Anda di halaman 1dari 96

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

EFEK ANALGESIK INFUSA DAUN ILER


(Coleus atropurpureus L. Benth) DENGAN METODE RANGSANG KIMIA
PADA MENCIT BETINA

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:

Endang Milia Tabalubun

NIM : 098114125

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

”NURANI ADALAH SUARA TUHAN”

Ilmu pengetahuan adalah salasatu tujuan hidup manusia, tanpa ’Ilmu

Pengetahuan’ dunia akan gelap dan tidak ada kelangsungan hidup. Sebagai

manusia hendaklah kita menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan menghormati

mereka yang berjasa yaitu nabi/resi/guru tercinta.

Saat kita memiliki ilmu pengetahuan yang baik kemudian berusaha

mengaplikasikannya dengan kesadaran yang tinggi dan penuh tanggung jawab

maka percaya kita akan dibayar mahal entah berupa uang, penghargaan atau

sebaliknya tidak sama sekali tetapi yang terpenting dan percayalah bahwa kita

akan mulia di depan Tuhan.

Kupersembahkan skripsi ini untuk

Bapa Rudy dan Mama Sul, orang tua saya

tercinta atas semangat, kasih sayang dan kasih Tuhan

yang mereka berikan kepada saya

Semua sahabatku

Almamaterku

iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat, berkat, penguatan dan kasih yang tak terhingga sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek Analgesik Infusa Daun Iler (Coleus

atropurpureus L.Benth) dengan Metode Rangsang Kimia pada Mencit

Betina” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Farmasi

(S.Farm).

Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak

mendapatkan dukungan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, berupa

bimbingan, pengarahan, semangat, saran dan sarana. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan pengarahan, saran, bimbingan, dan dukungan dalam penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

3. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah banyak

memberikan ide, saran, dan masukan yang membangun bagi penelitian ini.

4. Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji yang telah banyak

memberikan ide, saran, dan masukan yang membangun bagi penelitian ini.

5. Dra. Maria Margaretha Yetty Tjandrawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing

Akademik penulis atas bimbingan, pengarahan dan dukungan selama ini.

6. Pak Parjiman, Pak Heru, Pak Andri, Pak Kayat atas bantuan yang diberikan

selama melakukan penelitian ini.

vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7. Almarhum Bapak Tersayang, Mama Tercinta untuk semua perjuangan, didikan,

kasih sayang yang tanpa batas buat penulis. I love them and I miss them so much.

8. Keluarga besar Tabalubun dan Lefmanut atas doa, semangat, kasih sayang,

dukungan, serta perhatian yang tiada henti kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan sejak awal penulis masuk hingga melakukan

penelitian ini, Suster Novita Sagala, Devi S Manurung, Febria Sinaga, atas segala

pengertian, bantuan, kebersamaan, kerja keras, dan semangat.

10. Leonel Messi, Fabregas Soler, sebagai inspirator, motivator, dan machine

laughterpenulis selama masa-masa kuliah hingga pengerjaan skripsi.

11. Teman-teman tercinta Maria Ambuk, Arning Pati, Rosa Delima, serta semua

teman-teman FKK-B atas segala bantuan dan semangat kepada penulis selama

pengerjaan skripsi.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian

skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi

maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.Kiranya isi

skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya perkembangan ilmu pendidikan.

Yogyakarta, Juni 2013

Penulis

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman
nn
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………... iv

PERSETUJUAN PUBLIKASI …………………………………………… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…..……………………………… vi

PRAKATA………………………………………………………………... vii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. viii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. xiv

INTISARI …………………………………………………………………. xvii

ABSTRACT ………………………………………………………………… xviii

BAB I PENGANTAR ……………………………………………………... 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………… 1

1. Permasalahan ……………………………………………………… 3

2. . Keaslian penelitian ………………………………………………….


4

3. Manfaat penelitian …………………………………………………..5

B. Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 5

1. Tujuan umum ………………………………………………………..5

2. Tujuan khusus ……………………………………………………….5

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA …………………………………… 6

A. Nyeri …………………………………………………………………... 6

1. Pengertian nyeri …………………………………………………… 6

2. Mekanisme nyeri…………………………………………………... 6

3. Klasifikasi nyeri …………………………………………………… 7

B. Analgetika ……………………………………………………………... 8

1. Analgetika non-narkotik …………………………………………... 8

2. Analgetika narkotik ………………………………………………... 10

C. Aetosal ………………………………………………………………… 10

D. Iler …………………………………………………………………….. 11

1. Keterangan botani …………………………………………………. 12

2. Morfologi tanaman ………………………………………………… 12

3. Etiologi …………………………………………………………….. 13

4. Kandungan kimia ………………………………………………….. 13

5. Khasiat dan kegunaan ……………………………………………... 14

E. Infusa …………………………………………………………………... 14

F. Metode uji daya analgesik …………………………………………….. 15

1. Golongan analgesik narkotik ……………………………………… 15

2. Golongan analgesik non-narkotik …………………………………. 17

G. Landasan teori ………………………………………………………… 19

H. Hipotesis ………………………………………………………………. 20

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………... 21

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……………………………………….. 21

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

B. Variabel Penelitian …………………………………………………….. 21

1. Variabel utama ……………………………………………………. 21

2. Variabel pengacau …………………………………………………. 21

C. Definisi Operasional …………………………………………………... 22

D. Subjek dan Bahan Penelitian ………………………………………….. 23

1. Subjek penelitian …………………………………………………... 23

2. Bahan penelitian …………………………………………………… 23

E. Alat Penelitian ………………………………………………………… 24

F. Tata Cara Penelitian …………………………………………………… 24

1. Determinasi tanaman ……………………………………………… 24

2. Pengumpulan bahan .………………………………………………. 25

3. Penentuan dosis infusa daun iler …………………………………... 25

4. Pembuatan infusa daun iler ………………………………………... 25

5. Pembuatan sediaan ………………………………………………… 26

a. Asam asetat 1 % ……………………………………………….. 26

b. Larutan CMC Na 1 % …………………………………………. 26

c. Suspensi asetosal 1 % …………………………………………. 26

6. Penentuan dosis asam asetat ………………………………………. 26

7. Penentuan waktu pemberian rangsangan ………………………….. 27

8. Penetapan dosis asetosal …………………………………………... 27

9. Pemilihan hewan uji ……………………………………………….. 28

10. Penetapan criteria geliat ………………………………………………29

11. Penentuan persean proteksi …………………………………………. 29

x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12. Perhitungan daya analgesik ………………………………………….. 30

13. Perhitungan Effective Dose50 (ED50) ………………………………………..


30

G. Analisis Data ……………………………………………………………… 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………….. 32

A. Determinasi Tanaman ………………………………………………… 32

B. Uji Pendahuluan ………………………………………………………. 32

1. Penentuan criteria geliat …………………………………………… 33

2. Penentuan dosis asam asam asetat …………………………………. 33

3. Penetapan selang waktu pemberian rangsangan …………………… 34

C. Efek Analgesik pada Infusa Daun Iler ………………………………… 35

BAB V KESIMPULAN SARAN …………………………………………. 44

A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 44

B. Saran …………………………………………………………………... 44

C. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 45

LAMPIRAN ……………………………………………………………… 48

BIOGRAFI PENULIS …………………………………………………….. 77

xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Rata-rata jumlah geliat pada berbagai selang waktu pemberian

asam asetat 50 mg/kgBB........................................................... 36

Tabel II Hasil jumlah kumulatif geliat mencit, % proteksi beserta

perubahan % daya analgesik pada semua kelompok

perlakuan……………………………………………………… 37

Tabel III Hasil uji Mann whitney% proteksi pada uji efek analgesik

seluruh kelompok...................................................................... 39

xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Halaman

9
Gambar 1. Biosintesis Prostaglandin .......................................................................

10
Gambar 2 . Struktur kimia asetosal……………………………………………

11
Gambar 3. Iler Coleus atropurpureus Bth ................................................................
29 16
Gambar 4. Skema kerja penelitian ........................................................................

Gambar 5. Histogram % proteksi uji efek analgesik pada infusa daun iler
untuk semua kelompok perlakuan ......................................................
37
Gambar 6. Persamaan garis ED50 infusa daun iler ................................................ 32
42
Gambar 7. Daun iler segar. ................................................................................... 36
49
Gambar 8. Hasil infusa daun iler ……………………………………………….....
49
Gambar 9. Mencit yang dipuasakan ......................................................................
50 43

Gambar 10. Geliat mencit yang memenuhi criteria ……………………………....


50

Gambar 11. Geliat mencit yang tidak memenuhi criteria………………………...


50

Gambar 12. Kotak kaca tempat pengamatan ........................................................


51 59

Gambar 13. Spuit Injeksi dan peroral ...................................................................


51 59

Gambar 14. Timbangan elektrik ...........................................................................


51 60

xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto daun iler dan infusa daun iler yang digunakan

dalam penelitian ........................................................... 49

Lampiran 2. Foto geliat mencit yang masuk dan yang tidak masuk

kriteria .......................................................................... 50

Lampiran 3. Foto spuit injeksi IV , peroral dan timbangan analitik

yang digunakan dalam penelitian.................................. 51

Lampiran 4. Hasil analisis uji Saphiro Wilk pada jumlah geliat

semua kelompok perlakuan ………….......................... 52

Lampiran 5. Hasil analisis uji Kruskal-Wallis pada jumlah geliat

semua kelompok perlakuan........................................ 53

Lampiran 6. Hasi analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara kontrol negatif dan kontrol positif ……............. 54

Lampiran 7. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara kontrol negatif dan infusa iler dosis I ………… 55

Lampiran 8. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara kontrol negatif dan infusa iler dosis II ………... 56

xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 9. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara kontrol positif dan infusa iler dosis I ………. 57

Lampiran 10. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara kontrol positif dan infusa iler dosis II ………. 58

Lampiran 11. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara kontrol positif dan infusa iler dosis III ………. 59

Lampiran 12. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara kontrol positif dan infusa iler dosis IV ………. 60

Lampiran 13. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara kontrol positif dan infusa iler dosis V ………... 61

Lampiran 14. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara infusa iler dosis I dan infusa iler dosis II ……... 62

Lampiran 15. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara infusa iler dosis I dan infusa iler dosis III ……. 63

Lampiran 16. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara infusa iler dosis I dan infusa iler dosis IV ……. 64

Lempiran 17. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara infusa iler dosis I dan infusa iler dosis V …….. 65

Lampiran 18. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara infusa iler dosis II dan infusa iler dosis III …… 66

Lampiran 19. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara infusa iler dosis II dan infusa iler dosis IV …… 67

xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 20. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara infusa iler dosis II dan infusa iler dosis V …… 68

Lampiran 21. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara infusa iler dosis III dan infusa iler dosis IV ….. 69

Lampiran 22. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara infusa iler dosis III dan infusa iler dosis V …… 70

Lampiran 23. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara infusa iler dosis II dan infusa iler dosis V …... 71

Lampiran 24. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara infusa iler dosis III dan infusa iler dosis IV ….. 72

Lampiran 25. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara infusa iler dosis III dan infusa iler dosis V …… 73

Lampiran 26. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat

antara infusa iler dosis IVdan infusa iler dosis V …… 74

Lampiran 27. Hasil determinasi tanaman............................................ 75

Lampiran 28. Hasil EC penggunaan hewan uji .................................. 76

Lampiran 29. Biografi penulis………………………………………. 77

xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

INTISARI

Daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) merupakan salah satu


tanaman yang banyak memiliki manfaat bagi kesehatan. Flavonoid merupakan
salah satu senyawa aktif yang terkandung didaun iler. Telah dibuktikan bahwa
flavonoid mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui adanya efek analgesik dari infusa daun iler terhadap mencit
betina dengan menggunakan metode rangsang kimia.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Tiga puluh lima ekor mencit jenis kelamin
betina galur Swiss, umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram dan dibagi dalam 7
kelompok. Kelompok I adalah kontrol negatif (Aquades 25 g/kgBB), kelompok II
adalah kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/kgBB), kelompok III-VII adalah
kelompok perlakuan infusa daun iler dengan peringkat dosis (163,75; 327,5; 655;
1310 dan 2620 mg/KgBB). Kontrol dan bahan uji diberiakan secara per oral. Lima
belas menit setelah diberikan bahan uji dan kontrol, induktor nyeri (asam asetat
1%) diberikan secara intraperitonial. Diamati jumlah geliat mencit yang
ditimbulkan setiap 5 menit, selama 60 menit. Jumlah geliat digunakan untuk
menghitung % proteksi geliat. Hasil yang didapatkan akan dianalisis dengan uji
Saphiro Wilk, dilanjutkan Kruskal Wallis dan Mann Whitney dengan taraf
kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa daun iler dapat memberikan
efek analgesik Persentase proteksi geliat dari masing-masing infusa daun iler
dengan dosis 163,75; 327,5; 655;1310; dan 2620 mg/kg BB mencit berturut-turut
sebesar 46,67; 62,47; 71,85; 84,45; 93,83. Dosis efektif (ED50) dari infusa daun
iler sebesar 181,97 mg/KgBB.

kata kunci : daun iler, analgesik, Coleus atropurpureus L. Benth.

xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

Iler leaf is one of plant that has many health benefits. Flavonoid, is one of
the active compound contained in iler leaf. It has been proven that flavonoid has
antioxidant activity. This study was conducted to find out the effect of analgetic
iler leaf infusion on female mice using chemical stimulation method.
This research was a pure experimental research of a complete random
design of one-way pattern. 35 swiss strain female mice, aged 2-3 months, 20-30
grams and divided randomly in 7 groups. Group I: negative control (aquades 25
g/kgBW), group II: positive control (acetocal 91 mg/kgBW), group III-VII:
treatment groups were given iler leaf infusion doses ratings (dose I = 163,75
mg/KgBW; dose II = 327,5 mg/kgBW, dose III = 655 mg/kgBW, dose IV = 1310
mg/kgBW; V= 2620). Control and test materials used were given orally. Fifteen
minutes after administration of the test materials and controls, pain inductor
(acetic acid 1%) were injected by intraperitonial.The number of mice stretching
were observed that appeared every 5 minutes, within 60 minutes. Number of
stretching are used to calculate % protection stretching. The results obtained will
be analyzed by the Saphirowilk, continued by Kruskalwallis and Mann whitney
with 95% confidence level.
The results of the study suggesting that iler leaf infusion has analgesic
effect. Percent protection of iler leaf infusion at dose 163,75 mg/KgBW; dose II =
327,5 mg/kgBW; 655 mg/KgBW; 1310 mg/KgBW and 2620 mg/KgBW were
46,67; 62,47; 71,85; 84,45 dan 93,83% respectively. Effective dose (ED50) of
iler leaf infusion is 181,97 mg/KgBW.

Key words: analgesic, daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth), percent


protection

xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidakn yaman,

berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan (Tjay dan Rahardja, 2007). Rasa

nyeri dalam kebanyakan hal merupakan suatu gejala yang menandakan adanya

gangguan pada jaringan. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional

yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan secara nyata atau

jaringan yang potensial mengalami kerusakan. Nyeri juga merupakan suatu

perasaan tidak menyenangkan yang disebabkan stimulus spesifik mekanis, kimia,

dan elektrik pada ujung-ujung saraf yang tidak dapat diserahterimakan kepada

orang lain (Aprillia,2010).

Asetosal adalah salah satu obat antinyeri (analgesik) yang sering

digunakan masyarakat untuk menghilangkan rasa sakit yang diderita akibat suatu

penyakit. Seperti halnya obat-obat analgesik yang lain, asetosal bekerja dengan

cara menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin sendiri adalah suatu

senyawa dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi.

Prostaglandin terbentuk dari asam arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan

enzim cyclooxygenase (COX). Dengan penghambatan pada enzim COX,

maka prostaglandin tidak terbentuk, dan nyeri atau radang pun reda (Tjay dan

Rahardja, 2002). Namun asetoal atau obat antinyeri lainnya pada umumnya

banyak memiliki efek samping selain itu juga mempunyai harga yang mahal.

1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

Karena hal tersebut, maka muncul kecenderungan masyarakat untuk

memanfaatkan tanaman sekitar sebagai pengobatan tradisional yang diyakini

mempunyai efek samping yang relative lebih kecil daripada menggunakan obat

sintetik (Paramono, 2003).

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan secara lebih luas dan

merata sekaligus memelihara dan mengembangkan warisan budaya bangsa perlu

dilakukan penelitian dan pengembangan obat-obat tradisional hingga

penggunaannya dalam masyarakat dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Salah satu kekayaan alam Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

adalah tumbuhan iler. Tanaman iler (Coleus atropurpureus L. Benth) adalah salah

satu tumbuhan yang berkhasiat bagi kesehatan masyarakat. Secara tradisional

daun tumbuhan iler digunakan untuk membantu menghilangkan rasa nyeri,

sembelit, sakit perut, mempercepat pematangan bisul, pembunuh cacing, ambeien,

diabetes melitus, wasir, demam dan radang telinga. Sedangkan akarnya dapat

mengatasi perut mulas dan mencret(Thomas, 2000).

Penggunaannya untuk obat-obatan dilakukan dengan meminum air

rebusan daun atau batang atau dengan menggiling daun tumbuhan iler sampai

halus dan dicampur dengan air minum dan disaring kemudian air saringan

tersebut kemudian diminum (Utami, 2008).Berbagai penelitian mengungkapkan

bahwa di dalam tanaman iler terdapat berbagai kandungan senyawa flavonoid,

yang menjadikan bunga iler memiliki potensi besar untuk berkontribusi di dalam

pemeliharaan kesehatan manusia dalam menyembuhkan penyakit.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

Menurut penelitian Mpila, Fatimawali, Wiyono (2012), ekstrak etanol

daun iler memiliki aktifitas sebagai antibakteri terhadap S.aureus, E. coli dan P.

aeruginosa. Hal ini diperkuat juga dalam hasil penelitian Kumala dan Desi

(2009), bahwa daun iler memiliki aktifitas sebagai antibakteri terhadap bakteri S.

aureus dan E. coli. Namun sampai saat ini belum dilakukan penelitian mengenai

efek analgesik dari daun iler.

Menurut penelitian Saragih (2011), Dari uji pendahuluan, yaitu dengan uji

skrining fitokimia dengan pereaksi asam sulfat, besi (III) klorida 5%, dan

magnesim klorida, natrium hidroksida 10% menunjukkan bahwa ekstrak metanol

daun tumbuhan iler mengandung senyawa flavonoida. Manfaat flavonoid bagi

kesehatan telah banyak diteliti. Salah satu yang utama adalah kemampuan

senyawa flavonoid berperan sebagai antioksidan yang efektif sebagai penangkap

radikal bebas. Dengan adanya sifat antioksidan, maka radikal bebas akan

ditangkap sehingga proses pembentukan asam arakidonat melalui jalur

siklooksigenase akan terhambat dan menyebabkan mediator nyeri dan peradangan

tidak terbentuk.

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan

suatu masalah yaitu :

a. Apakah infusa daun iler memiliki efek sebagai analgesik pada mencit betina?

b. Berapa besar persen proteksi geliat infusa daun iler pada mencit betina?

c. Berapa dosis efektif 50% (ED50) infusa daun iler pada mencit betina?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

2. Keaslian penelitian

Sepengetahuan penulis, penelitian tentang efek analgesik infusa daun iler

pada mencit betina dengan metode rangsang kimia belum pernah dilakukan.

Adapun penelitian terkait tentang tumbuhan iler adalah sebagai berikut:

a. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth)

Terhadap Beberapa Bakteri Gram (+) dan Bakteri Garm (-) (Kumala dan Desi,

2009).

Dari hasil penelitian penulis, dapat disimpulkan bahwa Coleus atropurpureus

L. Benth memiliki aktivitas antibakteri.

b. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Mayana (Iler) Terhadap

Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa Secara

In-Vitro (Mpila.,dkk, 2012)

Dari hasil penelitian penulis, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun

iler memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap S.aureus, E. coli dan P.

aeruginosa.

c. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth)

Terhadap Infeksi Salmonella eteritidis pada Mencit (Musmusculus) (Ariyani,

Fazrina dan Darmono, 2007)

Dari hasil penelitian penulis, dapat disimpulakn bahwa daun iler dapat

bermanfaat sebagai antibakteri untuk mengatasi infeksi S. enteritidis pada

mencit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang

khasiat daun iler yang memiliki efek analgesik yang bermanfaat dalam

pengembangan obat-obat penghilang rasa nyeri.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat member informasi kepada berbagi

pihak tentang efek analgesik dari infusa daun iler, persen proteksi geliat infusa

daun iler dan dosis efektif 50% (ED50) dari infusa daun iler.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Memberi informasi tentang adanya efek analgesik pada infusa daun iler

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui mengetahui seberapa besar efek analgesic dari infusa daun

iler dengan menggunakan metode rangsang kimia.

b. Untuk mengetahui seberapa besar persen proteksi geliat dari infusa daun iler

pada mencit betina.

c. Untuk mengetahui besar dosis efektif 50% (ED50) dari infusa daun iler pada

mencit betina.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Nyeri

1. Pengertian nyeri

Nyeri adalah sensasi subyektif rasa tidak nyaman yang biasanya berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri dapat bersifat proktektif,

yaitu menyebabkan individu menjauh dari stimulus yang berbahaya (Corwin,

2007). Nyeri bersifat individu dan ambang nyeri pada setiap orang berbeda-beda

(Roach, 2004).

Nyeri adalah gejala penyakit yang paling sering terjadi. Walaupun nyeri

sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan

diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang tak mengenakkan, kebanyakan

menyiksa dan karena itu berusaha untuk bebas darinya (Mutschler, 1991).

2. Mekanisme nyeri

Menurut DiPiro et al., (2008) proses penghantaran nyeri terdiri atas empat

tahap, yaitu stimulasi, transmisi, persepsi nyeri, dan modulasi.

a. Stimulasi

Sensasi nyeri dimulai dengan pembesaran reseptor nyeri akibat rangsangan

mekanis, panas dan kimia. Adanya rangsangan tersebut akan menyebabkan

lepasnya bradikinin, K+, prostalglandin, histamin, leukotrien, serotonin, dan

substansi P. Aktivasi reseptor menimbulkan aksi potensial yang ditransmisikan

6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

sepanjang serabut saraf afren menuju sumsum tulang belakang (DiPiro et al.,

2008)

a. Transmisi

Transmisi rangsang nyeri terjadi di serabut afren Aδ dan C. Serabut saraf

afren tersebut merangsang serabut nyeri di berbagai lamina spinal cord’s dorsal

horn melepaskan berbagai neurotransmitter termasuk glutamate, substansi P, dan

kalsitonin (DiPiro et al., 2008)

b. Presepsi nyeri

Presepsi nyeri adalah titik utama transmisi impuls nyeri. Otak akan

mengartikansinyal nyeri dengan batas tertentu, sedangkan fungsi kognitif dan

tingkah laku akan memodifikasi nyeri sehingga tidak menjadi lebih parah (DiPiro

et al., 2008)

c. Modulasi

Modulasi nyeri melalui sejumlah proses yang kompleks. Diketahui bahwa

sistem opiate endogen terdiri dari berbagai neurotransmitter (seperti µ, δ, dan k)

yang ditemukan dalam system saraf pusat (DiPiro et al., 2008)

3. Jenis nyeri

DiPiro., (2008) menggolongkan nyeri menjadi dua bagian, yaitu :

a. Nyeri akut

Nyeri akut dapat menjadi proses peringatan fisiologis individu dari adanya

penyakit dan kondisi berbahaya. Secara umum nyeri akut terjadi akibat

pembedahan, penyakit akut, trauma, aktivitas dan prosedur medis.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

a. Nyeri kronik

Pada kondisi normal, nyeri akut dapat menghilang dengan cepat karena

adanya proses penyembuhan dengan mengurangi produksi rangsangan nyeri.

Namun, dalam beberapa kasus, nyeri tetap terjadi selama berbulan-bulan sampai

bertahun-tahun, yang mengarah ke keasaan nyeri kronis dengan karakteristik

berbeda dengan nyeri akut.

B. Analgetika

Analgetika adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk

mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran akan

perasaan sakitterdiri dari dua proses, yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian

otak besar danreaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini

(Anief, 2000)

Menurut Roach (2004), obat yang digunakan dalam mengatasi nyeri terdiri

dari dua kelompok yaitu analgetik non-narkotik dan analgetik narkotik.

1. Analgetik non-narkotik

Obat-obat ini meringankan rasa nyeri tanpa menurunkan kesadaran dan

tidak menyebabkan ketergantungan seperti penggunaan analgetik

narkotik.Analgetik non-narkotik terdiri dari senyawa golongan salisilat, non-

salisilat (seperti asetaminofen) dan obat antiinflamasi non steroid. Obat ini

digunakan untuk mengatasi nyeri ringan hingga sedang (Roach, 2004).

Mekanisme kerja analgesik adalah menghambat secara langsung dan

selektif enzim-enzim pada SSP yang mengkatalis biosintesis prostaglandin,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

seperti siklooksigenase, sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh

mediator-mediator rasa sakit, seperti bradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin,

prostaglandin, ion-ion kalium dan hidrogen, yang dapat merangsang rasa sakit

secara mekanik atau kimiawi (Siswandono dan Soekarjdo, 2000). Mekanisme ini

dapat dilihat pada gambar 1.

Trauma/luka pada sel

Gangguan pada membran sel

Fofolipid

dihambat kortikosteroid Enzim Fosfolipase

Asam arakhidonat
Enzim lipoksigenase Enzim siklooksigenase

Dihambat obat AINS

Hidroperoksid Endoperoksid
PGG2/PGH

Leukotrien PGE2, PGF2, PGD2 Prostasiklin

Tromboksan A2

(Gambar 1) Biosintesis Prostaglandin (Wilmana, 1995)

Setiap obat menghambat siklo-oksigenase dengan cara yang berbeda. (Wilmana,

1995).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

2. Analgetik narkotik

Analgetik narkotik disebut juga opioid, yaitu zat yang bekerja pada

reseptor opioid khas di sistem saraf pusat, hingga persepsi nyeri dan respon

emosional terhadap nyeri berkurang (Tjay dan Rahardja, 2002).

Tjay dan Rahardja (2002), mengatakan bahwa rasa nyeri dapat dilawan

dengan (1) merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor-reseptor nyeri

perifer oleh analgetik perifer atau anastetika lokal, (2) merintangi penyaluran

rangsangan nyeri dalam saraf-saraf sensoris, misalnya dengan anastetika lokal, (3)

blokade dari pusat nyeri dalam sistem saraf sentral dengan analgetik sentral

(narkotika) atau dengan anastetika umum.

C. Asetosal

(Gambar 2.) Struktur kimia asetosal (Helmenstine, 2010)

Asetosal (asam asetil salisilat) merupakan ester salisilat dari asam,

berbentuk kristal putih seperti batang atau jarum dan berbau. Sedikit larut dalam

air, sangat larut dalam alkohol. Nilai pKa dari asetosal adalah 3,5. Termasuk

dalam golongan analgesik non-narkotik. Indikasi asetosal adalah sebagai pereda

nyeri, sakit kepala, nyeri ringan lain yang berhubungan dengan adanya inflamasi,

nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, melahirkan, sakit gigi, dismenorea.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

Asetosal stabil pada penyimpanan pH rendah (2-3) dan pada suhu 2-15°C

(Dinkes, 2010).

Asetosal bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin pada

jalur sikloosigenase. Prostaglandin sendiri adalah suatu senyawa dalam tubuh

yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi.Ia terbentuk dari asam

arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim cyclooxygenase

(COX).Dengan penghambatan pada enzim COX, maka prostaglandin tidak

terbentuk, dan nyeri atau radang pun reda (Tjay dan Rahardja, 2002).

D. Iler (Coleus atropurpureus L. Benth)

(Gambar. 3) Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) (Hatch, 2011)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

1. Keterangan botani

Tanaman iler berdasarkan taksonomi termasuk dalam,

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikoti

Sub Kelas: Asteridae

Ordo: Lamiales

Famili: Lamiaceae

Genus: Coleus

Spesies: Coleus atropurpureus L. Benth

Tumbuhan ini dikenal masyarakat Indonesia dengan nama daerah yaitu: si

gresing (Batak), adang-adang (Palembang), plado (Sumba), jawer kotok (Sunda),

kentangan (Jawa), ati-ati, saru-saru (Bugis), majana (Madura) (Dalimartha, 2008).

2. Morfologi tanaman

Ciri-ciri umum: Tumbuhan iler memiliki batang herba, tegak atau

berbaring pada pangkalnya dan merayap tinggi berkisar 30-150 cm. Daun tunggal,

helaian daun berbentuk hati, pangkal membulat atau melekuk menyerupai benuk

jantung dan setiap tepiannya dihiasi oleh lekuk-lekuk tipis yang bersambungan

dan didukung tangkai daun dengan panjang tangkai 3-4 cm yang memiliki warna

beraneka ragam dan ujung meruncing dan tulang daun menyirip berupa alur.

Batang bersegi empat dengan alur yang agak dalam pada masing-masing sisinya,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

berambut, percabangan banyak, berwarna ungu kemerahan. Permukaan daun agak

mengkilap dan berambut halus panjang dengan panjang 7-11 cm, lebar 3-6 cm

berwarna ungu kecoklatan sampai ungu kehitaman.Bunga berbentuk untaian

bunga bersusun, muncul pada pucuk tangkai batang berwarna putih, merah dan

ungu.

Tumbuhan iler memiliki aroma bau yang khas dan rasa yang agak pahit,

sifatnya dingin. Jika seluruh bagian diremas akan mengeluarkan bau yang harum.

Untuk memperbanyak tanaman ini dilakukan dengan cara setek batang dan biji

(Yuniarti, 2008).

3. Ekologi

Tumbuhan iler tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai ketinggian

1500 meter diatas permukaan laut dan merupakan tanaman semusim termasuk

kategori tumbuhan basah yang batangnya mudah patah.Umumnya tumbuhan ini

ditemukan di tempat lembab dan terbuka seperti pematang sawah, tepi jalan

pedesaan di kebun-kebun sebagai tanaman liar atau tanaman obat (Yuniarti,

2008).

4. Kandungan kimia

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa di dalam daun iler terdapat

berbagai macam senyawa yang berkhasiat, diantaranya adalah dijumpai berbagai

macam senyawa flavonoid. Hasil penapisan fitokimia terhadap infusa daun iler

menunjukkan adanya senyawa flavonoid, saponin dan polifenol (Amitjitresmu,

1995).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

Tumbuhan iler memiliki sifat kimiawi harum, berasa agak pahit, dingin,

memiliki kandungan kimia sebagai berikut : daun dan batang mengandung minyak

atsiri, fenol, tannin, lemak, phytosterol, kalsium oksalat, dan peptik. Komposisi

kandungan kimia yang bermanfaat antara lain juga alkaloid, etil salisilat, metal

eugenol, timol karvakrol, mineral (Dalimartha, 2008).

Dari uji pendahuluan yang dilakukan oleh Saragih (2011) menunjukkan

bahwa ekstrak metanol daun tumbuhan iler mengandung senyawa flavonoida.

5. Khasiat dan kegunaan

Tumbuhan iler diduga mempunyai aktifitas antibakteri, sebagai obat

hepatitis dan menurunkan demam, batuk dan influenza. Selain itu daun tumbuhan

iler ini juga berkhasiat untuk penetralisir racun (antitoksik), menghambat

pertumbuhan bakteri (antiseptik), mempercepat pematangan bisul, pembunuh

cacing (vermisida), wasir, peluruh haid (emenagog), membuyarkan gumpalan

darah, gangguan pencernaan makanan (despepsi), radang paru, gigitan ular

berbisa dan serangga (Dalimartha, 2008).

E. Infusa

Infusa adalah hasil proses penyarian yang umumnya digunakan untuk

menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.

Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah

tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara

ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Departemen Kesehatan RI, 1986).

Pembuatan infusa dengan mencampur simplisia dengan derajat halus yang

sesuai dalam panci dengan air secukupnya, dipanaskan di atas tangas air selama
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90o sambil sekali-sekali diaduk.Serkai

selagi panas melalui kain flannel, ditambahkan air panas secukupnya melalui

ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki (Departemen Kesehatan

RI, 1995).

F. Metode Uji Daya Anlgesik

Metode-metode pengujian aktivitas analgesik dilakukan dengan menilai

kemampuan zat uji untuk menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi

pada hewan percobaan. Secara umum, daya analgesik pada hewan dinilai dengan

menggunakan besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan sampai

ada respon nyeri atau juga persamaan frekuensi respon nyeri (Yayasan

Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medika, 1991).

Penggolongan metode pengujian daya analgesik berdasarkan jenis

analgesiknya menurut Turner (1965) adalah:

1. Golongan analgesik narkotika

a. Metode jepitan ekor. Sekelompok tikus diinjeksi dengan senyawa uji pada dosis

tertentu secara subkutan (s.c) maupun intravena (i.v) dan 30 menit kemudian jepit

dipasang pada pangkal ekor tikus yang dilapisi karet tipis selama 30 detik. Tikus

yang tidak diberi analgesik akan berusaha untuk melepaskan diri dari kekangan

karet dengan cara menggigiti jepitan, tetapi tikus yang diberi analgesik akan

mengabaikan kekangan tersebut (karena rasa sakit tidak begitu dirasakannya).

Respon positif adanya daya analgesik dapat dicatat jika tidak ada usaha dari tikus

untuk melepaskan diri dari jepitan (selama 15 detik)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

b. Metode pengukuran tekanan. Alat yang digunakan adalah sebuah alat untuk

mengukur tekanan yang diberikan pada tikus secara seragam. Alat tersebut terdiri

dari 2 syringe yang dihubungkan ujung dengan ujungnya yang rata-rata bersifat

elasatis, fleksibel, dan terdapat pipa plastik yang diisi sebuah cairan. Sisi pipa

dihubungkan dengan manometer. Manometer akan membaca ketika tikus

memberikan respon. Respon tikus yang pertama adalah meronta-ronta kemudian

akan mengeluarkan suara (mencicit) kesakitan.

c. Metode rangsang panas. Alat yang digunakan adalah lempeng panas (hot plate)

yang terdiri dari silinder untuk mengendalikan. Hot plate bersuhu sekitar 500-

550C, dilengkapi dengan penangas yang berisi campuran sebanding antara aseton

dengan etil format yang mendidih. Tikus yang sudah diberi larutan secara

subkutan atau peroral, diletakkan pada hot plate yang sudah disiapkan. Reaksi

tikus adalah menjilat-jilat kakinya lalu akan melompat dari silinder. Hewan uji

yang dibutuhkan tiap kelompok berjumlah 5 ekor.

d. Metode potensi petidin. Metode ini kurang baik karena dibutuhkan hewan uji

dalam jumlah besar untuk melakukan uji ini. Tiap kelompok tikus terdiri dari 20

ekor, setengah dari kelompok dibagi menjadi 3 bagian diberi petidin dengan dosis

berturut-turut 2, 4, dan 8 mg/kg. Setengah kelompok yang lain diberi petidin

dengan senyawa uji dengan dosis 25% dari LD50. Persen analgetik dihitung

dengan bantuan metode rangsang panas.

e. Metode antagonis nalorfin. Uji analgetika dengan metode ini dibuat untuk

menunjukkan aksi dari obat-obat seperti morfin. Hewan uji yang biasa digunakan

dalam metode ini adalah tikus, mencit, anjing. Hewan uji diberi obat dengan dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

toksik kemudian segera diikuti pemberian nalorfin (0,5-10,0 mg/kgBB) secara

intravena. Sebuah obat yaitu pirinitramid dapat menyebabkan respon seperti

hilangnya refleks yang benar pada refleks corneal dan refleks bradipnea. Efek

tersebut dapat dilawan dengan pemberian nolorfin 1,25 mg/kg BB yang

disuntikkan secara intravena. Teori menyebutkan bahwa nalorfin dapat

menggantikan ikatan morfin dengan reseptornya. Peristiwa tersebut menyebabkan

ikatan antara morfin dengan reseptornya terlepas, sehingga meniadakan efek

morfin.

f. Metode kejang okstitosin. Oksitoksin adalah hormon yang dihasilkan oleh

kelenjar pituitary posterior, dapat menyebabkan kontraksi uterin sehingga

menimbulkan kejang pada tikus. Respon kejang meliputi kontraksi abdominal,

sehingga menarik pinggang dan kaki ke belakang. Penurunan kejang diamati, dan

ED50 dapat diperkirakan. Selain morfin senyawa analgesik yang bisa diuji dengan

metode ini adalah heroin, metadon, kodein, dan meperidina.

g. Metode pencelupan pada air panas.Tikus disuntik secara intraperitonial dengan

senyawa uji, kemudian ekor tikus dicelupkan dalam air panas (suhu 580C).

Respon tikus dilihat dari hentakan ekornya yang menghindari air panas.

Munculnya reaksi yang khas yaitu sentakan ekor yang keras, dicatat waktunya.

Uji ini diulang kembali setiap 30 menit setelah 15 menit penyuntikan. Jika mencit

tetap tidak bereaksi dalam waktu 6 detik, mencit diangkat dari penangas.

2. Golongan analgesik non-narkotika

a. Metode rangsang kimia. Dalam metode ini, rasa nyeri yang timbul berasal dari

rangsang kimia yang disebabkan oleh zat kimia yang diinjeksikan secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

intraperitonial pada hewan uji. Beberapa zat yang sering dipergunakan untuk

menimbulkan rasa nyeri dipakai dalam metode ini yaitu asam asetat dan fenil

kuionon. Metode ini cukup peka untuk pengujian senyawa-senyawa analgesik

yang mempunyai daya analgesik lemah. Metode ini telah sering digunakan oleh

banyak peneliti dan bisa direkomendasikan sebagai metode penapisan sederhana

(Vogel, 2002). Pemberian analgesik akan mengurangi rasa nyeri atau

menghilangkan rasa nyeri sehingga jumlah geliat yang terjadi berkurang sampai

tidak terjadi geliat sama sekali. Ini tergantung pada daya analgesik senyawa yang

digunakan. Efek analgesik dapat dievaluasi menggunakan persen proteksi geliat.

% Proteksi = 100 – (P/K x 100%)

Keterangan :
p : jumlah geliat kumulatif kelompok percobaan tiap individu
k : jumlah geliat kumulatif kontrol rata-rata

Perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol positif menggunakan rumus

Perubahan % proteksi geliat =( ) X 100%

P = % proteksi geliat pada tiap kelompok perlakuan


KP = rata-rata % proteksi geliat pada kontrol positif

Jumlah mencit yang digunakan untuk satu kelompok adalah 5 ekor.

Penetapan daya analgesik dengan metode geliat dapat dilakukan dengan

bermacam-macam hewan uji diantaranya anjing, marmot, tikus, merpati, dan

mencit. Respon mencit yang bisa diamati adalah lompatan dan kontraksi perut

dengan disertai tarikan kaki ke belakang (rentangan) yang disebut geliat.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

b. Metode pedodolorimeter. Metode ini menggunakan aliran listrik untuk mengukur

besarnya daya analgesik. Alas kandang tikus terbuat dari kepingan metal yang

bisa mengalirkan listrik. Tikus diletakkan pada kandang tersebut kemudian dialiri

aliran listrik. Respon ditandai dengan teriakan dari tikus tersebut. Pengukuran ini

dilakukan setiap 10 menit selama 1 jam.

c. Metode rektodolorimeter. Tikus diletakkan dalam sebuah kandang yang dibuat

khusus dengan alas tembaga yang dihubungkan dengan sebuah penginduksi yang

berupa gulungan. Ujing lain dari gulungan tersebut kemudian dihubungkan

dengan silinder elektroda tembaga. Sebuah voltmeter yang sensitif untuk

mengubah 0,1 volt dihubungkan dengan kondukutor yang berada di gulungan di

atas. Tegangan yang sering digunakan untuk menimbulkan teriakan mencit adalah

1 sampai 2 volt.

G. Landasan Teori

Nyeri merupakan sensasi yang tidak menyenangkan, dan berkaitan dengan

kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh berabagi macam faktor (Tjay, 2007).

Rasa nyeri akan timbul bersamaan dengan reaksi peradangan, karena mediator

yang memperantarai peradangan (prostaglandin, leukotrien, dll) akan

mengaktivasi reseptor nyeri, sehingga rangsangan (mekanis, kimia atau fisis) yang

diterima reseptor nyeri akan disalurkan ke pusat nyeri di otak besar, impuls itu

kemudian dirasakan sebagai nyeri (Rahardja, 2002).

Iler adalah salah satu tanaman obat tradisional yang memiliki beragam

khasiat.Tanaman ini digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk mengobati


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

berbagai macam penyakit salah satunya untuk meredakan nyeri pada saat diare

atau meredakan nyeri pada saat datang bulan. Daun iler mengandung beragam

senyawa flavonoid (Saragih, 2011). Flavonoid adalah senyawa yang memiliki

sifat antioksidan yang efektif sebagai penangkap radikal bebas. Dengan adanya

sifat antioksidan, maka radikal bebas akan ditangkap sehingga proses

pembentukan asam arakidonat melalui jalur siklooksigenase akan terhambat dan

menyebabkan mediator nyeri dan peradangan tidak terbentuk (Tjay dan Raharja

(2007). Dengan adanya senyawa flavonoid memungkinkan tanaman iler

mempunyai efek analgesik.

H. Hipotesis

Kandungan senyawa daun iler berupa senyawa flavonoid berperan sebagai

antioksidan, oleh karena itu dipercaya daun iler dapat memberikan efek analgesik

pada mencit betina.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni karena

dilakukan dengan adanya perlakuan dan tanpa ada penelitian sebelumnya dengan

rancangan acak pola searah. Rancangan acak pola searah digunakan karena faktor

yang diuji dalam penelitian ini hanya ada satu, yaitu pengaruh dosis pemberian

infusa daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) terhadap jumlah proteksi geliat.

B. VariabelPenelitian

1. Variabel utama

a. Variabel bebas: dosis pemberian infusa daun iler

b. Variabel tergantung: jumlah geliat yang dihitung sebagai jumlah %

proteksi

2. Variabel pengacau

a. Variabel terkendali : hewan uji adalah mencit galur Swiss, jenis kelamin

hewan uji yaitu mencit betina, umur hewan uji yaitu 2-3 bulan, berat badan

hewan mencit 20-30 gram, status puasa (mencit dipuasakan selama 24 jam

sebelum perlakuan).

b. Variabel tidak terkendali : kondisi patologi hewan uji dan variabilitas

hewan uji.

21
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

C. Definisi Operasional

1. Dosis daun iler merupakan sejumlah daun yang diambil dari tanaman iler,

yang berwarna merah, tidak berlubang dan segar.

2. Infusa daun iler adalah sejumlah (gram) bahan yang dipanaskan dengan air

dalam panci selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90oC sambil

sekali-sekali diaduk. Kemudian diserkai selagi panas, tambahkan air panas

secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki

(Depkes RI, 1995).

3. Geliat adalah bila mencit menarik kedua kaki belakang ke belakang dengan

mengempiskan perutnya sehingga permukaan perut menempel pada alas

tempat berpijak mencit tersebut.

4. Persen proteksi geliat terhadap rangsang kimia adalah seratus dikurangi

jumlah kumulatif geliat kelompok perlakuan dibagi rata-rata jumlah kumulatif

geliat kelompok kontrol dikali 100 persen.

5. Jumlah ∑ geliat adalah banyaknya geliat yang terjadi akibat pemberian

rangsang kimia (asam asetat 1 %) selama 1 jam.

6. Daya analgesik dengan metode rangsang kimia, yaitu suatu metode uji

analgesik berupa zat kimia asam asetat 1% yang diberikan secara

intraperitonial pada mencit yang sudah diberi senyawa uji secara oral pada

selang waktu tertentu. Respon nyeri pada mencit adalah geliat berupa

kontraksi perut disertai kedua kaki belakang dan perut menempel pada tempat

perlakuan (lantai). Geliat diamati setiap 5 menit selama 1 jam. Adanya efek
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

analgesik ditunjukkan dengan penurunan jumlah geliat sebesar 50% dari

kontrol negatif. Semakin sedikit geliat semakin besar efek analgesiknya.

D. Subjek dan Bahan Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek uji yang digunakan adalah mencit betina galur swiss, dengan

berat badan 20-30 g yang diperoleh dari Laboratorium Imono, Fakultas

Farmasi, Universitas Sanata Dharma (untuk kelompok kontrol negatif,

kontrol positif, infusa daun iler dosis 163,7; 327,5; 655; 1310; 2620

mg/kgBB)

2. Bahan penelitian

a. Daun iler berwarna merah diperoleh dari kebun obat, Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dipanen pada bulan Maret

2013.

b. Asetosal (Merck) sebagai control positif diperoleh dari Laboratorium

Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma.

c. Asam asetat sebagai perangsang nyeri buatan berupa cairan jernih, tidak

berwarna, berbau khas, menusuk dan berasa asam (Depkes RI, 1995),

diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas

Farmasi, Universitas Sanata Dharma.

d. Natrium Karboksimetil Selulosa kualitas analisis berupa serbuk halus

atau berbentuk granul berwarna putih, bersifat higroskopis (Depkes RI,

1995), digunakan untuk mensuspensikan asetosal, diperoleh dari


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma.

e. Aquades sebagai pelarut dan kontrol negatif diperoleh dari Laboratorium

Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata

Dharma.

E. Alat atau Instrumen Penelitian

1. Alat infusa (panci infusa)

2. Neraca analitik (merk Mettler-Toledo)

3. Kotak kaca tempat pengamatan geliat

4. Stopwatch (merk Casio)

5. Syringe dan spuit injeksi dan oral

6. Alat-alat gelas berupa labu ukur, beaker glass, pengaduk, Erlemeyer, gelas

ukur, pipet tetes

7. Kamera handphone (merk Sony Ericsson Xperia Arc S)

8. Termometer (merk Pirex)

F. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman Coleus Atropurpureus L. Benth menggunakan

daun secara benar sesuai dengan buku acuan “Flora untuk Sekolah di

Indonesia”. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Farmakognosi

Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

2. Pengumpulan bahan

Daun iler diperoleh dari kebun obat Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang dipanen pada bulan Maret 2013. Daun yang

diambil adalah daun segar berwarna merah dan tidak berlubang.

3. Penetapan dosis daun iler

Dosis diambil berdasarkan penggunaan yang dipakai oleh masyarakat

pada umumnya, yaitu 5 g, dengan konsentrasi 5,038 g/100 ml. Kemudian

dikonversi ke mencit dengan berat 20 g. Sehingga didapatkan:

D = 0,0026 x 5038 mg (untuk manusia 70 kg)

D = 13,1 mg/20 g

D = 0,655 mg

D = 655 mg/kgBB (sebagai dosis peringkat II)

Dosis peringkat II (327,5mg/kgBB) didapatkan dengan menurunkan ½

dari dosis peringkat III (655 mg/kgBB). Untuk peringkat dosis I (163,75

mg/kgBB) didapatkan dengan menurunkan ½ dari dosis peringkat II (327,5

mg/kgBB), sedangkan dosis IV (1310 mg/kgBB) didapatkan dengan

menaikkan ½ dari dosis peringakat III (655)dan untuk peringkat dosis V

(2620) didapatkan dengan menaikkan ½ dari dosis peringakat IV (1310

mg/kgBB).

4. Pembuatan infusa daun iler

Menimbang dauniler segar sebanyak 5 g, kemudian tambahkan 100

ml aquades dan masukkan ke bejana infus. Panaskan diatas penangas air

selama 15 menit dengan suhu 90OC. Waktu 15 menit dihitung ketika suhu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

pada campuran mencapai suhu 90oC. Selanjutnya, campuran diserkai selagi

panas.

5. Pembuatan sediaan

a. Larutan asam asetat 1% sebanyak 25,0 ml

Larutan asam asetat dibuat dengan cara pengenceran dari larutan

asam asetat glasial 100% v/v dengan volume pengambilan dihitung

dengan menggunakan rumus:

Volume1 x konsentrasi1 = volume2 x konsentrasi2

Sebanyak 0,25 ml asam asetat glasial kemudian ditambah aquades

hingga 25,0 mlmenggunakan labuukur 25 ml.

b. Larutan CMC Na 1 %

Larutan CMC Na 1 % dibuat dengan cara melarutkan serbuk CMC

Na sebanyak 1,0 g kemudian ditaburkan di atas permukaan air panas

sedikit demi sedikit sambil diaduk sehingga mengembang. Larutan yang

terbentuk diaduk kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan

tambahkan aquades hingga tanda batas 100 ml kemudian digojog.

c. Suspensi asetosal 1% 25 ml dalam CMC Na 25 ml

Suspensi asetosal 1% dibuat dengan mensuspensikan 250,0 mg

asetosal dengan CMC Na 1% dalam labu ukur 25 ml.

6. Penentuan dosis asam asetat

Larutan asam asetat 1 % digunakan sebagai senyawa penginduksi rasa

nyeri pada mencit. Menurut Gunawan (2010), Andini (2010), Tokiman

(2011) dan Sidebang (2011), larutan asam asetat 1% diberikan pada tiga
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27

kelompok mencit dengan dosis berbeda, yaitu 25,50 dan 75 mg/KgBB. Dari

ketiga dosis tersebut dicari dosis optimum yang dapat menimbulkan respon

nyeri berupa geliat yang dapat diamati sehingga memudahkan pengamatan.

7. Penentuan waktu pemberian rangsang

Selang waktu pemberian asam asetat ditentukan untuk mengetahui

waktu dimana senyawa uji telah terabsorbsi dengan optimal sehingga dapat

segera menimbulkan efek. Andini (2010) telah melakukan penelitian

mengenai penentuan selang waktu dengan menggunakan asetosal 91

mg/KgBB dengan variansi selang waktu adalah 5, 10 dan 15 menit. Dari

ketiga selang waktu tersebut dicari selang waktu optimum yang dapat

menimbulkan respon nyeri berupa geliat yang dapat diamati sehingga

memudahkan pengamatan.

8. Penetapan dosis asetosal

Kontrol positif yang digunakan adalah asetosal sehingga asetosal harus

memberikan respon pengurangan geliat. Dosis asetosal yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dosis lazim, yaitu 0,5 g atau 500 mg yang

kemudian dikonversikan pada mencit sehingga dosisnya dapat dihitung

sebagai berikut.

Berat badan manusia Indonesia adalah 50 kg. Faktor konversi dengan

pedoman manusia Eropa adalah 70 Kg adalah (70:50)x 500 g = 700 mg.

Konversi dari manusia 70 Kg ke mencit 20 g adalah 0,0026 x 700 = 1,82 mg.

Maka dosis asetosal adalah 1,82 mg: 20 g = 0,091 mg/gBB atau 91/KgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28

diperoleh dosis 91 mg/KgBB. Menurut penelitian terdahulu Handara (2006);

Riadiani (2006) danTusthi (2007) penetapan dosis asetosal 91 mg/KgBB.

9. Perlakuan hewan uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih

betina galur Swiss yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan antara 20-30

g. Semua mencit dipelihara dengan kondisi yang sama meliputi: pakan,

minum, kandang dan alasnya. Sebelum diperlakukan mencit terlebih dahulu

dipuasakan selama 24 jam dengan tetap diberi minum, hal ini bertujuan untuk

mengurangi pengaruh makanan terhadap hasil uji. Mencit yang digunakan

sebanyak 30 mencit yang terbagi secara acak dalam 7 kelompok. Kelompok I

adalah kontrol negatif (aquades dosis 25 g/kgBB), kelompok II adalah

control positif (asetosal dosis 91 mg/KgBB) dan kelompok III, IV, V, VI dan

V berturut-turut adalah kelompok perlakuan daun iler, dengan peringkat dosis

163,75; 327,5; 655; 1310 dan 2620 mg/KgBB yang diberikan secara peroral.

Setelah selang waktu tertentu hasil orientasi, mencit diberikan rangsang

kimia berupa asam asetat 1% secara intraperitonial dengan dosis hasil

orientasi kemudian respon geliat diamati dan dicatat selang waktu 5 menit

selama 1 jam.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29

Sebanyak 35 ekor mencit dibagi secara acak dalam 7 kelompok

Kel. I Kel. II Kel. III Kel. IV Kel. V Kel. VI Kel. VII

Kontrol – Kontrol + Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan


Aquadest asetosal infusa infusa infusa infusa infusa
daun iler daun iler daun iler daun iler daun iler
dosis 160 dosis 330 dosis 655 dosis dosis
mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB 1310 2620
mg/kgBB mg/kgBB

Diberi larutan asam asetat 1 % dosis 50 mg/kg BB secara i.p.

Dihitung jumlah geliat tiap 5 menit selama 60 menit

Dihitung % proteksi nyeri

Gambar 4. Skema kerja penelitian

proteksi nyeri
10. Penetapan kriteria geliat

Respon geliat yang terjadi pada pengujian daya analgesik

menggunakan rangsang kimia sangat bervariasi. Oleh karena itu, perlu

ditetapkan geliat yang kurang lebih sama sehingga pengamatan tidak

mengacaukan hasil penelitian. Geliat yang diamati dan dihitung adalah

geliat dengan kriteria mencit menarik kedua kaki belakang kearah belakang

dan perutnya menempel ke alas pengamatan sehingga tubuh mencit terlihat

memanjang.

11. Penentuan % proteksi geliat

Metode penentuan % proteksi geliat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode rangsang kimia. Besarnya penghambatan jumlah


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30

geliat dihitung dengan menggunakan persamaan Handershot and Forshait

yang telah dimodifikasi, yaitu:

% proteksi geliat = (100-(P/K x 100))%

Keterangan:
P = Jumlah kumulatif geliat hewan uji perlakuan
K = Jumlah rata-rata kumulatif geliat hewan uji kontrol negatif

Perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol positif


menggunakan rumus:

Perubahan % proteksi geliat = x 100 %

Keterangan:
P = % proteksi geliat pada tiap kelompok perlakuan
KP = rata-rata % proteksi geliat pada kontrol positif

12. Perhitungan daya analgetik


Perhitungan daya analgetik dilakukan dengan membandingkan %

proteksi geliat dari kelompok perlakuan terhadap kontrol positif (asetosal

dosis 91 mg/kgBB).

Daya analgesik = x 100 %

Keterangan:
P = % proteksi geliat pada tiap kelompok perlakuan
KP = rata-rata % proteksi geliat pada kontrol positif
(Putra, 2003).

13. Penentuan dosis efektif 50% (ED50)


Penentuan dosis efektif 50% dilakukan dengan cara memplotkan log dosis

dan persen proteksi geliat. Hasil yang didapatkan selanjutnya dimasukkan di

dalam persamaan regresi linear dengan menggunakan rumus:

Y = Mx + B
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31

G. Analisis Data

Data jumlah geliat yang diperoleh dikumulatifkan. Kemudian dihitung

persen proteksi geliat dari jumlah kumulatif dan kemudian dianalisis dengan

Saphiro Wilk Test untuk melihat distribusi data. Analisis kemudian dilanjutkan

dengan analisis Kruskal Wallis Test dengan taraf kepercayaan 95%. Jika hasil

yang diperoleh distribusinya tidak normal maka analisis dilanjutkan dengan uji

Mann Whitney dengan taraf kepercayaan 95%. Jika diperoleh nilai p< 0,05 maka

diartikan perbedaan bermakna secara statistik, jika diperoleh p> 0,05 maka

diartikan perbedaan tersebut tidak bermakna. Data kuantitatif persen geliat

disajikan dalam nilai rata-rata ± standar error (X ± SE). Dan untuk mengetahui

Efektif Dosis 50% (ED50) diperoleh dengan cara memplotkan log dosis dan

persen proteksi geliat.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun iler (Coleus

atropurpureus L. Benth). Sebelum daun iler ini digunakan dalam pengujian efek

analgesik maka diperlukan determinasi tanaman untuk memastikan bahwa

tanaman yang digunakan adalah benar-benar tanaman Coleus atropurpureus L.

Benth Bagian tanaman yang digunakan dalam determinasi adalah bagian batang,

daun, dan bunga.

Determinasi dilakukan hingga kategori jenis (species) untuk membuktikan

bahwa batang, daun, bunga dan biji yang dideterminasi adalah benar Coleus

atropurpureus L. Benth.

Berdasarkan hasil determinasi tersebut maka terbukti bahwa tanaman yang

diuji ini benar merupakan tanaman iler (Coleus atropurpureus L. Benth)

(Lampiran 1).

B. Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan merupakan serangkaian uji-uji yang dilakukan sebagai

orientasi untuk mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam pengambilan data

penelitian.

Guna uji pendahuluan adalah untuk menetapkan hal-hal yang akan

dilakukan pada pengujian sebenarnya, agar didapat hasil yang valid dan akurat.

32
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

33

Hal-hal yang dilakukan dalam uji pendahuluan ini adalah penetapan kriteria geliat

hewan uji, penetapan dosis asam asetat dan penetapan selang waktu pemberian

rangsang. Kriteria hewan uji yang digunakan dalam uji pendahuluan sama dengan

yang digunakan dalam pengambilan data penelitian yaitu mencit betina galur

Swiss, umur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 g. Sebelum melakukan

pengujian, mencit dipuasakan selama 24 jam.

1. Penentuan kriteria geliat

Penentuan kriteria geliat yang digunakan perlu dilakukan agar pada

pengambilan data diperoleh geliat yang relatif sama sehingga pengamatan

lebih mudah dan data yang didapatkan lebih spesifik. Pedoman gerakan

mencit yang dapat dianggap sebagai geliat adalah apabila mencit menarik

kedua kakinya ke belakang dengan mengempiskan perutnya sehingga

permukaan perut menempel pada alas tempat berpijak mencit tersebut.

Rangsang kimia yang digunakan sebagai penginduksi nyeri agar dapat

menimbulkan respon geliat pada mencit yaitu pemberian asam asetat 1%.

2. Penentuan dosis asam asetat

Dalam metode ini, senyawa penginduksi nyeri yang diinjeksikan

adalah asam asetat secara intraperitoneal pada mencit putih betina. Dosis asam

asetat yang digunakan berdasarkan dari hasil penelitian Sidebang (2011), yang

dimana disimpulkan bahwa dosis asam asetat 50 mg/kgBB adalah dosis

optimal yang dapat menimbulkan nyeri.

Menurut Handara (2006), menyebutkan bahwa kontrol dosis yang

paling baik digunakan sebagai kontrol negatif yaitu yang memberikan jumlah

.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

34

geliat yang tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak karena dapat

menyulitkan pengamatan.

3. Penetapan selang waktu pemberian rangsang

Selang waktu pemberian rangsang merupakanjarak waktu antara

pemberian zat uji secara per oral dengan saat pemberian injeksi rangsang nyeri

(asam asetat) secara intraperitonial. Penetapan selang waktu pemberian

rangsang bertujuan untuk mengetahui waktu dimana zat uji (asetosal sebagai

kontrol positif dan dauniler sebagai senyawa uji) terabsorbsi secara tepat

sehingga dapat memberikan efek yang optimal.

Dari hasil penelitian Andini (2010) dalam uji pendahuluannya selang

waktu yang efektif setelah pemberian asetosal 91 mg/kgBB adalah 15 menit

sebelum pemberian asam asetat 1% 50 mg/kgBB.

Dari hasil penelitian Sidebang (2011) mengenai penetapan selang

waktu pemberian asam asetat dapat dilihat bahwa selang waktu yang optimum

untuk memberi kesempatan zat uji yang diberikan secara peroral untuk

terabsorbsi sebelum asam asetat disuntikkan secara intraperitoneal adalah 15

menit hal ini dilihat dari hasil rata-rata jumlah geliat yang timbulkan

(Sidebang, 2011)

Dari hasil penelitian di atas dapat dikatakan bahwa pada selang waktu

15 menit merupakan selang waktu yang optimum. Selanjutnya, asam asetat

diberikan pada menit ke-15 setelah pemberian zat uji (asetosal sebagai kontrol

positif, aquades sebagai kontrol negatif dan infusa daun iler sebagai senyawa

uji).

.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

35

C. Efek Analgesik pada infusa Daun Iler

Setelah dilakukan tahap uji pendahuluan, selanjutnya dilanjutkan aktivitas

analgesik untuk masing-masing kelompok.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek analgesik infusa daun iler

pada mencit betina.

Uji analgesik dilakukan untuk melihat kemampuan bahan uji dalam

menghambat rasa nyeri yang pada penelitian ini disebabkan oleh pemberian asam

asetat. Parameter yang digunakan adalah geliat mencit. Geliat mencit diamati

selama satu jam untuk menghitung persen proteksi.

Perubahan persen proteksi diperoleh dari persen proteksi tiap kelompok

perlakuan yang dibandingkan dengan asetosal sebagai kontrol positif, sehingga

melalui perubahan persen proteksi dapat diketahui daya analgesik dari infusa daun

ilerpad mencit betina. Asetosal digunakan sebagai kontrol positif karena

merupakan obat yang sudah terbukti kasiatnya.

Data-data yang diperoleh dari masing-masing kelompok perlakuan

dianalisis secara statistik dan dihitung jumlah kumulatif geliatnya yang kemudian

digunakan untuk menghitung persen proteksi dan perubahan persen proteksi.

Persen proteksi senyawa uji terhadap nyeri dibandingkan dengan kontrol negatif

(aquades), sedangkan perubahan persen proteksi senyawa uji terhadap nyeri

dibandingkan dengan kontrol positif (asetosal 91 mg/kgBB).

Hasil rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit, persen proteksi dan

perubahan persen proteksi pada uji efek analgesik pada infusa daun iler disajikan

.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

36

dalam bentuk Mean ± Standard Error yang dapat dilihat pada table II di bawah

ini.

Tabel II. Hasil jumlah kumulatif geliat mencit, % proteksi beserta perubahan %
daya analgesik pada semua kelompok perlakuan.

Rata-rata jumlah Rata-rata persen Daya


Kelompok uji geliat proteksi (Mean ± analgesik
(Mean ± SE) SE) (%)
KND 0,5
27 ± 1,7 0,10 ± 2,23 -0,12
ml/20g
KPD 91
4,2 ± 0,4 84,45 ± 066 100,00
mg/KgBB
IDI 163,75
14,4 ± 0,4 46,67 ± 0,80 55,26
mg/KgBB
IDI 327,5
10,4 ± 0,4 62,47 ± 0,80 73,97
mg/KgBB
IDI 655
7,6 ± 0,4 71,85, ± 0,80 85,08
mg/KgBB
IDI 1310
4,2 ± 0,4 84,45 ± 0,66 100,00
mg/KgBB
IDI2620
2,2 ± 0,4 93,83 ± 1,10 111,11
mg/KgBB

Keterangan :
X±SE = Mean± Standart Error
KND 0,5 ml/20g = Kontrol negatif (Aquadest)
KDP 91 mg/KgBB = Kontrol positif (Asetosal) 91 mg/kgBB
IDI 163,75 mg/KgBB = Infusa daun iler dosis 163,75 mg/KgBB
IDI 327,5 mg/KgBB = Infusa daun iler dosis 327,5 mg/KgBB
IDI 655 mg/KgBB = Infusa daun iler dosis 655 mg/KgBB
IDI 1310 mg/KgBB = Infusa daun iler dosis 1310 mg/KgBB
IDI 2620 mg/KgBB = Infusa daun iler dosis 2620 mg/KgBB

Dari tabel diatas dapat dilihat semakin kecil jumlah rata-rata geliat

mencit maka semakin besar proteksi geliat atau daya analgesiknya. Pada

kelompok kontrol negatif dapat dilihat jumlah rata-rata geliat paling besar

yaitu 27 ± 1,7.

Hal ini menunjukkan bahwa kontrol negatif yaitu aquadest tidak

memiliki daya analgesik dibandingkan dengan kontrol positif (asetosal) yang

.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

37

memiliki nilai rata-rata jumlah geliat yang kecil yaitu 2,2 ± 0,4. Hal ini

menunjukkan bahwa kontrol positif yaitu asetosal memiliki daya analgesik.

Dari data di atas, hasil persen proteksi nyeri semua kelompok

perlakuan terhadap kontrol negatif disajikan dalam bentuk histogram pada

gambar 5.

Gambar 5. Histogram % proteksi uji efek analgesik pada infusa daun iler
untuk semua kelompok perlakuan

Keterangan:
KND 0,5 ml/20 g = Kontrol negatif (aquadest) dosis 25 g/KgBB
KPD 91 mg/kgBB = Kontrol positif (asetosal) 91 mg/kgBB
IDI 163,75 mg/kgBB = Infusa daun iler dosis 163,75 mg/kgBB
IDI 327,5 mg/kgBB = Infusa daun iler dosis 327,5 mg/kgBB
IDI 655 mg/kgBB = Infusa daun iler dosis 655 mg/kgBB
IDI 1310 mg/kgBB = Infusa daun iler dosis 1310 mg/kgBB
IDI 2620 mg/kgBB = Infusa daun iler dosis 2620 mg/kgBB

.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

38

Dari histogram dapat dilihat bahwa aquadest sebagai kontrol negatif

memiliki persen (%) proteksi geliat yang paling sedikit dibandingkan asetosal

dan infusa daun iler.

Hal ini menunjukkan bahwa aquadest tidak memiliki daya analgesik.

Dapat dilihat juga asetosal 91 mg/kg BB sebagai kontrol positif memiliki

persen (%) proteksi geliat yang cukup tinggi, ini menunjukkan bahwa asetosal

memang memiliki daya sebagai analgesik. Kelima kelompok pemberian dosis

infusa daun iler juga menunjukkan persen (%) proteksi geliat yang cukup baik,

ada yang sebanding dengan asetosal bahkan lebih tinggi dari asetosal.

Data yang diperoleh berupa % proteksi dari masing-masing kelompok

diuji dengan Saphiro Wilk Test untuk melihat distribusi hasil penelitian. Jika

distribusi data hasil penelitian tidak normal, dapat dilanjutkan dengan analisis

Kruskal Wallis taraf kepercayaan 95%. Hasil pengolahan statistik

menggunakan uji Saphiro Wilk pada distribusi data dari persen proteksi semua

kelompok menunjukkan bahwa distribusi data tidak normal.

Dari hasil diketahui bahwa antara kelompok terdapat perbedaan yang

bermakna (p≤0,05) (lampiran 6). Untuk mengetahui perbedaan persen proteksi

antar tiap-tiap kelompok, dilakukan uji Mann Whitney dengan taraf

kepercayaan 95%, yang dapat dilihat pada tabel III berikut.

.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

39

Tabel III. Hasil uji Mann whitney % proteksi pada uji efek analgesik seluruh
kelompok

Kelompok I II III IV V VI VII

KND 0,5 ml/20 g - b b b b b b


KPD 91 mg/kgBB b - b b b tb b
IDI 163,75mg/kgBB b b - b b b b
IDI 327,5 mg/kgBB b b b - b b b
IDI 655 mg/kgBB b b b b - b b
IDI 1310 mg/kgBB b tb b b b - b

IDI 2620 mg/kgBB b b b b b b -

Keterangan:
KND 0,5 ml/20 g = Kontrol negatif (aquadest) Dosis 25 g/KgBB
KPD 91 mg/KgBB = Kontrol positif (asetosal) 91 mg/kgBB
IDI 163,75 mg/KgBB = Infusa daun iler dosis 163,75 mg/KgBB
IDI 327,5mg/KgBB = Infusa daun iler dosis 327,5 mg/KgBB
IDI 655 mg/KgBB = Infusa daun iler dosis 660 mg/KgBB
IDI 1310 mg/KgBB = Infusa daun iler dosis 1310 mg/KgBB
IDI 2620 mg/KgBB = Infusa daun iler dosis 2620 mg/KgBB
Mean ± SE = Mean ± Standart Error
b = berbeda bermakna (p<0,05)
tb = berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Menurut Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medika (1991),

adanya aktivitas analgesik pada metode rangsang kimia ditunjukkan adanya

kemampuan menghambat geliat ≥50% dibandingkan kelompok kontrol negatif.

Dari tabel III, dapat dilihat bahwa infusa daun iler dari peringkat dosis

terendah sampai tertinggi (163,75; 327,5; 655; 1310 dan 2620 mg/kgBB) berturut-

turut memiliki persen proteksi sebesar 46,67; 62,47; 71,85; 84,45 dan 93,83 %

Dari data dapat disimpulkan bahwa semakin besar dosis infusa daun iler pada

penelitian, semakin besar % proteksi infusa daun iler yang didapatkan.

.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

40

Hasil analisis pada kontrol positif (asetosal dosis 91mg/kg BB)

menunjukkan bahwa kelompok perlakuan infusa daun iler dosis 163,75; 327,5;

655; 2620 mg/kg BB memiliki perbedaan yang bermakna. Secara statistik, hal ini

menyatakan bahwa kelompok perlakuan infusa daun iler dosis 163,7; 327,5; 655

2620 mg/kgBB mempunyai kemampuan proteksi nyeri yang tidak sebanding

dengan asetosal 91 mg/kgBB. Sedangkan terdapat perbedaan yang tidak bermakna

pada kelompok perlakuan infusa daun iler dosis 1310 mg/kgBB terhadap kontrol

positif (asetosal 91 mg/kgBB), ini menunjukkan bahwa kelompok perlakuan

infusa daun iler dosis 1310 mg/kgBB mempunyai kemampuan proteksi nyeri yang

sebanding dengan asetosal 91 mg/kgBB. Pada hasil analisis kontrol positif

(asetosal 91 mg/kgBB) terhadap kelompok perlakuan infusa daun iler dengan

dosis 2620 mg/kgBB IDI menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna

dimana kelompok perlakuan infusa daun iler dosis 2620 mg/kgBB mempunyai

kemampuan proteksi nyeri yang lebih tinggi dari asetosal 91 mg/kgBB, dengan

rata-rata persen proteksi geliat pada perlakuan infusa daun iler dosis 2620 adalah

sebesar 93,83 % sedangkan pada asetosal 91 mg/kgBB adalah 84,45%.

Pada kelompok perlakuan yang diberi infusa daun iler dosis 327,5

mg/kgBB, terjadi peningkatan persen proteksi dibanding pemberian infusa daun

iler dosis 163,75 mg/kgBB, peningkatannya sebesar 17,81%, secara statistik

peningkatan ini berbeda bermakna. Pada kelompok perlakuan infusa daun iler

dosis 655 mg/kgBB terjadi peningkatan persen proteksi dibanding infusa daun iler

dosis 327,5 mg/kgBB. Peningkatan tersebut sebesar 7,5%, namun dan secara

statistik peningkatan ini berbeda bermakna. Dan pada kelompok pemberian infusa

.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

41

daun iler dosis 2620 mg/kgBB terjadi peningkatan persen proteksi sebesar 29,82%

dibanding pemberian infusa Daun iler dosis 327,5mg/kgBB dan secara statistik

peningkatan persen proteksi kelompok perlakuan yang diberi infusa Daun iler

dosis 2620 mg/kgBB berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan yang diberi

infusa daun iler dosis 327,5mg/kgBB.

Dari penelitian ini dapat dikatakan bahwa persentase proteksi infusa daun

iler bergantung dari banyaknya dosis yang diberikan, semakin besar dosis infusa

daun iler yang diberikan maka semakin besar persen proteksinya.

Pada penelitian didapatkan juga Effective Dose50 (ED50) yaitu suatu dosis

yang dapat menyebabkan dimana 50% populasi menimbulkan efek analgesik yang

dihitung secara ekstrapolasi. Nilai ED bertujuan untuk mengetahui keamanan

Perhitungan ED50 diperoleh dengan cara memplotkan log dosis dan persen

proteksi geliat. Log dosis yang didapatkan yaitu 2,21; 2,52; 2.82; 3.12 dan 3,42

mg/kgBB dan rata-rata persen proteksi, yaitu 46,67; 62,24; 69,74; 84,56 dan 93,83

Selanjutnya didapatkan persamaan regresi linear

Y = 38,86x – 37,86
5 = 38,86x – 37,86
X = 2,26
X = anti Log 2,26
ED50 = 181,97 mg/KgBB

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa nilai ED50 untuk infusa daun iler

adalah 181,97 mg/KgBB. Grafik persamaan antara log dosis dan persen proteksi

infusa daun iler dapat dilihat di bawah ini.

.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

42

Persamaan garis ED50 Infusa daun iler


90
Y = 38,86x - 37,86
80
R2 = 0,997
70

60
% proteksi geliat

50

40

30

20

10

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
log dosis infusa daun iler

Gambar 6. Persamaan garis ED50 infusa daun iler

Dari hasil persamaan garis ED50 infusa daun iler diatas, menunjukkan

bahwa grafik meningkat seiring dengan meningkatnya dosis, sehingga dapat

disimpulkan bahawa semakin tinggi dosis infusa daun iler yang diberikan maka

semakin besar persen proteksi yang berarti semakin besar efek analgesik yang

diberikan oleh infusa daun iler.

Senyawa yang berperan sebagai analgesik pada infusa daun iler (Coleus

atropurpureus L. Benth) adalah flavonoid. Hasil penelitian Saragih (2011)

mengatakan bahawa isolasi senyawa yang terdapat pada daun iler adalah

flavonoid. Flavonoid adalah senyawa alam yang dapat berfungsi sebagai

analgesik. Mekanisme flavonoid dalam menghambat proses terjadinya nyeri

adalah dengan menghambat metabolisme asam arakidonat. Beberapa senyawa

flavonoid dapat menghambat pelepasan asam arakhidonat dan sekresi enzim

.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

43

lisosom dari membran dengan jalan memblok jalur siklooksigenase dan jalur

lipoksigenase sehingga menurunkan kadar prostaglandin (mediator nyeri).

Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahawa infusa daun iler memiliki

aktivitas analgesik pada mencit. Dari kelompok IDI dosis I 163,75 mg/kgBB; IDI

dosis II 327,5 mg/kgBB; IDI dosis III 655 kgBB; IDI dosis IV 1310 mg/kgBB;

IDI dosis V 2620 mg/kgBB dapat memberikan efek analgesik. Kelompok

perlakuan infusa daun iler dengan dosis 1310 mg/kgBB yang memiliki

kemampuan sebanding dengan asetosal dosis 91mg/kgBB, sedangkan infusa daun

iler dengan dosis 2620 mg/kgBB memiliki kemampuan analgesik yang lebih

tinggi dari pada asetosal dosis 91 mg/kgBB.

Flavonoid adalah senyawa yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan.

Perannya sebagai antioksidan penangkal radikal bebas dapat menghambat

oksidasi asam arakhidonat sehingga menghambat terbentuknya oksigen reaktif

(radikal bebas) dan prostaglandin. Dalam penelitian ini, falvonoid diduga berperan

dalam meningkatkan % proteksi pada mencit betina galur Swiss. Selain itu,

peningkatan juga dapat terjadi akibat senyawa lain yang terdapat pada iler.

Diperlukan penelitian lanjut tentang uji toksisitas akut terhadap daun ilar.

Tujuan uji toksisitas akut adalah menetapkan potensi toksisitas akut (LD50) dari

daun iler, menetukan petunjuk tentang dosis yang sebaikanya digunakan sehingga

aman digunakan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

Melalui penelitian, dapat dilihat bahwa infusa daun iler memiliki aktivitas

sebagai analgesik pada mencit. Perlakuan infusa daun iler dosis 1310 mg/kgBB

memiliki aktifitas yang sebanding dengan kontrol positif asetosal 91 mg/kgBB.

.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Infusa daun iler memiliki efek analgesik (dosis 327,75; 655; 1310 dan 2620

mg/kgBB) terhadap mencit betina dengan metode rangsang kimia.

2. Kelompok perlakuan infusa daun iler dengan dosis 163,75; 327,5; 655; 1310

dan 2620 mg/kg BB memiliki besar persen proteksi berturut-turut adalah 46,67;

62,47; 71,85; 84,45; 93,83%.

3. Besar ED50 yang didapatkan dari infusa daun iler adalah 181,97 mg/kgBB

A. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai toksisitas akut dari infusa daun

iler.

44
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Amitjitraresmu, 1995,UjiEfek Anti Inflamasi Berbagai Ekstrak Daun Iler (Coleus


atropurpureus, Benth.) dan Penelusuran Senyawa aktifnya, Skripsi,
FMIPA UNPAD, Bandung.

Andini, P. A., 2010, Efek Analgesik Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga


tanirus L. pada Mencit Betina Galur Swis, Skripsi, Fakultas Farmasi
Pancasila, Jakarta.

Anief,M., 2000, Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, Universitas Gadjah


Mada University Press,Yogyakarta.

Aprillia, Y., 2010, Hipnosetri: Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil &
Melahirkan, Gagas Media, Jakarta, 103.

Archard, G., 2007, Nyeri Punggung, Erlangga, Jakarta, 50, 132.

Corwin, J.E., 2007, Buku Saku Patofisiologi, Edisi III, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 38 -388.

Dalimarta, S., 2000.Atlas Tumbuhan Indonesia, Jilid ke-2, Jakarta: Trubus


Agriwidya.

Dalimartha, S., 1996, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan, Lembaga Biologi


Nasional-LIPI, Jakarta.

Depkes RI, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


Jakarta, 8-25.

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta, 31.

Dinkes, 2010, Informasi tentang Asetosal,


http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat/220-
asetosal.html, diakses tanggal 21 April 2013.

DiPiro, J.T., Tabert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey,
M.,2008, Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach, McGraw- Hill,
USA, pp. 1002.

Helmenstine, A. M., 2010, Aspirin or Acetylsalicylic


Acidhttp://chemistry.about.com/od/medicalhealth/ig/DrugPhotoGallery/As
pirin.-1VJ.htm, diakses tanggal 5 Juli 2013.

45
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46

Handara, P. D., 2006, Efek Analgesik Infusa Batang Brotowali pada Mencit Putih
Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Hatch, L., C, 2011, House, Interior, and Tropical Plants Subvolume Coleus,
Derived From the Earlier NOS Coleus Gallery, New York.

Kumala, S., 2009, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Iler (Coleus atropurpureus L.


Benth.) terhadap Beberapa Bakteri Gram (+) dan Bakteri Gram (-)
(Antibacterial Sctivity of her leaves (Coleus atropurpureus L. Benth)
Extract Towards Gram (+) and (-) bacteria), Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila

Lumbessy, M.,Abidjulu J., Paendong, J.E.J., Uji Total Flavonoid Pada Beberapa
Tanaman Obat Tradisional Di Desa Waitina Kecamatan Mangoli Timur
Kabupaten Kepulauan Sulu Propinsi Maluku Utara, Thesis, FIMP, Jurusan
Kimia, Manado.

Mutscler,E., 2000, Dinamika Obat, diterjemahkan oleh Widianto dan Ranti, Edisi
V, ITB, Bandung, pp. 177-197.

Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Penerbit ITB, Bandung, 177-193.

Mahendra, B., 2006, Atasi Stroke Dengan Tanaman Obat, Penerbit Swadaya,
Jakarta.

Middelton, E., JR., Kandaswami, C., and Theoharis, C., 2000, The Effects of
Plant Flavonoids on Mammalian Cells: Implications for Inflammation,
Heart Disease, and Cancer, Chebeague Island Institute of Natural Product
Research, Chebeague Island, Maryland (E.M., C.K.); and Department of
Pharmacology and Experimental Therapeutics, Tufts University School of
Medicine, Boston, Massachusetts (T.C.T.).

Paeamono, S., 2003, Bahan Obat Alami Ditinjau dari Prospek Bisnis, Makalah
seminar, 25 Mei 2003, Yogyakarta.

Riyanti, T., Fazrina, & Darmono, 2007, Uji ktifitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) Terhadap Staphylococcus
aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa Secara In-Vitro,
Jurnal Balai Besar Penelitian Veteriner, Fakultas Pancasila, Jakarta

Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi keenam,


Terjemahan Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung.

Roach, S. S., 2004, Introductory Clinical Pharmacology, edisi 7, Lippincott


Williams.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47

Saragih, Edward, 2011, Isolasidan Identifikasi Senyawa Aktif Ekstrak Daun Iler
(Coleus atropurpureus, Benth), Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam UNPAD, Bandung.

Siswandi, Y. dan Baradero M., 2005, Prinsip dan Praktik Keperawatan


Perioperatif, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 122.

Sidebang, B.M., 2011, Efek Analgesik Infusa Batang Brotowali (Tinospora


crispa (L) Miers.) pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Siswandono dan Soekarjdo, 2000, Prinsip-Prinsip Rancangan Obat, Airlangga


University Press, Surabaya, pp. 293-294.

Tjay, T.H.,dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, Edisi VI, PT.Elex Media
Komputindo, Jakarta, 315.

Tjay, T.H dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Edisi V, PT.Elex Media
Komputindo, Jakarta, 202-302.

Thomas, A., 2000, Tanaman Obat Tradisional 7, Penerbit Kansius, Yogyakarta

Tokiman, N.,L, 2011, Pengaruh Praperlakuan Jus Tomat (Solanum lycopersicum


L.) Terhadap Daya Analgesik Paracetamol pada Mencit Putih Betina,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharama, Yogyakarta

Turner, R. A., 1965, Screening Methods in Pharmacology, 100-117, Academic


Press, New York, London.

Utami, P., 2008, Buku Pintar Tanaman Obat, Argomedia Pustaka, Jakarta

Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery and Evaluation : Pharmacological Assay,


edisi 2, Springer, Jerman, pp. 716-717.

Wilmana, P.F., 1995, Analgetik Antipiretik Anti-Inflamasi Non-steroid dan Obat


Pirai, dalam Ganiswara, S.G., Setiabudi, R., Sutyana, F.D., Purwantiastuti,
Nafrialdy, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmaklogi Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakrta, pp. 207-209

Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medika, 1991, Pedoman


Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka, Penapisan Farmakologi,
Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, Jakarta, pp 3, 41, 259.

Yuniarti, T., 2008, Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional, Cetakan Pertama


Med Press, Yogyakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49

Lampiran 1. Daun iler segar, alat pembuat infusa, dan hasil pembuatan infusa
daun iler

(Gambar. 8) Daun iler segar (Gambar. 9) Infusa daun iler

(Gambar. 10) Daun iler


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50

Lampiran 2. Mencit yang dipuasakan, dan criteria geliat

( Gambar. 10) Mencit yang dipuasakan ( Gambar . 11) Geliat mencit

(Gambar. 12) Geliat mencit yang tidak


memenuhi kriteria
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51

Lampiran 3. Peralatan yang digunakan, spuit jarum berujung bulat, box


pengamatan, timbangan analtik

(Gambar. 13) Kotak kaca tempat (Gambar. 14) Spuit Injeksi dan peroral
pengamatan

( Gambar. 15) Timbangan elektrik


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52

Lampiran 4. Hasil analisis uji Saphiro wilk pada jumlah geliat semua kelompok

perlakuan

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
proteksi_geli
35 100.0% 0 .0% 35 100.0%
at

Descriptives
Statistic Std. Error
proteksi_geliat Mean 62.5400 5.14753
95% Confidence Lower Bound 52.0790
Interval for Upper Bound
Mean 73.0010
5% Trimmed Mean 65.2160
Median 70.5400
Variance 927.398
Std. Deviation 3.04532E
1
Minimum -19.20
Maximum 92.86
Range 112.06
Interquartile Range 40.69
Skewness -1.306 .398
Kurtosis 1.011 .778

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
proteks
i_gelia .191 35 .002 .838 35 .000
t
a. Test distribution is not Normal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53

Lampiran 5. Hasil analisis uji Kruskal-Wallis padajumlah geliat semua


kelompok perlakuan

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

proteksi_geliat 35 62.5114 30.47004 -19.20 92.86

Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Kruskal-Wallis Test

Ranks

perlakuan N Mean Rank

proteksi_geliat aquadest 5 3.00

asetosal 5 27.00

infusa iler dosis 1 5 8.00

infusa iler dosis 2 5 13.00

infusa iler dosis 3 5 18.00

infusa iler dosis 4 5 24.00

infusa iler dosis 5 5 33.00

Total 35

Test Statisticsa,b

proteksi_geliat

Chi-Square 33.208

Df 6

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:
perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54

Lampiran 6. Hasi analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara kontrol
negatif dan kontrol positif

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

proteksi_geliat Aquadest 5 3.00 15.00

asetosal 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

proteksi_geliat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.694

Asymp. Sig. (2-tailed) .007

Exact Sig. [2*(1-tailed


.008a
Sig.)]

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55

Lampiran 7. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara kontrol
negatif dan infusa iler dosis I

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks

perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

proteksi_geliat aquadest 5 3.00 15.00

infusa iler dosis 1 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

proteksi_geliat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.652

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Exact Sig. [2*(1-tailed


.008a
Sig.)]

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56

Lampiran 8. Hasil analisis uji Mann-Whitneypada jumlah geliat antara kontrol


negatif dan infusa iler dosis II

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks

perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

proteksi_geliat aquadest 5 3.00 15.00

infusa iler dosis 2 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

proteksi_geliat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.694

Asymp. Sig. (2-tailed) .007

Exact Sig. [2*(1-tailed


.008a
Sig.)]

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57

Lampiran 9. Hasil analisis uji Mann-Whitneypada jumlah geliat antara kontrol


negatif dan infusa iler dosis III

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_gelia
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
t
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks

perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

proteksi_geliat aquadest 5 3.00 15.00

infusa iler dosis 3 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

proteksi_geliat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.694

Asymp. Sig. (2-tailed) .007

Exact Sig. [2*(1-tailed


.008a
Sig.)]

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58

Lampiran 10. Hasil analisis uji Mann-Whitneypada jumlah geliat antara kontrol
negatif dan infusa iler dosis IV

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat aquadest 5 3.00 15.00
infusa iler dosis 4 5 8.00 40.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.694
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59

Lampiran 11. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara
kontrol negatif dan infusa iler dosis V

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_gelia
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
t
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00
Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat aquadest 5 3.00 15.00
infusa iler dosis 5 5 8.00 40.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.694
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60

Lampiran 12. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara
kontrol positif dan infusa iler dosis I

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat asetosal 5 8.00 40.00
infusa iler dosis 1 5 3.00 15.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.739
Asymp. Sig. (2-tailed) .006
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61

Lampiran 13. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara
kontrol positif dan infusa iler dosis II

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat asetosal 5 8.00 40.00
infusa iler dosis 2 5 3.00 15.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.785
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62

Lampiran 14. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara
kontrol positif dan infusa iler dosis III

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00
Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat asetosal 5 8.00 40.00
infusa iler dosis 3 5 3.00 15.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.785
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63

Lampiran 15. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara
kontrol positif dan infusa iler dosis IV

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli 9
at 2
35 62.5400 30.45321 -19.20 .
8
6
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat asetosal 5 7.00 35.00
infusa iler dosis 4 5 4.00 20.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U 5.000
Wilcoxon W 20.000
Z -1.671
Asymp. Sig. (2-tailed) .095
Exact Sig. [2*(1-tailed
.151a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64

Lampiran 16. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara
kontrol positif dan infusa iler dosis V

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00
Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat asetosal 5 3.00 15.00
infusa iler dosis 5 5 8.00 40.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.785
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65

Lampiran 17. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara infusa
iler dosis I dan infusa iler dosis II

NPar Tests

[DataSet1] F:₩DATA NEW PERSEN PROTEKSI ed50₩dataa PERSEN PROTEK


SI ed50.sav

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat infusa iler dosis 1 5 3.00 15.00
infusa iler dosis 2 5 8.00 40.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.739
Asymp. Sig. (2-tailed) .006
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66

Lampiran 18. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara infusa
iler dosis I dan infusa iler dosis III

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_gelia
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
t
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat infusa iler dosis 1 5 3.00 15.00
infusa iler dosis 3 5 8.00 40.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.739
Asymp. Sig. (2-tailed) .006
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67

Lampiran 19. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara infusa
iler dosis I dan infusa iler dosis IV

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat infusa iler dosis 1 5 3.00 15.00
infusa iler dosis 4 5 8.00 40.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.739
Asymp. Sig. (2-tailed) .006
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68

Lampiran 20. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara infusa
iler dosis I dan infusa iler dosis V

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat infusa iler dosis 1 5 3.00 15.00
infusa iler dosis 5 5 8.00 40.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.739
Asymp. Sig. (2-tailed) .006
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69

Lampiran 21. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara infusa
iler dosis II dan infusa iler dosis III

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat infusa iler dosis 2 5 3.00 15.00
infusa iler dosis 3 5 8.00 40.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.785
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70

Lampiran 22. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara infusa
iler dosis II dan infusa iler dosis IV

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat infusa iler dosis 2 5 3.00 15.00
infusa iler dosis 4 5 8.00 40.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.785
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71

Lampiran 23. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara infusa
iler dosis II dan infusa iler dosis V

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat infusa iler dosis 2 5 3.00 15.00
infusa iler dosis 5 5 8.00 40.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.785
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72

Lampiran 24. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara infusa
iler dosis III dan infusa iler dosis IV

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
Perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00
Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat infusa iler dosis 3 5 3.00 15.00
infusa iler dosis 4 5 8.00 40.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.785
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73

Lampiran 25. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara infusa
iler dosis III dan infusa iler dosis V

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat infusa iler dosis 3 5 3.00 15.00
infusa iler dosis 5 5 8.00 40.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.785
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74

Lampiran 26. Hasil analisis uji Mann-Whitney pada jumlah geliat antara infusa
iler dosis IV dan infusa iler dosis V

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
proteksi_geli
35 62.5400 30.45321 -19.20 92.86
at
perlakuan 35 4.0000 2.02920 1.00 7.00

Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
proteksi_geliat infusa iler dosis 4 5 3.00 15.00
infusa iler dosis 5 5 8.00 40.00
Total 10

Test Statisticsb
proteksi_geliat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.785
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]

a. Not corrected for ties.


b. Grouping Variable: perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Endang Milia Tabalubun.


Dilahirkan di Tual, Maluku Tenggara pada tanggal
21 Maret 1991. Lahir dari pasangan Rudy Tabalubun
dan Sisilia Paskahlina Lefmanut sebagai anak ketiga
dari 6 bersaudara. Pada tahun 1997 masuk SD
Mahtias 1 Langgur di Tual, Maluku Tenggara. Pada
tahun 2003 menempuh pendidikan di SMP Budhi
Mulia Langgurdan pada tahun 2006 melanjutkan ke
SMA Negri 1 Tual, Maluku Tenggara. Pada tahun 2009 penulis masuk
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Selama menjadi mahasiswa,
penulis aktif dalam beberapa acara yang diselanggarakan kampus, antara lain
sebagai panitia sie perlengkapan pada acara Paingan Fest, panitia sie. dana
usaha pada acara KM-Hindu Dharma,editor majalah Pharmaholic di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai