Anda di halaman 1dari 54

i

PENGARUH LOGOTERAPI TERHADAP KUALITAS HIDUP


PASIEN HEMODIALISA DI RSUD WALED KABUPATEN
CIREBON TAHUN 2019

OLEH :
SYARISKI SUCI DAMAYANTI
4201.0115.A.063

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
CIREBON
2019
i

PENGARUH LOGOTERAPI TERHADAP KUALITAS HIDUP


PASIEN HEMODIALISA DI RSUD WALED KABUPATEN
CIREBON TAHUN 2019

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep)

OLEH :
SYARISKI SUCI DAMAYANTI
4201.0115.A.063

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
2019

i
ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal ini telah disetujui untuk di pertahankan dihadapan

Tim Penguji skripsie Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon

Cirebon, Mei 2019

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

(Supriatin, M.Kep) (Dr. Indra Ruswadi, S.Kep, M.PH)

ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul

“Pengaruh Logoterapi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Hemodialisa di RSUD

Waled Kabupaten Cirebon Tahun 2019”.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menempuh pendidikan Program Sarjana Ilmu Keperawatan STIKes Cirebon.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat

terlaksana dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Drs. H. E. Djumhana Cholil, MM, selaku ketua Yayasan RISE Indonesia

Cirebon.

2. H. Mokh Firman Ismana, S. Kom, MM. sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Cirebon.

3. Uun Kurniasih, S.Kep Ners., MM sebagai Ketua Program Studi S1

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon.

4. Supriatin, M.Kep selaku dosen pembimbing utama yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing kami dalam penyusunan

skripsi.

5. Dr. Indra Ruswadi, S.Kep, M.PH selaku dosen pembimbing pendamping

yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing kami

dalam penyusunan skripsi.

iii
iv

6. RSUD Waled sebagai tempat penelitian

7. Rekan-rekan mahasiswa Program studi Ilmu Keperawatan STIKes Cirebon

yang selalu bersama dalam suka maupun duka.

8. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan proposal ini yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala bimbingan dan bantuan yang bapak atau ibu dan saudara berikan

mendapat balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat

penulis harapakan demi perbaikan untuk kedepannya. Penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Cirebon, juni 2019

Penulis

iv
v

DAFTRA ISI

COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 7
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................ 7
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................ 7
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................. 8
1.5.1 Manfaat Teoritis .................................................................... 8
1.5.2 Manfaat Praktis ...................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kualitas Hidup Paien Yang Menjalani Hemodialisa ............. 9
2.1.1 Pengertian Kualitas Hidup ......................................... 9
2.1.2 Paktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ............. 9
2.1.3 Dampak Hemodialisa Terhadap Kualitas Hidup ...... 12
2.1.4 Konsep Terapi Hemodialisa ....................................... 12
2.2 Logoterapi ............................................................................. 16
2.2.1 Pengertian .................................................................. 16
2.2.2 Tujuan Logoterapi ...................................................... 16
2.2.3 Indikasi ....................................................................... 16
2.2.4 Asas-Asas Logoterapi ................................................ 17

v
vi

2.3 Pengaruh Logoterapi Terhadap Kualitas Hidup Pasien


Hemodialisa............................................................................ 18
2.3.1 Tujuan Logoterapi ...................................................... 18
2.3.2 Tekhnik Logoterapi .................................................... 19
2.4 Kerangka Teori....................................................................... 28
BAB III KERANG KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI
OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................. 30
3.2 Hipotesa Penelitian................................................................. 30
3.3 Definisi Operasional............................................................... 31
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ............................................................. 33
4.2 Variabel Penelitian ................................................................ 33
4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ............................................ 34
4.3.1 Populasi ...................................................................... 34
4.3.2 Sampel ....................................................................... 34
4.4 Instrumen Penelitian............................................................... 34
4.5 Metode Pengumpulan Data .................................................... 35
4.6 Pengolahan Data..................................................................... 35
4.7 Analisa Data ........................................................................... 36
4.7.1 Analisa Univariat ........................................................ 36
4.7.2 Analisa Bivariat .......................................................... 36
4.8 Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................ 36
4.9 Etika Penelitian ...................................................................... 37
4.9.1 Inforned Consent ........................................................ 37
4.9.2 Anomity ...................................................................... 37
4.9.3 Confidentiality ............................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA

vi
vii

DAFTAR BAGAN

2.1 Kerangka Teori ....................................................................................... 29


2.2 Kerangka Konsep.................................................................................... 30

vii
viii

DAFTAR TABEL

3.1 Definisi Operasional .............................................................................. 32

viii
ix

DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar pasien Hemodialisa ................................................................... 15

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hemodialysis merupakan pengeluaran zat sisa metabolisme seperti

ureum dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer

yang berisi membrane yang selektif-permeabel dimana melalui membrane

tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi. Hemodialysa dilakukan

pada kaadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan (Chiristin Brooker,

2001)(1)

Terapi hemodialisa merupakan suatu teknologi tinggi sebagai terapi

pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari

peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea,

kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel

sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi

proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Brunner & Suddarth, 2009).(2)

Hemodialisa merupakan salah satu pilihan terapi pada pasien dengan

ESRD. Penyakit ginjal kronik terutama dengan terapi HD akan

mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seperti aspek fisiologi, psikologis

dan sosial ekonomi. Hal tersebut tidak hanya berdampak pada diri sendiri tapi

juga berdampak pada keluarga dan masyarakat.

Proses terapi HD yang memerlukan waktu jangka panjang akan

mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Pasien dapat mengalami gangguan

11
2

konsentrasi, proses berpikir hingga gangguan dalam hubungan sosial. Semua

kondisi tersebut akan menyebabkan menurunnya kualitas hidup pasien

(http://ejurnal-s1.undip.ac.id/index.php/medico)

Didukung penelitian yang dilakukan oleh Farker (2009), bahwa pasien

yang telah menjalani terapi hemodialisa selama 3-4 tahun mengalami masalah

psikososial yaitu peningkatan emosional (marah-marah), tidak menerima

penyakitnya, bahkan sampai mengalami syock. Hal ini terjadi karena tidak

mengerti tentang penyakitnya, berupa kekhawatiran kehilangan pekerjaan

dormalnya bila pasien tidak dapat melakukan tugas dan kewajubannya secara

maksimal sebab sering mengajukan izin saat menjalani hemodialisa, sehingga

pasien merasa malu yang berkepanjangan. Hal ini menyebabkan tingkat

produktifitas kerja pasien menurut drastis, sehingga akan berpengaruh pada

kemampuan financial, dibarengi dengan keharusan pasien menjalani

hemodialisa, maka pasien akan menanggung beban yang begitu besar.

Dampak lainnya dari masalah psikososial yang dialami pasien adalah

perubahan fisik yang disebabkan adanya peningkatan ureum, sehingga akan

mengakibatkan seluruh tubuh menjadi gatal-gatal yang menimbulkan warna

kulit berubah menjadi bercak-bercak hitam sehingga menimbulkan perasaan

malu yang bertambah hal ini menyebabkan gambaran negatif pada dirinya.

Pasien yang menjalani hemodialisa saat ini meningkat dengan cepat

hampir merata di seluruh duniah terutama di negara-negara berkembang dan

telah menjadi masalah utama kesehatan di seluruh duniah. Prevalensi populas

pasien hemodialisa di amerika serikat diperkirakan paling kurang 6% dari


3

jumlah orang dewasa mengalami kerusakan ginjal kronis, di inggris terdapat

repalensi untuk penyakit gagal ginjal stadium III-IV yaitu 17,7% dari

keseluruhan pasien baru tiap tahun. Dimalaysia dengan populasi 18 juta

diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal tiap tahun. Di negara

berkembang lainnya insiden diperkirakan sekitar 40-60 kasus per juta

penduduk per tahun. Di indonesia menurut data dari BPS tahun 2014 jumlah

penduduk 247.424.598 juta dan tahun 2015 akan menjadi 257,370,792 juta

jiwa pada tahun 2025 di prediksi menjadi 300 jiwa berarti untuk tahun 2015

akan bertambah 40-60x257 kasus baru tiap tahunnya (Yosephveri, 2014).

Hasil survei dari berbagai pusat dialisis di dapatkan kejadian baru yang

memerlukan dialisis sebesar 30,7% per juta penduduk (IRR,2011). Di

indinesia setiap tahun terdapat 7400 pasien baru yang memerlukan dialisis

(PERNEFRI, 2012).

Pasien hemodialisa tahap terminal/ESRD yang terbanyak menjalani

Hemodialisa di indonesia 87 %: gagal ginjal akut/ARF 7%: dan gagal ginjal

akut pada gagal ginjal kronis 6% (IRR,2011). Tahun 2015 diperkirakan ada

36 juta penduduk dunia yang meninggal akibat penyakit ginjal.

Di Indonesia, menurut Indonesia Renal Registry (IRR) pada tahun 2011

sekitar 15.353 pasien yang menjalani HD, sedangkan hasil Riskesdas 2013

menunjukan prevalensi pasien hemodialisa berdasarkan diagnosa dokter di

indonesia sebesar 0,2%. Prevalensi tertinggi yaitu di sulawesi tengah sebesar

0,5 %, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur masing-masing 0,3 %.


4

Perawatan paliatif ini dapat menggunakan intervensi dengan psikologis

(psychological intervention) berupa relaksasi spiritual. Pemberian intervensi

ini dilakukan dengan setting kelompok dan diharapkan tercipta peer group

support sesama penderita yang akan meningkatkan motivasi mereka dalam

beradaptasi terhadap penyakitnya (menerima), sehingga mampu membangun

mekanisme koping yang efektif dan dapat meningkatkan kualitas hidupnya

(Dhina, 2015).(3)

Pada pasien hemodialisa, kondisi tubuh yang melemah dan

ketergantungan pada mesin-mesin dialisa sepanjang hidupnya akan

menyebabkan penderita dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara terus

menerus sepanjang hidupnya, akibatnya akan menjadi stressor fisik yang

berpengaruh [ada berbagai dimensi kehidupan pasien yang meliputi biologi,

psikologis, sosiologis dan spiritual perasaan tersebut dapat menimbulkan

perasaan tertekan dan tidak nyaman bahkan dapat berujung pada munculnya

gangguan mental seperti depresi. Pasien yang menjalani hemodialisa

seringkali mengalami gejala-gejala depresi seperti perubahan suasa hati

berupa kesedihan, kesepian dan apatis, timbul perasaan untuk menyalahkan

diri sendiri, keinginan untuk menghukum diri sendiri, adanya perubahan

gangguan tidur, gangguan makan, kehilangan nafsu seksual, serta perubahan

terhadap aktivitas, bahkan sampai berkeinginan untuk bunuh diri. Selain itu

masalah finansial dan perasaan takut akan kematian juga sangat berpengaruh

pada kondisi psikologis sehingga memperberat kondisi depresi pasien (Mega

Azahra, 2012)(4)
5

Depresi merupakan komplikasi psikososial yang sering muncul dan

merupakan penyakit gangguan kejiwaan yang paling umum dan lama (Stuart,

2013). Depresi memperngaruhi kualitas hidup, status sosial, ekonomi dan

psikologis pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani Hemodialisa

(Grogianni et al, 2014). Depresi merupakan gangguan kejiwaan yang

terpenting pada pasien gagal ginjal kronis dan menurut kreterian DSMIV-TR

termasuk gangguan depresi mayor yang bisa terjadi pada semua tingkat usia

(Kiosses and Karathanos, 2012).(5)

Terapi yang dibutuhkan pada pasien yang menjalani Hemodialisa yang

mengalami depresi dapat berupa terapi psikososial, psikoterapi seperti terapi

kognitif, terapi interpersonal, terapi prilaku, terapi keluarga, terapi kelompok,

terapi komunitas dan psikofarmaka seperti obat anti depresan (Kaplan dan

sadock, 2010). Bentuk intevensi keperawatan yang dapat dilakukan seorang

perawat dimulai dengan intervensi keperawatan generalis sampai dengan

spesialis yang ditunjukkan untuk individu, keluarga kelompok (Stuart, 2013).

Intervensi yang dapat dilakukan bukan dalam bentuk non farmakologis yaitu

dengan metode logoterapi. Pasien yang menjalani hemodialisa agar dapat

memaknai hidup yang lebih bermakna lagi. Dengan intervensi yang dilakukan

terhadap kondisi yang mengalami depresi yaitu dengan melakukan logoterapi.

Kondisi pasien hemodialisa lebih cenderung mengalami depresi sehingga

perlu adanya penanganan oleh perawat secara dini agar tidak berkelanjutan

mengalami depresi. Dimana logoterapi merupakan satu jenis psikoterapi yang

pertama kali dikembangkan oleh (Viktor Frank Kl 1938 dalam bastaman,


6

2007). Terapi ini dapat melihat individu secara holistik yang meliputi

gambaran diri, kepercayaan diri, kemampuan individu dalam mengatasi stres

dan menemukan makna hidup (Marsall 2011). Penelitian tentang Logoterapi

yang dilakukan oleh Herawani dan Sudiyanto (2010) dengan hasil bahwa

Logoterapi efektip untuk menurunkan intensitas nyeri dan skor depresi pasien

nyeri kronik. Logoterapi merupakan salah satu terapi yang popular saat ini

dan lebih dianggap lebih fleksibel dan lebih efektip dalam menangani

berbagai kasus (Montegomery, Kim dan Prangklin 2011). Terapi ini

mengajarkan pasien untuk menerima pikiran yang mengganggu dan dianggap

tidak menyenangkan dengan menempatkan diri sesuai dengan nilai yang

dianut sehingga ia akan menerima kondisi yang ada (Hy, 2006). Karena latar

belakang diatas penelitian tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui

Pengaru Logoterapi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Hemidoalisa(5)

Hasil wawancara yang penulis lakukan di Unit Hemodialisa Rumah Sakit

Umum Daerah Waled Kabupaten Cirebon pada 25 November 2018, kepada

perawat yang menangani perawatan hemodialisa mengatakan, bahwa pasien

yang melakukan hemodialisa banyak yang mengalami kecemasan karena

merasa khwatir dengan tindakan yang harus dilakukan seumur hidup. Banyak

pasien mengalami depresi dan cemas sehingga akan berpengaruh terhadap

kualitas hidup dan menilai makna hidupnya yang negatif.

Pada tanggal 28 November 2018 penulis melakukan wawancara dan

observasi kepada 10 orang pasien yang sedang menjalani terapi hemodialisa,

informasi yang didapat 6 orang pasien yang berusia antara 49 sampai 60


7

tahun dan sudah menjalani hemodialisa lebih dari 3 tahun, menunjukkan

perasaan cemas sedang. Pasien mengatakan sudah merasa bosan melakukan

cuci darah (hemodialisa) namun penyakit yang diderita tidak bisa

disembuhkan. Permasalahan ini dapat menimbulkan presepsi yang salah pada

dirinya, karena mendapat cobaan yang begitu berat, dirinya merasa selalu

merepotkan keluarga, merasa tidak berguna lagi, dan merasa dirinya tidak

memiliki harapan, keinginan serta tujuan hidup, yang pada akhirnya merasa

dirinya tidak bermakna lagi dalam hidupnya. Hal ini terlihat pada ekpresi

wajahnya yang tampak sedih dan menangis pada saat diwawancarai.

Sesuai dengan hasil wawancara penulis lakukan kepada pasien di Unit

Hemodialisa RSUD Waled Kabupaten Cirebon diatas tersebut, maka perlu

dilakukan tindakan keperawatan yaitu terapi spesialis dengan menggunakan

logoterapi individu yang tepat untuk masalah tersebut. Berdasarkan hasil

study pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara dengan kepala ruang

Unit Hemodialisa di RSUD Waled Kabupaten Cirebon menyatakan bahwa

data satu bulan terakhir yaitu Oktober 2018, terdapat 84 orang pasien yang

menjalani terapi Hemodialisa, rutin dua kali dalam satu minggu dan lamanya

hemodialisa 5 jam, dan dari 84 orang pasien tersebut berdasarkan rentang

umur, 20-50 tahun terdapat 42 orang pasien, 50-70 tahun terdapat 26 pasien,

> 70 tahun terdapat 12 orang pasien, < 20 tahun terdapat 4 orang pasien.
8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat disimpulkan

bahwa terjadinya peningkatan pada pasien hemodialisa setiap tahun. Hasil

study pendahuluan yang sudah dilakukan pada pasien yang menjalani terapi

hemodialisa seumur hidup dapat menimbulkan kecemasan, sehingga akan

mengalami perubahan-perubahan yaitu fisik, sosial, psikologis dan spiritual,

apabila masalah kecemasan tersebut tidak teratasi maka akan menimbulkan

masalah yang lain yaitu mempunyai presepsi menyalahkan pada diri sendiri,

tidak memiliki harapan, tujuan hidup pada akhirnya merasa dirinya tidak

bermakna lagi dalam hidupnya. Untuk mengatasi masalah tersebut adalah

logoterapi. Berdasarkan masalah di atas peneliti mengangkat judul yaitu

“Bagaimana Pengaruh Logoterapi Terhadap Kualitas Hidup Pasien yang

menjalani Hemodialisa di RSUD Waled Kabupaten Cirebon?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh logoterapi terhadap

pasien yang sedang menjalani terapi hemodialisa di RSUD Waled Kabupaten

Cirebon.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Kualitas hidup pasien yang sedang menjalani hemodialisa di

RSUD Waled kabupaten Cirebon sebelum dilakukan logoterapi.


9

2. Mengetahui Kualitas hidup pasien yang sedang menjalani hemodialisa di

RSUD Waled kabupaten Cirebon setelah dilakukan logoterapi.

3. Mengetahui pengaruh logoterapi terhadap kualitas hidup pasien yang

sedang menjalani hemodialisa di RSUD Waled Kabupaten Cirebon.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Pengaruh logoterapi terhadap

kualitas hidup pasien hemodialisa di RSUD Waled Kabupaten Cirebon.

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode ini menggunakan

Quasi Experiment. Quasi Experiment (eksperimen semu). Rancangan

penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest Posttest. Data variabel

independen dalam penelitian adalah Pengaruh logoterapi dan variabel

dependen dalam penelitian ini adalah kualitas hidup pasien hemodialisa.

Dengan cara pengukuran/observasi data sekaligus pada satu saat. Populasi

penelitian ini adalah pasien hemodialisa di RSUD Waled Kabupaten Cirebon

. sebanyak 84 orang. Teknik sampel yang digunakan yaitu Consecutive

sampling. Penelitianini akan dilakukan pada bulan April 2019.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Institusi STIKes Cirebon

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan untuk

menambah literatur dan bahan bacaan di perpustakaan serta sebagai


10

bahan pertimbangan dan informasi institusi khususnya di bidang ilmu

keperawatan.

2 Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan

dan pengetahuan peneliti tentang pengaruh logoterapi pada kulitas hidup

pasien hemodialisa.

3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan pada peneliti lain untuk dapat melanjutkan dan

mengembangkan agar penelitian ini dapat lebih sempurna dengan hasil

yang lebih akurat lagi. Serta dijadikan sumber informasi dalam

penyusunan penenlitian yang akan datang mengenai pengaruh logoterapi

terhadap kualitas hidup pasien hemodialisa dengan metode lain.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi perawat

Sebagai informasi dan masukan bagi perawat khususnya di ruang

hemodialisa untuk menerapkan logoterapi pada pasien yang menjalani

hemodialisa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Hidup Pasien yang Menjalani Hemodialisa

2.1.1 Pengertian Kualiatas Hidup

Kualitas hidup (quality of life) merupakan konsep analisis kemampuan

individu untuk mendapkan hidup yang normal terkait dengan persepsi secara

individu mengenai tujuan, harapan, standar dan perhatian secara spesifik

terhadap kehidupan yang dialami dengan dipengaruhi oleh nilai dan budaya

pada lingkungan individu tersebut berada (Adam, 2006 dalam Emma H

2017).

Kualitas hidup merupakan sasaran utama yang ingin dicapai dibidang

pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat

kesejahteraan. Diharapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin

tinggi. Kualitas hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh derajat kesehatan.

semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin

tinggi (Nursalam, 2013 dalam Emma H 2017). (7)

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Avis (2005) dalam Riyanto 2011 dalam Emma H 2017 menyatakan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup dibagi menjadi 2

bagian. Baian pertama adalah sosio demografi yaitu jenis kelamin, usia,

suku/atnik, pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan. Kedua adalah

11
12

medik yaitu lama menjalani hemodialisis, stadium penyakit, dan

penatalaksanaan, medis yang dijalani.

Menurut ghozally (dalam Larasati, 2009) faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup diantaranya mengenali diri sendiri, adaptasi,

merasakan penderitaan orang lain, prasaan kasih dan sayang bersikap optimis,

mengembangkan sikap empati.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah :

a) Jenis kelamin

Fadda dan Jiron (1999) mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan

memiliki perbedaan dalam peran serta akses dan kendali terhadap

berbagai sumber sehingga kebutuhan atau hal-hal yang penting bagi laki-

laki dan perempuan juga akan berbeda. Hal ini mengindikasikan adanya

perbedaan aspek-aspek kehidupan dalam hubunganya dengan kualitas

hidup pada laki-laki dan perempuan. Ryff dan Singer (1998) mengatakan

bahwa secara umum, kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh

berbeda namun perempuan lebih banyak terkait dengan aspek hubungan

yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada prialebih terkait

dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.

b) Usia

Wagner, Abbot, dan Lett (2004) menemukan terdapat perbedaan

yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi

individu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ryff dan singger


13

(1998) individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi

pada usia dewasa madya.

c) Pendidikan

Pendidikan juga merupakan faktor kualitas hidup senada dengan

penelitian yang dilakukan oleh Wahl dkk (2004), menemukan bahwa

kualitas hidupakan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat

pendidikan yang didapatkan oleh individu. Barbareschi, Sanderman,

Leegte, Veldhuisen dan Jaarsma (2011) mengatakan bahwa tingkat

pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas

hidup, hasil penelitian menunjukan bahwa tingginya signifikasi

perbandingan dari pasien yg berpendidikan tinggi meningkat dalam

keterbatasan fungsional yang berkaitan dengan masalah emosional dari

waktu ke waktu dibandingkan drngan pasien yang berpendidikan rendah

serta menemukan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien

berpendidikan tinggi dalam domain fisik dan fungsional, khusunya dalam

fungsi fisik, energi/kelelahan social fugsi, dan keterbatansan dalam peran

berfungsi terkait dengan masalah emosional.

d) Pekerjaan

Hultman, hemlin, dan h’’ornquist (2006) menunjukan dalam hal

kualitas hidup juga diperoleh hasil penelitian yang tidak jauh berbeda

dimana individu yang bekerja memiliki kualitas hidup yang lebih baik

dibandingkan individu yang tidak bekerja.


14

e) Status pernikahan

Glenn dan weaver melakukan penelitian empiris di Amerika secara

umum menunjukan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas

hidup yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak menikah, bercerai,

ataupun janda atau duda akibat pasangan meninggal (veenhoven 1989).

f) Finansial

Pada penelitian hultman, hemlin, dan h’’ornquist (2006) menunjukan

bahwa aspek finansial merupakan salah satu asfek yang berperan penting

mempengaruhi kualitas hidup individu yang tidak bekerja.

g) Standar referensi

Menurut o’connorn (1993) mengatakan bahwa kualitas hidup dapat

dipengaruhi oleh standar referensi yang digunakan seseorang seperti

harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara diri individu

dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan defenisi kualitas hidup yang

dikemukakan oleh WHOQOL (dalam power, 2004). Bahwa kualitas

hidup akan dipengaruhi oleh harapan tujuan dan standar dari masing-

masing individu.

2.1.3 Dampak Hemodialisa Terhadap Kualitas Hidup

Dampak hemodialisa akan berakibat terhadap respon pasien. Hal ini

dipengaruhi oleh bebarapa faktor, diantaranya karakteristik individu,

pengalaman sebelumnya dan mekanisme koping. Tiap dimensi mempunyai

pengaruh tersendiri terhadap kualitas hidup (Mardianingsi, 2004 dalam

Emma H 2017).(8)
15

2.1.4 Konsep Terapi Hemodialisa

2.1.4.1 Pengertian

Hemodialisa merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk

mengeluarkan caira dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal

tidak mampu melaksanakan proses tersebut (Raharjo, et al. 2009).

Hemodialisa merupakan suatu proses terapi pengganti ginjal dngan

menggunakan selaput membran semi permeabel (dialiser), yang

berfungsi seperti neupron sehingga dapat mengeluarkan produk sisa

metabolisme dan menggoreksi gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit pada pasien gagal ginjal. (Ignatavicius, 2006 dalam Emma H.

2017). (8)

2.1.4.2 Proses Hemodialisa

Proses dialisa menyebabkan pengeluaran cairan dan sisa

metabolisme dalam tubuh serta menjaga keseimbangan elektrolit dan

produk kimiawi dalam tubuh (Ignatavicus dan Workman 2006). Menurut

Raharjo, et al. (2009). Hemodialisa dilakukan dengan mengalirkan darah

kedalam tabung dialiser yang memiliki dua kompartemen

semipermeabel. Kompartemen ini akan dialirkan oleh cairan dialisis yang

bebas pirogen, berisi larutan dengan komposisi elektrolit mirip serum

normal dan tidak mengandung sisa metabolit nitrogen. Pada proses

dialysis, terjadi perpindahan cairan dari kompartemen hidrostatik negatif

pada komportemen cairan dialisa.


16

2.1.4.3 Indikasi Hemodialisa

Hemodialisa diindikasikan pada pasien dalam keadaan akut yang

memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa

minggu) atau pasien dengan gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan

terapi jangka panjang/permanen. Secara umum indikasi dilakukan

hemodialisis pada penderita gagal ginjal adalah :

a) Laju filtrasi gloromerulus kurang dari 15 ml permenit

b) Hiperkalemia

c) Kegagalan terapi konservatif

d) Kadar ureum lebih dari 200 mg/dl

e) Kreatinin lebih dari 65 mEq/L

f) Kelebihan cairan

g) Anuria berkepanjangan lebih dari 5 kali (Smeltzeer et al 2008 dalam

Emma H. 2017).

2.1.4.4 Dampak Psikososial pada Pasien yang Menjalani Hemodialisa

Individu yang menjalani hemodialisa dilakukan seumur hidup, dalam

pelaksananya dilakukan dalam satu minggu, 2-3 kali, hal ini akan

melelahkan buat pasien nya sehingga akan menambah beban yang

dirasakan pasien baik dalam segi waktu maupun dalam segi pinancial ,

selain itu ada dampak lain yang akan dirasakan oleh pasien yaitu

kesulitan dalam mempertahan pekerjaan, dorongan seksual hilang serta

impotensi, cemas, depresi yang kronis, ketakutan terhadap kematian, hal-

hal semacam itu menjadi masalah yang sangat penting yang


17

membutuhkan dukungan sosial dari berbagai pihak untuk meningkakan

kualitas hidup (Smeltzer & Bare, 2004). (8)

2.1.4.5 Komplikasi Hemodialisa

Beberapa komplikasi hemodialisa diantaranya hipotensi, kram otot,

mual dan munta, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam

tinggi, dan menggigil merupakan komplikasi akut yang muncul pada

hemodialisa (Rahardjo et al 2009).

Komplikasi yang dapat diakibatkan oleh pelaksanaan terapi

hemodialisis (Hirmawati, 2014 dalam Emma H. 2017).

a) Hipotensi dapat terjadi dapat terjadi selama dialisis ketika cairan

dikeluarkan.

b) Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja

terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.

c) Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan

terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh.

d) Pruritus dapat terjadi selAama terapi dialisis selama produk akhir

metabolisme meninggalkan kulit.

e) Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan

serebral dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini

kemngkinan terjadi lebih besar jika terdapat gejala uremia yang berat

f) Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dalam eleftrolit dan cepat

meninggalkan ruang ekstra sel.

g) Mual dan muntah merupakan hal yang sering terjadi.


18

2.1.4.6 Peran Perawat di Unit Hemodialisa

Gambar 2.1 pasien hemodialisa

Merujuk pada definisi sehat yang dikeluarkan oleh WHO, maka

dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

bagi pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis, pelayanan

kesehatan dituntut untuk dapat memfasilitasi pasien agar mendapatkan

kondisi kesehatan yang optimal.

Perawat sebagai bagian yang integral dari tim pelayanan kesehatan

sangat berperan dalam mengupayahkan terwujudnya kondisi kesehatan

yang optimal bagi pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis

dengan cara memberikan asuhan keperawatan paliatif yang bersifat

komprehensif dan holistik yang meliputi bio-psiko-sosio dan spiritual

(potter & perry, 2005 dalam Emma H. 2017). (9)


19

2.2 Logoterapi

2.2.1 Pengertian

Logoterapi dikembangkan oleh viktor-frnkl’s pada tahun 1905, mengacu

pada spritual, exiestensial, terapi yang mengkonsentrasikan mencari makna

hidup(wong p, 2002, p. 107). Logoterapi berasal dari kata logos berasal dari

bahasa yunani yang berarti makna (meaning) dan juga rohani (spiritual),

sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan (bastaman, 2008,

p.36).(10)

Logoterapi individu merupakan psikoterapi yang memusakan upaya pada

pencarian makna hidup manusia setiap orang menginginkan sebuah

kehidupan yang bermakna, tidak individu yang tidak mendambakan arti

hidup. Namun demikian pada saat yang sam, tidak sedikit orang yang

menderita kekosongan hidup, sehingga perlu dicermati adalah sikap yang

negatif, sehingga dapat ditempuh manusia supaya tetap mengalami hidup

yang bermakna (Wong p, 2002).(11)

2.2.2 Tujuan Logoterapi

Menurut frankl’s dalam marsal 2010, logoterapi bertujuan agar dalam

masalah yang dihadapi klien bisa menemukan makna daripenderitaan dan

kehidupan serta cinta. Dengan dilakukan logoterapi tersebut pasien akan

dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut.

2.2.3 Indikasi

Pelaksanaan logoterpi bermanfaat untuk mengatasi fobia, kecemasan,

ganguan obsesi, kompulsif, dan pelayanan medis lainya. Memalui metode


20

konsling, terapi akan membantu menemukan makna hidup. Menurut issacs

(2001) terapi ini berfokus pada masalah-masalah hidup yang berkaitan

dengan kebebasan, ketidakberdayaan, kehilangan, isolasi, kesepian,

kecemasan dan kematian. Melalui logoterapi,klien menemukan makna hidup

dari keberadaanya sendiri.(12)

2.2.4 Asas-Asas Logoterapi

Menurut Frakl’s dalam Marshall (2010). Ada tiga asal utama logoterapi

adalah sebagai berikut: (13)

2.2.4.1 Hidup itu tetap memiliki makna (arti) dalam setiap situasi.

Makna hidup hanya bisa dipahami apabila kita menerima kebebasan,

suara hati dan tanggung jawab, maka dari itu dalam memikirkan

pencarian makna hidup kita harus merenungkan tiga kualitas tersebut

sehingga dirasakan penting, benar, berharga dan didambahkan serta

memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan

hidup.

2..2.4.2 Setiap manusia memiliki kebebasan

Setiap manusia yang hampir tak terbatas, untuk menemukan sendiri

makna hidupnya. Namun demikian, kebesan tersebut bukanlah tanpa

batas manusia adalah mahluk terbatas, kebebasanya juga terbatas.

Manusia tidak terbatas dari kondisi bilogis, psikologis, sosiologis, tetapi

manusia tetap bebas untuk mengambil sikap terhadap kondisi. Manusia

bahkan tidak hanya memiliki kebebasan untuk mengambil sikap terhadap


21

dunia diluar dirinya, tetapi juga terhadap dirinya sendiri. Manusia adalah

hakim terhadap dirinya sendiri, penentu bagi tindakanya sendiri

2.2.4.3 Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap

terhadap kehidupanya yang menjadi tanggung jawabnya.

Setiap manusia memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan

sebuah tugas khusus bagi dirinya. Dalam kaitan itulah maka pribadi

manusia tidak bisa digantikan. Hidup manusia yang unik tidak bisa

diulang. Setiap manusia memiliki tugas dan kesempatan yang khas untuk

dirinya oleh karena itu manusia hanya bisa mengalami makna hidup

dengan jalan bertanggung jawab atas hidupnya sendiri, secara personal

dan bertanggung jawab adalah esensi dasar kehidupan manusia.

2.3 Pengaruh Logoterapi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Hemodialisa

2.3.1 Tujuan Logoterapi

Menurut Frankl dalam Marshall (2011), Logoterapi bertujuan agar dalam

masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna dari penderitaan dan

kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu

dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut.(13)

Tujuan utama logoterapi adalah meraih hidup bermakna dan mampu

mengatasi secara efektif berbagai kendala dan hambatan pribadi. Hal ini

diperoleh dengan jalan menyadari dan memahamai serta merealisasikan

berbagai potensi dan sumber daya spiritual yang dimiliki setiap orang yang

sejauh ini mungkin terhambat dan terabaikan. Apabila seseorang tidak


22

mengerti potensi-potensinya, maka tugas utama orang tersebut adalah

menemukannya (Tomy, 2014). Ada pun tujuan dari logoterapi adalah agar

setiap pribadi :

1. Memahami adanya potensi dan sumber daya spiritual yang secara

universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama

yang dianutnya;

2. Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan,

terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan;

3. Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari

penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala,

dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang

lebih bermakna.

2.3.2 Teknik Logoterapi

Logoterapi untuk mengatasi manusia dengan tiga demensi (fisik, psikis

dan spirit) dengan mengembangkan logoterapi. Untuk memudahkan

pemahaman terhadap teknik logoterapi perlu dijelaskan dahulu suatu

fenomena psikologi klinis yang disebut Anticipatory Anxienty, yakni

kecemasan yang ditimbulkan oleh antisipasi individu atas suatu situasi dan

atau gejala yang ditakutinya (Frankl’s dalam Wong 2002; Marshall 2011). (13)

Frankl mencatat bahwa pola reaksi atau respon yang biasa digunakan

individu untuk mengatasi kecemasan antisipatori adalah dengan pola reaksi :

fight from fear, menghindari atau lari dari obyek yang ditakuti dan situasi

yang menjadi sumber kecemasan; fight against obsession, mencurahkan


23

seluruh daya dan upaya untuk mengendalikan, menahan dan melawan pikiran

tentang sesuatu atau keinginan untuk melakukan sesuatu yang sifatnya

memaksa (suatu dorongan yang kuat) dan aneh dalam dirinya; fight for

something, melawan untuk sesuatu hasrat yang berlebihan (misal : kepuasan)

yang dalam kenyataan sering disertai kecenderungan kuat untuk selalu

menanti dengan penuh harapan saat sesuatu (kepuasan) itu terjadi pada

dirinya. Dalam logoterapi fenomena itu disebut hyperreflection (terlalu

memperhatikan kesenangan sendiri) dan hyperintention (selalu menghasrati

sesuatu) yang semuanya diluar kewajaran. (13)

Sebagai contoh hasil penelitian yang dilakukan oleh Erna dan Aris 2010,

didapatkan bahwa logoterapi efektif dalam nenurunkan intensitas nyeri dan

skor depresi, hampir selama 1 bulan penelitian. Hal ini dikarenakan setelah

mendapatkan logoterapi dengan teknik dereflection, medical ministry dan

existential analysis, durasi 15-30 menit tiap pertemuan seminggu 2 kali,

pasien terbantu untuk menerima penderitaannya dengan hati lapang, sehingga

dia dapat mengambil jarak dengan penderitaannya serta melihat sisi baik dari

penderitaannya, yang dalam hal ini berupa nyeri kronik. Dengan demikian

pasien terbantu untuk menemukan nilai-nilai baru dan mengembangkan

filosofi konstruktif dalam kehidupannya. Dari pola respon tersebut Frankl

menemukan dua fakta, yakni kesenjangan yang memaksa untuk menghindari

sesuatu semakin mendekatkan individu kepada sesuatu yang ingin

dihindarinya, dan kesenjangan yang memaksa untuk mencapai sesuatu

semakin menjauhkan individu dari sesuatu yang ingin dicapainya. Untuk


24

mengatasi semua ini, Logoterapi mengembangkan teknik-teknik sebagai

berikut:

1. Paradoxicial Intention

Teknik Paradoxicial Intention pada dasarnya memanfaatkan

kemampuan insani dalam mengambil jarak (self detachment) dan

kemampuan mengambil sikap (to take a stand) terhadap keadaan diri

sendiri dan lingkungannya. Selain itu, teknik ini memanfaatkan salah satu

kualitas insani lainnya, yaitu rasa humor. Dalam menerapkan teknik

Paradoxicial Intention penderita dibantu untuk menyadari pola

keluhannya, mengambil jarak pada keluhannya itu dan menanggapinya

sendiri secara humoristis (Lukas, 1998).

Teknik Paradoxicial Intention ini berusaha mengubah sikap

penderita yang semula serba takut menjadi ”akrab” dengan obyek yang

justru ditakutinya dengan memandang segi-segi humor dari keluhannya.

Menurut Frankl dalam Guttmaun, 1996 mengatakan bahwa kesuksesan

dari Paradoxical Intention mencapai keberhasilan antara 80-90% dari

kasus.

Frankl dalam Bastaman 2007, memberikan sebuah contoh. Seorang

dokter muda datang ke tempatnya dengan keluhan takut berkeringat.

Setiap kali tubuhnya takut dia berkeringat. Ketakutan ini cukup memicu

keluarnya keringat secara berlebihan. Untuk mencegah terjadinya hal ini,

Frankl menyarankan agar saat tubuhnya berkeringat secara berlebihan dia

menunjukkan dengan sengaja kepada orang-orang, betapa banyak


25

keringat yang bisa dia keluarkan. Seminggu kemudian ia kembali

melaporkan bahwa setiap kali dia bertemu seseorang yang bisa memicu

munculnya rasa takut yang diantisipasi, dia akan berkata pada dirinya

sendiri: “Biasanya saya hanya akan mengeluarkan seperempat liter

keringat, tetapi saya akan mengeluarkan sedikitnya sepuluh liter

keringat!” Hasilnya setelah bertahun-tahun menderita fobia, orang

tersebut secara permanen terbebas dari fobianya, hanya dalam waktu satu

minggu dan melalui satu kali konsultasi. Dalam kasus-kasus fobia, teknik

paradoksikal intention ini berusaha mengubah sikap penderita yang

semula serba takut menjadi akrab dengan obyek yang justru ditakutinya.

Sedangkan pada kasus-kasus obsesi dan kompulsi, yang biasanya

penderita menahan dan mengendalikan secara ketat dorongan-

dorongannya agar tidak muncul, penderita justru diminta untuk secara

sengaja mengharapkan (bahkan memacu) agar dorongan-dorongannya itu

benar-benar mencetus. Usaha ini benar-benar sulit dilaksanakan apabila

tidak dilakukan secara humoris, dalam arti menimbulkan perasaan humor

pada penderita dan memandang keluhannya sendiri secara jenaka atau

secara ironis. Pemanfaatan rasa humor dalam terapi berarti membantu

penderita untuk memandang gangguan-gangguannya tidak lagi sebagai

sesuatu yang mencemaskan, tetapi sebagai sesuatu yang lucu (Bastaman,

2007). (10)

Paradoxical intention bisa juga diterapkan kepada penderita

insomnia. Rasa takut tidak bisa tidur memicu keinginan berlebihan untuk
26

tidur, yang malah membuat pasien tidak bisa tidur. Untuk mengatasi

ketakutan ini biasanya Frankl menganjurkan si pasien untuk mencoba

tidak tidur, tetapi melakukan yang sebaliknya, artinya berusaha sedapat

mungkin untuk tetap bangun. Dengan kata lain, keinginan yang sangat

besar untuk tidur, yang muncul akibat rasa cemas yang diantisipasi

bahwa dia tidak bisa tidur, harus diganti dengan keinginan sebaliknya

untuk tidak tidur, akibatnya si pasien akan segera tertidur.

Teknik paradoksikal intension memiliki keterbatasan yaitu sulit

dilakukan pada pasien yang kurang memiliki rasa humor. Selain itu,

teknik ini mempunyai keterbatasan yang perlu diperhatikan, yakni

mempunyai kontra indikasi dengan skizofrenia, depresi, terutama kasus

depresi dengan kecenderungan bunuh diri. Maksudnya, bila teknik

paradoxical intention diterapkan pada kasus depresi dengan keinginan

bunuh diri, maka kemungkinan besar justru akan mendorong penderita

untuk benar-benar melakukan tindakan bunuh diri. Oleh karena itu,

paradoxical intention jangan sekali-kali diterapkan untuk kasus depresi

(Guttmaun, 1996).

Menurut Frankl’s dalam Marshall (2011), tindakan logoterapi

paradoxical intention dalam mengatasi kecemasan harus memperhatikan

sebagai berikut (13) :

a. Mampu mengetahui penyebab dan mengeksplorasi masalah

kecemasan

b. Mampu melawan kecemasan


27

c. Saat melakukan tindakan harus disertai dengan rasa humor dan

kreatif

d. Tidak menegangkan atau harus relaks bisa dengan cara teknik

relaksasi

2. Dereflection

Teknik Dereflection pada dasarnya memanfaatkan kemampuan

transendensi diri (self transcendence) yang ada dalam diri setiap orang

dalam transendensi diri ini seseorang berupaya untuk keluar dan

membebaskan diri dari kondisinya (berusaha untuk tidak lagi terlalu

memperhatikan keluhan-keluhannya). Selanjutnya, ia lebih mencurahkan

perhatiannya kepada hal-hal lain yang lebih positif, lebih bermanfaat,

lebih bermakna dan berguna baginya, lalu memutuskan untuk

merealisasikannya. Dengan teknik Dereflection diharapkan mampu

mengubah sikap yang semula terlalu memperhatikan (kesenangan) diri

sendiri (self concerned), sekarang melakukan komitmen untuk

melakukan sesuatu yang penting baginya (self commited). Dereflekction

tampaknya sangat bermanfaat dalam konseling bagi klien dengan

preokupasi somatic, gangguan tidur dan digunakan secara spesifik pada

gangguan seksual seperti impotensi dan frigiditas (Schulenberg dkk,

2010; Marshall, 2011). (13)

Misalnya pada penderita insomnia, Frankl menyarankan agar

membayangkan bahwa mereka tergerak meninggalkan tempat tidur guna

melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan dan tidak disukai, misalnya


28

membersihkan salju di pagi buta. Melalui pembayangan seperti itu

mereka akan segera menjadi bosan dan akhirnya tertidur. Akan tetapi

saran tersebut harus diberikan kepada pasien melalui cara positif, jangan

melalui cara yang negatif. Karena cara yang negatif justru akan membuat

pasien terpusat pada masalah, sedangkan cara yang positif mengajak

pasien untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang positif, pada

masalah lain yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian

pasien diarahkan menuju penemuan makna (Bastaman, 2007). (10)

Seorang wanita datang ke tempat Frankl dengan keluhan frigid.

Riwayat masa lalunya menunjukkan bahwa saat kanak-kanak wanita ini

mengalami penganiayaan seksual oleh ayahnya sendiri, wanita tersebut

terus dibayangi ketakutan, bahwa suatu hari pengalamannya yang

traumatis akan membawa akibat. Rasa takut yang diantisipasi ini memicu

tumbuhnya keinginan berlebihan untuk menonjolkan kewanitaannya dan

perhatian yang berlebihan terhadap dirinya, bukan terhadap pasangannya.

Semua alasan ini cukup membuatnya tidak mampu merasakan puncak

kenikmatan seksual, karena orgasme sudah dijadikan objek keinginan

dan perhatian, bukan sebagai dampak samping dari sebuah dedikasi dan

penyerahan spontan kepada pasangannya. Setelah menjalani logoterapi

jangka pendek, perhatian dan keinginan berlebihan si pasien yang terkait

dengan kemampuannya untuk merasakan orgasme berhasil dihilangkan

atau di-derefleksikan. Ketika perhatiannya dialihkan terhadap objek yang


29

layak, yaitu pasangannya, wanita itu berhasil mencapai orgasme secara

spontan (Tomy, 2014).

3. Medical Ministry (Bimbingan Rohani)

Frankl, mengungkapkan bahwa dalam Logoterapi terdapat pula

kasus-kasus di mana yang diperlukan sama sekali bukan terapi,

melainkan sesuatu yang lain, bimbingan rohani. Dalam hidup ini sering

ditemukan berbagai krisis dan peristiwa tragis yang tak terhindarkan lagi,

sekalipun upaya-upaya mengatasinya secara maksimal telah dilakukan

(baik menggunakan teknik Paradoxicial Intention dan Dereflection).

Penyakit yang tak tersembuhkan, kelainan bawaan, kemandulan,

kematian, dosa dan kesalahan, kecelakaan yang menyebabkan kecacatan,

merupakan contoh peristiwa-peristiwa tragis yang dapat dialami oleh

siapa pun (Guttmaun, 1996).

Mengingat kondisi-kondisi serupa itu tidak dapat dihindari, maka

Logoterapi sebagai ”terapi melalui makna” (sekarang mottonya ”sehat

melalui makna”) atau ”terapi berwawasan spiritual” mengarahkan para

penderita untuk berusaha mengembangkan sikap (attitude) yang tepat

dan positif terhadap keadaan yang tidak terhindarkan itu. Bimbingan

rohani menurut Frankl tidak berurusan dengan penyelamatan jiwa (soul

salvation) yang merupakan tugas para rohaniawan, tetapi berurusan

dengan kesehatan rohani. Roh manusia akan tetap sehat selama ia tetap

sadar akan tanggungjawabnya dalam merealisasi nilai-nilai, termasuk

nilai-nilai bersikap yang ditemui individu. Melalui bimbingan rohani


30

individu didorong ke arah merealisasi nilai-nilai bersikap, menunjukkan

sikap positif terhadap penderitaannya, sehingga ia bisa menemukan

makna dari penderitaannya itu. Misalnya, upaya para penderita untuk

bersedia meninjau masalahnya dari sudut lain, berolah seni, mendalami

agama dan lain sebagainya (Guttmaun, 1996).

4. Modification of Attitudes

Teknik logoterapi ini digunakan untuk noogenic neurosis, depresi

dan kecanduan obat untuk mempromosikan dalam meningkatkan makna

hidup. Modification of attitudes juga bisa digunakan untuk yang

mengatasi masalah koping dan masalah pasien yang berbicara terus

menerus (kacau) tanpa tujuan dan yang mempunyai perilaku yang negatif

(Marshall, 2011) (13)

Dalam kehidupan sering ditemukan berbagai pengalaman tragis yang

tidak dapat dihindari lagi, sekalipun upaya-upaya penanggulangan telah

dilakukan secara maksimal, tetapi tak berhasil, untuk itu logoterapi

mengarahkan penderita untuk berusaha mengembangkan sikap (attitude)

yang tepat dan positif terhadap kondisi tragis tersebut (Marshall, 2011).
(13)

5. Appealling Tehnique

Merupakan suatu teknik yang menggunakan gabungan antara

paradoksikal intension dan derefleksi, yang didasarkan pada kekuatan

sugesti terapis untuk menuntun pasien menemukan makna hidupnya.

Teknik ini digunakan pada kasus-kasus dimana pasien tidak mampu lagi
31

menemukan sendiri makna hidupnya seperti pada pasien yang terlalu

muda usianya atau terlalu tua sehingga mengalami kesulitan dalam

menemukan sendiri makna hidupnya (Bastaman, 2007). Dalam metode

ini terapis membantu penderita neurosis noogenik dimana mereka

mengalami kehampaan hidup untuk menemukan makna hidupnya sendiri

dan mampu menetapkan tujuan hidupnya secara jelas. Makna hidup ini

harus mereka temukan sendiri dan tak dapat ditentukan oleh siapapun,

termasuk oleh logoterapi. Fungsi logoterapi hanya sekedar membantu

membuka cakrawala pandangan penderita terhadap berbagai nilai sebagai

sumber makna hidup, yaitu nilai kreatif, nilai penghayatan dan nilai

bersikap. Disamping itu logoterapi menyadarkan mereka terhadap

tanggung jawab pribadi untuk keluar dari kondisi kehampaan hidup

dalam proses penemuan makna hidup ini para konselor/terapis lebih

berperan sebagai rekan yang turut berperan serta (Marshall, 2011). (13)

6. Socratic Dialogue

Socratic Dialogue adalah suatu bentuk percakapan antara terapis dan

klien dimana terapis menggunakan pertanyaan ataupun kalimat-kalimat

pertanyaan kepada klien dalam usahanya untuk membantu agar klien

dapat menemukan sendiri jawaban terhadap permasalahn yang dihadapi

saat ini. Menurut Wong (2002) dan Marshall (2011), socratic dialogue

terapis harus mampu menjawab dan menemukan pikiran dari pasiennya

walaupun kondisi pasien tidak terarah dalam pembicaraannya sehingga

dapat menemukan arti makna hidupnya. Dalam Socratic Dialogue,


32

terapis memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan sedemikian rupa

sehingga klien menjadi sadar akan impian-impian mereka yang ter-

represi, harapan-haarapan bawah sadar dan hasrat yang terpendam (self

discovery). 2 teknik yang paling utama dalam logoterapi, seperti

paradoksikal intension dan derefleksi juga dilaksanakan dengan

menggunakan teknik interview socratic dialogue (Bastaman, 2007). (10)

7. Family Logoterapi

Logoterapi untuk membantu keluarga klien menemukan arti dari

peluang di dalam keluarga melalui Sosial Skills Training (SST), Socratic

dialogue dan Existential reflection. Menurut E. Lukas 1998, Family

logoterapi berarti memusatkan kepada terapi keluarga untuk membantu

keluarga memfokuskan pada makna arti dari rintangan, sebagai akibatnya

anggota keluarga yang bermasalah menyadari tentang makna hidup

anggota keluarganya bermasalah.

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan penelitian yang disusun berdasarkan

informasi dan teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi hasil

penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan

penelitian (Sumadi S, (1990) dalam Sugiono (2011)).


33

 Umur
 Hipertensi
 Obesitas sentral
 Perokok
 Jenis kelamin
 Diabetes
 Batu saluran kemih
 Infeksi saluran kemih
 Penyakit ginjal polikistik
Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
 Jenis kelamin
 Usia
HEMODIALISA  Pendidikan
 pekerjaan
 Status pernikahan
 Finansial
 Standar referensi

LOGOTERAPI Tekhnik logoterapi:


 Paradoxicial Intention.
 Dereflection.
 Medical Ministry (Bimbingan
Rohani)
Indikasi:  Modification of Attitudes
 Appealling Tehnique
 Fobia  Socratic Dialogue
 Kecemasan  Family Logoterapi
 ganguan obsesi
 Kompulsif
 pelayanan medis lainya
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep merupakan bagian dari kerangka teori yang menjadi

panduan dalam melaksanakan penelitian. Kerangka konsep dalam penelitian

terdiri dari :

Berdasrkan kerangka pemikiran teoritis maka dibuatlah kerangka konsep

penelitian seperti gambar dalam bagan di bawah ini :

Pretest postest

Kualitas hidup pasien yang Kualitas hidup pasien yang


menjalaniperlakuan
hemodialisa menjalani hemodialisa

logoterapi

Bagan 2.2 kerangka konsep

3.2 Hipotesa Penelitian

Hipotesis adalah kesimpulan teoritis yang masih harus dibuktikan

kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris.Setelah

pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar atau salah,

dapat diterima atau ditolak.

34
35

Ha (Hipotesis Alternatif) : Ada pengaruh logoterapi terhadap kualitas

hidup pasien hemodialisa di RSUD Waled

kabupaten Cirebon.

Ho (Hipotesis Nol) : Tidak ada pengaruh logoterapi terhadap

kualitas hidup pasien hemodialisa di RSUD

Waled kabupaten Cirebon.

3.3 Denifisi Operasional

Defisi operasional merupakan mendefinisikan variabel secara operasional

dan berdasarkan yang diamati, sehinggga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek

atau penomena (Hidayat, 2007). (15)

Defenisi operasional dari masing-masing variabel penelitian dapat

diuraikan seperti pada tabel berikut ini.


36

Tabel 3.1 DefinisiOperasional, AlatUkur, Cara Ukur, Skala, Hasil Ukur

Definisi Cara
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
1. Logoterapi Logoterapi - SOP - -
merupakan
2. Kualitas hidup Kualitas hidup Angket Kuesioner 20-60: Ordinal
pasien yang merupakan Mengembara
menjalani konsep analisis 60-90:
hemodialisa kemampuan Tergantung
individu untuk 90-120:
mendapatkan Berjuang
hidup yang 120-160:
normal. Kompeten
160-200:
Hidup
dengan
tujuan
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan Quasi Experiment. Quasi

Experiment (eksperimen semu). Rancangan penelitian yang digunakan adalah

One Group Pretest Posttest. Dengan interpensi logoterapi penelitian ini

dilakukan untuk mengembalikan makna hidup pasien yang sedang menjalani

hemodialisa yang menjalani terapi hemodialisa sebelum dan sesuda dberikan

interperensi logoterapi pada pasien yang menjalani hemodialisa dan dapat

memaknai hidupnya yang positif. Observasi yang dilakukan sebelum

eksperimen (01) disebut Pre-test, dan observasi sesudah eksperimen (02)

disebut Post-test.(31)

Pretest Perlakuan Posttest

01 X 02

Keterangan :

01 : Sebelum melakukan logoterapi

02 : Sesudah melakukan logoterapi

X : Perlakuan (interpensi) logoterapi

37
38

4.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, dan kemudian di tarik kesimpulannya. Variabel adalah sifat yang

akan diukur atau diamati yang nilainya berbeda antara satu objek dengan

objek lainnya.(22)

Variabel terdiri dari :

1. Variabel indevenden/variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen. Variabel bebas dalam penelitian ini logoterapi.

2. Variabel dependen/ variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi

atau akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kualitas hidup pasien yang menjalani terapi

hemodialisa.

4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.(32) Populasi adalah unit

dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan. pasien yang menjalani terapi

hemodialisa di RSUD Waled Kabupaten Cirebon.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagai atau wakil populasi yang diteliti.(24) Teknik dalam

pengambilan sampel ini menggunakan teknik Consecutive sampling yaitu

suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih semua


39

individu yang ditemui dan memenuhi kreteria pemilihan, sampai jumlah

sampel yang diinginkan terpenuhi (Dharma, 2011). (16)

4.4 Instrumen Penelitian

Dalam pengumpulan data dengan cara apapun, selalu diperlukan suatu

alat yang disebut “ instrument pengumpulan data”. Alat pengumpulan data ini

tergantung pada macam dan tujuan penelitian serta data yang akan diambil

(dikumpulkan).

4.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, dengan tujuan untuk mendapatkan data.Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden, dalam artian laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal lain yang ia ketahui.

4.6 Pengolahan Data

1. Editing

Meneliti kembali kelengkapan isian lembar kuesioner.Biasanya

dilakukan di tempat pengambilan data, sehingga mempermudah dalam

melengkapi data bila terjadi kekurangan.


40

2. Coding

Pengolahan data memberikan kode pada semua variabel, kemudian

mencoba menentukan tempatnya dalam kolom. Pemberian kode ini

berhubungan dengan pengolahan data jika akan menggunakan computer.

3. Tabulating

Berupa bentuk tabel yang terdiri dari beberapa baris kolom, yang

digunakan untuk memaparkan sekaligus beberapa variabel hasil

observasi, survei, atau penelitian sehingga mudah dibaca dan

dimengerti.Data-data hasil penelitian di masukkan ke dalam tabel-tabel

berdasarkan kriteria yang ada.

4. Cleaning

Cleaning adalah proses pembersihan data. Cleaning merupakan

kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada

kesalahan atau tidak.Kesalahan mungkin terjadi pada saat memasukkan

data ke komputer.

5. Skoring

Melakukan pemberian skor pada item.

4.7 Analisa Data

Analisa data adalah suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah di baca dan lebih mudah di interpretasi. Analisa data yang

dilakukan meliputi analisa univariat dan analisa bivariat.


41

4.7.1 Analisa Univariat

Analisa univariat adalah tahapan analisa data dengan tujuan untuk

mendapatkan gambaran atau deskripsi karakteristik masing-masing variabel.

Dalam penelitian ini analisa univariat dilakukan dengan melakukan

perhitungan persentase untuk mendapatkan gambaran distribusi responden

serta untuk mendeskripsikan variabel bebas dan variabel terikat.

4.7.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa statistik yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel dan disebut juga uji hipotesis.

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan april 2019, di Rumah Sakit Umun

Daerah Waled Kabupaten Cirebon.

4.9 Etika Penelitian

Etika dalam penelitian keperawatan masalah yang sangat penting

mengingat keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka

peneliti menjamin hak asasi responden dalam penelitian ini.

Etika dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

4.9.1 Informed Consent

Informed Consent merupakan cara persetujuan peneliti dengan responden

dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent). Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, manfaat, serta akibat dari

penelitian ini.Bila subjek bersedia maka harus menandatangani lembar


42

persetujuan menjadi responden dan bila subjek tidak tidak bersedia menjadi

respon penelitian, maka peneliti harus menghormati haknya.

4.9.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Baik responden atau peneliti tidak menuliskan nama responden pada

lembar alat ukur tetapi hanya menuliskan kode angka pada lembar

pengumpulan data.

4.9.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiannya oleh peneliti, kecuali kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan pada hasil riset.


43

DAFTAR PUSTAKA

Azahra, Mega. 2012. Konsep Diri Dan Dukungan Sosial Terhadap Depresi Pada
Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisa. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup
Dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup
Dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Brooker, C. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarths. 2009. Textbook of medical surgical nursing. Lippincott:
Williams Wilkins.
Dharma (2011) Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta: CV.Trans Info Media.
Dhina, Widayati. 2015. Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal
Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Melalui Psychological
Intervention Di Unit Hemodialisa RSUD Gambiran Kediri, .Jurnal Ilmu
Kesehatan. Vol 3. No. 2, http://www.PeningkatanKualitasHidupDggk,
diAkses Tanggal 15 Maret 2016.
Erna, H. & Aris, S. 2010. Keefektifan Logoterapi Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri Dan Skor Depresi Pasien Nyeri Kronik Di Poliklinik Rehabilitas
Medik RSDM Surakarta.Bag.Psikiatri Fk Universitas Muhamadiyah
Surakarta: Biomedika, Vol. 2. 62-66.
Frankl, V.E. 1988. The Will To Meaning: Foundations And Applications Of
Logoterapy. New York: A Meridian Book.
Hidayat,A.A.2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data.
Penerbit Salemba Medika.
Isaacs, A.2001. Panduan Belajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatri
(Mental and Psychiartic Nursing). Jakarta: EGC.
Kiosses Vasilios & Karathanos Vasilios. 2012. Depression In Patients With CKD:
A Person Centered Approach. Jurnal Psychology & Psychotherapy.
Journal Psychol Psychother. Diakses 27 April 2014, Dari
http://dx.doi.org/10.4172/2161-0487.s3-002
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta: Selemba
Medika.
44

Potter & Perry. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4 volume 1. EGC. Jakarta.
Smelzer, S.C. & Bare, B.G. 2004.Text Book Of Medical Surgical Nursing. (Edisi
10) Philadelphia,PA: Lippincott.
Wong,P.2002.Logoterapi.Encyclopedia Of Psychotherapy. Trinity Western
University.British.Columbia.Canada.2, 107-111

Anda mungkin juga menyukai