DISUSUN OLEH:
MOLIDDIA PRIHATINNIA SUSKA
NPM : 2013727027
Jakarta,Februari 2015
Menyetujui
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Penguji I Penguji II
Penguji III
ii
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Moliddia PrihatinniaSuska
ABSTRAK
KesehatanJiwaadalahkeadaanjiwa yang
sehatmenurutilmuKedokteran.Upayakesehatanjiwaditujukanuntukmenjaminsetiapora
ng dapatmenikmatikehidupankejiwaan yang sehat,bebasdariketakutan, tekanan,
dangangguan lain yang dapatmengganggukesehatanjiwa. Gangguanjiwa,
neurologisdanpenyalahgunaanobat (Mental, neurological, and substance use=MNS)
umumterjadi di seluruhduniadanmerupakan contributor
utamaterhadapmorbiditasdanmortalitasdini. Salah satu gangguan jiwa berat adalah
skizofrenia, Skizofrenia adalah bentuk gangguan jiwa berat yang diderita sekitar 7 per
1000 populasi dewasa, paling banyak pada kelompok usia 15-35 tahun. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku keluarga
dalam merawat anggota keluarga dengan Skizofrenia di RS Jiwa dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta, Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif
dengan pendekatan cross sectional. Sample dalam penelitian ini sebanyak 159 orang
anggota keluarga pasien rawat jalan skizofrenia. Pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan teknik purposive samplingpadakeluarga yang menemani pasien
skizofrenia berobat rawat jalan di instalasi rawat jalan RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta.Penelitian dilakukan dari tgl 11 sampai dengan 18 Februari 2015, data-data
yang dikumpulkan dengan cara seluruh sampel penelitian mengisi kuesioner, serta
analisa statistik menggunakan Chi Square. Hasil penelitian didapatkan dari 159
keluarga pasien dengan
Skizofreniarerataberperilakudalammerawatpasiendalamkategorikurangbaikyaitu85(53
,5%). Terdapathubunganantarapedidikan,pekerjaan,pengetahuan,sikapfaktor
pemungkin dan penguat dengan perilaku keluargadalam merawat pasien dengan
skrizofenia, nilai pvalue α < 0,05,sehingga dalam hal ini untuk meningkatkan
kebutuhan dukungan keluarga dalam bentuk perilaku merawat pasien dengan
skizofrenia, perlu dilaksanakan dan diprogramkan pada keluarga yang selama ini
belum ada,tapi lebih difokuskan pada kegiatan promotif dan preventif.
iii
Daftar Pustaka : 41 (2000 - 2014)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
MempengaruhiPerilakuKeluargadalamMerawatAnggotaKeluargadenganSkizof
bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
StudiIlmuKeperawatanFakultasIlmuKeperawatanUniversitasMuhammadiyah
Jakarta.
SoehartoHeerdjan Jakarta.
iv
5. Respondenpenelitian.
karena itu peneliti membuka diri untuk menerima kritikan dan saran yang
keperawatan.
Peneliti
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……................................................................................... 1
1.2 PerumusanMasalah.................................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ……............................................................................. 10
vi
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian...................................................................................... 39
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian …............................................................... 39
4.3 Populasidan Sampel Penelitian…….......................................................... 39
4.4 Etika Penelitian ......................................................................................... 41
4.5 Pengumpulan Data ……….......................................................................... 42
4.6 Pengolahan Data …….................................................................................. 47
4.7 Analisis Data ……........................................................................................47
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 FaktorPredisposisi (Pendorong) ……………………………………..… 62
6.2 FaktorPemungkin ………………………………………………………. 70
6.3 FaktorPenguat ………………………………………………………….. 74
vii
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 5.11 Hubungan Biaya Jaminan Kesehatan dengan Perilaku Keluarga 59
Pasien dengan Skizofrenia di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta Tahun 2015 ………………………………………………
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : PermohonanKesediaanMenjadiResponden
Lampiran II : LembarPersetujuanResponden
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
Kesehatan Jiwa adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu Kedokteran.
Upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati
kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain
yang dapat mengganggu kesehatan jiwa. Upaya kesehatan jiwa terdiri atas
12.2–48.6%, dan menempati 14% dari the global burden of disease, diukur
terjadinya gangguan MNS. Sekitar 30% beban total penyakit tidak menular
1
2
jiwa berat (serious mental illness=SMI) diestimasi 9.6 juta dewasa usia lebih dari
(0,7‰). DKI Jakarta sendiri, prevalensi gangguan jiwa berat (psikosis dan
2013). Tingginya gangguan ini sudah memerlukan program yang tepat bagi
Penyakit jiwa adalah sesuatu perubahan pada fungsi jiwa, yang menyebabkan
istilah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang selanjutnya disingkat ODGJ
adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan
(PPDGJ) III adalah gangguan jiwa atau gangguan mental (mental disorder), tidak
mulai dari F 00 sampai dengan F 98. F 99 adalah Gangguan Jiwa YTT (Yang
membedakan antara pengalaman nyata dan khayalan, sulit berpikir secara logis,
jernih, mengatur emosi, membuat keputusan dan berhubungan dengan orang lain
(Duckworth, 2013). Individu dengan skizofrenia memiliki dua atau lebih gejala
yang terjadi secara persisten, akan tetapi waham atau halusinasi sendiri seringkali
gejala positif, negatif dan kognitif. Gejala positif sering disebut gejala psikotik
karena kehilangan hubungan dengan realitas baik halusinasi dan waham, dan
dan menyelesaikan aktivitas, kurang menikmati atau minat dalam hidup. Gejala
Skizofrenia adalah bentuk gangguan jiwa berat yang diderita sekitar 7 per 1000
populasi dewasa. Paling banyak pada kelompok usia 15-35 tahun. Meskipun
Jadi skizofrenia diderita oleh sekitar 24 juta orang di seluruh dunia. Skizofrenia
adalah gangguan yang dapat ditangani, dan lebih efektif jika diberikan tindakan
pada tahap awal. Lebih dari 50% penderita skizofrenia tidak mendapatkan
Penanganan pasien skizofrenia pada fase akut bertujuan untuk mencegah bahaya,
yang menyertai (agitasi, agresi, gejala negatif dan afektif), mengatasi faktor yang
pada kontinuitas dan konsistensi pengobatan dan terapi psikososial serta sistem
5
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
(Departemen Kesehatan RI, 1988 dalam Ali, Zaidin, 2006). Keluarga merupakan
dan gaya hidup yang sehat dan menyediakan pelayanan kesehatan medis (James,
Keluarga harus merawat pasien untuk periode waktu yang lama. Anggota
stress tersendiri yang dialami (World Federation for Mental Health, 2014). Pada
titik tertentu, keluarga dapat mengalami frustasi jika tidak ada kemajuan dalam
(Brian Smith, MS, 2006). Hal ini dapat menyebabkan program terapi putus di
RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta merupakan Rumah Sakit Khusus Tipe A
Ruang Rawat Jalan RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta, ditemukan 86,6%
dengan skizofrenia menguras perhatian yang lebih untuk pasien karena kroniknya
lingkungan di sekitarnya, ditambah lagi pasien sering sukar diatur dan membawa
skizofrenia sebagai penyakit memalukan dan membawa aib bagi keluarga, serta
perilaku pasien yang tidak dapat diterima oleh keluarga dan lingkungan,
merupakan alasan sehingga klien kembali dirawat di rumah sakit jiwa. Keluarga
yang mengalami disfungsi karena situasi stress, masalah akan cenderung menjadi
kronik. Akibatnya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa akan secara
Perilaku sehat dan perilaku berisiko tidak hanya merujuk pada kesehatan fisik,
tetapi pada setiap perilaku yang bermanfaat atau berbahaya pada individu
terhadap kesehatan dan faktor penguat antara lain dukungan keluarga, sebaya,
guru, tenaga kesehatan atau pemberi layanan, media, tokoh masyarakat dan
model, dalam studi ini menjelaskan bahwa diagnosis dan penanganan dini
terlambat jika remaja, dewasa dan orang tua tidak menyadari tanda dan gejala
edukasi publik untuk psikosis untuk memenuhi kebutuhan belajar pada populasi
8
target (remaja dan dewasa awal usia 15-30 tahun dan orangtuanya). Pada studi
ini, kerangka kerja PRECEDE merupakan model konsep yang kuat untuk
perencanaan program.
Skizofrenia adalah bentuk gangguan jiwa berat. Tingginya gangguan ini sudah
gangguan jiwa secara komprehensif dan paripurna dari komunitas sampai dengan
hidup, keluarga dapat mengalami frustasi jika tidak ada kemajuan dalam terapi
atau harus terus-menerus mengikuti terapi. Hal ini dapat menyebabkan program
terapi putus di tengah jalan dan menyebabkan risiko kekambuhan yang lebih
9
memberikan lingkungan dan gaya hidup yang sehat dan menyediakan pelayanan
Jalan RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta, bahwa keluarga sangat berperan
Heerdjan Jakarta
Heerdjan Jakarta.
1. Perawat
2. Manajemen
3. Keluarga
di rumah.
4. Peneliti
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Skizofrenia
2.1.1 Pengertian
(atau lebih) dari gejala berikut, setiap gejala muncul selama beberapa
waktu signifikan dalam periode 1 (satu) bulan (atau kurang jika berhasil
katatonik dan gejala negatif yaitu afektif datar, alogia atau tidak ada minat
Jarang muncul pada masa kanak-kanak. Insiden awitan puncak pada usia
15-25 tahun untuk laki-laki dan 25-35 tahun untuk perempuan (American
berarti sekitar 3 juta orang yang menderita, pernah, atau akan menderita
12
13
gangguan ini. Insiden dan prevalensi sepanjang hidup secara kasar merata
2.1.2 Gejala
dan perilaku yang berat, serta tanda/gejala negatif, mencakup afek datar,
kurang minat, dan menarik diri dari sosial atau ketidaknyamanan sosial
(Videbeck, 2011).
1. Skizofrenia Paranoid
ekopraksia.
2.1.4 Etiologi
1. Faktor genetik
akan terjadi pada kembaran yang lain. Kembar fraternal hanya berisiko
15% (Kirkpatrick & Tek, 2005 dalam Videbeck, 2011). Anak dengan
tetapi tidak dapat dijadikan satu-satunya faktor (Riley & Kendler, 2005
penurunan volume otak dan fungsi abnormal pada daerah frontal dan
seperti kurang minat atau motivasi dan anhedonia. Perubahan ini tidak
otak, infeksi virus, trauma otak, atau respons imun. Pengaruh gizi
buruk, rokok, alkohol dan obat lain serta stress pada masa intrauterin
3. Faktor Immunovirologik
Videbeck, 2011).
2.1.5 Penatalaksanaan
1. Psikofarmakologi
a. Antipsikotik/Neuroleptik
gejala positif tetapi juga tanda negatif seperti kurang minat dan
2. Terapi Psikososial
Videbeck, 2011).
2.2.1 Pengertian
Keluarga nuklir (inti) adalah dua atau lebih orang yang tinggal bersama dan
tinggal atau tidak tinggal bersama dan berfungsi sebagai satu kelompok
McGoldrick, 1999 dalam Boyd, 2014). Sistem keluarga terus berubah dari
finansial
termasuk pasangannya.
anaknya.
tangga.
Transisi emosi: menerima banyaknya hal yang masuk dan keluar dari
sistem keluarga.
21
baru.
2.3 Perilaku
2.3.1 Pengertian
yang bersangkutan, oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua
22
(Notoatmodjo, 2007).
organisme tersebut merespons. Teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau
mencakup respon.
Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
(Notoatmodjo, 2007).
yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas
negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala Guttman ini pada
Skizofrenia
perawatan individu dengan satu atau lebih penyakit kronik. Banyak studi
Friedman (1981, dalam Ali, Zaidin, 2006) membagi lima tugas kesehatan
keluarganya.
tidak sakit.
Pada keluarga sehat jiwa, anggota keluarga hidup secara harmonis di dalam
anggota keluarga sepanjang hidup. Akan tetapi jika disfungsi dan gangguan
2. Pastikan patuh pada terapi, khususnya setelah keluar dari rawat inap
diperlukan.
mengatakan pada pasien bahwa mereka tidak melihat hal yang sama
pasien. Delusi sangat “nyata” bagi pasien yang mengalaminya, tak ada
disepakati bersama.
5. Buat pencatatan
catatan dengan baik mengenai tipe gejala yang biasanya muncul, obat-
perubahan pola tidur, bahkan lebih baik dan lebih awal daripada
secara penuh. Juga dengan mengetahui obat apa yang membantu atau
lebih cepat.
dicapai
Penting sekali bahwa tujuan harus dapat dicapai, karena pasien yang
merasa tertekan atau dikritik berulang kali oleh orang lain mungkin
kritikan.
29
Perilaku keluarga dalam merawat pasien skizofrenia dapat diamati dari perilaku
(Notoatmodjo, 2003).
Perilaku sehat dan perilaku berisiko tidak hanya merujuk pada kesehatan fisik,
tetapi pada setiap perilaku yang bermanfaat atau berbahaya pada individu
Group for Community and Development Kansas University, 2014). Model ini
oleh faktor individu dan faktor lingkungan, dan terdapat dua bagian yaitu
FASE 4 FASE 3
Pengkajian administratif Pengkajian FASE 1
dan kebijakan serta Edukasional dan FASE 2 Pengkajia
menyelaraskan intervensi ekologis Pengkajian Epidemiologis n Sosial
Predisposis Genetik
PROGRAM i
KESEHATAN
Kualitas
Kesehatan Hidup
berisiko atau gaya hidup atau untuk menyetujui atau menerima kondisi
intervensi pendidikan.
(Notoatmodjo, 2003).
ditujukan pada orang tersebut dan kelompok karena pengaruh mereka dapat
mengadopsi dan mempertahankan perilaku sehat atau tidak sehat dan gaya
Studi yang dilakukan oleh Berzins & Addington (2007) dengan judul
Penanganan dapat terlambat jika remaja, dewasa dan orang tua tidak menyadari
tanda dan gejala awal psikosis, ke mana serta bagaimana untuk mendapatkan
program edukasi publik untuk psikosis untuk memenuhi kebutuhan belajar pada
33
populasi target (remaja dan dewasa awal usia 15-30 tahun dan orangtuanya).
Pada studi ini, kerangka kerja PRECEDE merupakan model konsep yang kuat
kesehatan dan kualitas hidup. Model ini mengembangkan tahapan yang secara
evaluasi hasil). Tujuan program untuk menurunkan lama psikosis tidak tertangani
mencakup kondisi medis, gejala serta pentingnya diagnosis dan penanganan dini.
BAB III
DEFINISI OPERASIONAL
lingkungan dan gaya hidup yang sehat dan menyediakan pelayanan kesehatan.
1980 dalam Work Group for Community and Development Kansas University,
perilaku keluarga dalam penelitian ini berdasarkan model PRECEDE dari Green,
dan sikap), faktor pemungkin (jarak ke fasilitas pelayanan kesehatan jiwa dan
dukungan lingkungan).
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka pada penelitian ini, akan diketahui
34
35
Work Group for Community and Development Kansas University, 2014) maka
Faktor Predisposisi
- Sosio demografi
(umur, pendidikan
pekerjaan)
- Pengetahuan
- Sikap Keluarga
Faktor Pemungkin
- Jarak fasilitas pelayanan Perilaku Keluarga
kesehatan jiwa dalam Merawat
- Biaya, Jaminan Kesehatan Anggota Keluarga
dengan Skizofrenia
Faktor Penguat
- Pendidikan kesehatan oleh
petugas kesehatan
- Dukungan keluarga
- Dukungan lingkungan
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.2.3 Apakah ada hubungan antara faktor penguat (pendidikan kesehatan oleh
METODOLOGI PENELITIAN
variabel dependen dilakukan dalam waktu yang bersamaan pada saat penelitian
4.3.1 Populasi
adalah 526 pasien, dengan prevalensi 50% yang tidak tertangani ataupun
39
40
= 2)
1+ (
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat signifikansi (d=0,05)
63
=
1 + 63(0,052 )
= 158.67
= 159
yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.
41
Heerdjan Jakarta.
Persetujuan.
Sebelum melakukan penelitian ini, masalah etika yang ditekankan adalah sebagai
berikut :
Jakarta.
maksud dan tujuan serta prosedur penelitian. Jika bersedia diteliti maka
pada pengumpulan data, cukup memberi nomor kode pada kode masing-
data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian
dan hasil penelitian disimpan oleh peneliti sampai dengan lima tahun.
Data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
tepat dan yang dijadikan responden dalam penelitian ini. Data primer yang
dr. Soeharto Heerdjan berkaitan dengan profil Rumah Sakit, dan populasi
fasilitas pelayanan kesehatan jiwa dan biaya, jaminan kesehatan) dan faktor
bisa benar atau salah, atau dalam bentuk ya atau tidak. Dengan
sikap
bisa benar atau salah, atau dalam bentuk ya atau tidak. Dengan
Instrumen yang sudah disusun, kemudian dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas.
45
1. Uji Validitas
N XY - X Y
rxy
N X 2
- X2 N X 2
- X2
Distribusi (t tabel) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan 95%
2. Uji Reliabilitas
fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam
k
k
S i
2
1 i1
k 1
2
stotal
Keterangan :
α = Reliabilitas instrumen
n = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
k
S
i 1
i
2
Pada penelitian ini, karena keterbatasan penelitian dalam hal ini waktu
yang benar, ada empat tahap dalam pengolahan data yang akan dilalui yaitu:
4.6.1 Editing adalah kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau
4.6.2 Coding adalah pemberian kode pada setiap jawaban yang terkumpul dalam
data akan diperiksa apakah ada kesalahan atau tidak, jika terdapat data
Analisis bivariat yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat (X2). Uji Chi
(Fo - Fe) 2
X2
Fe
Keterangan :
∑ = Jumlah baris dan kolom
Fo = Frekuensi yang diobsevasi (frekuensi empiris)
Fe = Frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)
ketentuan bila:
Ratio/POR karena dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah cross
berikut:
ada hubungan)
POR > 1 : ada asosiatif positif antara faktor dengan perilaku keluarga
hubungan/mempertinggi)
POR < 1 : ada asosiasi negatif antara faktor dengan perilaku keluarga
ada hubungan/mengurangi)
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada 4-18 Februari 2015 terhadap 159 keluarga pasien
Heerdjan Jakarta. Pada bab ini, hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang
Skizofrenia di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta baik analisis univariat dan
bivariat yang disajikan dalam bentuk tabel meliputi variabel independen: faktor
50
51
Tabel 5.1
Distribusi Responden berdasarkan Faktor Predisposisi pada Keluarga
Pasien Skizofrenia di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
Tahun 2015
Variabel Kategori Frekuensi %
Umur 17-25 Tahun 11 6.9
26-35 Tahun 66 41.5
36-45 Tahun 51 32.1
46-55 Tahun 23 14.5
56-65 Tahun 8 5.0
Pendidikan Rendah 130 81.8
Tinggi 29 18.2
Pekerjaan Tidak bekerja 42 26.4
Bekerja 117 73.6
Pengetahuan Kurang 89 56.0
Baik 70 44.0
Sikap Tidak mendukung 87 54.7
Mendukung 72 45.3
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 159 keluarga pasien dengan
yaitu sebanyak 130 (81,8%), sebagian besar bekerja yaitu 117 (73,6%),
Tabel 5.2
Distribusi Responden menurut Faktor Pemungkin pada Keluarga
Skizofrenia di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2015
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 159 keluarga pasien dengan
dan sebagian besar dengan biaya jaminan kesehatan BPJS PBI yaitu
sebanyak 83 (52,2%).
Tabel 5.3
Distribusi Responden menurut Faktor Penguat pada Keluarga Pasien
dengan Skizofrenia di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
Tahun 2015
Variabel Kategori Frekuensi %
Pendidikan kesehatan Tidak Pernah 77 48.4
oleh petugas kesehatan Pernah 82 51.6
Dukungan Lingkungan Tidak ada 92 57.9
Ada 67 42.1
Sumber : Data Primer 2015
53
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 159 keluarga pasien dengan
baik (jika skor < 50%) dan baik (jika skor > 50%). Distribusi frekuensi
Tabel 5.4
Distribusi Perilaku Keluarga Pasien dengan Skizofrenia di RS Jiwa
dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2015
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 159 keluarga pasien dengan
Perilaku Keluarga
p POR
Umur Kurang Baik Baik Total
value 95% CI
n % n % n %
17-25 Tahun 8 72,0 3 27,3 11 100
26-35 Tahun 41 62,1 25 37,9 66 100
36-45 Tahun 27 52,9 24 47,1 51 100
46-55 Tahun 11 47,8 12 52,2 23 100 0.555 -
56-65 Tahun 5 62,5 3 37,5 8 100
Jumlah 92 57,9 67 42,1 159 100
Sumber : Data Primer 2015
alpha 5%), artinya tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku
Tabel 5.6
Hubungan Pendidikan dengan Perilaku Keluarga Pasien
Skizofrenia di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
Tahun 2015
Perilaku Keluarga
Pendidikan Kurang Baik Total p POR
Baik value 95% CI
n % n % n %
Rendah 82 63,1 48 36,9 130 100
3,246
Tinggi 10 34,5 19 65,5 29 100
0,009 (1,395-7,553)
Jumlah 92 57,9 67 42,1 159 100
Sumber : Data Primer 2015
55
yang dengan pendidikan rendah berpeluang 3,2 kali lebih besar untuk
pendidikan baik.
Tabel 5.7
Hubungan Pekerjaan dengan Perilaku Keluarga Pasien
Skizofrenia di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
Tahun 2015
PerilakuKeluarga
Kurang p POR
Pekerjaan Baik Total
Baik value 95% CI
n % n % n %
Tidak
34 81,0 8 19,0 42 100
bekerja 4,323
0,002
Bekerja 58 49,6 59 50,4 117 100 (1,846-10,127)
Jumlah 92 57,9 67 42,1 159 100
Sumber : Data Primer 2015
10,127) artinya responden yang tidak bekerja berpeluang 4,3 kali lebih
bekerja.
Tabel 5.8
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Keluarga Pasien
Skizofrenia di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
Tahun 2015
Perilaku Keluarga
Kurang p POR
Pengetahuan Baik Total
Baik value 95% CI
n % n % n %
Kurang 68 76,4 21 23,6 89 100
6,206
Baik 24 34,3 46 65,7 70 100 0,000
(3,098-12,435)
Jumlah 92 57,9 67 42,1 159 100
Sumber : Data Primer 2015
baik.
Hasil analisis dengan chi square diperoleh p value =0.000 (p value <
Tabel 5.9
Hubungan Sikap dengan Perilaku Keluarga Pasien Skizofrenia di
RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2015
Perilaku Keluarga
Kurang p POR
Sikap Baik Total
Baik value 95% CI
n % n % n %
Tidak
58 66,7 29 33,3 87 100
mendukung 2,235
0,021
Mendukung 34 47,2 38 52,8 72 100 (1,176-4,250)
Jumlah 92 57,9 67 42,1 159 100
Sumber : Data Primer 2015
baik.
Hasil analisis dengan chi square diperoleh p value =0.021 (p value <
Keluarga
Tabel 5.10
Hubungan Jarak Fasilitas Kesehatan dengan Perilaku Keluarga
Pasien Skizofrenia di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
Tahun 2015
Perilaku Keluarga
Kurang p POR
Baik Total
Jarak Baik value 95% CI
n % n % n %
Jauh 48 72,7 18 27,3 66 100
2,970 (1,508-
Dekat 44 47,3 49 52,7 93 100 0,002
5,848)
Jumlah 92 57,9 67 42,1 159 100
Sumber : Data Primer 2015
Hasil analisis dengan chi square diperoleh p value =0.002 (p value <
Tabel 5.11
Hubungan Biaya Jaminan Kesehatan dengan Perilaku Keluarga
Pasien dengan Skizofrenia di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta Tahun 2015
Perilaku Keluarga
Biaya, Kurang p POR
Baik Total
Jaminan Baik value 95% CI
Kesehatan n % n % n %
BPJS Non
53 69,7 23 30,3 76 100
PBI/Umum 2,600
0,006
BPJS PBI 39 47,0 44 53,0 83 100 (1,354-4,991)
Jumlah 92 57,9 67 42,1 159 100
Sumber : Data Primer 2015
Hasil analisis dengan chi square diperoleh p value = 0.006 (p value <
dalam kategori BPJS Non PBI/umum berpeluang 2,6 kali lebih besar
5.2.3 FaktorPenguat
Perilaku Keluarga
Tabel 5.12
Hubungan Penyuluhan Petugas Kesehatan dengan Perilaku
Keluarga Pasien Skizofrenia di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta Tahun 2015
Hasil analisis dengan chi square diperoleh p value =0.001 (p value <
Tabel 5.13
Dukungan Lingkungan dengan Perilaku Keluarga Pasien
Skizofrenia di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
Tahun 2015
Perilaku Keluarga
Kurang p POR
Dukungan Baik Total
Baik value 95% CI
Lingkungan
n % n % n %
Tidak ada 63 68,5 29 31,5 92 100
2,847
Ada 29 43,3 38 56,7 67 100 0,003
(1,481-5,472)
Jumlah 92 57,9 67 42,1 159 100
Sumber : Data Primer 2015
lingkungan.
BAB VI
PEMBAHASAN
terdapat tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku keluarga dalam
Menurut penelitian Gierveld dan Dykstra (2008) bahwa orang dewasa tidak
adalah usia diatas umur 20 tahun keatas, usia tersebut akan memberikan
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
62
63
pengetahuan yang berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Hal ini
yang tinggi, maka pengalaman seseorang akan lebih jauh lebih luas
lebih dapat menerima suatu informasi lebih cepat sehingga lebih tahu
tentang cara merawat pasien. Karena sudah lama merawat pasien di rumah,
anggota keluarga yang lebih tua menjadi lebih banyak pengalaman dalam
value =0.009 (p value< alpha 5%), maka dapat diambil kesimpulan bahwa
berpeluang 3,2 kali lebih besar untuk berperilaku kurang baik dibandingkan
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Purwana (2014) yang
(p value=0,028).
skizofrenia.
responden yang tidak bekerja sebagian besar berperilaku tidak baik yaitu
34 (81,0%) sedangkan dari 117 responden yang bekeja sebagian besar yaitu
value =0.002 (p value< alpha 5%), maka dapat diambil kesimpulan bahwa
berpeluang 4,3 kali lebih besar untuk berperilaku kurang baik dibandingkan
Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pekerjaan juga
yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena bekerja di luar rumah
baik pula.
67
berperilaku lebih baik daripada yang tidak bekerja, kebiasaan bekerja akan
dengan chi square diperoleh P value =0.000 (P value< alpha 5%), maka
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini setelah orang mengadakan
berperilaku yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rogers (dalam
Oleh sebab itu, diperlukan suatu upaya untuk memberikan stimulus lebih
Hasil tabel silang antara sikap dengan perilaku keluarga diketahui bahwa
analisis dengan chi square diperoleh p value =0.021 (p value< alpha 5%),
2,2 kali lebih besar untuk berperilaku kurang baik dibandingkan dengan
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Purwana (2014) yang
(p value=0,000).
Menurut teori WHO sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang
terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang
lain. Sikap dapat membuat seseorang mendekati atau menjauhi objek atau
orang lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud
Sikap tidak dapat dilihat langsung tapi hanya dapat ditaksirkan terlebih
dahulu dari beberapa perilaku. Sikap keluarga yang positif pasti akan
mempengaruhi dalam perilaku keluarga. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
Pada penelitian ini, ada hubungan positif dengan sikap dan perilaku
skizofrenia.
Pasien Skizofrenia
Hasil tabel silang antara jarak fasilitas kesehatan jiwa dengan perilaku
analisis dengan chi square diperoleh p value =0,002 (p value< alpha 5%),
dengan fasilitas kesehatan dalam kategori jauh berpeluang 2,9 kali lebih
menjangkau sarana kesehatan dalam jarak dan waktu tempuh yang pendek.
33,7 persen penduduk mengalami kendala jarak dan biaya. Di pulau Jawa
tipe daerah dan waktu tempuh ke sarana kesehatan serta status sosial
(Riskedas, 2007).
73
Hasil analisis dengan chi square diperoleh p value =0.006 (p value < alpha
kesehatan dalam kategori BPJS Non PBI/umum berpeluang 2,6 kali lebih
Biaya kesehatan pasien skizofrenia yang terus menerus dan mahal menjadi
Hasil tabel silang antara pendidikan kesehatan oleh petugas kesehatan jiwa
Hasil analisis dengan chi square diperoleh p value =0.001 (p value< alpha
nilai peluang POR = 3,041 (95% CI: 1,574-5,874) artinya responden yang
petugas kesehatan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Purwana (2014) yang
kesehatan dengan jelas dan mudah dimengerti oleh penderita sehingga pada
penderita.
ruang rawat tidak diterima, sedangkan di rawat jalan tidak ada pendidikan
pada pasien rawat jalan dan rawat inap yang memenuhi undangan
penyuluhan.
76
Skizofrenia
Hasil analisis dengan chi square diperoleh p value =0,003(p value< alpha
= 2,847 (95% CI: 1,481-5,472) artinya responden yang tidak ada dukungan
dari lingkungan berpeluang 2,8 kali lebih besar untuk berperilaku kurang
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Purwana (2014) yang
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena
adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspons sebagai
perilaku pasien yang tidak dapat diterima oleh keluarga dan lingkungan,
tenaga kesehatan.
BAB VII
7.1 Kesimpulan
bahwa :
7.1.1 Tidak ada hubungan antara faktor umur dengan perilaku keluarga dalam
7.1.3 Terdapat hubungan antara faktor pekerjaan dengan perilaku keluarga dalam
7.1.5 Terdapat hubungan antara faktor sikap dengan perilaku keluarga dalam
78
79
7.1.6 Terdapat hubungan antara faktor jarak dengan fasilitas layanan kesehatan
7.1.7 Terdapat hubungan antara faktor biaya jaminan kesehatan dengan perilaku
7.2 Saran
skizofrenia.
81
82
Hidayat, Alimul Aziz, (2007). Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis
Data. Surabaya: Salemba
James, S. R., Nelson, K. A., & Ashwill, J. W. (2013). Nursing Care of Children
Principles & Practice, 4th edition. St. Louis, Missouri: Elsevier.
Keliat, B.A., Helena, N., Nurhaeni, (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
(CMHN Basic Course). Jakarta: EGC.
Rosland, Ann Marie, (2009). Sharing The Care: The Role of Family in Chronic
Illness. Oakland: California Healthcare Foundation.
Schneider-Axmann, T, K., M, M., N, M., R, T., I, D., et al. (2006). Relation between
Cerebrospinal Fluid, Gray Matter and White Matter Changes in Families with
Schizophrenia. J Psychiatr Res, 646-655.
Smith, M. B. (2006). Helpful Hints about Schizophrenia for Family Members and
Others. Dipetik September 29, 2014, dari Psych Central:
http://psychcentral.com/lib/helpful-hints-about-schizophrenia-for-family-
members-and-others/000706
Smith, M., & Segal, J. (2014, December). Schizophrenia Treatment and Recovery
Getting the Help and Support You Need. Dipetik December 2014, dari
Helpguide.org:
http://www.helpguide.org/articles/schizophrenia/schizophrenia-treatment-and-
recovery.htm
U.S. Department of Health and Human Services. (2013). Results from the 2012
National Survey on Drug Use and Health: Mental Health Findings. Rockville,
MD: Substance Abuse and Mental Health Services Administration.
Work Group for Community Health and Development. (2014). An Overview of the
Community Tool Box and Frameworks for Guiding, Supporting and
Evaluating the Work of Community and System Change. Dipetik September
2014, dari Community Tool Box: http://ctb.ku.edu/en/table-
contents/overview/other-models-promoting-community-health-and-
development/preceder-proceder/main
World Federation for Mental Health. (2014). World Mental Health Day 2014: Living
with Schizophrenia. Occoquan: World Federation for Mental Health.
84
World Health Organization. (2008). mhGAP : Mental Health Gap Action Programme
: Scaling up Care for Mental, Neurological and Substance Use Disorders.
France: WHO Press.
Kepada Yth,
Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Adalah Mahawiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan dan
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta. Yang akan melakukan penelitian
dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Keluarga Dalam
Merawat Anggota Keluarga Dengan Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2015”. Bersama ini saya mohon Bapak/Ibu
untuk kesediaannya menjadi responden dan menandatangani lembar persetujuan,
serta menjawab seluruh pertanyaan dalam lembar kuesioner sesuai dengan petunjuk
yang ada. Saya selaku peneliti akan merahasiakan identitas dan jawaban Bapak/Ibu
untuk menjadi responden dalam penelitian yang saya lakukan. Bersama ini saya akan
melampirkan surat persetujuan menjadi responden.
Atas partisipasi dan bantuan saudara saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Nama :
Hubungan Keluarga :
Alamat :
Saya menyatakan bahwa saya telah diberikan penjelasan dan kesempatan untuk
bertanya tentang penelitian, sebelum saya menyetujui untuk menjadi responden
dalam penelitian ini.
Yang menyatakan,
_______________
tanda tangan di sini
Lampiran 3
Kode
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERILAKU KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN SKIZOFRENIA
Tidak mendukung
BAGIAN B: PENGETAHUAN
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda () pada kolom ya atau tidak, sesuai dengan pilihan anda
No Pernyataan Ya Tidak
1. Keluarga mengenali perilaku atau ungkapan aneh, atau
gejala-gejala dini yang muncul saat pasien mulai
kambuh.