SKRIPSI
Oleh:
NIM : 108114023
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2014
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas
Peresepan Racikan pada Pasien Rawat Jalan RSUP Dr. Sardjito Periode
Desember 2013” ini dengan baik yang diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S. Farm), pada Program Studi
dari dukungan berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dari
tahap awal hingga akhir penulisan skripsi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
1. Orang tua yang telah membesarkan dengan penuh kasih, yang telah
mendukung penulis.
2. Ibu Aris Widayati, M.Sc., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
waktu, nasihat, semangat, dan ilmu yang telah diberikan dalam proses
3. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. dan Ibu Dita Maria Virginia, S.
Farm., Apt., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
skripsi ini.
4. Segenap Staf administrasi, dan instalasi rawat jalan RSUP Dr. Sardjito
5. Vera Juniarta, I Dewa Ayu K.D., Lelo Susilo, Harris Kristanto, Septi
penyelesaian skripsi.
Adra, Dino, atas dukungan, doa, semangat, dan kesetiaan menemani dari
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang tidak
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
PRAKATA..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................. x
INTISARI....................................................................................................... xvii
ABSTRACT..................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1. Perumusan masalah............................................................................ 3
3. Manfaat penelitian.............................................................................. 5
b. Manfaat praktis............................................................................. 5
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Resep ........................................................................................................ 7
a. Tablet............................................................................................ 11
b. Kapsul .......................................................................................... 11
d. Salep............................................................................................. 13
a. Absorpsi ....................................................................................... 17
b. Distribusi ...................................................................................... 18
c. Metabolisme................................................................................. 18
d. Ekskresi ........................................................................................ 19
D. Keterangan Empiris.................................................................................. 20
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Instrumen Penelitian................................................................................. 24
G. Keterbatasan Penelitian............................................................................ 27
A. Kesimpulan .............................................................................................. 41
B. Saran......................................................................................................... 42
LAMPIRAN................................................................................................... 45
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Obat ....................................................................................................................
16
Tabel II Jenis Obat, Golongan Obat, dan Kelas Terapi Obat dalam
Sardjito………………………………………………………... 29
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
2013 .....................................................................................................................
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ..................................
45
Lampiran 2 Ethical Clearence dari Komisi Etik Universitas Gadjah Mada ..........................
46 ............
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dengan kebutuhan pasien (Glassgold, 2013). Peracikan obat yang dilakukan oleh
masyarakat yang mempunyai alergi terhadapa bahan aktif dalam obat-obatan yang
disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) dan masyarakat lain yang
membutuhkan kandungan obat tersebut, namun obat tersebut tidak ada di pasaran
(FDA, 2012).
Bahan obat yang digunakan dalam peracikan resep harus kompatibel antara
zat satu dan zat lainnya untuk menghasilkan produk obat yang stabil, berkhasiat, dan
nyaman (Nahata dan Allen, 2008). Kurangnya pengetahuan akan interaksi obat yang
penulisan resep merupakan kesesuaian kombinasi obat dari sudut terjadinya interaksi
antar obat. Interaksi obat ialah reaksi yang terjadi antara obat dengan senyawa kimia
(obat lain) di dalam tubuh maupun permukaan tubuh yang dapat mempengaruhi kerja
obat (Harianto, Kurnia, dan Siregar, 2006). Mekanisme interaksi obat salah satunya
terjadi jika perubahan efek obat terjadi dalam proses absorpsi, distribusi, metabolisme,
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
dari 30 juta resep setiap tahunnya. Di Australia terdapat sekitar 250 juta resep racikan
setiap tahunnya. Dalam survei nasional apotek yang diselenggarakan pada tahun 2002,
menunjukkan bahwa terdapat penawaran resep racikan sebesar 6,4%, dimana ini
merupakan praktek layanan khusus. Pada tahun 2004 dan 2006 dilakukan penelitian
serupa dan ditemukan bahwa sekitar 10% dari apotek yang berada di Australia
32.744 (23%) patient safety incidents (PSIs) melibatkan peracikan obat bermerek
bahwa 29 angka kematian dan 93 angka keparahan. Berdasarkan data dari PSIs,
angka keparahan diidentifikasi bahwa terjadi kesalahan dosis sebanyak 43%, 70%
terjadi selama administrasi obat-obatan, dan 13% kesalahan terjadi selama penulisan
resep (NPC, 2012). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh FDA pada tahun 2001
dan 2006 melalui internet menyatakan bahwa sekitar sepertiga (33%) mengenai gagal
Oktober 2004, RSUP Dr. Sardjito ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas A
yang merupakan rumah sakit rujukan tertinggi untuk daerah DIY dan Jawa Tengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
bagian selatan, dengan 23 Staf medis fungsional, 29 instalasi, 750 tempat tidur
(Anonim a, 2009).
diatas, dapat dikatakan bahwa prevalensi peresepan racikan yang sudah ada selama
ini tidak dapat diabaikan keberadaannya. Di Indonesia sendiri belum ada kepastian
yang kemungkinan dapat terjadi juga tidak dapat diabaikan demi kepentingan
keselamatan pasien. Dari data-data diatas, telah tergambarkan bahwa RSUP Dr.
Sardjito merupakan rumah sakit yang besar, dengan jumlah prescriber yang banyak,
sehingga resep yang ada di rumah sakit ini dapat bervariasi, sehingga perlu dilakukan
penelitian ini, dengan mengambil RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sebagai tempat
penelitian.
1. Perumusan masalah
tersebut?
2. Keaslian penelitian
dosis, dan Interaksi obat resep racikan untuk pasien pediatrik rumah sakit
community pharmacies” oleh Giam, B dkk (2012). Hasil dari penelitian ini
komposisi yang besar dan bentuk sediaan untuk kondisi klinik yang lebih,
Prescriptions of the Outpatient periode Juni 2004”. Dari 2.263 resep, 197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
b. Manfaat praktis
peresepan racikan dan interaksi obat yang terjadi dalam peresepan racikan.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
terjadi dalam resep racikan yang diperoleh dari RSUP Dr. Sardjito.
racikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bab II
Penelaahan Pustaka
A. Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan, kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Apabila resep tidak dapat dibaca
dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menanyakan kepada dokter
1. Resep racikan
menjadi suatu bentuk sediaan obat disebut resep racikan. Resep racikan
mengandung nama dan kuantitas tiap bahan yang diperlukan. Nama bahan pada
umumnya ditulis dengan nama generik (Siregar dan Amalia, 2004). Peracikan
obat dilakukan dibawah pengawasan seorang apoteker, dimana mutu bahan baku
2005).
bagian resep yang disebut “signatura”, biasa disingkat “signa” atau “sig”, yang
artinya “beri tanda”. Petunjuk dokter pada resep akan ditulis pada etiket oleh
apoteker di wadah obat yang akan diserahkan. Keuntungan adanya nama dan
kekuatan obat pada etiket obat adalah untuk mempermudah komunikasi antara
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
pasien dan apoteker dan/atau dokter, dan untuk identifikasi obat dengan cepat, jika
terjadi kecelakaan atau lewat dosis dengan maksud tertentu. Tanggal kadaluwarsa
juga akan dicantumkan pada etiket berdasarkan informasi yang terdapat pada
suatu obat. Industri farmasi global terus berkembang, namun peracikan oleh
juta resep setiap tahunnya. Perkiraan yang sama telah dibuat untuk resep racikan
Serikat, dilaporkan bahwa obat racikan berjumlah kurang dari 1% dari resep
pada tahun 2002, menunjukkan bahwa terdapat penawaran resep racikan sebesar
6,4%, dimana ini merupakan praktek pelayanan khusus. Pada tahun 2004 dan
2006 dilakukan pula penelitian yang serupa, dan ditemukan bahwa sekitar 10%
Oetari, 2004).
B. Pola Peresepan
penggunaan obat yang sesuai dengan kebutuhan klinis pasien dalam jumlah dan
untuk masa yang memadai, dan dengan biaya yang terendah (Sadikin, 2011).
yang berbeda dan tidak boleh mengandung lebih dari satu macam
2. Setiap komponen aktif terdapat dalam dosis yang efektif dan aman
kompleks
diperhitungkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
1. Golongan obat
obat, cara penggunaan obat, cara kerja obat, undang-undang, sumber obat, bentuk
sediaan obat, serta proses fisiologi dan biokimia dalam tubuh. Berdasarkan cara
1. Lokal: obat yang bekerja pada jaringan setempat, seperti pemakaian topikal.
(Syamsuni, 2005).
sediaannya, absorpsi dari obat yang sudah dilepaskan, distribusi obat yang sudah
diabsorpsi oleh cairan tubuh, metabolisme obat dalam tubuh serta eliminasi obat
dari tubuh. Kecepatan pelepasan obat dipengaruhi oleh bentuk sediaan, formula
dan cara pembuatan sehingga bisa terjadi sebagian obat dilepas di saluran cerna
dan sebagian lagi masih belum dilepas sehingga belum sempat diabsorpsi sudah
keluar dari saluran cerna. Sesudah obat didistribusikan dalam tubuh maka
1. Bentuk padat, contohnya adalah serbuk (pulvis), tablet, pil, kapsul, dan
suppositoria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
a. Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat
dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan
baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan
umumnya disebut kaplet. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk
selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan (Dirjen
b. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras
bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor yang paling besar (000),
kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Kapsul gelatin keras terdiri atas dua
bagian, bagian tutup dan bagian induk. Umumnya, ada lekuk khas pada bagian
tutup dan induk, untuk memberikan penutupan yang baik bila bagian induk dan
kapsul yang diisi, selama transportasi dan penanganan. Kapsul cangkang keras
yang terbuat dari pati terdiri atas bagian tutup dan induk. Karena kedua bagian
menjadi satu pada saat pengisian, untuk menghindari pemisahan (Dirjen POM RI,
1995).
c. Pulvis (serbuk)
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Serbuk lebih
mudah terdispersi dan lebih larut dan lebih larut daripada bentuk sediaan yang
dipadatkan, karena serbuk mempunyai luas permukaan yang luas. Anak-anak atau
orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan
obat dalam bentuk serbuk. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet
atau kapsul dalam ukuran yang lazim, dapat dibuat dalam bentuk serbuk. Obat
yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam bentuk serbuk
Serbuk oral dapat dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau
lingkungan dengan melapisi tiap bungkus dengan kertas selofan atau sampul
polietilena. Pulvis hanya terbatas pada obat yang relatif tidak poten, seperti laksan
antasida, makanan diet dan beberapa analgesik tertentu dan pasien dapat menakar
secara aman dengan sendok teh atau penakar lain. Serbuk tidak terbagi lainnya
antara lain, serbuk gigi, serbuk tabur. Serbuk tidak terbagi sebaiknya disimpan
dalam wadah gelas, bermulut lebar, tertutup rapat, untuk melindungi pengaruh
atmosfer dan mencegah penguapan senyawa yang mudah menguap. (Dirjen POM
RI, 1995).
d. Salep
pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa
1). Dasar salep senyawa hidrokarbon. Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep
berlemak antara lain vaselin putih dan salep putih. Salep ini dimaksudkan
untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai
emolien, dan sukar dicuci, tidak mengering serta tidak berubah warna dalam
2). Dasar salep serap. Dasar salep ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok kelompok
pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk
emulsi air dalam minyak (paraffin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan
kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur
dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga
3). Dasar salep yang dapat dicuci dengan air. Dasar salep ini dinyatakan juga
sebagai “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau dilap
basah, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Keuntungan lain
dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap
cairan yang terjadi pada kelainan dermatologic (Dirjen POM RI, 1995).
4). Dasar salep larut air. Dasar salep ini juga sering disebut dengan dasar salep
tak berlemak, dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini tidak
mengandung bahan tak larut dalam air seperti paraffin, lanolin anhidrat atau
Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut. Pemilihan dasar
salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat bahan
obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi
e. Solutiones (larutan)
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut, misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur. Bentuk sediaan larutan
atau penggolongan yang didasarkan pada sistem pelarut dan zat terlarut seperti
spirit, tingtur, dan larutan air. Larutan oral merupakan sediaan cair yang dibuat
untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan
pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven
3. Rute pemberian
transdermal atau intranasal untuk absorpsi sistemik. Setiap rute pemberian obat
C. Interaksi Obat
Interaksi obat merupakan efek suatu obat yang termodifikasi akibat obat
lain yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan sehingga keefektifan
atau toksisitas satu obat atau lebih berubah. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
mengurangi aktivitas atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya
(Syamsudin, 2011).
1. Interaksi farmakokinetik
a. Absorbsi
kompartemen pusat. Pada absorpsi sediaan padat, tablet atau kapsul harus
terdisolusi terlebih dahulu sehingga melepaskan zat aktif yang akan diabsorpsi ke
sirkulasi lokal, dari sini obat tersebut akan didistribusikan ke tempat kerjanya.
Absorpsi suatu obat dari saluran pencernaan diatur oleh beberapa faktor, seperti
luas permukaan untuk absorpsi, kecepatan aliran darah menuju tempat absorpsi,
bentuk fisik obat (larutan, suspensi, atau sediaan padat), kelarutan dalam air, dan
konsentrasi obat pada daerah absorpsi. Untuk sediaan padat, kecepatan disolusi
obat dapat menjadi faktor pembatas yang mempengaruhi absorpsi zat aktifnya.
Absorpsi obat pada saluran cerna akan lebih baik apabila obat berada dalam
bentuk tak terion dan lebih lipofil, karena kebanyakan absorpsi pada saluran cerna
b. Distribusi
darah, obat akan terdistribusi ke dalam cairan interstitial dan antarsel tergantung
pada sifat-sifat fisikokimia khusus dari obat tersebut. Obat-obat yang memiliki
kemiripan sifat fisikokimia dapat berkompetisi satu dengan yang lain dan juga
antara obat dengan protein plasma akan membatasi konsentrasi obat yang akan
masuk ke dalam jaringan dan tempat kerjanya karena hanya obat bebas (dalam
bentuk tak terikat) yang terdapat dalam kondisi setimbang dalam jaringan
c. Metabolisme
Metabolisme obat terdiri dari reaksi fase 1 (reaksi oksidasi, reduksi, dan
hidrolitik) dan reaksi fase 2, ketika enzim membentuk konjugat produk fase 1.
Enzim-enzim fase 1 memasukkan gugus fungsi (seperti –OH, -COOH, -SH, -O-,
atau NH2) ke dalam senyawa tersebut; gugus ini hanya sedikit meningkatkan
kelarutan obat dalam air, tetapi biasanya menyebabkan inaktivasi obat. Enzim-
enzim fase 2 memfasilitasi eliminasi obat dan inaktivasi metabolit elektrofilik dan
dengan kelarutan dalam air yang lebih baik dan meningkatkan bobot molekul,
d. Ekskresi
Obat-obatan dieliminasi dari dalam tubuh baik dalam bentuk yang tidak
lipid yang tinggi. Senyawa-senyawa larut lipid tersebut baru akan dikeluarkan dari
tubuh ketika sudah mengalami metabolisme menjadi senyawa yang lebih polar.
Ginjal merupakan organ yang paling penting untuk mengeluarkan obat-obatan dan
obat oral yang tidak diserap atau metabolit obat yang diekskresi baik dalam
2. Interaksi Farmakodinamik
efek salah satu obat, yang bersifat sinergis bila efeknya menguatkan, atau
antagonis bila efeknya saling mengurangi (BPOM, 2008). Efek sebagian besar
dari obat. Obat bekerja dengan cara memengarui aktivitas reseptornya. Bagian
tempat obat bekerja dan besarnya kerja tersebut ditentukan oleh lokasi dan
3. Interaksi Farmasetik
bersifat langsung dan dapat secara fisik atau kimiawi, misalnya terjadinya
menyebabkan obat menjadi tidak aktif. Contohnya dari interaksi ini adalah
(inkompatibilitas) terjadi ketika obat dicampurkan dengan satu atau beberapa obat
yang berpotensi bereaksi satu sama lain secara kimia atau fisika. Akibat dari
inkompatibilitas ini yaitu lapisan endapan, kristal, atau tumpukan dapat terbentuk
dan kemudian mengandung zat-zat yang aktif secara farmakologi dalam bentuk
partikel dalam jumlah besar di dalam infuse namun juga mengubah obat menjadi
tidak aktif. Oleh sebab itu reaksi ini tidak hanya menimbulkan resiko yang serius
yang merusak terhadap regimen obat yang diresepkan pada pasien (Syamsudin,
2011).
D. Keterangan Empiris
prevalensi peresepan racikan dan interaksi farmakokinetik pada pasien rawat jalan
BAB III
METODE PENELITIAN
Farmakokinetik Peresepan Racikan pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Dr. Sardjito
pengumpulan datanya dilakukan pada satu titik waktu atau at point in time (Pollit
and Beck, 2003), yang pada penelitian ini yaitu periode Desember. Penelitian ini
lampau.
1. Variabel Penelitian:
1). Prevalensi peresepan racikan pada pasien rawat jalan di RSUP Dr.
Sardjito.
kedepannya.
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
2. Definisi Operasional
1. Resep racikan adalah resep yang ditulis oleh dokter untuk pasien,
dimana dalam resep tersebut berisi satu atau lebih jenis obat yang
Diazepam 1 mg
Amitriptylin 5 mg
peresepan, yaitu (R/1), (R/2) dan (R/3), dimana R/1 dan R/2
jadi total resep racikan tersebut adalah 2, dan jumlah total resep
adalah 3.
3. Pola peresepan meliputi kelas terapi, golongan obat dan jenis obat
antar obat yang dilihat per item obat jika waktu pemberian dan rute
resep yang berisi semua peresepan racikan dan non-racikan pada pasien rawat
jalan di RSUP Dr. Sardjito periode Desember 2013. Subyek penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah apoteker dan asisten apoteker yang bertugas
di instalasi rawat jalan RSUP Dr. Sardjito, yang berkenan diberikan kuesioner
yang bersifat open questions, untuk mengetahui harapan dan saran apoteker terkait
dengan peresepan racikan kedepannya. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah
semua peresepan racikan pada pasien rawat jalan periode bulan Desember 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
E. Instrumen Penelitian
berupa kuesioner yang bersifat open questions, inform consent, lembar observasi,
dan pustaka acuan dari Medscape (2014), Stockley (1994), BPOM (2008).
memperoleh informasi mengenai tata cara pengambilan data di rumah sakit ini.
diperlukan karena adanya proses untuk melihat resep pasien yang sifatnya
rahasia.
penelitian dan ethical clereance yang ditujukan pada RSUP Dr. Sardjito.
penelitian yang akan dilakukan di instalasi rawat jalan RSUP Dr. Sardjito.
RSUP Dr. Sardjito. Tanya jawab ini bertujuan sebagai studi pendahuluan
rawat jalan, sehingga data memungkinkan untuk diambil. Dalam 1 hari terdapat
dari pihak RSUP Dr. Sardjito. Pengambilan data dilakukan di bagian instalasi
rawat jalan RSUP Dr. Sardjito. Tahap ini diawali dengan pencatatan resep, baik
peresepan racikan maupun peresepan non racikan. Dari proses ini diperoleh 3221
lembar resep yang berisi 164 peresepan racikan dan 10.262 peresepan non
dengan metode purposive sampling non random, kepada apoteker dan asisten
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
apoteker yang berkenan untuk mengisi kuesioner tersebut mengenai harapan dan
kedepannya.
3. Analisis data
Analisis data dilakukan berdasarkan data yang telah diambil dari instalasi
rawat jalan RSUP Dr. Sardjito. Pada tahap ini akan dilakukan perhitungan
prevalensi peresepan racikan yang keluar pada periode Desember 2013, dan
dilakukan juga evaluasi interaksi farmakokinetik yang terjadi pada lembar resep
Jumlah total resep pada bulan Desember merupakan data sekunder yang akan
Pola peresepan dan interaksi obat yang akan dianalisis dengan bantuan
pustaka acuan. Pola peresepan akan dianalisis dengan cara mengelompokkan obat
akan dilakukan dengan melihat interaksi antar obat dalam 1 lembar resep, yang
dan asisten apoteker ini akan dianalisis dengan teknik thematic analysis. Prinsip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
analisis dengan teknik ini adalah mengambil tema-tema dari data sesuai dengan
G. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini adalah data yang diambil oleh peneliti
hanya data resep askes, tidak mencakup keseluruhan resep yang berada di instalasi
rawat jalan RSUP Dr. Sardjito, seperti data resep jamkesmas, dan resep dengan
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
Instalasi rawat jalan RSUP Dr. Sardjito menerima sekitar 400 resep
diperoleh di RSUP Dr. Sardjito pada periode bulan Desember 2013 yaitu data
resep askes, terdapat 3221 lembar resep, yang terdiri dari 164 peresepan racikan
dan 10.262 peresepan non racikan. Berdasarkan data tersebut, maka didapatkan
1.57%
98.43%
Australia ditemukan sekitar 10% pada tahun 2004 dan 2006 (Giam, McLachlan,
and Krass, 2012). Hal ini menunjukan bahwa jumlah peresepan racikan saat ini
jumlahnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah peresepan non racikan.
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
B. Pola Peresepan
kelas terapi, golongan obat, jenis obat dan jumlah dari jenis obat tersebut.
Informasi mengenai jenis obat dan jumlah obat diperoleh dari resep yang berada
di instalasi rawat jalan RSUP Dr. Sardjito periode bulan Desember 2013,
sedangkan untuk informasi mengenai kelas terapi dan golongan obat diperoleh
Tabel II. Jenis Obat, Golongan Obat, dan Kelas Terapi Obat dalam
Peresepan Racikan di Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr. Sardjito
parasetamol golongan analgesik non opiod menjadi pilihan yang paling sering
digunakan pada periode Desember 2013, yakni sebesar 33,8%. Hal ini
penggunaan, bentuk sediaan racikan dan rute pemberian dari peresepan racikan
yang berada di instalasi rawat jalan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode
Desember 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Berdasarkan data tabel III jumlah komposisi racikan yang paling sering
diresepkan pada peresepan racikan di instalasi rawat jalan RSUP Dr. Sardjito
berjumlah 3 jenis obat berbeda yang diresepkan untuk diracik, dengan komposisi
Medical Association (AMA) tahun 1994, peresepan kombinasi obat secara umum
mengandung tidak lebih dari 3 macam obat dengan farmakologis yang berbeda
dan tidak boleh mengandung lebih dari satu macam obat dengan aksi
farmakologis yang sama. Berdasarkan data pada tabel III, peresepan kombinasi
obat di instalasi rawat jalan RSUP Dr. Sardjito periode Desember 2013 sudah
memenuhi syarat dari AMA yakni tidak lebih dari 3 macam jenis obat, tetapi
terdapat beberapa obat dalam 1 komposisi yang memiliki aksi farmakologis yang
sama, yaitu seperti parasetamol + tramadol yang keduanya memiliki kelas terapi
analgesik.
sediaan yang paling sering diresepkan pada peresepan racikan di instalasi rawat
jalan RSUP Dr. Sardjito, dengan rute pemberian per oral. Hal ini menunjukkan
bahwa pasien yang menerima obat racikan tersebut merupakan pasien dewasa.
Menurut Syamsuni (2005), tujuan penggunaan obat melalui oral adalah untuk
memperoleh efek sistemik, yaitu obat masuk ke dalam pembuluh darah dan
bentuk sediaan kapsul adalah mudah ditelan dan cepat hancur/larut dalam perut,
sehingga obat cepat diabsorpsi dan segera masuk ke sistemik untuk menimbulkan
efek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
C. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat berubah akibat adanya obat lain,
dan dapat menghasilkan efek yang dikehendaki atau efek yang tidak dikehendaki,
obat dalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal
(Gitawati, 2008).
Terdapat 633 peresepan (R/) dalam 3221 lembar resep di instalasi rawat
jalan RSUP Dr. Sardjito. 633 peresepan ini merupakan peresepan racikan dan
peresepan non racikan. Terdapat 131 peresepan (R/) dari 633 peresepan yang
20,70%
79,30%
interaksi obat dengan obat lain (antar obat) berkisar 9,2% sampai 70,3% terjadi
pada pasien rawat jalan. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi obat pada pasien
rawat jalan terjadi cukup besar, sehingga pihak farmasi maupun pihak dokter
racikan, dan antara obat peresepan racikan dengan obat non peresepan racikan
yang mempunyai rute pemberian dan waktu pemberian yang sama, misalnya
peresepan obat dengan aturan minum 3xsehari. Tabel IV berikut merupakan tabel
racikan di instalasi rawat jalan RSUP Dr. Sardjito periode Desember 2013.
Interaksi Jumlah
Mekanisme Efek Keparahan
Farmakokinetik (%)
Parasetamol + Diazepam Peningkatan Minor 76
Diazepam menurunkan metabolisme
tingkat meningkatkan
parasetamol tingkat
dengan metabolit
meningkatkan hepatotoksik
metabolisme
Tramadol dan
amitriptylin
keduanya
meningkatkan
sedasi
Diazepam + Diazepam dan Monitor 1,5
Papaverin papaverin closely
keduanya
meningkatkan
sedasi
Alprazolam + Administrasi Monitor 1,5
Clobazam bersamaan Closely
dapat
meningkatkan
potensi efek
CNS
(misalnya,
peningkatan
sedasi atau
depresi
pernafasan).
Diazepam + Administrasi Monitor 1,5
Frisium bersamaan Closely
dapat
meningkatkan
potensi efek
CNS
(misalnya,
peningkatan
sedasi atau
depresi
pernafasan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
manfaat alternatif terapi, dengan modifikasi dosis dan waktu pemberian obat,
sehingga dapat mengatasi terjadinya efek interaksi obat (Tatro, 2001). Ada 3
tingkat keparahan, yaitu minor, monitor closely, dan use alternative. Minor
memiliki arti bahwa interaksi yang terjadi memiliki efek yang kecil atau tidak
signifikan. Monitor closely berarti bahwa obat tersebut memiliki potensi untuk
sehingga memerlukan pemantauan berkala dari tim kesehatan atau obat alternatif.
1. Induksi enzim
yang memetabolisme obat. Mekanisme yang terlibat tidak jelas, tetapi zat-zat
enzim yang sesuai, biasanya adalah suatu subtipe sitokrom P-450 (Neal, 2006).
menjadi sulfat dan glukoronida konjugat, sebagian kecil diubah menjadi metabolit
NAPQI yang sifatnya sangat reaktif dan beracun. Dalam kondisi normal NAPQI
melalui ginjal. Namun, jika tingkat produksi NAPQI melebihi tingkat glutathione
2. Inhibisi enzim
tidak diharapkan. Interaksi ini cenderung terjadi lebih cepat daripada yang
melibatkan induksi enzim karena interaksi ini terjadi segera setelah obat yang
obat yang dipengaruhi. Obat bisa menghambat berbagai bentuk sitokrom P-450
menjadi suatu bentuk sedian obat (Siregar dan Amalia, 2004). Peracikan obat
dilakukan dibawah pegawasan seorang apoteker, dimana mutu bahan baku yang
memproduksi racikan atas dasar permintaan dari dokter dan tidak tersediannya
RSUP Dr. Sardjito mengenai kelebihan dan kekurangan dari peresepan racikan,
1. Lebih praktis karena obat dapat dikombinasikan dengan satu atau beberapa
obat lain dan dijadikan dalam satu sediaan, sehingga tidak perlu meminum
2. Dosis obat dapat disesuaikan dengan pasien tertentu, misalnya pasien anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
3. Bentuk sediaan dapat diubah, misal pada pasien yang tidak dapat
pulveres.
1. Stabilitas dari obat dapat berkurang karena bentuk sediaan yang diubah,
3. Waktu tunggu pasien menjadi lebih lama, karena obat harus mengalami
2. Resep harus disertai dengan keterangan umur, berat badan, serta diagnosa
yang lengkap.
BAB V
A. Kesimpulan
1. Prevalensi peresepan racikan di instalasi rawat jalan RSUP Dr. Sardjito periode
2. Pola peresepan yang paling sering di resepkan pada peresepan racikan di instalasi
rawat jalan RSUP Dr. Sardjito periode Desember 2013 adalah paracetamol +
diazepam, yaitu dengan jumlah 100 peresepan dalam periode 1 bulan, dengan
metabolit hepatotoksik.
4. Harapan apoteker dan asisten apoteker di instalasi rawat jalan RSUP Dr. Sardjito
memperhatikan segi interaksi obat dan stabilitas dari obat, jika tidak terlalu
umur, berat badan, serta diagnosa yang lengkap; penulisan dosis pada resep agar
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
B. Saran
1. Untuk RSUP Dr. Sardjito diperlukan evaluasi rutin tentang interaksi obat antar
obat racikan yang telah diresepkan. Diperlukan juga pemecahan masalah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan bagi pasien, misalnya seperti ketika resep obat
datang, pihak farmasi dapat mengecek interaksi obat yang terjadi didalamnya
melalui media online (drug interaction checker), jika terdapat obat yang
perbandingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat: teori dan Praktik, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, pp. 10.
Anonim a, 2009, Sejarah RSUP Dr. Sardjito,
http://sardjitohospital.co.id/index.php?action=generic_content.main&id_gc=2,
diakses tanggal 28 November 2013.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2008, Informatorium Obat Nasional
Indonesia, Badan POM, Jakarta, pp. 13-14.
Brunton, L.L., Parker, K.L., Blumenthal, D.K., et al., 2008, Goodman and
Gilman’s Manual of Pharmacology and Therapeutics, EGC, Jakarta, pp. 2-7.
Cahyono, S.Y., 2008, Evaluasi Komposisi, Indikasi, Dosis, dan Interaksi Obat
Resep Racikan untuk Pasien Pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Juli 2007, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope
Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp.
1-4, 14-15, 18.
FDA, 2012, FDA Consumer Health Information: The Special Risks of Pharmacy
Compounding, FDA Consumer Health Information December 2012, 1-2.
Giam,J.A., McLachlan,A.J., Krass,I., 2012, Characterizing specialized
compounding in community pharmacies, Research in Sosial and
Administrative Pharmacy 8, 240-252.
Gitawati, R., 2008, Interaksi obat dan Beberapa Implikasinya, Media Litbang
Kesehatan, Volume XVIII Nomor 4 Tahun 2008.
Glassgold, J., M., 2013, Compounded Drugs, Congressional Research Service,
CRS Report for Congress.
Harianto, Kurnia,R., dan Siregar,S., 2006, Hubungan Antara Kualifikasi Dokter
dengan Kerasionalan Penulisan Resep Obat Oral Kardiovaskuler Pasien
Dewasa Ditinjau dari Sudut Interaksi Obat (StudiKasus di Apotek “x” Jakarta
Timur), Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.2, Agustus, 66-77.
Hayes and Kee, 1996, Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan, EGC,
Jakarta, pp. 140-141.
Herni, S., 2001 Interaksi Obat, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Edisi Desember
Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya
Hutabarat, 2005, Pemastian Mutu Obat: Kompendium Pedoman dan Bahan-
Bahan Terkait, EGC, Jakarta, pp. 197.
Katzung, B.G., 2004, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 8, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta, pp. 637.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004, Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004.
Li Qingan, 2005, Investigation and Analysis of Drug Interactions in Prescriptions
of The Outpatient, CNKI, http://en.cnki.com.cn/Article_en/CJFDTOTAL-
YYPF200501019.htm, diakses pada tanggal 20 September 2013.
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
McLachlan, A., Bath, S., Naganathan, V., et al., 2011, Clinical Pharmacology of
Analgesic Medicines in Older People: Impact of Frailty and Cognitive
Impairment, NCBI, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3045544/,
diakses 13 Agustus 2014.
Medscape, 2014, Drug Interaction Checker, Medscape,
http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker, diakses pada tanggal
27 April 2014.
Nahata,M.C., danAllen,L.V, 2008, Extemporaneous Drug Formulations, Clinical
Therapeutics, Volume 30, Number 11.
National Prescribing Center (NPC), 2012, Patient Safety Responsibilities of
Controlled Drugs Accountable Officers, AO News-Issue, 8 March 2012, 3.
Neal, M.J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis, Edisi Kelima, Erlangga,
Jakarta, pp. 15.
Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta,
Jakarta, pp. 35.
Sadikin, Z.D., 2011, Penggunaan Obat yang Rasional, J. Indon Med Assoc,
volume 61, nomor 4.
Shargel, L., Wu-Pong, S., and Yu, A.B.C., 2005, Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, Fifth Edition, McGraw Hill, Singapore, pp. 371-372.
Sjuib, F., 2008, Farmakokinetika dan Biofarmasi Sebagai Jembatan Antara Dokter
dan Apoteker, Makalah Prof. Dr. Fauzi Sjuib, 44-45.
Siregar, C.J.P., dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit: Teori dan
penerapan, EGC, Jakarta, pp. 196-199.
Syamsudin, 2011, Interaksi Obat: Konsep Dasar dan Klinis, UI-Press, Jakarta, pp.
15-18.
Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta, pp.
33, 48.
Tatro D.S., 2001, Drug Interaction Facts, Facts & Comparison, Wolters Kluwer,
USA, pp. xii-xiv.
Thorn, C.F., Leckband, S.G., Kelsoe, J., Leeder, S., and Muller, D.J., 2011,
Cabamazepine Pathway Pharmacokinetics, PharmGKB,
https://www.pharmgkb.org/pathway/PA165817070, diakses tanggal 18
Agustus 2014.
Wiedyaningsih, C., dan Oetari, 2004, Tinjauan Terhadap Bentuk Sediaan Obat:
Kajian Resep-resep di Apotek Kotamadya Yogyakarta, Majalah Farmasi
Indonesia, 14 (4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4. Peresepan Obat Racikan dan Interaksi Farmakokinetika di Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr. Sardjito
No Komposisi Resep Interaksi antar obat Mekanisme
1. R/ Paracetamol 600 mg Paracetamol-Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1,3 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla da in caps XXX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1
R/ Ranitidin xxx
S 2 dd 1
R/ Canderin 16 gram xxx
S 2 dd 1 (prn)
2. R/ Paracetamol 400 mg Paracetamol-Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla da in caps dtd No. XV meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1 (prn)
R/ Unalium 5 gram No. XV
S 2 dd 1 (prn)
R/ Fornestan No. X
S 2 dd 1
3. R/ Diazepam 1 mg Diazepam-Efedrin HCl Tidak ada
Efedrin HCl 25 mg
mfla da in caps No. XLV
S 3 dd 1
4. R/ Paracetamol 300 mg Paracetamol-Tramadol Tidak ada
Tramadol 30 mg
Paracetamol-Amitriptylin Tidak ada
Amitritylin 6,25 mg
mfla da in caps No. LX Tramadol-Amitriptylin 1. Tramadol dan amitriptylin keduanya meningkatkan
S 2 dd 1 tingkat serotonin. Berpotensi untuk interaksi
R/ Nepatic 300 gram No. X berbahaya. Gunakan dengan hati-hati dan memantau
S 2 dd 1 secara ketat.
R/ Mecobalamin 500 gram No. LX 2. Tramadol dan amitriptylin keduannya meningkatkan
S 2 dd 1 sedasi. Berpotensi untuk interaksi.
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14. R/ Paracetamol 600 mg Paracetamol - diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1,2 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla da in caps No.X meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1 prn.
R/ Ranitidin XXX
S 2 dd 1
R/ Canderin 8 gram XXX
S 2 dd 1 prn
R/ Nepatic 3 mg XXX
S 2 dd 1
15. R/ Paracetamol 400 mg Paracetamol – Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1,5 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps dtd No.LX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1
R/ Renadinac 50 mg No.LX
S 2 dd 1
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R/ Renadinac XXX
Diazepam - Papaverin Diazepam dan papaverin keduanya meningkatkan sedasi
S 2 dd 1 pc
R/ Ranitidin XXX
S 2 dd 1 pc
19. R/ Paracetamol 650 mg Paracetamol – Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 2 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla da in caps No.X meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1
R/ Citicholin 500 gram No.LX
S 2 dd 1
R/ Mecobalamin 500 LX
S 2 dd 1
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37. R/ Paracetamol 450 mg Paracetamol – Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps No.XX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 2
38. R/ Paracetamol 600 mg Paracetamol – Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1,2 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps No.XX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1
R/ Candrin XXX
S 2 dd 1
R/ Vaclo XXX
S 2 dd 1
R/ Ranitidin XXX
S 2 dd 1
R/ Amlodipin 10 XXX
S 2 dd 1
1
39. R/ Tramadol /2 tab Tramadol – Paracetamol Tidak ada
1
Paracetamol /2 tab
Mfla pulv da in caps dtd No.XXX
S 2 dd 1
R/ Renadinac 50 mg LX
S 2 dd 1
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43. R/ Paracetamol 600 mg Paracetamol – Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1,2 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps No.XXX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1
R/ Allopurinol XXX
S 2 dd 1
R/ Asam folat XXX
S 2 dd 1
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47. R/ Paracetamol 450 mg Paracetamol – Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps No.XXV meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1
48. R/ Paracetamol 650 mg Paracetamol – Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulvda in caps No.LX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1
R/ Leparson tab No. LX
S 2 dd 1
R/ Hexymer 2 mg No. LX
S 2 dd 1
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58. R/ Paracetamol 650 mg Paracetamol – Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps No.XV meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 3 dd 1
59. R/ Paracetamol 650 mg Paracetamol – Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 2 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps No.XV meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67. R/ Paracetamol 300 mg Paracetamol – Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 2 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps dtd No. VI meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 0-0-1
68. R/ Paracetamol 325 mg Paracetamol – Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
1
CTM /4 tab meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
mfla pulv da in caps dtd No.VI Paracetamol – CTM Tidak ada
S 0-0-1 Diazepam – CTM Chlorpheniramine dan diazepam baik peningkatan sedasi.
R/ Lansoprazole VI Potensi untuk interaksi, memantau
S 0-0-1
69. R/ Paracetamol 500 mg Paracetamol – Tramadol Tidak ada
Tramadol 15 mg Paracetamol – Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 2 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps dtd No.XXX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1 Tramadol – Diazepam Diazepam dan tramadol baik peningkatan sedasi
70. R/ Paracetamol 400 mg Paracetamol – Diazepam Tidak ada
Diazepam 1 mg
mfla pulv da in caps dtd No.XXX
S 2 dd 1
R/ Gabapentin 100 mg No. XXX
S 2 dd 1
R/ Mecobalamin 500 mg No. XXX
S 2 dd 1
R/ Ranitidin tab No. XXX
S 2 dd 1
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80. R/ Paracetamol 600 mg Paracetamol – Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
Amytriptilin 5 mg meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
mfla pulv da in caps No.LX Paracetamol – Amytriptilin Tidak ada
S 2 dd 1
Diazepam – Amytriptilin Diazepam dan amitriptyline baik peningkatan sedasi.
R/Captropil 25 gram LX Potensi untuk interaksi, memantau
S 2 dd 1
R/ Ranitidin LX
S 2 dd 1
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R/ Renadinac 50 gram LX
S 2 dd 1
83. R/ Paracetamol 450 mg Paracetamol – Meloxicam Tidak ada
Meloxicam 5 mg
Diazepam 1 mg
mfla pulv da in caps dtd No.XXX
S 2 dd 1
R/ Nepatic 100 gram No. XXX Paracetamol – Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
S 2 dd 1 meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
R/ Lapibal 500 gram No. XXX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tramadol + klobazam
Potensi untuk interaksi, memantau. Komentar:
administrasi bersamaan dapat meningkatkan potensi efek
CNS (misalnya, peningkatan sedasi atau depresi
pernafasan).
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98. R/ Paracetamol 650 mg Paracetamol + Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 2 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps dtd No.XV meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 3 dd 1 prn.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103. R/ Paracetamol 600 mg Paracetamol + Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 2 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps No.LX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R/ Ranitidin XL
S 1 – 0 – 1 pc
R/ Gabapentine mg 100 XL
S 1 – 0 – 1 pc
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111. R/ Paracetamol 600 mg Paracetamol + Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps dtd No.XXX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 1 dd 1
R/ Neurodex tab XXX
S 1 dd 1
112. R/ Paracetamol 500 mg Paracetamol + Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 2 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps dtd No.LX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R/ Natrium Diclofenac 50 XIV Diazepam + Frisium Diazepam, clobazam. Lain (lihat komentar). Potensi
S 2 dd 1 pc untuk interaksi, memantau. Komentar: administrasi
bersamaan dapat meningkatkan potensi efek CNS
(misalnya, peningkatan sedasi atau depresi pernafasan)
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mfla pulv da in caps dtd No. XV Teofilin + Metilprednisolon Methylprednisolone akan menurunkan tingkat atau efek
S 3 dd 1 teofilin dengan mempengaruhi hati / usus metabolisme
enzim CYP3A4. Interaksi yang signifikan mungkin,
memantau secara ketat.
Salbutamol + Metilprednisolon Tidak ada
121. R/ Paracetamol 450 mg Paracetamol + Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps No.XXX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 2
122. R/ Teofilin 60 mg Teofilin + Salbutamol Tidak ada
Salbutamol 1 mg Teofilin + Ambroxol Tidak ada
Ambroxol 150 mg Salbutamol + Ambroxol Tidak ada
mfla pulv da in caps dtd No. XXX
S 3 dd 1
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128. R/ Paracetamol 100 mg Paracetamol + Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 2 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps dtd No.XXX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1
R/ Ranitidin tab No. XX
S 2 dd 1
129. R/ Paracetamol 400 mg Paracetamol + Ibuprofen Tidak ada
Ibuprofen 200 mg
mfla pulv da in caps No.XV
S 2 dd 1
R/ Mecobalamin 500 gram XV
S 2 dd 1
R/ Diazepam 2 gram XV
S 2 dd 1
R/ Gabapentin 100 gram XV
S 2 dd 1
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132. R/ Paracetamol 325 mg Paracetamol + Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 2 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps dtd No.XXX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1
R/ Nepatic 100 mg No.LX
S 2 dd 1
R/ Ranitidin tab No. XX
S 2 dd
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134. R/ Paracetamol 350 mg Paracetamol + Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 2 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps dtd No.XXX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S 2 dd 1
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140. R/ Paracetamol 325 mg Paracetamol + Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1,2 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
mfla pulv da in caps dtd No.LX meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
S1–0–1
R/ Ranitidin LX
S1–0–1
141. R/ Paracetamol 450 mg Paracetamol + Diazepam Diazepam menurunkan tingkat paracetamol dengan
Diazepam 1 mg meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme
Amitriptylin 5 mg meningkatkan tingkat metabolit hepatotoksik
mfla pulv da in caps No.XXX Paracetamol + Amitriptylin Tidak ada
S 2 dd 1 Diazepam + Amitripylin Diazepam + amitriptyline
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Prevalensi dan Evaluasi Interaksi
Farmakokinetik Peresepan Racikan pada Pasien Rawat
Jalan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Desember
2013” memiliki nama lengkap Lenny Aftalina Letlora,
lahir di Palangkaraya 27 Juni 1992, yang merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bernadus
Letlora, S.H., dan Rayan Murtiaty. Awal pendidikannya
ditempuh di TK Palangka I Kota Palangkaraya (1997-
1998). Kemudian penulis menempuh pendidikannya di SD
Katolik Santo Don Bosco Palangkaraya (1998-2004), SMP
Katolik Santo Paulus Palangkaraya (2004-2007), dan SMA
Negeri 2 Palangkaraya (2007-2010). Setelah lulus dari
pendidikan tingkat SMA, penulis melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi yaitu di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
(2010-2014). Penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan di dalam fakultas, antara
lain panitia donor darah sejuta jiwa (2010), Peserta Pengabdian Masyarakat dalam
kegiatan penyuluhan (2011), Peserta Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan
(2012), volunteer kampanye informasi obat (2012). Kegiatan di luar kampus yang
diikuti oleh penulis adalah sebagai relawan tenaga kefarmasian di Persekutuan
Mahasiswa Kristen Antar Universitas Yogyakarta (Perkantas), dan aktivis di GKI
Gejayan Yogyakarta.
82