tali pusat primitif
Tali pusat primitif dari embrio 10 minggu. Tangkai kuning telur (saluran vitellini) disertai
dengan pembuluh darah vitellini, Kuning telur menempati ruang dalam rongga korion, yaitu
ruang antara amnion dan dinding korion.
(Gambar C) Bagian transverse daerah cincin pusat.
Saluran yang menghubungkan rongga intra-embrionik dan ekstra-embrionik. Garis oval
refleksi antara amnion dan ektoderm embrio (amnion-ectodermal junction) adalah cincin pusat
primitif. Pembentukan pada minggu ke-5, struktur berikut melewati cincin pusat.
(Gambar D) Bagian melintang melalui tali pusat primitive
menunjukkan loop usus yang menonjol di salurannya. Daerah lebih proksimal berisi beberapa
loop usus dan sisa dari allantois. Sampai 11 minggu paska konsepsi intestinal masih terdapat
dalam tali pusat, yang memberikan gambaran membengkak.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3. Bagian yang menunjukkan pembentukan tali pusat pada embrio
sepanjang 2,5 mm.Dikutip Dari : The Journal Of Meternal-Fetal And
Noenatal Medicine, The Umbilical Coiling Index, 2005.

Gambar 4. Bagian tali pusat pada embrio manusia 23 mm. Dikutip Dari : The
Journal Of Meternal-Fetal And Noenatal Medicine, The Umbilical
Coiling Index, 2005.

Universitas Sumatera Utara


Pada sekitar akhir bulan ketiga, loop intestinal ditarik masuk ke dalam tubuh embrio dan
rongga di tali pusat tersebut akan menghilang. Setelah berkontribusi terhadap usus embrio
sisa–sisa yolk sac primer memanjang di bagian perut, sehingga mempersempit sambungan ke
midgut membentuk duktus vitellinus.9

Ketika allantois, duktus vitelline dan pembuluh darah juga mengalami obliterasi, yang tetap
berada di dalam adalah pembuluh darah umbilikalis yang dikelilingi oleh wharton’s jellly.
Jaringan ini, kaya proteoglikan yang berfungsi sebagai lapisan pelindung untuk pembuluh
darah tali pusat. Otot pada dinding arteri berisi banyak serat elastis, yang berkontribusi dengan
cepat pada pada saat penyempitan dan kontraksi pembuluh darah umbilikalis segera setalah
tali pusat di ikat.9

2.2. Anatomi Struktur Tali Pusat

Pembuluh darah tali pusat berbeda dalam struktur dan fungsi dibandingkan dengan
pembuluh darah besar di dalam tubuh. Kedua arteri tali pusat melilit dalam model putaran.
Darah mengalir dengan cara yang berdenyut dari janin ke plasenta melalui arteri. Sebuah
pulsasi kecil dalam transpor pasif di dalam darah masuk ke janin melalui vena umbilikalis.

Gambar 5. Potongan tali pusat dengan dua arteri dan satu vena. Dikutip dari:
Maternity, Gynaecology, Infertility & Endoscopic (keyhole) Surgery
Mumbai (Bombay), India.

Vinci mempostulatkan bahwa panjang tali pusat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan
memiliki panjang rata-rata sesuai dengan panjang janin sendiri. Tali pusat terdiri dari lapisan

Universitas Sumatera Utara


luar dari epitel amnion, dengan massa internal mesodermal, wharton’s jelly. Dalam wharton’s
jelly terdapat dua saluran endodermal, yaitu : duktus allantois dan duktus vitellini, serta
pembuluh darah umbilikalis.5

Struktur tali pusat normal terdiri dari dua arteri umbilikalis, dan satu vena umbilikalis yang
dikelilingi oleh wharton jelly lapisan luar, dan lapisan tunggal selaput amnion. Arteri tali pusat
timbul dari aorta embrio setelah berdiferensiasi dan mengalami pertumbuhan, mereka menjadi
cabang-cabang arteri iliaka interna pada janin.5

Tali pusat dan jaringan penyusunnya terdiri dari : lapisan luar amnion, wharton’s jelly, dua
arteri umbilikalis dan satu vena umbilikalis, yang dirancang untuk melindungi aliran darah ke
janin selama masa kehamilan sampai aterm. Lapisan luar amnion dapat mengatur tekanan
fluida di dalam tali pusat. Wharton's jelly diisi cairan jelly untuk mencegah kompresi
pembuluh darah. Aliran darah diatur oleh otot polos di sekitar arteri yang bercampur dengan
kolagen berdasarkan matriks ekstraseluler.7,10

Arteri umbilikalis membawa darah yang terdeoksigenasi dari plasenta sedangkan vena
umbilikalis membawa oksigen darah ke janin. Kedua arteri memiliki diameter yang lebih kecil
dibandingkan dengan diameter vena. Pada 96% dari semua tali pusat memiliki anastomosis
atau dalam 3%, bahkan dari dua arteri umbilikalis menyatu di daerah 1,5 cm dari insersi
plasenta. Hal ini untuk pemerataan aliran dan tekanan antara dua arteri dan distribusi darah
yang seragam ke lobus plasenta yang berbeda.4

Salah satu anomali vaskular yang paling umum pada manusia adalah ketiadaan satu arteri
umbilikalis, terjadi pada sekitar 1% dari tali pusat, dalam kebanyakan kasus sebagai kelainan
terisolasi. Pembuluh darah pusat kurang vasa vasorum. Sedikit serat saraf pada pembuluh
darah dekat janin, tetapi hal ini tidak terdapat di segmen menengah dan plasenta dari tali pusat
manusia.7

Wharton's jelly, berasal dari mesenkim, dan dibentuk oleh myofibroblasts, terdiri dari kolagen
dan asam hialuronat, beberapa serat otot, dan air. Bahan ini bertanggung jawab atas kekuatan
tali pusat. Ini menyediakan dukungan mekanis dan perlindungan struktural untuk tali pusat
dan memiliki peran angiogenik dan metabolik untuk sirkulasi pusat. Lingkungan osmotik

Universitas Sumatera Utara


adalah sangat penting untuk wharton’s jelly. Perubahan osmolaritas 5 sampai 10 milliosmol
jelas menyebabkan pembengkakan atau penyusutan dari tali pusat. wharton’s jelly memiliki
sifat thyxotropic, yaitu substansi gelatinous semi solid mencair karena ada tekanan.7,11

Jumlah wharton’s jelly merupakan alat prediksi yang baik untuk menentukan komplikasi
perinatal: bukti bahwa tali pusat dengan diameter <10 persentile merupakan penanda awal
untuk pengiriman kecil untuk bayi usia kehamilan dan terjadinya komplikasi intrapartum.5,12
Wharton’s jelly dapat berkurang pada pertumbuhan janin terhambat dan meningkat pada
hydrops, polyhydramnion, dan diabetes. Tidak ada korelasi langsung yang ditemukan antara
jumlah Wharton’s jelly dan indeks koil tali pusat.12

Tali pusat terbentuk sampai akhir trimester kedua, dengan berat 40 gram dan mencapai
diameter rata-rata 1-2 cm dan panjang 50-60 cm. Terdiri dari sel epitel skuamosa kuboid yang
disebut epitel umbilikalis yang berasal dari epitel amnion. Abnormalitas panjang tali pusat
berhubungan dengan lilitan tali pusat, tali pusat tersimpul (knotting), insersi tali pusat, dan
prolaps tali pusat. Secara singkat, gangguan yang menghubungkan tali pusat dengan
permukaan tubuh janin dapat terjadi anomali di mana dinding abdomen anterior gagal
terbentuk. Isi perut terbuka dan tali pusat tidak sempurna atau tidak terbentuk, sehingga janin
melekat langsung ke membran.13,14

Larco et al, 1987. Tali pusat sudah terbentuk dengan baik pada usia kehamilan 9 minggu,
dengan rata - rata biasanya memiliki 0 - 40 koil. Hal ini sudah ditetapkan bahwa jumlah koil
tali pusat berhubungan dengan aktivitas janin dan kesejahteraan janin. hypocoiling tali pusat
terjadi pada sekitar 5% dari kehamilan dan berhubungan dengan peningkatan risiko morbiditas
dan mortalitas perinatal.6

Kelainan tali pusat dapat terjadi pada ukuran, derajat koil, dan posisi dari insersi tali pusat.
Kelainan ini memiliki implikasi penting terhadap luaran janin. Kelainan struktur arteri tali
pusat yang tunggal, simpul (knotting), kista, dan tumor dapat berhubungan dengan gawat janin
atau malformasi.8,17,18

Universitas Sumatera Utara


2.3. Fungsi Tali Pusat
Tali pusat berfungsi untuk mengalirkan darah ke janin untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Jaringan dari tali pusat harus bekerja untuk mempertahankan aliran
darah selama perkembangan janin dengan gerakan yang normal. Tali pusat merupakan
perpanjangan dari sistem kardiovaskular janin sehingga memiliki potensi besar dalam
mempelajari dan menilai perubahan dalam jaringan pembuluh darah janin.17

2.4. Koil Tali Pusat


Koil tali pusat didefinisikan sebagai suatu koil tali pusat yang lengkap dengan besar
sudut 3600. Koil membuat struktur tali pusat yang kuat fleksibel dan memberikan pertahanan
terhadap kekuatan-kekuatan eksternal yang dapat memberikan pengaruh baik ataupun buruk
terhadap aliran darah. Arah koil tali pusat dapat ke arah kiri dan kanan.6,19 Koil tali pusat ke
arah kiri terjadi empat hingga delapan kali lebih sering daripada koil tali pusat ke arah kanan
dan kadang-kadang terdapat pola lingkaran campuran. Belum jelas mengapa koil ke arah kiri
lebih umum terjadi.19

Koil dari tali pusat dapat diamati sejak 28 hari pasca konsepsi dan 95% jelas terlihat pada usia
kehamilan 7 minggu. Beberapa hipotesis yang behubungan dengan terbentuknya koil adalah
akibat adanya gerakan janin, torsi aktif atau pasif dari embrio, diferensiasi pertumbuhan
pembuluh darah tali pusat, hemodinamik aliran darah janin, dan serat otot di dinding
pembuluh darah arteri tali pusat.11

Selain itu, kemungkinan adanya keterlibatan faktor genetika. Dimana pada kejadian kembar
non-monozigotik ditemukan kesamaan dalam indeks koil tali pusat.8 Janin yang terfiksasi
dalam tubuh (karena band ketuban) tidak hanya memiliki tali pusat yang relatif pendek, tetapi
juga koil yang sedikit atau tidak ada koil. Hal yang sama berlaku untuk spesies dengan janin
memanjang memanjang sumbu uterus (paus misalnya), sebuah situasi yang menghalangi rotasi
embrio.6

Universitas Sumatera Utara


Koil Tali
Pusat

Gambar 6. Janin dengan koil tali pusat. Dikutip dari : Langman’s General
Embriology

Malpas dan Symonds, 1966, menemukan bahwa tali pusat tidak tumbuh secara terus menerus
melainkan tumbuh dengan peningkatan yang kurang lebih tetap. Proses pertumbuhan yang
progresif pada sumbu panjang dari koil utama, menunjukkan bahwa tali pusat tumbuh merata
di setiap titik pada seluruh sumbu panjang tali pusat. Kesimpulan ini dikutip dalam banyak
artikel. Mereka juga telah mengamati bahwa 30% dari tali pusat non-koil masih dapat
melingkar setelah usia kehamilan 20 minggu, sedangkan kapan terjadi proses hilangnya koil
belum pernah diamati. Tali pusat cenderung memiliki koil pada daerah ujung mendekati janin
dan plasenta.20

Roach et al, 1976, menyatakan tali pusat didukung oleh serat otot pada dinding arteri
umbilikalis. Ada empat otot - otot yang berbeda di dinding arteri, yaitu : lapisan sirkuler kecil
bagian dalam berfungsi mengatur aliran darah, lapisan longitudinal dalam yang akan menutup
arteri setelah melahirkan, otot sirkuler yang besar, lapisan longitudinal dalam, yang memiliki
koil intrinsik yang membuat koil tali pusat, dan otot kecil melingkar yang membuat koil pada
arteri.19

Otot sirkuler besar memiliki pitch panjang yang sebanding dengan gulungan pembuluh darah
itu sendiri. Gambaran dari otot sirkuler dari arteri ke substansi pembuluh darah bertanggung
jawab atas koil tali pusat itu sendiri. Ketika ada cukup tekanan hidrostatik, koil pembuluh
darah menuju ke arah berlawanan dengan arah serat pada otot sirkuler.19

Universitas Sumatera Utara


Gambar 7. Anatomi arteri umbilikalis. Di kutip dari : Monique W.M. The
Roach muscle bundle and umbilical cord coiling Early Human
Development (2007).

Gambar 8. Potongan lintang arteri umbilikalis: 1. Inner circular layer,


2. Inner longitudinal layer; 3. large coiling muscle, this
transversely oriented outer layer encircles the whole artery; 4.

Universitas Sumatera Utara


Behery et al, 2009, menyatakan bahwa Umbilical Coiling Index (indeks koil tali pusat) pada
mamalia yang memiliki pembuluh darah tali pusat, menunjukkan bahwa semakin banyak
ditemukan koil yang kurang lurus maka akan semakin banyak volume darah yang masuk
dalam pembuluh darah, sehingga turbulensi akan lebih banyak terjadi dan akan memperlambat
aliran darah. Kemungkinan indeks koil tali pusat yang optimal akan menghasilkan arus
maksimum.21

Van Dijk C.C et al, 2002, melakukan penelitian yang pertama sekali untuk menentukan indeks
koil tali pusat dalam kelompok yang terdiri dari kehamilan tanpa komplikasi. Nilai rata – rata
indeks koil tali pusat 0,17 / cm. Nilai ini dapat menjadi acuan standar untuk menafsirkan nilai
yang tepat dari koil tali pusat pada kehamilan yang mengalami kompikasi.22

Tali pusat hypocoiling terkait dengan kematian janin dalam rahim dan anomali janin, untuk itu
hal ini dapat dijadikan penanda awal yang mendasari perkembangan abnormal intrinsik, dan
juga kemungkinan terkait dengan peningkatan risiko gangguan akut pada aliran darah akibat
adanya kingking tali pusat. 23,25

Tali pusat hypercoiling menjadi penanda kemungkinan perkembangan abnormal, yang


berhubungan dengan komplikasi lain termasuk pertumbuhan intrauterine terhambat, berat
badan lahir rendah, asidosis janin dan asfiksia.23,25

Outcome Hypocoiled Hypercoiled

Fetal death 3,4 NS


Trisomies 5,8 9,3
SGA < 10th centile NS 2,1
APGAR Score < 7 3,1 NS
Umbilical Artery pH < 7,05 NS 2,9
Asphyxia NS 4,2
Velamentosa cord insertion 3,0 NS
Single Umbilical Artery 3,7 8,3

Gambar 9. Odd Ratio antara koil tali pusat abnormal terhadap luaran bayi.
Dikutip dari: Sebire N.J. Ultrasound Obstet Gynecol 2007.

Universitas Sumatera Utara


Tali pusat hypocoiling berhubungan dengan nuchal cord, tali pusat hypocoiling tampaknya
lebih tahan terhadap salah satu masalah yang disebabkan oleh nuchal cord, oklusi tali pusat
yang terjadi pada saat peregangan di sekitar leher janin. Namun, masalah yang paling penting
dari nuchal cord yang ketat kemungkinan bukan akibat penekanan pada tali pusat ini sendiri,
melainkan kompresi pada arteri karotis janin.25 Hypercoiling juga mungkin membuat
pembuluh darah arteri menekan pembuluh darah vena sehingga mengurangi volume aliran
darah.26

2.5. Indeks Koil Tali Pusat ( umbilical coiling index )

Pada penelitian ini, dilakukan identifikasi dari indeks koil tali pusat yang hypercoiling
pada bayi yang baru lahir dan mencari hubungan terhadap luaran berat badan bayi lahir.
Penilaian indeks koil tali pusat ini ditemukan pertama kali oleh Berengarius pada tahun 1521.

Edmonds et al, 1954, yang pertama sekali menjelaskan sebuah metode untuk kuantifikasi koil
tali pusat. Disebutkan bahwa indeks dari twist tali pusat merupakan rasio twists dengan
panjang tali pusat. Nilai positif dan negatif terhadap twist apabila arah koil berubah dari kiri ke
kanan. 6

Strong, et al, 1993, pertama kali melaporkan komplikasi obstetrik berhubungan dengan
abnormalitas koil tali pusat dengan membandingkan hasil luaran bayi. Selain itu, mereka
melaporkan kejadian kematian intra-uterin, persalinan prematur, deselarasi denyut jantung
janin pada intrapartum, meningkatkan kelahiran dengan seksio sesarea atas indikasi gawat
janin, mekonium stein, dan kelainan karyotyping dalam kelompok tali pusat hypocoiling.27

Dalam sebuah penelitiannya, Strong et al, 1993, juga melaporkan insiden secara signifikan
lebih besar dari kelainan kariotip, warna mekonium, dan intervensi operasi untuk gawat janin
pada indeks koil tali pusat < 10th persentil. Bagi indeks koil tali pusat ≤ 10th persentil atau ≥ 90
th
persentil dijumpai insiden yang signifikan lebih besar pada variabel deselerasi denyut
jantung janin. Nilai untuk 10th persentil dan 90th persentil berasal dari indeks koil tali pusat
100 kelahiran (indeks koil tali pusat 0,21 ± 0,07), pada populasi kehamilan berisiko tinggi,
mungkin dapat menyebabkan bias.1,26,27

Universitas Sumatera Utara


Jumlah Total Koil
Umbilical Coiling Index =
Panjang Tali Pusat (cm)

Strong et al, 1994, yang pertama kali menyempurnakan metode ini. Dia mengembangkan
indeks koil tali pusat ( umbilical coiling index.) yang merupakan rasio koil dengan panjang tali
pusat, terlepas dari arah koil.27 pada kehamilan tanpa komplikasi nilai dari persentase dari
indeks koil tali pusat,dikatakan hypocoiling jika nilai indeks tali pusat <10th persentil dan
hypercoiling tali pusat di katakan jika indeks koil tali pusat > 90th persentil. Dari beberapa
kepustakaan sebelumnya disebutkan bahwa nilai-nilai dari indeks koil tali pusat (umbilical
coiling index) rata - rata (SD) indeks koil tali pusat normal adalah satu koil / 5 cm, atau 0,2 ±
0,1 (SD) koil/cm. Untuk indeks koil tali pusat pada persentil 10th dan 90th adalah berturut-turut
0,07 koil / cm dan 0,3 koil / cm.27

Rana et al, 1995, melaporkan insiden secara signifikan lebih besar pada gangguan denyut
jantung janin, dan peningkatan angka tindakan operasi pada indeks koil tali pusat berada di
<10th persentil. Subjek dengan nilai indeks koil tali pusat > 90th persentil memiliki tingkat
yang lebih tinggi pada kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan kemungkinan besar
pada ibu yang menggunakan kokain. Penulis tidak membedakan antara kelahiran prematur
spontan dan kelahiran prematur iatrogenik.5

Atalla et al, 1998, menilai hubungan antara morfologi tali pusat dan keadaan janin intrapartum
dan analisa gas darah tali pusat saat lahir. Mereka menemukan korelasi yang signifikan secara
statistik linier positif antara pH vena dan arteri umbilikalis dengan jumlah coiling pembuluh
darah (masing-masing r = 0,27 dan 0,17) dan hubungan linier negatif antara PCO2 dan coiling
tali pusat.26

Universitas Sumatera Utara


Gambar 10. Hypercoiling umbilical cord. Dikutip dari: Daniele et al.
Journal Pediatric (2007)

Machin et al, 2000, mengamati indeks koil tali pusat dari semua plasenta di pusat patologi.
Dalam grup yang dipilih koil tali pusat yang abnormal dihubungkan dengan terjadinya
kematian janin, retardasi pertumbuhan intrauterin dan chorioamnionitis. Ini dikaitkan dengan
trombosis dari pembuluh darah chorionic plate, trombosis vena tali pusat dan stenosis. Dengan
demikian, koil abnormal merupakan proses kronis, yang terbentuk pada awal kehamilan, yang
menimbulkan efek kronis (gangguan pertumbuhan) dan akut (janin intoleransi dan kematian
janin).4

Penyebab terbentuknya koil sampai saat ini belum diketahui. Dalam semua studi yang
disebutkan di atas nilai-nilai acuan yang digunakan dihitung dari populasi, termasuk
kehamilan dengan komplikasi. Untuk mengkonfirmasi bahwa janin dengan indeks koil
abnormal memang lebih sering memiliki hasil yang kurang menguntungkan dibandingkan
dengan tali pusat dengan koil normal.28

Ezimokhai et al, 2001, mengidentifikasi faktor risiko ibu terhadap indeks koil tali pusat
abnormal. Dengan hasil hypercoiling dengan faktor usia ekstrim, obesitas, diabetes melitus
gestasional dan preklampsia. Hypercoiling dan hypocoiling secara signifikan berhubungan
dengan pewarnaan mekonium, hasil perinatal yang jelek dan emergency sectio cesarea.
Hypercoiling berhubungan dengan pertumbuhan janin terhambat dimana pasokan darah dari
plasenta ke janin yang berkurang, dengan begitu hypercoiling mendasari kondisi tersebut.36

Universitas Sumatera Utara


2.5.1. Indeks Koil Tali Pusat dengan Ultrasonografi.

Degani et al, 1995, menunjukkan bahwa indeks koil tali pusat dapat ditentukan
sebelum lahir dengan menggunakan ultrasonografi untuk menentukan korelasi indeks koil tali
pusat dengan indeks yang diukur setelah lahir. Indeks koil tali pusat pada masa antenatal
dihitung dengan mengambil jarak rata-rata antara sepasang koil, diukur pada tiga segmen yang
berbeda. Berdasarkan perhitungan ini, memungkinkan indeks koil tali pusat dalam uterus
lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan indeks koil tali pusat pada post partum yang
mengalami pengurangan koil ke arah insersi bayi dan cenderung lebih melingkar daripada ke
arah insersi plasenta.28

Selanjutnya, koil pada antenatal lebih penuh dengan darah, yang membuat putaran lebih padat
karena koil pembuluh darah instrinsik. Torsi tali pusat mempengaruhi pengukuran
ultrasonografi pada saat antepartum, namun tidak pada post-partum setelah tali pusat dipotong.
Meskipun arah koil tampaknya tidak mempunyai arti klinis.28

Gambar 11. Umbilical cord coiling Color Doppler image shows a normally
coiled umbilical cord. Dikutip dari: Dudiak et al. Scientific
Exhibit. RadioGraphics September (1995)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 12. Penilaian UCI Sonographic Coil-To-Coil distal. Dikutip
dari: Degani et al, Obstet Gynecol (1995)

Rana et al, 1996, tali pusat hypocoiling dapat dilihat di awal kehamilan dengan ultrasound
dapat menjadi parameter peningkatan terjadinya kelainan janin, yang selanjutnya dapat
diketahui dengan amniosentesis untuk karyotyping. Jika koil tersebut dilihat pada kehamilanan
pertengahan atau akhir, dapat memberikan peringatan adanya kemungkinan bahaya yang lebih
besar terhadap janin dan kemungkinan proses kelahiran dengan operasi. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengevaluasi hasil luaran bayi lahir dengan hypocoiling dan hypercoiling tali
pusat.5

Qin et al, 2002, melakukan pengukuran dengan ultrasonografi terhadap indeks koil tali pusat
pada trimester kedua kehamilan. Mereka menemukan bahwa indeks koil tali pusat dapat
diukur dengan mudah dan hasil yang cukup jelas pada trimester kedua antara 12 dan 16 usia
kehamilan.30

Predanic et al, 2005, sebuah evaluasi sonografi dari koil tali pusat di trimester kedua
berkorelasi dengan indeks koil tali pusat saat lahir. Membandingkan indeks koil tali pusat
antenatal dan setelah lahir menunjukkan adanya korelasi yang signifikan secara statistik
(korelasi Spearman, p < 0,0001; r = 0,643). Dari hasil tersebut, tampak bahwa nilai indeks koil
tali pusat sekitar dua kali pengukuran indeks koil tali pusat saat lahir. Jika diterjemahkan,
jarak antara sepasang koil pada pemeriksaan sonografi dilakukan selama trimester kedua
adalah kira-kira setengah jarak antara koil saat melahirkan.31 Pada indeks koil tali pusat, atau

Universitas Sumatera Utara


pola koil tali pusat tidak berkorelasi dengan ketebalan tali pusat, terutama wharton’s jelly,
tidak terkait dengan suatu pola koil tali pusat.32

2.5.2. Aliran Darah Tali Pusat


Reynolds et al, 1978, anatomi tali pusat membuat aliran darah menjadi optimal
dikarenakan koil pada tali pusat sendiri. Arteri yang melekat dengan pembuluh darah vena,
menyebabkan kenaikan dan penurunan yang bergantian dengan tekanan dan pulsasi dari
pembuluh darah arteri.34,36.

Degani et al, 1995, menemukan korelasi garis linear antara aliran dalam vena umbilikalis dan
indeks koil tali pusat dengan (r = 0.59, p = 001). Bagaimana aliran darah dapat optimal ? Vena
umbilikalis merupakan jalur kehidupan yang hanya mengangkut oksigen dan nutrisi ke janin.
Suatu proses pasif, yang disebabkan oleh gradien tekanan antara vena umbilikalis dan vena
cava inferior janin, mungkin tidak cukup untuk mengangkut jumlah darah yang diperlukan
kembali ke janin.29

Arteri di dalam tali pusat mengalami peregangan selama pulsasi. Hal ini mengurangi diameter
arteri. Dengan demikian, meningkatkan diameter pembuluh darah vena dan menyebabkan
tekanan negatif yang relatif pada pembuluh darah vena. Dengan cara ini aliran darah vena
akan meningkat.36.

Makin banyak ditemukan koil, aliran darah yang lurus menjadi lebih sedikit. semakin banyak
darah didalam pembuluh darah turbulensi akan meningkat, yang akan memperlambat aliran
darah. Kemungkinan indeks koil yang optimal akan menghasilkan arus maksimum.
Hypercoiling juga memungkin membuat pembuluh darah arteri menekan pembuluh darah
vena, sehingga mempengaruhi aliran darah menjadi lebih lambat.36

Degani et al, 2001, menyatakan bahwa indeks koil tali pusat dapat mempengaruhi kecepatan
aliran darah dalam pembuluh darah. Berkurangnya koil tali pusat dikaitkan dengan penurunan
aliran darah vena umbilikalis. Peningkatan koil berhubungan dengan kecepatan pola denyut
dari aliran vena umbilicalis dengan bentuk gelombang yang sama. Hal ini menunjukkan
bahwa indeks koil tali pusat memiliki pengaruh besar pada aliran arteri normal, karena ini
adalah proses yang aktif. Asumsi ini didukung oleh kepustakaan yang menyatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara


indeks koil tali pusat (umbilical coiling index) berpengaruh secara signifikan terhadap aliran
darah dalam pembuluh arteri dapat dilihat kemungkinan untuk terjadinya trombosis, yang
diamati lebih sering pada kejadian hypercoiling.28

Karena tidak diketahui apakah indeks tali pusat dapat berubah selama kehamilan, tidak
diketahui apakah aliran darah ke janin dapat ditingkatkan dengan menyesuaikan indeks koil
tali pusat. Jika adaptasi mungkin dilakukan, mungkin dapat menjelaskan hubungan yang
berarti indeks tali pusat meningkat pada kehamilan dengan komplikasi pada janin salah
satunya pertumbuhan janin terjambat.37

Selama antepartum koil tali pusat penting untuk alasan lain, untuk meningkatkan kemampuan
tali pusat bertahan selama kontraksi terhadap torsi, kinking, kompresi, dan oklusi karena traksi
pada tali pusat. Koil tali pusat dapat membuat tali pusat lebih tahan terhadap kinking dan
kompresi. Tali pusat hypocoiling sementara berhubungan dengan nuchal cord, oklusi tali pusat
terjadi pada saat peregangan di sekitar leher janin. Namun, masalah yang paling penting dari
nuchal cord ketat mungkin bukan akibat penekanan pada tali pusat ini sendiri, tapi kompresi
pada arteri karotis janin.38

Universitas Sumatera Utara


2.6. Kerangka Konsep

• Gerakan janin, torsi


Faktor Intrauterin : Indeks Koil Faktor Karakteristik

• Umur3,37
Luaran Berat Ibu:
Tali Pusat 1 Badan Bayi Lahir
aktif atau pasif dari
embrio.2,9 • Normocoiling • Paritas3,37
• Diferensiasi • Hypocoiling • IMT38
pertumbuhan pembuluh H ili • Usia Kehamilan3
darah tali pusat.17 • Kadar Hb39,40
• Hemodinamik aliran
Penyakit Dalam
darah janin.31,34 Kehamilan16
• Serat otot di dinding • Diabetes Mellitus36
pembuluh darah arteri • Penyakit Hipertensi
tali pusat.17 dalam Kehamilan16
• Air ketuban.2,9 • Kelainan genetik6,21,22 • Preeklampsia dan
• Kelainan kongenital21 Eklampsia
• Kehamilan kembar6 • Penyakit Tiroid
• Obesitas pada ibu 36
• Penyakit Infeksi
• Anomali tali pusat21 Kronis
• Penyakit Ginjal
• Penyakit
Kardiovaskuler

Kebiasaan Ibu2
• Merokok
• Minum Alkohol
• Pengguna Narkotika

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang dengan metode pendekatan
analitik komparatif dan analitik korelatif.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring sampai dengan
jumlah sampel minimal terpenuhi.

3.3. Sampel Penelitian


Sampel penelitian adalah seluruh ibu hamil yang melahirkan dengan cara pervaginam dan
seksio sesarea. Pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling harus memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.4.1. Kriteria Inklusi
1. Usia kehamilan 37 - 40 minggu dengan janin tunggal.
2. Ibu inpartu yang bersalin dengan partus pervaginam dan seksio sesaria.
3. Bersedia ikut serta dalam penelitian.

3.4.2. Kriteria Eksklusi

1. Kehamilan kembar
2. Bayi dengan kelainan kongenital
3. Ibu dengan kebiasaan merokok, minum alkohol, menggunakan narkotika.
4. Ibu hamil dengan penyakit diabetes mellitus, tiroid, dan penyakit kardiovaskuler.
5. Ibu hamil dengan penyakit hipertensi dalam kehamilan, preeklampsia dan eklampsia

Universitas Sumatera Utara


3.5. Besar Sampel

Rumus besar sampel yang digunakan untuk penelitian analitik komparatif adalah :

2
(Zα + Zβ) SD
N = 2

X1 – X2

Dimana :

N = Besar sampel
Zα = Derifat baku alfa, kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5 % hipotesis
dua arah, Sehingga Zα = 1,64
Zβ = Derifat baku beta, kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 5%, hipotesis
dua Arah sehingga Zβ = 1,64
SD = Standar deviasi gabungan Luaran berat badan bayi lahir pada normocoiling dan
Hypercoiling= 555 gram.16
X1 - X2 = Selisih minimal rerata Luaran berat badan bayi lahir pada kelompok
normocoiling dan hypercoiling yang dianggap bermakna diambil dari
kepustakaan=460 gram.16

2
N1 = N2 = 2 ( 1,64 +1,64) 555
460

= 2 x 15,6

= 31,3. = 32

Besar sampel minimal kelompok penelitian = 32 orang.

Universitas Sumatera Utara


3.6. Alur Penelitian

Karakteristik Ibu :
-Umur
-Paritas
-Usia Kehamilan
-BMI
-Kadar Hemoglobin

Persalinan
- Persalinan Pervaginam
- Persalinan Perabdominal

Indeks Koil Tali Pusat

Normocoiling

Hypocoiling Luaran Berat Badan Bayi Lahir

Hypercoiling

3.7. Cara Kerja


1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengambilan sampel secara consecutive
sampling, besar sampel minimal subjek penelitian 32 orang yang memenuhi kriteria
inklusi dan dilakukan informed consent.
2. Anamesis dan dicatat identitas, umur, pekerjaan, pendidikan, status obstetri, BMI
(body mass index), kadar hemoglobin dan cara persalinan.
3. Ibu yang bersedia mengikuti penelitian yang termasuk kriteria inklusi diikuti proses
kala II (proses persalinan).
4. Setelah bayi lahir, dilakukan pemotongan tali pusat, kemudian dilakukan pengukuran
Luaran berat badan bayi lahir.

Universitas Sumatera Utara


5. Dilanjutkan dengan kala III (pelepasan plasenta). Setelah plasenta lahir, dilakukan
pengukuran panjang tali pusat, berat plasenta, diameter plasenta dan menghitung koil
keseluruhan dari tali pusat.
6. Selanjutnya dilakukan penghitungan indeks koil tali pusat, dengan cara jumlah koil
seluruhnya dibagi dengan panjang tali pusat dalam sentimeter.
7. Setelah diperoleh indeks koil tali pusat, dilakukan analisa statistik untuk memperoleh
kelompok tali pusat normocoiling, hypocoiling dan hypercoiling. Selanjutanya
dilakukan analisa statistik terhadap luaran berat badan bayi lahir.

3.8. Batasan Operasional

1. Hamil Aterm adalah usia kehamilan 37 minggu hingga 40 minggu. Usia kehamilan
dihitung dari hari pertama haid terakhir dan / atau ditentukan dengan pemeriksaan
ultrasonografi.

2. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah nilai yang mengukur hubungan berat badan
seseorang terhadap tinggi badan. IMT dihitung dengan membagi nilai berat badan (kg)
dengan tinggi badan (m2) mereka.
Kategori adalah sebagai berikut :
• Underweight : < 18,5
• Normal : 18,5 – 24,9
• Overweight : 25 – 29,9
• Obese : > 30

3. Ibu inpartu adalah ibu dengan kontraksi uterus yang adekuat, dijumpai lendir darah
dan di ikuti dengan dilatasi servik.

4. Luaran berat badan bayi merupakan bobot bayi baru lahir yang dihitung dengan
timbangan standar bayi baru lahir dengan satuan gram.

5. Koil tali pusat merupakan puntiran tali pusat dengan putaran 360 0.

Universitas Sumatera Utara


6. Panjang tali pusat dihitung dengan menggunakan pengukur panjang dalam satuan
cm.

7. Indeks koil tali pusat.


Hasil dari perbandingan jumlah koil tali pusat dengan panjang tali pusat dalam satuan
cm. Indeks tali pusat hypocoiling : < 10th persentil ; normocoiling : 10-90th persentil
dan hypercoiling : > 90th persentil.

3.9. Pengolahan Data

Data diolah dengan analisis statistik secara komputerisasi. Analisis data meliputi
statistik deskriptif dan statistik analitik. Statistik deskriptif digunakan untuk menampilkan data
karakteristik ibu dan indeks koil tali pusat serta luaran berat badan bayi lahir. Data akan
ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan program komputer dan
ditampilkan dalam bentuk frekuensi, mean, standar deviasi (SD).

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam menentukan indeks koil tali pusat pada penelitian ini, data dikumpulkan dari ibu
yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS. Jejaring dari periode penelitian yang
dilakukan pada bulan November 2010 sampai Februari 2011 diperoleh 160 orang yang
memenuhi kriteria inklusi melebihi jumlah sampel minimal. Adapun hasil penelitian yang
diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.1. Rata-rata indeks koil tali pusat dan kategori hypocoiling, normocoiling dan
hypercoiling

KATEGORI KOIL
< 10th 10th - 90th > 90th
MEAN+SD PERCENTILE PERCENTILE PERCENTILE
INDEKS (HYPOCOILING) (NORMOCOILING) (HYPERCOILING)
KOIL
TALI
< 0,15 0,15 - 0,38 >0,38
PUSAT
N % N % N %
0,23 + 0,09
19 11,8 105 65,6 36 22,5

Pada tabel 4.1. Rata-rata indeks koil tali pusat berdasarkan kategori hypocoiling,
normocoiling dan hypercoiling menunjukkan bahwa rata-rata indeks koil tali pusat dari 160
orang subyek pada penelitian ini (Mean+SD) adalah 0,23 + 0,09. Dari data distribusi frekuensi
indeks koil tali pusat hypocoiling diperoleh hasil bahwa <10th persentil (0,15) sebanyak 19
orang (11,8 %). Pada 10-90th persentil sebagai normocoling, indeks koil tali pusat
menunjukkan nilai (0,15 - 0,38) sebanyak 105 orang (65,6%). Sedangkan pada > 90th persentil,
sebagai hypercoiling indeks koil tali pusat menunjukkan nilai > 0,38 sebanyak 36 orang (22,5
%).

Universitas Sumatera Utara


Strong et al, 1993, pertama kali mengembangkan indeks koil tali pusat (umbilical coiling
index) yang merupakan perbandingan koil dengan panjang tali pusat, terlepas dari arah koil.1
Nilai dari persentase dari indeks koil tali pusat, dikatakan hypocoiling jika nilai indeks koil tali
pusat <10th persentil dan hypercoiling tali pusat di katakan jika indeks koil tali pusat > 90th
persentil. Dari penelitianya didapati bahwa nilai dari indeks koil tali pusat normal rata - rata
adalah satu koil / 5 cm atau (0,2 ± 0,1 (SD) koil/cm). Untuk indeks koil tali pusat pada
persentil 10th dan 90th adalah berturut-turut 0,07 koil / cm dan 0,3 koil / cm.5,26

Machin et al, 2000, dari penelitian yang dilakukanya pada 1329 tali pusat dan plasenta di
departemen patologi, indeks koil normal adalah satu koil / 5 cm (0,2 ± 0,1 (1SD) koil/cm).
Didapati frekuensi klinis yang berhubungan dengan abnormalitas koil tali pusat 21%
hypercoiling yang berhubungan dengan keadaan janin terganggu sekitar 37% , gangguan saat
persalinan 14%, IUGR 10 %, korioamnionitis 10% dan didapati hypocoiling sekitar 13%.4

Van Dijk C.C et al, 2002, melakukan penelitian yang pertama sekali dengan total 154 tali
pusat untuk menentukan indeks koil tali pusat dalam kelompok yang terdiri dari kehamilan
tanpa komplikasi. Nilai yang didapat sebuah indeks koil tali pusat rata-rata 0,17/cm
ditentukan. Berarti dapat menjadi acuan standar, memungkinkan penafsiran yang tepat dari
koil tali pusat pada kehamilan yang mengalami kompikasi.22

Predanic et al, 2005, penelitianya bertujuan mengevaluasi akurasi penilaian koil index tali
pusat pada saat antenatal trimester kedua. Dilakukan pada 300 wanita hamil dengan janin
tunggal tanpa kelainan bayi yang melakukan pemerikasaan rutin pada trimester kedua,
dilakukan penilaian indeks koil tali pusat ultrasonografi lalu dibandingkan dengan indeks koil
tali pusat setelah lahir bayi, dengan hasil dijumpai hubungan secara statistik yang signifikan
antara indeks koil tali pusat antepartum dan indeks koil tali pusat post partum, (P < 0,0001; r =
0, 643). Dapat disimpulkan bahwa penilaian koling tali pusat pada trimester kedua dengan
sonograpic berhubungan dengan indeks koil tali pusat sebenarnya saat lahir.33

Monique et al, 2005, dalam penelitiannya terhadap artikel dan referensi tentang indeks koil tali
pusat dari tahun 1966 sampai 2003. Normal indeks koil tali pusat adalah (0,17 ± 0,0009)
koil/cm. Abnormal indeks koil tali pusat < 10th persentil (<0,07) dan > 90th persentil (> 0,30)
yang berhubungan dengan hasil luaran bayi lahir.6

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2. Distribusi kategori indeks koil tali pusat berdasarkan karakteristik ibu.

Hypo Normo Hyper


KARAKTERISTIK
n % Coiling coiling coiling p-value
IBU
N % n % n %
UMUR

- < 20 Tahun 7 4,4 0 0 5 71,4 2 28,6


- 20-35 Tahun 123 76,9 18 14 83 67,5 22 17,9 0.893*
- > 35 Tahun 30 18,8 1 3,3 17 56,7 12 40
PARITAS
- 1 56 35 7 4,3 37 23,1 12 7,5
- 2 46 28,7 6 3,75 28 17,5 12 7,5 0,815*
- 3-4 47 29,3 4 2,5 35 21,8 8 5
- >5 11 6,8 2 1,25 5 3,1 4 2,5
USIA KEHAMILAN
- 37 minggu 10 6,25 1 0,6 8 5 1 0,6
- 38 minggu 56 35 4 2,5 37 23,1 15 9,3 0,10*
- 39 minggu 79 49,3 13 8,1 50 31,2 16 10
- 40 minggu 15 9,3 2 1,25 9 5,6 4 2,5
KATEGORI BMI
- < 18,5 12 7,5 2 1,25 8 5 2 1,2
- < 18,5 – 25 128 80 15 9,3 83 51,8 30 18,7 0,893*
- > 25 20 12,5 2 1,25 14 8,7 4 2,5

*) Uji Kruskal Wallis

Dari tabel 4.2. Distribusi kategori indeks koil tali pusat berdasarkan karakteristik ibu,
ditemukan hasil yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap indeks koil
tali pusat (p > 0,05, CI 95%). Analisis statistik menggunakan analisis komparatif variabel
kategorik tidak berpasangan dengan uji Kruskal Walis karena data merupakan data yang tidak
terdistribusi normal.

Rana et al, 1996, melaporkan hubungan signfikan antara usia kehamilan rendah dengan
hypercoiling pada tali pusat dengan indeks koil tali pusat > 0,32 koil/cm dibandingkan dengan

Universitas Sumatera Utara


indeks koil tali pusat normal. Sebanyak 22 % wanita melahirkan dengan usia kehamilan
sebelum 37 minggu. Didapati juga berat badan lahir rendah dengan tali pusat yang
hypercoiling.5

Van Dijk C.C et al, 2002, melakukan penelitian yang pertama sekali dengan total 154 tali
pusat untuk menentukan indeks koil tali pusat dalam kelompok yang terdiri dari kehamilan
tanpa komplikasi. Nilai yang didapat sebuah indeks koil tali pusat rata-rata 0,17/cm
ditentukan. Didapati tidak ada hubungan yang signifikan antara indeks koil tali pusat dengan
usia ibu, paritas, cara persalinan, usia kehamilan dan jenis kelamin bayi. 22

Monique et al, 2005, dalam penelitiannya terhadap 565 tali pusat untuk menilai umbilical
coiling index dan melihat hasil luaran bayi lahir. Didapati yang disebut hypocoiling nilai < 10th
persentil indeks koil tali pusat < 0,07 koil/cm, dan hypercoiling nilai > 90th persentil didapati
indeks koil tali pusat > 0,30 koil/cm, didapati tidak dijumpai hubungan antara indeks koil tali
pusat dengan usia ibu.6

Kashanian M. et al, 2006, dalam penelitian cross sectional sekitar satu tahun pada usia
kehamilan 37 – 40 minggu didapati nilai rata-rata koil indeks tali pusat sekitar 0,25 ± 0,09
koil/cm. tidak dijumpai hubungan antara usia dan paritas ibu terhadap koil indeks tali pusat.3

Tabel 4.3. Kadar hemoglobin ibu berdasarkan kategori indeks koil tali pusat

Kadar Hb Ibu
Kategori Indeks Koil Tali Pusat p value*
Mean SD

Hypocoiling 11,03 0,87

Normocoiling 10,97 1,04 0,960

Hypercoiling 10,95 1,11

*) Uji One way ANOVA

Dari tabel 4.3. Tentang kadar hemoglobin ibu berdasarkan kategori indeks koil tali pusat
diperoleh nilai (p = 0,960, p>0,05; CI 95%), hal ini menunjukkan bahwa rerata kadar Hb ibu
tidak berbeda secara bermakna terhadap kategori indeks koil tali pusa

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4. Distribusi luaran berat badan bayi lahir berdasarkan karakteristik ibu dan
kategori indeks koil tali pusat.

KARAKTERISTIK BERAT BADAN BAYI p-


IBU Mean + SD < 2500 gram 2500-4000 gram >4000 gram value*
N % n % N %
UMUR
- < 20 Tahun 2918,75 ± 376,01 1 14,3 6 85,7 0 0
0,374*
- 20 - 35 Tahun 3086,64 ± 475,77 15 12,2 91 74 17 13,8
- > 35 tahun 2900,00 ± 420,85 7 23,3 22 73,3 1 3,3
PARITAS
- 1 3073,21 ± 486,73 5 3,1 45 28,1 6 3,7
- 2 2984,78 ± 464,74 8 5 32 20 6 3,7
0,675*)
- 3-4 3053,83 ± 402,59 6 3,7 37 23,1 4 2,5
- >5 3140,91 ± 636,71 4 2,5 5 3,1 2 1,2
USIA KEHAMILAN
- Hypocoiling 3900 ± 529,81 1 0,6 9 5,6 0 0 0,052*
- Normocoiling 3086 ± 145,98 12 7,5 40 25 4 2,5
- Hypercoiling 2465 ± 121,78 9 5,6 59 36,8 11 6,8
KATEGORI BMI
- < 18,5 3233,33±572,60 2 1,2 9 5,6 1 0,6
0,537*
- < 18,5 – 25 3037,34 ± 464,96 18 11,2 94 58,7 16 10
- > 25 2995,00 ± 399,30 3 1,8 16 10 1 0,6
INDEKS KOIL
TALI PUSAT
- Hypocoiling 3915 ,79 ± 429,81 0 0 4 2,5 15 9,3
0,001*
- Normocoiling 3088,86 ± 198,98 2 1,2 101 63,1 2 1,2
- Hypercoiling 2465,28 ± 110,07 21 13,1 14 8,7 1 0,6

*) Uji Kruskal Wallis

Dari tabel 4.4. Tentang distribusi luaran berat badan bayi lahir berdasarkan karakteristik ibu
dan kategori indeks koil tali pusat, menunjukkan hasil perbedaan bermakna pada faktor usia
kehamilan ibu (p = 0,01, p < 0.05; CI 95%) dan kategori indeks koil tali pusat (p = 0,001, p <
0.05; CI 95%). Analisis statistik menggunakan uji Kruskal Wallis karena variabel yang di uji
merupakan variabel kategorik yang lebih dari dua kelompok dari sampel tidak berpasangan.

Universitas Sumatera Utara


Merujuk pada kepustakaan bahwa kategori indeks koil tali pusat adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi luaran berat badan bayi lahir. Dalam penelitian ini di dapati indeks koil tali
pusat dengan kategori hypocoiling akan melahirkan bayi yang besar (3915 ,79 ± 429,81) gram
berbanding terbalik pada pada kategori hypercoiling (2465,28 ± 110,07) gram.

Monique et al, 2005, dalam penelitiannya terhadap 565 tali pusat untuk menilai umbilical
coiling index dan melihat hasil luaran bayi lahir. Didapati yang disebut hypocoiling nilai < 10th
persentil indeks koil tali pusat < 0,07 koil/cm, dan hypercoiling nilai > 90th persentil didapati
indeks koil tali pusat > 0,30 koil/cm. Dalam penelitianya berat badan lahir rendah
berhubungan dengan hypercoiling tali pusat dengan ( p = 0,01, p < 0.05; CI 95%) ).6

Yekta et al, 2005, pada 270 wanita dalam penelitian dengan menilai BMI wanita sebelum
hamil kemudian di ikuti sampai kelahiran bayi. Didapati pada wanita dengan BMI < 19, rata –
rata berat badan lahir rendah mempunyai hubungan yang signifikan (p < 0,05 p < 0.05; CI
95%). Penambahan berat badan yang abnormal selama kehamilan tidak berhubungan dengan
peningkatan resiko terjadinya preterm labor ataupun kejadian seksio sesaria, tetapi
berhubungan erat dengan berat badan lahir rendah. 38

Kashanian M. et al, 2006, dalam penelitian cross sectional sekitar satu tahun pada usia
kehamilan 37 – 40 minggu didapati nilai rata-rata koil indeks tali pusat sekitar 0,25 ± 0,09
koil/cm. Dijumpai hubungan korelasi negatif antara indeks koil tali pusat dan berat badan bayi
lahir ( p = 0,0005, r = - 0,197 ) dimana semakin kecil nilai indeks koil tali pusat maka berat
badan bayi menjadi lebih berat.3

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5. Kadar hemoglobin ibu berdasarkan luaran berat badan bayi lahir

Kadar Hb Ibu
Luaran BB bayi lahir p value*
Mean SD
< 2500 gram 10,86 1.18

2500 – 4000 gram 10,99 1,03 0,851

>4000 gram 10,99 0,91

*) Uji One way ANOVA

Dari tabel 4.5. Tentang kadar hemoglobin ibu berdasarkan luaran berat badan bayi lahir
diperoleh nilai (p = 0,851, p > 0,05; CI 95%), hal ini menunjukkan bahwa rerata kadar Hb ibu
tidak berbeda secara bermakna terhadap kategori luaran berat badan bayi lahir.

Steer P.J, 2000, melaporkan bahwa kadar Hb ibu hamil < 8 gr/dl berhubungan dengan
kejadian BBLR (berat badan lahir rendah) dan pada kadar Hb ibu 9,5 – 10,5 gr/dl
berhubungan dengan luaran berat badan bayi lahir < 2500 gram dan kelahiran preterm < 37
minggu. Ibu hamil yang termasuk kategori anemia menurut WHO jika kadar Hb ibu hamil <
11 gr/dl. Dimana pada kadar Hb yang rendah menyebabkan berkurangnya volume plasma
expand sehingga salah satu komplikasi yang dapat ditimbulkannya adalah pertumbuhan janin
terhambat.39

Swain S, et al, 1994, menemukan bahwa rata-rata luaran berat badan bayi lahir dari ibu hamil
yang tidak anemia Hb > 11 gr/dl lebih tinggi secara bermakna dari ibu hamil yang anemia Hb
< 11 gr/dl. Walaupun untuk menentukan luaran berat badan bayi lahir tidak cukup hanya
menggunakan satu parameter saja. Kadar Hb ibu hamil digunakan sebagai salah satu
parameter karena termasuk pemeriksaan yang mura dan mudah untuk mengevaluasi keadaan
nutrisi ibu yang berpengaruh terhadap janinnya.40

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.6. Hubungan indeks koil tali pusat terhadap luaran berat badan bayi lahir.

Koefisien korelasi*
FAKTOR
KARAKTERISTIK
r p value

- Indeks Koil Tali Pusat - 0,634 0,000

*) Uji korelasi Spearman

Dari tabel 4.7. Tentang hubungan faktor karakteristik usia kehamilan dan indeks koil tali pusat
terhadap luaran berat badan lahir bayi. Seluruh faktor karakteristik yang meliputi usia
kehamilan dan indeks koil tali pusat menunjukkan perbedaan bermakna terhadap luaran berat
badan bayi lahir. Selanjutnya dilakukan analisis korelatif menggunakan analisis korelasi
Spearman untuk mengetahui hubungan dan besarnya koefisien korelasi terhadap luaran berat
badan bayi lahir.

Hasil dari analisis ini menunjukan bahwa kedua variabel mempunyai hubungan terhadap berat
badan bayi lahir yaitu, uji korelasi ini menghasilkan bahwa indeks koil tali pusat mempunyai
hubungan yang bermakna terhadap luaran berat badan bayi lahir, dengan nilai koefisien
korelasi (r) adalah (r = - 0,634, P < 0,000). Hal ini dapat diartikan ada hubungan berbanding
terbalik antara indeks koil tali pusat terhadap luaran berat badan bayi lahir.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
• Rata-rata indeks koil tali pusat dari 160 orang subyek penelitian pada penelitian ini
(Mean+SD) adalah 0,23 + 0,09. Dari data distribusi frekuensi diperoleh hasil bahwa
nilai persentil < 10th %, indeks koil tali pusat dengan nilai < 0,15 dan dikategorikan
sebagai hypocoiling sebanyak 19 orang (11,8%). Pada persentil 10-90th %, indeks koil
tali pusat dengan nilai 0,15 - 0,38 dan dikategorikan sebagai normocoiling sebanyak
105 orang (65,6%). Sedangkan pada persentil < 90th %, indeks koil tali pusat
menunjukkan nilai > 0,38 dan dikategorikan sebagai hypercoiling sebanyak 36 orang
(22,5 %).

• Indeks koil tali pusat mempunyai hubungan terhadap luaran berat badan bayi lahir,
dengan hubungan yang berbanding terbalik. Indeks koil tali pusat dengan kategori
hypocoiling akan melahirkan bayi yang besar (3915 ,79 ± 429,81) gram berbanding
terbalik pada pada kategori hypercoiling (2465,28 ± 110,07) gram. Indeks koil tali
pusat normal (normocoiling) berhubungan dengan luaran berat badan bayi lahir yang
normal.

5.2. SARAN

• Indeks koil tali pusat dapat dijadikan sebagai salah satu faktor prediktor untuk
mengetahui luaran berat badan bayi lahir.

• Pemeriksaan indeks koil tali pusat dengan menggunakan ultrasonografi dapat


dilakukan pada periode antenatal, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu
parameter untuk menilai luaran berat badan bayi lahir.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Strong Th, Elliot Jp, Radin Tg. Umbilical Coiling Index. Obstet Gynecol. 1993 ;
81:409-11.

2. Monique W, Nikkels G, Peter, Franx A, Visser G. The Umbilical Coiling Index. A


Review Of The Literature. Journal Of Maternal-Fetal And Neonatal Medicine. 2005;
17 (2): 93-100.

3. Kashanian M, Akbarian A. The umbilical coiling index and adverse perinatal outcome.
International journal of Gynecology and Obstetrics. 2006;95:8-13.

4. Machin G, Ackerman J, Gilbert-Barness E. Abnormal Umbilical Cord Coiling Is


Associated With Adverse Perinatal Outcomes. Pediatr Dev Pathol 2000; 3:462–71.

5. Rana J, Ebert G, Kappy K. Adverse Perinatal Outcome In Patients With An Abnormal


Umbilical Coiling Index. Obstet Gynecol 1995;85:573–77.

6. Monique W, Nikkels G, Peter, Franx A, Visser G. The Umbilical Coiling Index.


Journal Of Maternal-Fetal And Neonatal Medicine. 2007; 17 (2): 87-9.

7. Ercal T, Lacin S, Altunyurt S. Umbilical coiling index : is it a marker for fetus at risk?.
Br J Clin Pract. 1996; 50(5):254-6

8. Tantbirojn P, Saleemuddin A, Sirois K, Cruma C.P, Boyd T.K. Gross Abnormalities


Of The Umbilical Cord: Related Placental Histology And Clinical Significance.
Placenta. 2009; 30: 1083–88

9. Sebire N.J. Pathophysiological Significance Of Abnormal Umbilical Cord Coiling


Index. Ultrasound Obstet Gynecol 2007; 30: 804–806.

10. Can A, Karahuseyinoglu S. Concise Review: Human Umbilical Cord Stroma With
Regard To The Source Of Fetus Derived Stem Cells. Stemcells 2007;25: 2886–95

Universitas Sumatera Utara


11. Sadler, Tw. Langman’s General Embryology. 10th Edition. Maryland Composition Co.
Inc. Us. 2006

12. Brachet E. Total Water Electrolytes And Lipids Of The Human Umbilical Cord.
Archieves Internationalles De Physiologie Et De Biochime. 1971; 79: 447-452.

13. Togni F.A, Arajuo Junior E, Vasques F, Et Al. The Cross-Sectional Area Of Umbilical
Cord Components In Normal Pregnancy. International Journal Of Gynecology And
Obstetrics 2007; 96: 156-61.

14. Kurita M, Hasegawa J, Mikoshiba T. Ultrasound Evaluation Of The Amount Of


Wharton’s Jelly And The Umbilical Coiling Index. Fetal Diagn Ther 2009;26:85–89.

15. Roya S. Amniotic Fluid And The Umbilical Cord: The Fetal Milieu And Lifeline

16. Dudiak C.M, Salomon C.G, Posniak H.V. Sonography Of The Umbilical Cord.
Radiographics. 1995; 15 : 1035 - 50.

17. Virginia L , Ferguson, Reuben B, Et All. Bioengineering Aspects Of The Umbilical


Cord. Department Of Mechanical Engineering, University Of Colorado, Us,2000.

18. Monique W.M, Alderen E.D, Franx A. The Umbilical Coiling Index In Complicated
Pregnancy. European Journal Of Obstetrics & Gynecology And Reproductive Biology
130 (2007) 66–72.

19. Roach M. The Umbilical Vessels. Perinatal Medicine, 13th Ed. Hagerstown,
Maryland: Harper And Row. 1976;134–42.

20. Malpas P, Symonds Em. Observations On The Structure Of The Human Umbilical
Cord. Surg Gynecol Obstet 1966; 123:746–750.

21. Behery M.M.E, Nouh A.A, Alanwar A.M, Diab A.E. Effect Of Umbilical Vein Blood
flow On Perinatal Outcome Of Fetuses With Lean And/Or Hypo-Coiled Umbilical
Cord. Arch Gynecol Obstet. 2009

Universitas Sumatera Utara


22. Van Dijk C.C, Franx A, De Laat M. W. M, Bruinse H.W. The Umbilical Coiling Index
In Normal Pregnancy. The Journal Of Maternal–Fetal And Neonatal Medicine
2002;11:280–283

23. Singh Md Vivekanand, Khanum, Sufia. Umbilical Cord Lessions In Early Intrauterine
Fetal Demise. Arch Pathol Lab Med. 2003; 127: 850-853.

24. Trevisanuto D, Doglioni N. Overcoiling Umbilical Cord. J Pediatr 2007;150:112

25. Strong T.H, Maria P. Manriquez-Cilpin Rn, And Cilpin B.C, Md. Umbilical Vascular
Coiling And Nuchal Entanglement. The Journal Of Maternal-Fetal Medicine. 1995;
359-361

26. Atalla R, Abrams K, Bell S, Taylor D. Newborn Acid-Base Status And Umbilical Cord
Morphology. Obstet Gynecol 1998;92:865–68.

27. Strong Th, Elliot Jp, Radin Tg. Umbilical Coiling Blood Vessels: A New Marker For
The Fetus At Risk. Obstet Gynecol. 1993; 81:409-11.

28. Degani S, Lewingsky R, Berger H, Spiegel D. Sonographic Estimation Of Umbilical


Coiling Index And Correlation With Doppler Flow Characteristics. Obstet Gynecol
1995; 86: 990–93

29. Degani S, Leibovich Z. Early Second Trimester Low Umbilical Coiling Index Predicts
Small For Gestational Age Fetuses. American Institute Of Ultrasound In Medicine.
J Ultrasound Med. 2001; 20:1183–88.

30. Qin Y, Lau Tk, Rogers Ms. Second-Trimester Ultrasonographic Assessment Of The
Umbilical Coiling Index. Ultrasound Obstet Gynecol 2002;20:458–63.

31. Predanic M, Sriram C, Perni. Absence Of A Relationship Between Umbilical Cord


Thickness And Coiling Patterns. Division Of Maternal-Fetal Medicine, Department Of
Obstetrics And Gynecology, New York Usa. J Ultrasound Med 2005; 24:1491–96.

Universitas Sumatera Utara


32. Predanic M, Perni S, Chasen S, Baergen R, Chervenak F. Antenatal Umbilical Coiling
Index And Doppler Flow Characteristics. J Ultrasound Obstet gynecol 2006 ; 28 : 699
–703.

33. Cromi A, Ghezzi F, Duerig P. Sonographic Atypical Vascular Coiling Of The


Umbilical Cord. Prenat Diagn 2005; 25: 1 – 6.

34. Reynolds Srm. Mechanisms Of Placentofetal Blood flow. Obstet Gynecol


1978;51:245–49

35. Georgiou Hm, Rice Ge, Walker Sp, Wein P, Gude Nm, Permezel M. The Effect Of
Vascular Coiling On Venous Perfusion During Experimental Umbilical Cord
Encirclement. Am J Obstet Gynecol 2001;184(4):673–78

36. Ezimokhai M, Rizk D, Thomas L. Abnormal Vascular Coiling Of The Umbilical Cord
In Gestational Diabetes Mellitus. Department Of Obstetrics And Gynecology.
Archives Of Physiology And Biochemistry. 2001; Vol. 109, No. 3: 209–14.

37. Gupta S, Faridi M, Krishnan J. Umbilical Coiling Index. J Obstet Gynecol India Vol.
56, No. 4 : July/August 2006; 315-19

38. Yekta Z, Porali R, Aiatollahi. The effect of pre-pregnancy body mass index,
gestational weight gain on pregnancy outcomes. The Internet Journal of Health 2005
; 4:2.

39. Steer P J. Maternal hemoglobin concentration and birthweight. Am J Clin Nutr


2000;71(suppl): 855-75

40. Swain S, Singh S, Bathia BD. Maternal hemoglobin and serum albumin and fetal
growth. Depart. Obst Gyn JIPMER Pondhicherry 1994;31.

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR INFORMASI PASIEN

Ibu yang saya hormati


Terima kasih atas kesedian ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul :

“PERBANDINGAN INDEKS KOIL TALI PUSAT TERHADAP


LUARAN BERAT BADAN BAYI LAHIR”

Nama saya dr. Lili Kuswani, saat ini saya sedang menempuh pendidikan dokter

spesialis di bidang ilmu kebidanan dan penyakit kandungan di Departemen Obstetri dan

Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks puntiran tali pusat

terhadap luaran berat badan bayi lahir di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RS. Jejaring.

Penelitian ini, dimulai saat ibu sedang dalam keadaan mau bersalin, setelah ibu

bersedia ikut dalam penelitian ini secara sukarela, ibu akan diminta mengisi lembar pertanyaan

tentang data-data pribadi ibu yang meliputi nama lengkap ibu, umur, dan jumlah anak ibu.

Sedangkan data indeks massa tubuh dan usia kehamilan ibu akan dinilai oleh peneliti. Saat ibu

sedang dalam keadaan mau bersalin, peneliti akan mengikuti kemajuan persalinan ibu dan

menolong persalinan ibu baik secara spontan dari jalan lahir maupun secara operasi seksio

sesarea jika terdapat indikasi yang menyertainya. Setelah bayi ibu lahir, tali pusat akan dijepit

dan digunting diantaranya. Bayi ibu akan ditimbang dengan timbangan berat badan bayi yang

telah dikalibrasi dalam satuan gram. Kemudian setelah ari-ari lahir, peneliti juga akan menilai

keadaannya, termasuk berat ari-ari serta ukuran diameternya. Setelah itu, peneliti akan menilai

Universitas Sumatera Utara


tali pusat bayi ibu, dengan mengukur panjang tali pusat dengan meteran dalam satuan

sentimeter dan jumlah puntirannya untuk menentukan indeks puntiran tali pusat bayi ibu.

Penelitian ini akan memberi manfaat bagi ibu, agar ibu mengetahui keadaan ari-ari dan

tali pusat bayi ibu dan berat badan bayi ibu. Selain itu, data yang diperoleh dapat memberi

masukan dan menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya ilmu kebidanan

dan ilmu kesehatan anak.

Penelitian ini akan dilaksanakan di lima rumah sakit di medan yaitu RSUP H. Adam

Malik Medan dan RS Jejaring lainnya, sejak bulan Nopember 2010 di bawah bimbingan

langsung dua supervisor peneliti saya,yaitu : Dr. Makmur Sitepu, SpOG (K) dan Dr. Hotma

Partogi Pasaribu, SpOG.

Semua hasil pemeriksaan dan data yang ibu berikan saat mengisi kuesioner maupun

proses wawancara akan saya jamin kerahasiaannya. Adapun keikut-sertaan ibu bersifat

sukarela. Ibu boleh menolak dan ibu juga berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.

Demikian penjelasan saya mengenai penelitian ini. Sekali lagi saya mengucapkan

terimakasih yang sebesar besarnya untuk kesediaan ibu berpartisipasi dalam penelitian ini.

Bila ibu mempunyai sesuatu yang ingin ditanyakan, ibu dapat menghubungi saya dr. Lili

Kuswani kapan saja pada nomor telepon yang tertera dibawah ini.

Hormat Saya

dr. Lili Kuswani

dr. Lili Kuswani


Dept. Obstetri dan Ginekologi - FK USU
RSUP. H. Adam Malik Medan Hp : 0813.7031.1211 / (061) 77882617

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
TTL/Umur :
Alamat :

Kepada saya telah diberikan penjelasan mengenai prosedur, tujuan dan manfaat dari

penelitian yang berjudul :

“PERBANDINGAN INDEKS KOIL TALI PUSAT TERHADAP


LUARAN BERAT BADAN BAYI LAHIR”

maka saya dengan sadar menyatakan bersedia untuk ikut dalam penelitian ini.

Medan, ............................, 2010

Yang memberi persetujuan

(Ny.……………………..)

Universitas Sumatera Utara


No. Responden: __________
RS : __________
LEMBAR KUESIONER

Nama Pasien :

No. Rekam Medik :

Umur :

Alamat :

No Telp :

Diagnosa :

฀ Partus Pervaginam
Cara Persalinan :

฀ Seksio Sesarea

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR KUESIONER

NAMA : _________________ No. MR/ RS :


________________

Umur/Tgl lahir : _________________ No. Responden :


________________

ALAMAT : _________________ Tgl Partus/Op :


________________

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini, dengan memberikan tanda


(√) pada kolom disamping jawaban yang sesuai.

1. UMUR IBU SAAT INI : ……... tahun


- < 20 Tahun
- 20-35 Tahun
- > 35 Tahun

2. SAAT INI MERUPAKAN HAMIL YANG KEBERAPA: ………


- 1
- 2
- 3-4
- >5

3. BODY MASS INDEX *) : (BB Ibu sebelum hamil =….. kg; TB


=…..m),
BMI = …………..
- Rendah (< 18,5)
- Normal (18,5 – 25)
- Meningkat (25,0 - 29,9)
- Obesitas (> 30)

4. USIA KEHAMILAN *) :
- 37 minggu
- 38 minggu
- 39 minggu
- 40 minggu
*)
5. Kadar Hemoglobin (Hb) Ibu : ………gr/d
……………………………………….. l
*)
6. BB Bayi Lahir/Pjg Bdn : ….gr /…
cm
……...gra
m Utara
Universitas Sumatera
……… cm
.…………………………….…………
7. Berat plasenta *) :
…………………………….…………
8. Diameter plasenta*) :
…………………….………………...
9. Panjang tali pusat *) :
…………………...............................
*)
10. Jumlah puntiran tali pusat :
…………………….………………....
*)
11. Indeks Puntiran Tali Pusat :
………………………………………..
*) Diisi oleh peneliti

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai