SKRIPSI
Oleh :
Dede Irwansyah
D1E014017
SKRIPSI
Oleh :
Dede Irwansyah
D1E014017
ii
iii
iv
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
Penulisan skripsi ini telah melewati beberapa proses mulai dari seminar usulan
Namun karena semangat yang tinggi untuk menyelesaikan penulisan sripsi ini
sehingga segala bentuk proses dan hambatan dapat dilalui oleh penulis. Penulis
berbagai pihak dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapakan
terimakasih kepada :
studi.
2. Dr. Ir. H. M. Mufti, M.Si., selaku Pembimbing I dan Prof. Ir. Dadang
skripsi ini.
3. Bapak Baenuri, Ibu Titin serta kakak – kakak dan segenap keluarga saya
yang selalu mendukung dan mendoakan, baik berupa moral maupun moril
4. Keluarga besar bapak H. Dadang dan Hj. Dewi yang telah memberikan
v
5. Bapak Agus Sudrajat selaku kepala RT 02 RW 05 beserta seluruh warga
Irfan dan Agung Syahbani yang telah menemani saya selama berjalannya
proses penelitian.
Islami (Asep Saepul Hamid, Altian, Jona Suryana, M. Ari Ardiana, Deni,
Fauzi) yang telah menjadi bagian keluarga saya selama masa studi dan
UKM Salam kelas B 2014 Fapet Unsoed yang telah memberikan segala
di kampus.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .................................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
vii
3.2 Metode Analisis ................................................................................. 11
GAMBAR ........................................................................................................ 31
LAMPIRAN ..................................................................................................... 34
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
xi
RINGKASAN
xii
SUMMARY
xiii
1
I. PENDAHULUAN
Ayam Sentul merupakan salah satu dari 32 rumpun ayam lokal yang sudah
teridentifikasi di Indonesia. Habitat asli ayam Sentul berasal dari wilayah Kabu-
paten Ciamis, Jawa Barat. Ayam Sentul termasuk salah satu dari 8 rumpun ayam
lokal yang diidentifikasi asli dari wilayah Jawa Barat. Delapan rumpun ayam lo-
kal tersebut yaitu; ayam Banten (Banten), ayam Burgo (Cirebon), ayam Ciparage
(Karawang), ayam Wereng (Indramayu), ayam Pelung (Cianjur dan Sukabumi),
ayam Sentul (Ciamis), ayam Lamba (Garut), dan ayam Jantur (Pamanukan-
Subang) (Soeparna., 2005). Performans produksi ayam Sentul cukup baik, dalam
setahun ayam Sentul mampu menghasilkan lebih dari 100 butir telur, lebih tinggi
dibandingkan dengan ayam kampung (70 butir/tahun), pertumbuhannya juga baik,
pada umur 10 minggu bisa mencapai bobot sekitar satu kilogram, 100 200 g
lebih besar dibandingkan dengan ayam kampung. Menurut kementan (2013)
produksi telur ayam Sentul yaitu 118 – 140 butir per tahun, dengan konversi
pakan pada ayam Sentul yaitu 2,5 – 3,2.
Pemeliharaan ayam buras yang berkembang saat ini meliputi tiga sistem yaitu
sistem ektensif, semi intentensif dan instensif. Pemeliharaan ayam buras pada
umumnya masih menggunakan sistem ekstensif. Untuk meningkatkan
produktivitas pada ayam Buras maka harus beralih pada sistem intensif. Sistem
intensif ditandai dengan induk – induk ayam hanya diperbolehkan bertelur saja
karena dipelihara dalam kandang battery. Peningkatan populasi ayam Sentul dapat
dilakukan dengan meningkatkan kualitas genetik dan DOC yang dipelihara.
Peningkatan kualitas DOC dapat dilakukan dengan cara Inseminasi Buatan
menggunakan pejantan hasil seleksi genetik yang baik. Teknik Inseminasi Buatan
(IB) membutuhkan spermatozoa dengan jumlah yang cukup dan waktu inseminasi
yang teratur. Produksi semen pada unggas setiap ejakulasi jumlahnya sedikit
sehingga penerapan IB pada unggas dilakukan untuk efisiensi penggunaan semen
yang dihasilkan oleh pejantan. Interval inseminasi yang terlalu sering sangatlah
2
Pengadaan telur tetas sebagai sumber bibit ayam untuk peremajaan masih
pejantan unggul dalam jumlah yang banyak. Hal ini dapat memperbesar biaya
satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan penerapan teknologi Inseminasi
Buatan (IB) pada ayam. Saat melakukan IB Interval dan dosis yang digunakan
harus tepat dan efisien. Frekuensi IB dan dosis yang sesuai akan berpengaruh
terhadap daya tetas dah hasil tetas. Daya tetas dipengaruhi oleh banyaknya telur
yang fertil. Daya fertil dan durasi fertilitas sangat dipengaruhi oleh kualitas dan
spermatozoa terhadap daya tetas dan hasil tetas pada ayam Sentul?
1.3 Hipotesis
3. Konsentrasi spermatozoa sebanyak 50 juta ; 100 juta; dan 150 juta dapat
untuk IB terhadap daya tetas dan hasil tetas pada ayam Sentul
Sentul.
4
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi para peneliti
inseminasi buatan.
unggas lokal.
5
Ayam Sentul merupakan ayam lokal dari daerah Ciamis, Provinsi Jawa Bar-
at yang sejak abad ke-8 telah dibudidayakan secara turun-temurun. Wilayah seba-
ran asli geografisnya yaitu Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Wilayah seba-
ran ayam Sentul yaitu Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Ciamis, Cirebon, Indrama-
Karakteristik sifat kualitatif warna bulu jantan abu-abu dengan bergaris di ujung
setiap helai bulu, memberi kesan sisik ikan, dihiasi dengan warna merah, kuning,
dan hijau. betina: dominan abu-abu dengan variasi abu kehitaman, abu keemasan,
dan abu putih. (Kementan, 2013). Pertambahan bobot hidup ayam sentul cukup
tinggi, yaitu 70.30 ± 16.87 g hari-1 (Nurhayati, 2001). Tingkat produksi telur
ayam sentul juga cukup baik. Dalam satu periode peneluran (20-35 hari) ayam
sentul mampu menghasilkan 10-18 butir per periode bertelur dengan kemampuan
daya tetas telur mencapai 90% (Sulandari et al. 2007). Menurut Syamsudin (2016)
daya tetas Ayam Sentul yang dihasilkan sudah cukup baik, hal ini ditunjukan
dengan besaran rataan lebih dari 75%, bobot tetas yang yang dihasilkan pada
ayam Sentul yaitu 32,53 gram. Sedangkan hasil penelitian Muslihah (2016) daya
tetas pada Ayam Sentul yaitu lebih dari 80% dengan tingkat fertilitas ayam Sentul
Dengan sistem ini dapat diprogramkan upaya untuk mendapatkan bibit dan DOC
(day old chick) dalam jumlah banyak dengan umur sama dalam waktu pendek
(Ridwan, 2008). Blanco et al. (2009) menyatakan bahwa IB pertama kali berhasil
dilakukan pada burung hamper satu abad yang lalu ketika Ivanov mengawinkan
membutuhkan jumlah pejantan yang jauh lebih sedikit, tergantung dari produksi
telur. Efisiensi perbandingan jumlah pejantan dan betina dengan IB akan menekan
Keberhasilan IB ditunjukkan oleh daya tunas telur ( % fertilitas) hasil IB. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi pejantan, kondisi betina
(induk), bahan pengencer semen, metode IB, waktu dan dosis IB serta gizi pakan
Waktu IB pada ayan buras adalah pada siang menjelang sore setelah ayam
bertelur yaitu pada jam 14.00- 16.00 WIB. inseminasi yang dilakukan pada sore
hari, akan menghasilkan fertilitas yang tinggi, karena pada saat itu induk ayam
sudah bertelur dan suhu lingkungan tidak terlalu panas sehingga stress pada ayam
pada ayam bangkok yang didapat yakni antara 5,75-10,07 milyar sel/ml semen
(Hijriyanto, 2017). Dosis yang diperlukan untuk memperoleh fertilitas yang opti-
fertilitas yang tinggi adalah 80 – 100 juta sperma per IB (Lake dan Stewart,1978
dalam Kadiran, 2004), makin besar jumlahnya tentu akan memberikan fertilitas
yang lebih tinggi dan daya fertil dalam saluran telur lebih lama. Blanco et al.
motil dengan frekuensi 3 kali atau lebih tiap minggunya, usaha ini menghasilkan
fertilitas sebesar 80%. Dosis IB untuk ayam kampung seharusnya lebih besar dari
(Asmarawati, 2013).
fertilitas dan daya tetas yang lebih tinggi dibandingkan dengan interva IB 7 hari.
seminggu setiap hari senin dan kamis. Jika ayam pejantan dan induk memiliki
derajat kesehatan yang baik dan tercukupi kebutuhan gizinya, maka interval IB
dapat dilakukan seminggu sekali. Selain efisien dalam hal tenaga kerja juga
8
memberi kesempatan yang lebih lama pada pejantan untuk melakukan proses
(Kadiran, 2004). Dosis sperma untuk setiap betina adalah 0,1-0,2 ml dengan kon-
sentrasi sperma 100-150 juta, guna menghasilkan fertilitas yang tinggi sebaiknya
Daya tetas dapat dihitung dengan dua cara. Cara pertama, perhitungan
daya tetas dilakukan dengan persentase perbandingan jumlah telur yang menetas
dari jumlah telur yang masuk ke dalam mesin tetas. Cara kedua, perhitungan daya
tetas dilakukan dengan persentase perbandingan jumlah telur yang menetas dari
jumlah telur fertil dalam mesin tetas (North dan Bell ,1990). Menurut Syamsudin
(2016) daya tetas Ayam Sentul yang dihasilkan sudah cukup baik, hal ini di-
tunjukan dengan besaran rataan lebih dari 75%, bobot tetas yang yang dihasilkan
pada ayam Sentul yaitu 32,53 gram. Sedangkan hasil penelitian Muslihah (2016)
daya tetas pada Ayam Sentul 84,92% dengan tingkat fertilitas ayam Sentul yang
dihasilkan adalah lebih dari 85%. Iriyanti, dkk. (2017) menyatakan bahwa daya
tetas ayam kampung yang ditetaskan secara alami yaitu sebesar 72,02%. Menurut
Mugiyono, dkk. (2015) berbagai jenis ayam sentul menghasilkan daya tetas yang
berbeda, ayam sentul Batu menghasilkan daya tetas sebesar 94% sedangkan untuk
untuk ayam Sentul Emas daya tetasnya 54%. Faktor-faktor yang mempengaruhi
daya tetas yaitu teknis pada waktu memilih telur tetas atau seleksi telur tetas (ben-
tuk telur, bobot telur, keadaan kerabang, ruang udara didalam telur, dan lama
9
penyimpanan) dan teknis operasional dari petugas yang menjalankan mesin tetas
dengan telur yang dimasukan kedalam mesin tetas dan dinyatakan dalam persen.
Hasil tetas telur dipengaruhi oleh faktor : peralatan mesin tetas dalam mencip-
takan kondisi lingkungan (kelembaban dan temperatur) yang sesuai sebagai per-
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spuit , microtube, mesin
tetas, kandang, kertas label, alat tulis, kalkulator. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ayam sentul jantan 24 ekor dan ayam sentul betina 108 ekor,
Peubah respon yang diamati dan diukur dalam penelitian ini adalah daya
Daya tetas adalah pengukuran daya tetas pada ayam Sentul yang telah
spermatozoa selama 27 hari yang kemudian telur yang dihasilkan dari induk yang
Hasil tetas adalah pengukuran hasil tetas pada ayam Sentul yang telah
spermatozoa selama 27 hari yang kemudian telur yang dihasilkan dari induk yang
(RAL) pola faktorial (3x3) sebagai faktor yang pertama adalah frekuensi IB (lama
waktu 3 hari; 6 hari; 9 hari), faktor yang kedua konsentrasi spermatozoa (50 juta
spermatozoa/0,1 ml; 100 juta spermatozoa/0,2 ml; dan 150 juta spermatozoa/ 0,3
ml). Perlakuan yang diuji adalah kombinasi level masing – masing faktor diulang
sebagai berikut :
Keterangan :
ulangan ke-k
€ijk = Pengaruh galat percobaan dari ayam ke-j yang mendapat perla-
kuan ke-i.
Jika F hitung lebih besar daripada F tabel 0,05 (F hit > F0,05) artinya
malkan daya tetas dan hasil tetas pada ayam Sentul. Jika F hitung kurang dari F
tabel 0,05 (F hit < F0,05) frekuensi IB dan konsentrasi spermatozoa tidak ber-
pengaruh nyata dalam mengoptimalkan daya tetas dan hasil tetas pada ayam
Sentul.
dilengkapi dengan tempat pakan dan minum, ember dan selang air minum.
14
gan yaitu dengan mengurut lembut dari punggung hingga ke pangkal ekor sampai
secara lembut. Jika pejantan sudah terangsang, dengan jari telunjuk dan ibu jari
langsung menekan kloaka sampai terjadi ejakulasi. Saat terjadi ejakulasi , sperma
dapat digunakan untuk meng IB betina lebih banyak. Bahan pengencer yang
sperma dan 4 bagian bahan pengencer lalu dikocok secara perlahan sehingga ho-
mogen.
Inseminasi dilakukan oleh dua orang, dengan tugas satu orang memegang
ayam betina dan memegang paha ayam dengan rapat, ibu jari kanan menekan dae-
rah kloaka (sebelah kiri) dan tangan kiri, letakkan jari telunjuk dan jari tengah
seperti menggunting ekor dan tekan ke atas sedikit sedangkan ibu jari kiri
menekan ke bawah sehingga alat reproduksi ayam betina keluar. Kemudian spuit
injeksi yang sudah berisi sperma tadi dimasukkan ke dalam saluran vagina betina
yang letaknya di sebelah kiri , sebelum sperma disemprotkan tekanan pada kloaka
dikendurkan agar sperma nantinya tidak keluar lagi dari vagina. IB dilakukan pa-
15
da sore hari di atas jam 14 : 00 WIB. Dosis sperma untuk setiap betina adalah 0,1-
Koleksi telur tetas dilakukan tiga hari setelah pelaksanaan IB yang per-
Proses inkubasi dilakukan dengan memasukkan telur tetas ke mesin tetas selama
21 hari. Suhu yang digunkanan saat penetasan yaitu 100 F. Mesin tetas yang
digunakan adalah mesin tetas manual sejumlah 12 mesin tetas dengan kapasitas
130 butir per mesin.. Telur yang telah menetas kemudian dihitung daya tetas dan
hasil tetasnya.
Daya tetas dapat dihitung dengan dua cara. Cara pertama, perhitungan
daya tetas dilakukan dengan persentase perbandingan jumlah telur yang menetas
dari jumlah telur yang masuk ke dalam mesin tetas. Cara kedua, perhitungan daya
tetas dilakukan dengan persentase perbandingan jumlah telur yang menetas dari
jumlah telur fertil dalam mesin tetas (North dan Bell ,1990). Hasil penelitian
Gemah Ripah Farm yaitu berkisar antara 48,98% - 74,89 %, persentase daya tetas
spermatozoa 50 juta sebesar 48,98% ± 4,56. Rata – rata daya tetas yang dihasilkan
adalah 60,68% ± 1,78. Daya tetas yang dihasilkan lebih rendah dari penelitian
Mugiyono (2015) yang menyatakan bahwa daya tetas pada ayam sentul Batu yaitu
sekitar 94%. Selain itu juga penelitian yang dlakukan oleh Muslihah (2016)
menyatakan bahwa daya tetas pada ayam sentul yaitu sebesar 84,92%.
pengaruh suhu dan kelembapan dari mesin tetas yang kurang terkontrol saat
mempengaruhi daya tetas. Suhu ruang yang ideal untuk penetasan diatur antara
bapan udara dalam mesin tetas yang optimal selama penetasan harus dijaga, se-
yang terlalu tinggi dalam ruang mesin tetas selama periode penetasan menyebab-
kan laju penguapan air tidak lancar karena terhambat. Anak ayam yang menetas
hari dan Konsentrasi spermatozoa 50, 100 dan 150 juta berpengaruh tidak nyata
(P > 0,05) terhadap daya tetas pada ayam Sentul. Interaksi antara frekuensi
(P>0,05) terhadap daya tetas pada ayam Sentul. Menurut Rahayu (2005) fertilitas
dilakukan, maka jumlah spermatozoa yang dapat bertahan hidup dan dapat
membuahi sel telur relatif lebih banyak sehingga kemungkinan ovum yang
terbuahi akan semakin besar. Frekuensi IB yang dilakukan saat penelitian adalah 3
hari, 6 hari dan 9 hari. Untuk menghasilkan fertilitas yang tinggi, frekuensi IB
dilakukan dua kali seminggu setiap hari Senin dan Kamis. Jika ayam pejantan dan
induk memiliki derajat kesehatan yang baik dan tercukupi kebutuhan gizinya,
maka frekeunsi IB dapat dilakukan seminggu sekali. Selain efisien dalam hal
tenaga kerja juga memberi kesempatan yang lebih lama pada pejantan untuk
juta berpengaruh tidak nyata (P > 0,05) terhadap daya tetas. Dosis IB untuk
mendapatkan fertilitas yang tinggi adalah 80 – 100 juta sperma per IB. Makin be-
sar jumlahnya tentu akan memberikan fertilitas yang lebih tinggi dan daya fertil
dalam saluran telur lebih lama. Guna menghasilkan fertilitas yang tinggi
sebaiknya IB dilaksanakan 3-4 hari satu kali atau dua kali dalam seminggu
(Udjianto dan Purnama, 2004). Menurut Ridwan (2002), lama periode fertil
buahi sel telur didalam sperm nest. Lamanya kemampuan hidup spermatozoa
ayam dalam saluran reproduksi betina mencapai 32 hari, akan tetapi daya fertili-
tasnya hanya mencapai 21 hari setelah inseminasi. Wishart dan Staines (1999)
(SST) di dalam utero-vaginal junction. Hal ini karena sebagian besar jumlah
infundibulum lebih sedikit lagi yaitu sekitar 0,02% dari dosis IB, padahal
sedikitnya jumlah spermatozoa yang berhasil masuk lapisan perivitelin dari ovum
hambatan yang mungkin dialami oleh spermatozoa dalam mencapai ovum, yaitu:
(dapat dilihat pada Gambar 1). Menurut Syamsudin (2016) daya tetas Ayam
Sentul yang dihasilkan sudah cukup baik, hal ini ditunjukan dengan besaran rataan
20
lebih dari 75%. Rahayu (2005) menyatakan bahwa daya tetas ayam kampung
dengan interval inseminasi 4 hari (79,27) lebih besar daripada interval inseminasi
7 dan 10 hari (67,26% dan 67,54%). Menurut Naifu (2014) daya tetas ayam
Tolaki dengan penggunaan mesin tetas sederhana yaitu hanya sebesar 55,21%.
100
90
80
70
Daya Tetas (%)
60
50 (50juta)
40 (100juta)
30
(150juta)
20
10
0
3 6 9
Frekuensi IB (hari)
hari dengan konsentrasi spermatozoa 50 juta sebesar 48,98% ± 4,56. Hal tersebut
dapat disebabkan karena telur hasil inseminasi buatan yang ditetaskan tidak
dilakukan seleksi bobot maupun indeks telur terlebih dahulu. Sehingga banyak
telur yang tidak normal yang ditetaskan dalam mesin tetas. Gunawan (2001) yang
menyatakan bahwa berat telur sangat mempengaruhi pesentase daya tetas, dimana
telur yang sangat ringan dan sangat berat sulit untuk menetas, sebab telur yang
sangat ringan memiliki koposisi yang sangat kurang sehingga embrio akan
21
kekurangan nutrisi dan tidak akan berkembang. Sebaliknya telur sangat berat
memiliki pori – pori yang besar, sehingga penguapan akan cepat terjadi yang
presentase daya tetas dan mengurangi variasi presentase daya tetas, perlu
dilakukan seleksi berat telur dimana berat telur yang baik untuk ditetaskan
daya tetas pada ayam kampung terjadi pada bobot telur berkisar antara 40,20 –
45,92 gram. Sedangkan bobot telur antara 37,38 – 39,49 gram dan 46,41 – 49,46
gram rata – rata daya tetas yang diperoleh yaitu lebih rendah.
Ripah farm adalah waktu sore hari setelah pukul 14:00 WIB. Hal tersebut
dimungkinkan karena induk ayam sudah mengalami peneluran saat pagi hari
terhambat dan langsung menuju ovum. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Kadiran (2004) menyatakan bahwa inseminasi yang dilakukan pada sore hari,
akan menghasilkan fertilitas yang tinggi, karena pada saat itu induk ayam sudah
bertelur dan suhu lingkungan tidak terlalu panas sehingga stres pada ayam berku-
rang. Waktu pelaksanaan IB pada ayam biasanya berpedoman pada siklus ovulasi
dengan telur yang dimasukan kedalam mesin tetas dan dinyatakan dalam persen.
Hasil tetas telur dipengaruhi oleh faktor : peralatan mesin tetas dalam mencip-
takan kondisi lingkungan (kelembapan dan temperatur) yang sesuai sebagai per-
Konsonsentrasi Frekuensi IB
Rata – Rata
spermatozoa (Juta) 3 6 9
50 39,61 59,47 57,56 52,21
Gemah Ripah Farm yaitu berkisar antara 39,33% - 60,36 %, persentase hasil tetas
tertinggi yaitu pada perlakuan frekuensi IB 9 hari dengan konsentrasi 100 juta
sebesar 60,36% ± 20,45. Sedangkan persentase hasil tetas terendah yaitu pada
39,33% ± 5,32. Rata – rata hasil tetas yang dihasilkan adalah 50,56% ± 7,75.
23
Hasil tetas yang rendah dimungkinkan karena akibat penanganan saat penetasan
yang tidak teliti dan kurang mengontrol keadaan suhu dan kelembapan pada
mesin tetas. Menurut Ningtyas (2013) suhu yang bagus untuk meningkatkan daya
tetas adalah 38 – 390 C karena hampir mendekati suhu pada penetasan alami. Suhu
atau temperatur memegang peranan yang sangat penting dalam penetasan telur
karena mempengaruhi perkembangan embrio di dalam telur. Jika suhu terlalu ren-
dan pertumbuhan embrio tidak normal karena sumber pemanas yang dibutuhkan
tidak mencukupi. jika suhu didalam mesin tetas dibawah normal maka telur akan
menetas lebih lama dari waktu yang ditentukan dan apabila suhu diatas normal,
maka waktu menetas lebih awal dari waktu yang ditentukan, sedangkan suhu yang
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil tetas dapat diduga karena
kelembaban mesin tetas pada akhir masa inkubasi adalah 80%. Kelembaban me-
sin tetas yang terlalu rendah akan mempercepat penguapan air dari telur, sehingga
menjaga cairan dalam telur dan merapuhkan kerabang telur. Jika kelembaban tid-
ak optimal, embrio tidak mampu memecahkan kerabang yang terlalu keras. Ke-
banyakan embrio yang ditetaskan ditemukan mati antara hari ke-22 sampai ke-27
24
selama inkubasi pada penetasan itik. Hal ini biasa disebut dead-in-shell dan
terbagi menjadi tiga kategori. Kategori pertama, embrio tumbuh dan berkembang
secara normal, tetapi tidak memiliki upaya untuk menerobos kerabang. Kategori
seperti ini biasanya mati pada hari ke-28. Kategori kedua mati pada hari yang sa-
ma, tetapi menunjukkan karakteristik paruh yang pipih dan lentur dengan oedema
serta pendarahan pada otot penetasan bagian belakang kepala. Kejadian tersebut
merupakan dampak berkelanjutan dari usaha embrio memecah kerabang yang ga-
gal. Kategori ketiga mati antara hari ke-22 sampai hari ke-28. Kematian pada kat-
egori ini disebabkan karena kesalahan posisi selama berkembang sehingga meng-
kelembaban yang stabil, persediaan air didalam bak penampung harus selalu
100
90
80
Hasil Tetas (%)
70
60
50 (50juta)
40 (100juta)
30
(150juta)
20
10
0
3 6 9
Frekuensi IB (hari)
konsentrasi spermatozoa berpengaruh tidak nyata (P > 0,05) terhadap hasil tetas
spermatozoa berpengaruh tidak nyata ( P > 0,05) terhadap hasil tetas ayam Sentul.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain daya fertilitas serta
fertilitas yang optimal adalah 150 juta spermatozoa menurut Toelihere (1993)
ml; 75 juta/0,1 ml; dan 150 juta/0,1 ml tidak menghasilkan fertilitas yang baik
pada telur ayam kampung. Dosis IB untuk ayam kampung seharusnya lebih besar
tinggi daripada ulangan IB 7 dan 10 hari (68,37% dan 68,69%). Hal tersebut
dapat bertahan hidup dan dapat membuahi sel telur relatif lebih banyak sehingga
mesin tetas adalah menghilangkan periode mengeram pada induk, sehingga induk
lebih produktif dan mampu menghasilkan telur lebih banyak selama hidupnya.
Selain itu anak ayam dapat diproduksi dalam jumlah yang banyak pada waktu
26
yang bersamaan dan kapasitas penetasan dapat diperbanyak sesuai dengan jumlah
telur tetas yang siap ditetaskan. Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin
(calon anak), yakni yakni meniru sifat-sifat alamiah induk ayam atau itik yang
mengerami telur, yaitu menyesuaikan suhu. kelembaban dan membalik telur yang
dierami (Subiharta dan Yuwana, 2012). Mesin tetas yang umum digunakan peter-
nak dengan skala usaha kecil di daerah pedesaan adalah mesin tetas sederhana
dengan kapasitas terbatas. Sumber panas yang digunakan dari listrik atau lampu
minyak. Namun demikian, dalam penerapannya mesin tetas dengan sumber panas
listrik sangat tergantung dari PLN, sehingga ketika listrik padam, maka proses
lain: (1) pemutaran dengan tangan masih kurang halus dan menimbulkan getaran
yang dapat mengakibatkan kematian embrio ayam; (2) pemutaran telur tidak
merata; (3) frekuensi pemutaran telur sangat terbatas, yaitu hanya tiga kali sehari
(pagi, siang, dan sore); (4) suhu dan kelembaban kurang merata; serta (5) panas
dalam mesin kurang stabil. Jumlah telur yang terkumpul selama penelitian juga
5.1 Kesimpulan
spermatozoa terhadapa daya tetas dan hasil tetas pada ayam sentul.
5.2 Saran
juta karena untuk efisiensi waktu dan jumlah spermatozoa yang digunakan.
otomatis untuk mengoptimalkan daya tetas dan hasil tetas telur hasil inseminasi
DAFTAR PUSTAKA
.
Gunawan, H. 2001. Pengaruh Bobo Telur Terhadap Daya Tetas Serta Hubungan
Antara Bobot Telur dan Bobot Tetas. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kadiran, R.D. Purnama, dan Suharto. 2004. Penetapan Interval Inseminasi Buatan
(IB) pada Ayam Buras. Prosiding temu teknis Nasional Tenaga
Fungsional Pertanian. Bogor.
Lestari, E., Ismoyowati, Dan Sukardi. 2013. Korelasi Antara Bobot Telur Dengan
Bobot Tetas Dan Perbedaan Susut Bobot Pada Telur Entok (Cairrina
Moschata) Dan Itik (Anasplathyrhinchos). Jurnal Ilmiah Peternakan
1(1):163-169.
Nafiu, L.O., M. Rusdin dan A. S. Aku. 2014. Daya Tetas dan Lama Menetas Te-
lur Ayam Tolaki Pada Mesin Tetas dengan Sumber Panas yang Berbeda.
Jitro, 1 (1).
Prasetyo, L.H. dan T. Susanti. 2000. Persilangan Timbale Balik Antara Itik Alabio
dan Mojosari Periode Awal Bertelur. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner,
5 (4) : 210-213.
Soeparna. K. Hidajat Dan T.D. Lestari. 2005. Penampilan Reproduksi Tiga Jenis
ayam lokal Jawa Barat. Pros. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi
Pengembangan Ayam Lokal. Puslitbang Peternakan dan Fakultas Peter-
nakan Universitas Dipenogoro.Semarang.
Subiharta dan Yuwana, D.M., 2012. Pengaruh penggunaan bahan tempat air dan
letak telur di dalam mesin tetas yang perpemanas listrik pada penetasan
itik tegal. JITRO,.1 (1): 1-7.
Sulandari, S.,et al. 2007. Sumber Daya Genetik Lokal Indonesia. dalam: Keraga-
man Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia : Manfaat dan Potensi.
LIPI Press, Bogor.
Susanto, E., dan Suliswanto.2013. Pengaruh Berat Telur Terhadap Daya Tetas
Telur Ayam Kampung. Jurnal ternak, 4 (2) : 27 – 30.
Suyatno. 2005. Otomatisasi Mesin Tetas Untuk Meingkatkan Produksi DOC (Day
Old Chick) Ayam Lurik dan Efisiensi Usaha. Junal DEDIKASI,3: 17-25.
Syamsudin, G.S., W. Tanwiriah, E. Sujana. 2016. Fertilitas, Daya Tetas, dan Bo-
bot Tetas Ayam Sentul Warso Unggul Gemilang Farm Bogor.
Universitas Padjajaran. Bandung.
Tullett, S. G., 1990. Science and The Art of Incubation. Poultry Science,. 69 :15.
GAMBAR
LAMPIRAN
= 5.456,785
= 1.531,88
= (894.987,13 / 9) – 99.413, 26
= 29,75
= 46,29
= 1.455,84
JK Total – JK Perlakuan
= 5.456,78 – 1.531,88
= 3.924,90
KTFrekuensi = 29,75/2
= 14,87
KTKonsentrasi = 46,29/2
= 23,15
KTFrekuensi*Konsentrasi = 1455,84/4
= 363,96
Sumber F Tabel
Variasi JK DB KT F Hitung 0,05 0,01
Perlakuan 1531,88 8 191,23 0,88 2,51 3,71
Frekuensi 14,87 2 14,87 0,06 3,55 6,01
Konsentrasi 23,15 2 23,15 0,11 3,55 6,01
frekuensi x
1455,84 4 363,96 1,67 2,93 4,58
Konsentrasi
Galat 3924,90 18 217,9077
Total 5456,78 26 KK = 0,21
37
R Konsentrasi Total
Frekuensi
50jt 100jt 150jt
3 1 42,31 66,67 50,00 158,98
2 29,16 43,33 66,67 139,16
3 47,36 68,42 56,00 171,78
Sub Total 118,83 178,42 172,67 469,92
6 1 68,75 63,64 76,92 209,31
2 45,00 40,00 66,67 151,67
3 61,11 56,52 37,50 155,13
Sub Total 174,86 160,16 181,09 516,11
9 1 56,52 33,33 65,21 155,06
2 33,33 43,47 23,08 99,88
3 37,50 41,18 45,45 124,13
Sub Total 127,35 117,98 133,74 379,07
421,04 456,56 487,50 1365,10
= 5.306,61
( )
= 1.919,46
= (630.888,40 / 9) – 69.018,45
= 1.080,26
= 245,77
= 593,43
JK Total – JK Perlakuan
= 5.306,61 – 1.919,46
= 3.387.15
KTFrekuensi = 1.080,26/2
= 540,13
KTKonsentrasi = 245,77/2
= 122,87
KTFrek*Kons = 593,43/4
= 148,36
F Tabel
0,05 0,01
Sumber Variasi JK DB KT F Hitung
Perlakuan 1919,46 8 239,93 1,27 2,51 3,71
Frekuensi 1080,26 2 540,13 2,87 3,55 6,01
Konsentrasi 245,77 2 122,87 0,65 3,55 6,01
Frekuensi x
593,42 4 148,36 0,78 2,93 4,58
Konsentrasi
Galat 3387,15 18 188,18
Total 5306,61 26 KK = 0,18
40
11. Menulis karya tulis ilmiah dalam rangka mengikuti PKM 5 Bidang yang
berjudul “Nassehat Banci (Nugget Sayur Sehat Bahan Daging Kelinci)
Sebagai Jajanan Sehat Bagi Masyarakat” tahun 2015.
12. Menulis karya tulis ilmiah dalam rangka mengikuti PKM - GT yang
berjudul “Silase Eceng Gondok (Eichchornia Crassipes) Sebagai Pakan
Ternak Kambing Potong” tahun2016.
13. Menulis karya tulis ilmiah dalam rangka mengikuti PMW yang berjudul
“OLIV OIL (Olahan Susu Variatif Oleh Ilmu) tahun 2016.
14. Menulis karya tulis ilmiah dalam rangka mengikuti PMW yang berjudul
“Terkam Senja Hatchery (Ternak Ayam Kampung Sentul Jaya) tahun
2017.
15. Kerja Praktik Lapangan di PT Fajar Taurus Indonesia Cicurug, Sukabumi
tahun 2016.
Pengalaman akademik penulis selama menempuh studi di Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) antara lain :
1. Asisten Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak (2016 – 2018).
2. Asiten Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak DIII (2016 – 2017).
Prestasi yang pernah dicapai selama menempuh studi di Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) antara lain :
1. Penerima Program Mahasiswa Wirausaha tahun 2016.
2. Penerima Program Mahasiswa Wirausaha tahun 2017.