SKRIPSI
Disusun oleh :
INDIRA LARASATI
G1A116047
UNIVERSITAS JAMBI
2019
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar Bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2019”
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis berterimakasih kepada semua pihak yang dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun guna kesempurnaan proposal ini sehingga dapat
bermanfaat bagi penelitian yang akan dilaksanakan.
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
iv
2.1.4 Jenis Imunisasi ................................................................................... 6
2.6 Hipotesis................................................................................................ 27
v
3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel ............................................................. 29
4.1.2 Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar di Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi ................................................................................................... 38
4.1.3 Kelengkapan Imunisasi Dasar di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi .......... 38
vi
4.1.4.4 Hubungan antara pekerjaan Ibu dengan kelengkapan imunisasi
dasar bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi .......................... 42
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR BAGAN
x
DAFTAR SINGKATAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
ABSTRACT
Background: Immunization is an effective strategy to generates antibody or
specific immune which effective to prevent transmission of certain disease, by
giving vaccines. Based on the collected data in Jambi 2018, there is 5 Public
Health with the lowest immunization and one of them is Putri Ayu Public
Health with 77 infant didn’t attend the complete immunization. One of the
factors that influence the completeness of infant immunization is mother’s
knowledge. Several problems regarding mother’s knowledge such as mother’s
ignorance of the importance of the right time to get the immunization and fear
of side effect caused by the immunization.
xiii
ABSTRAK
Hasil: Analisis univariat diperoleh pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar yang
terbanyak adalah pengetahuan baik (91,8%), dan kelengkapan imunisasi dasar
terbanyak adalah kategori lengkap (63,9%). Dari analisis bivariat gambaran
pengetahuan terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
tahun 2019 (p value= 0.000).
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator kesehatan pertama dalam
menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status
kesehatan anak pada saat ini serta merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan suatu bangsa. Hal ini sesuai dengan program kesehatan yang
dicanangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 pada butir ke 4
dalam rangka menurunkan AKB 24 per 1000 kelahiran hidup.1
Diperkirakan di seluruh dunia, pada tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar
21,8 juta anak tidak mendapatkan imunisasi yang bisa menyelamatkan nyawa
mereka. Di Indonesia, Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) mencapai 86,8%,dan perlu
ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun 2019. Universal Child
Immunization (UCI) desa yang kini mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga
mencapai 92% di tahun 2019. Di tingkat nasional, kita mengharapkan target
Imunisasi Dasar Lengkap 91% dan UCI Desa 84% pada akhir tahun 2015.2 Status
kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada anak di Provinsi Jambi pada tahun
2018 sebanyak 96,01% dengan jenis imunisasi 99,16% HB-0, 97,65% BCG,
96,59% DPT-HB/DPT-HB-Hib 1, 96,01% DPT-HB/DPT-HB-Hib 2, 96,20%
DPT-HB/DPT-HB-Hib 3, 98,41% Polio 1, 96,55% Polio 2, 96,39% Polio 3,
96,22% Polio 4, 97,51% campak, dengan cakupan imunisasi di Indonesia adalah
57,9%.3
Imunisasi merupakan upaya aktif untuk menimbulkan antibodi atau
kekebalan spesifik/khusus yang efektif untuk mencegah penularan penyakit
tertentu, dengan cara memberikan vaksin.4 Cakupan imunisasi dasar lengkap
merupakan salah satu indikator dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(TPB/SDGs) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian
Kesehatan (RPJMN) 2015-2019.5
Imunisasi bertujuan untuk menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) yang disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi,
maka kepada bayi, anak prasekolah, anak sekolah dan orang dewasa diberikan
2
antara Juli 2019-September 2019, dan hasil penelitian dianalisis secara univariat
dan bivariat dengan menggunakan program komputer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Imunisasi
2.1.1 Definisi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen yang serupa,
tidak terjadi penyakit.8
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan
antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten
terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori
(daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi
untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai
suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen
yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang
pernah dihadapi sebelumnya.9,10
c. Efek Samping
Efek samping yang terjadi pasca imunisasi hepatitis B umumnya ringan.
Efek samping yang muncul hanya berupa nyeri, bengkak, panas, mual, dan
nyeri sendi maupun otot dengan reaksi ringan dan sembuh dalam 1-2 hari. 8
2. Polio
Polio adalah infeksi yang menyebabkan kelumpuhan kaki. Kelumpuhan
yang disebabkan oleh virus polio dapat juga melumpuhkan anggota tubuh
lainnya. Tetapi kelumpuhan banyak terjadi pada kaki sebelah. Terdapat 2
macam vaksin polio, yaitu: IPV (Injection Polio Vaksin), vaksin ini diberikan
melalui suntikan. OPV (Oral Polio Vaksin), vaksin ini diberikan melalui
tetesan, keunggulan vaksin ini karen lebih praktis dan dapat langsung
menangkal serangan virus yang masuk kedalam tubuh.16
Vaksin polio oral (OPV) diberikan saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan (atau
usia 2, 3, 4 bulan sesuai program pemerintah), sedangkan untuk vaksin polio
suntik (IPV) diberikan pada usia 2, 4, 6-18 bulan dan 6-8 tahun. Apabila
imunisasi polio terlambat diberikan, jangan mengulang pemberiannya dari
awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi sesuai jadwal, tidak peduli berapa pun
interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.12
a. Cara Pemberian dan Dosis
Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali yaitu polio I, II, III, dan IV yang
diberikan secara oral (melalui mulut) setiap kali pemberian sebanyak dua
tetes (0,1 ml). Pemberian selanjutnya dengan jarak interval 4 minggu. Penetes
(dropper) harus diganti dengan yang baru setiap kali membuka vial yang
baru.12
b. Kontraindikasi
Anak yang sedang menderita penyakit di saluran cerna tidak boleh
menerima vaksin polio. Kontraindikasi pemberian vaksin polio antara lain
anak dalam keadaan penyakit akut, demam >38°C, muntah atau diare berat,
anak dengan imunosupresi atau sedang dalam pengobatan imunosupresif serta
memiliki keganasan yang berhubungan dengan retikuloendotelial.12
9
c. Efek Samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping pada pemberian imunisasi
polio. Efek samping yang serius seperti lumpuh layu (paralisis) jarang
terjadi.13
3. BCG
Vaksin BCG dapat mencegah penyakit tuberculosis. Tuberculosis
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium bovis.
Bacillus Calmette Guerin (BCG) adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga
didapatkan hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas.
Vaksinasi BCG menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin, tidak
mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi resiko terjadi tuberkulosis
berat seperti meningitis TB dan tuberkulosis millier.8,17
a. Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya diberikan kepada bayi umur < 2
bulan di lengan kanan atas. Pada bayi yang kontak erat dengan pasien TB
dengan bakteri tahan asam (BTA) +3 sebaiknya diberikan INH profilaksi
dulu, apabila pasien kontak sudah tenang bayi dapat diberi BCG. Vaksin
BCG diberikan secara intradermal/intrakutan 0,10 ml untuk anak dan 0,05 ml
untuk bayi baru lahir. Penyuntikan imunisasi BCG sebaiknya diberikan pada
deltoid kanan (lengan kanan atas).8
b. Kontraindikasi
Vaksin BCG perlu memperhatikan beberapa kontraindikasi pada anak.
Imunisasi BCG tidak dianjurkan pada anak dengan reaksi uji tuberkulin > 5
mm, terinfeksi HIV atau dengan resiko tinggi HIV, imunokompromais akibat
pengobatan kortikosteroid, sedang menjalani terapi radiasi, penyakit
keganasan pada tulang dan limfe, anak gizi buruk, demam tinggi, menderita
penyakit infeksi kulit yang luas, pernah menderita tuberculosis, dan
kehamilan.8,18
10
c. Efek Samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum. Reaksi
yang tampak seperti demam 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan
kemerahan di tempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian
pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara
spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran
kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit, dan tidak
menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan, dan
akan menghilang dengan sendirinya. 19
4. Vaksin DPT
Imunisasi DPT mencegah anak terhadap penyakit dipteri, pertusis (batuk
rejan), dan tetanus. Dipteri adalah penyakit radang tenggorokan berat yang
disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae dapat menyebar ke sistem saraf
dan jantung sehingga berakibat kematian.13 Pertusis (batuk rejan atau batuk
100 hari) yang disebabkan oleh Bordetella pertussis dengan gejala berupa
batuk, mata merah, demam, dan semakin lama menimbulkan keparahan
sedangkan tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani
yang disebarkan melalui luka yang dalam. Gejala tetanus berupa kejang,
mulut mencucu, kaku otot perut, kaku rahang, disertai keringat dan demam.
Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (sucking) pada 3 sampai 28 hari
setelah lahir.20
a. Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak
3 dosis. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar
suspensi menjadi homogen. Imunisasi rutin pada anak dianjurkan pemberian
5 dosis pada usia 2, 4, 6, 15-18 bulan, dan saat masuk sekolah. Ketentuan
penggunaan vaksin DPT yaitu suhu penyimpanan berkisar 2-8°C, vaksin
belum kadaluarsa, tidak pernah terendam air, dan sterilitasnya terjaga.21
11
b. Kontraindikasi
Gejala abnormal otak atau saraf pada bayi baru lahir merupakan
kontraindikasi pertusis. Gejala tersebut seperti penyakit-penyakit yang
mengenai sistem saraf pusat berupa infeksi atau kongenital. Anak-anak yang
mengalami gejala berat tersebut pada pemberian dosis pertama komponen
vaksin pertusis perlu dihilangkan pada pemberian kedua, lanjutan imunisasi
dapat diberikan vaksin DT. 21
c. Efek Samping
Efek samping yang mungkin muncul adalah demam, rasa sakit ditempat
penyuntikan, peradangan, dan kejang. Anak mungkin akan demam pada
sore hari setelah mendapat vaksin dan akan membaik dalam 1-2 hari, jika
anak mengalami demam lebih dari satu hari perlu dicurigai ada infeksi
lain.18
5. Campak
Imunisasi campak diberikan untuk mencegah penyakit campak yang dapat
mengakibatkan radang paru berat (pneumonia), diare atau menyerang otak.
Campak adalah penyakit yang menular, gejalanya yaitu demam, batuk,
peradangan selaput ikat mata, dan ruam kulit. Rubella biasanya berupa
penyakit ringan pada anak, akan tetapi bila menulari Ibu hamil pada trisemester
pertama atau awal kehamilan, dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan
pada bayi yang dilahirkan. Kecacatan tersebut dikenal sebagai Sindroma
Rubella Kongenital yang meliputi kelainan pada jantung dan mata, ketulian
dan keterlambatan perkembangan.8,21
a. Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian vaksin campak sebanyak satu kali pada usia anak 9-11 bulan
dengan dosis 0,5 cc. Sebelum disuntikkan vaksin campak dilarutkan dalam
cairan pelarut steril sebanyak 5 ml kemudian disuntikkan di lengan kiri atas
secara subkutan.16
12
b. Kontraindikasi
Gangguan imun pada anak perlu diperhatikan. Anak-anak dengan
imunodefisiensi (imun lemah) atau individu dengan gangguan imun akibat
leukimia dan lymphoma merupakan kontraindikasi pemberian vaksin
campak.9
c. Efek Samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah divaksinasi. Walaupun
dilaporkan ada beberapa variasi temuan, efek samping vaksin campak hidup
(tunggal atau gabungan) umumnya adalah ringan dan terbatas untuk anak-
anak yang rentan. 20
2. Hepatitis B
Kejadian ikutan pasca imunisasi pada hepatitis B jarang terjadi, segera
setelah imunisasi dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat
penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri
sendi. Orangtua / pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak
(ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan
yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol 15
mg/kgbb setiap 3 - 4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam bila
diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka
dengan air hangat. Jika reaksi tersebut menjadi berat dan menetap, atau jika
orangtua merasa khawatir, bawalah bayi / anak ke dokter.8
3. DPT
Reaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DPT antara lain demam
tinggi, rewel, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan,
yang akan hilang dalam 2 hari. Orangtua / pengaruh dianjurkan untuk
memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah
pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika
demam berikan parasetamol 15 kg/kgbb setiap 3 - 4 jam bila diperlukan,
maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air
hangat. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika
orangtua merasa khawatir, bawalah bayi / anak ke dokter.8
4. Polio
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio, oleh karena itu
orangtua / pengasuh tidak perlu melakukan tindakan apapun.8
14
5. Campak
Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi campak berupa rasa tidak nyaman
di bekas penyuntikan vaksin. Selain itu dapat terjadi gejala-gejala lain yang
timbul 5-12 hari setelah penyuntikan, yaitu demam tidak tinggi atau erupsi
kulit halus/tipis yang berlangsung kurang dari 48 jam. Orangtua / pengasuh
dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika
demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat
dikompres air dingin, jika demam diberikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3 -
4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup
diseka dengan air hangat. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau
jika orangtua merasa khawatir, bawalah bayi / anak ke dokter. 8
Tabel 2.1 Dosis Pemberian Imunisasi Berdasarkan Jenis Vaksin dan Cara
Pemberiannya:22
Vaksin Dosis Cara Pemberian
HB 0,5 cc Intramuskular
BCG 0,05 cc Intrakutan di daerah muskulus deltoideus
Polio 2 tetes Mulut
DPT 0,5 cc Intramuskular
Campak 0,5 cc Subkutan daerah lengan kiri atas
Sumber: Mulyanti, Y. 2013. Faktor-faktor internal yang berhubungan dengan
pemberian imunisasi dasar balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Situgintung Tahun 2013.
c. Pekerjaan
Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu
bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak
disadari oleh pelakunya, seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak
dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan
membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada
keadaan sebelumnya. Berdasarkan asumsi, ibu yang sibuk bekerja untuk
mendapatkan tambahan pendapatan keluarganya, maka kesempatan untuk
datang ke tempat pelayanan imunisasi semakin berkurang.27
d. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkah laku
seseorang. Keadaan ekonomi keluarga yang baik diharapkan mampu
mencukupi dan menyediakan fasilitas serta kebutuhan untuk keluarganya,
sehingga seseorang dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi akan berbeda
dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Keluarga dengan tingkat sosial
ekonomi yang tinggi akan mengusahakan ekonomi yang lengkap bagi anak
atau bayinya.28
2. Letak Geografis
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kesehatan / imunisasi individu
adalah keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat.
Kemudahan untuk mencapai sarana pelayanan kesehatan ini antara lain
ditentukan oleh adanya transportasi yang tersedia sehingga dapat
memperpendek jarak tempuh, hal ini akan menimbulkan motivasi bagi ibu
untuk datang ke tempat pelayanan imunisasi. Daerah yang tersedia sarana
transportasi berbeda dengan mereka yang hidup terpencil. Kemudahan tempat
yang strategis dan sarana transportasi yang lengkap akan mempercepat
pelayanan kesehatan.29
18
3. Vaksin
Secara umum vaksin terdiri dari vaksin hidup dan vaksin mati (inaktif) yang
mempunyai ketahanan dan stabilitas yang berbeda terhadap perbedaan suhu.
Oleh karena itu harus diperhatikan syarat-syarat penyimpanan dan transportasi
vaksin untuk menjamin potensinya ketika diberikan kepada seorang anak. Bila
syarat-syarat tersebut tidak di perhatikan maka vaksin sebagai material biologis
mudah rusak atau kehilangan potensinya untuk merangsang kekebalan tubuh,
bahkan bisa menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang tidak
diharapkan.8,30
4. Petugas Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan
Petugas kesehatan sangat memegang peranan penting dalam pemanfaatan
pelayanan kesehatan, di dukung dengan fasilitas kesehatan membantu kerja
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien,
sehingga membuat pasien nyaman menggunakan jasa petugas kesehatan.
Seorang dokter, bidan, atau perawat harus mengingatkan terus kepada pasien
tentang jadwal imunisasi yang harus dilengkapi.7,31
2.2 Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.13
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2014), pengetahuan adalah sesuatu yang
diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi
berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar
berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya.32,33
2.2.1 Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitis mempunyai 6 tingkatan yaitu:17
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima.
Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.
19
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan,
menyebutkan contoh dan lain-lain.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan,
membedakan memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat
merencanakan meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan
yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada. Dari teori tingkat pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengetahauan memiliki 6 tingkatan pengetahuan dimana tingkat pengetahuan
tersebut diantaranya tingkat pertama tahu setelah mendapatkan pengetahuan,
tingkat kedua memahami pengetahuan yang didapatkan, tingkat ketiga dapat
mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, tingkat keempat
20
3. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik,
terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan
4. Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang
akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
5. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang
berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
6. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional, serta dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari
keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata
dalam bidang kerja.
7. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta
24
Orangtua:
a. Pengetahuan
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Sosial Ekonomi
e. Usia
Vaksin
Petugas Kesehatan
dan Fasilitas
Kesehatan
Comfonding Factor
Petugas Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan
27
2.6 Hipotesis
Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu terhadap kelengkapan imunisasi
dasar di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
𝟏,𝟓𝟗
ni=n2 = 𝟎,𝟎𝟑𝟔𝟏 = 88,32 ( dibulatkan menjadi 88 )
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 88 sampel
penelitian. Dengan memperhitungkan kemungkinan drop out sebesar 10 % maka
jumlah sampel minimal 96,8 (dibulatkan menjadi 97).
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria Inklusi
1. Ibu yang memiliki anak berumur antara 1 sampai 2 tahun dan tinggal di
wilayah Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.
2. Ibu yang memiliki dan membawa KMS atau kartu imunisasi atau buku KIA
3. Ibu yang bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
1. Ibu yang mengisi kuesioner tidak lengkap
2. Ibu yang tidak memiliki dan membawa KMS atau kartu imunisasi
3. Keluarga lainnya yang bukan Ibu dari anak berumur 1-2 tahun
3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
accidental sampling, ibu yang mempunyai anak usia 1-2 tahun yang datang ke
puskesmas pada saat pengambilan data dan memenuhi kriteria pemilihan
dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan ibu.
3.4.2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kelengkapan imunisasi dasar.
30
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari KMS/ kartu imunisasi atau Buku KIA.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat yang dilakukan pada
penelitian ini ada 2 yaitu :
1. Analisis hubungan antara pengetahuan ibu terhadap kelengkapan imunisasi
dasar
Analisis yang akan digunakan pada menguji dua variabel yang berskala
kategorik analisis adalah dengan uji fisher, untuk interpretasi hasil menggunakan
derajat kemaknaan (α) sebesar 5% dengan catatan jika keputusan Ho ditolak
apabila p ≤ α (0,05) artinya ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan
ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Ho diterima apabila p > α (0,05)
artinya tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu terhadap
kelengkapan imunisasi dasar.
34
2. Kerahasiaan (Confidentislity)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian sesuai dengan
tujuan penelitian.
35
Populasi
Semua Ibu yang mempunyai anak usia 1-2 tahun yang berada
di wilayah Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
Informed Consent
Sampel
Ibu yang mempunyai anak usia 1-2 tahun yang datang ke
puskesmas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019 hingga September 2019.
Bertempat di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar dengan
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi tahun 2019.
Penelitian dilaksanakan di poli imunisasi, poli KIA dan poli anak Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi dengan menggunakan kuesioner yang berisi 32 pertanyaan yang diberikan
kepada 97 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel yang diperoleh dari
penelitian ini di dapatkan hasil sebagai berikut:
Dilihat dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur responden terbanyak pada usia
dewasa awal sebanyak 56 responden (57,74%) dan terkecil pada usia dewasa akhir
sebanyak 12 responden (12,37%).
37
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden menurut jumlah anak di Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi
Jumlah anak Frekuensi Persentase (%)
≤2 75 77,32
>2 22 22,68
Total 97 100%
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah ibu yang
memiliki anak ≤ 2 anak sebanyak 75 responden (77,32%) dan terkecil ibu yang memiliki
anak >2 sebanyak 22 responden (22,68%)
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden menurut pendidikan di Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SD 8 8,24
SMP 12 12,38
SMA 47 48,46
PERGURUAN TINGGI 30 30,92
TOTAL 97 100%
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden menurut pekerjaan di Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
PNS 11 11,34
SWASTA 13 13,40
IRT 61 62,88
WIRASWASTA 12 12,38
TOTAL 97 100%
4.1.2 Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden menurut pengetahuan di Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi
Baik 89 91,8
Kurang Baik 8 8,2
Total 97 100%
Dari seluruh Ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini 89 diantaranya
berpengetahuan baik (91,8%) dan 8 diantaranya berpengetahuan kurang baik (8,2%).
Tabel 4.7 Korelasi berdasarkan usia Ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar
bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
Kelengkapan Imunisasi
p-
Kurang Total Value
Usia Ibu Lengkap
lengkap (%)
N % N %
Remaja Akhir 17 17,5 12 12,4 29(29,9)
0,458
Dewasa Awal 38 39,2 17 17,5 55(56,7)
Dewasa Akhir 7 7,2 6 6,2 13(13,4)
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 diketahui bahwa Ibu pada
kelompok usia remaja akhir dengan kelengkapan imunisasi lengkap yaitu sebesar
17,5%, lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu sebesar 12,4%.
Ibu pada kelompok usia dewasa awal dengan kelengkapan imunisasi lengkap
yaitu sebesar 39,2% lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu
sebesar 17,5%.
Sedangkan Ibu pada kelompok usia dewasa akhir dengan kelengkapan
imunisasi lengkap yaitu sebesar 7,2%, lebih besar dari kelompok imunisasi
kurang lengkap yaitu sebesar 6,4%.
40
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan nilai p-value 0,458 dimana nilai p lebih
besar dari 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara usia Ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi di Puskesmas
Putri Ayu Kota Jambi tahun 2019.
Kelengkapan Imunisasi p-
Jumlah Total Value
Lengkap Kurang lengkap
Anak (%)
N % N %
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 diketahui bahwa Ibu pada
kelompok jumlah anak ≤ 2 dengan kelengkapan imunisasi lengkap yaitu sebesar
53,6%, lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu sebesar 23,7%.
Ibu pada kelompok jumlah anak > 2 dengan kelengkapan imunisasi lengkap
yaitu sebesar 10,3% lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu
sebesar 12,4%.
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui nilai p value pada durasi dan volume diare
sebesar 0,04 dimana nilai p value kurang dari 0,05 yang menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara jumlah anak yang dimiliki dengan kelengkapan
imunisasi dasar bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi tahun 2019.
41
Kelengkapan Imunisasi p-
Pendidikan Lengkap
Kurang Total Value
Terakhir lengkap (%)
N % N %
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 diketahui bahwa Ibu pada
kelompok pendidikan terakhir SD dengan kelengkapan imunisasi lengkap yaitu
sebesar 6,2%, lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu sebesar
2,1%.
Ibu pada kelompok pendidikan terakhir SMP dengan kelengkapan imunisasi
lengkap yaitu sebesar 4,1% lebih kecil dari kelompok imunisasi kurang lengkap
yaitu sebesar 8,2%.
Ibu pada kelompok pendidikan terakhir SMA dengan kelengkapan imunisasi
lengkap yaitu sebesar 32%, lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap
yaitu sebesar 16,5%.
Sedangkan Ibu pada kelompok pendidikan terakhir Perguruan Tinggi dengan
kelengkapan imunisasi lengkap yaitu sebesar 21,6%, lebih besar dari kelompok
imunisasi kurang lengkap yaitu sebesar 9,3%.
Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan nilai p-value 0,119 dimana nilai p lebih
besar dari 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan terakhir Ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar
bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi tahun 2019.
42
Kelengkapan Imunisasi
p-
Kurang Total Value
Pekerjaan Lengkap lengkap (%)
N % N %
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.10 diketahui bahwa Ibu pada
kelompok pekerjaan PNS dengan kelengkapan imunisasi lengkap yaitu sebesar
8,2%, lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu sebesar 3,1%.
Ibu pada kelompok pekerjaan swasta dengan kelengkapan imunisasi lengkap
yaitu sebesar 9,3% lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu
sebesar 4,1%.
Ibu pada kelompok pekerjaan IRT dengan kelengkapan imunisasi lengkap
yaitu sebesar 40,2%, lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu
sebesar 22,7%.
Sedangkan Ibu pada kelompok pekerjaan wiraswasta dengan kelengkapan
imunisasi lengkap yaitu sebesar 6,2%, memiliki hasil yanng sama dengan
kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu sebesar 6,2%.
Berdasarkan tabel 4.10 didapatkan nilai p-value 0,647 dimana nilai p lebih
besar dari 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pekerjaan Ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi di
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi tahun 2019.
43
N % N %
Baik 62 63,9 27 27,8 89(91,8) 0,000
Total 62 35 97(100)
4.1 Pembahasan
4.2.1 Karakter Subjek Penelitian
Karakteristik responden untuk penelitian ini berdasarkan usia yang paling
banyak yaitu usia 26-35 tahun dengan jumlah responden 56 dari 97 responden
(57,74%). Hal ini hampir serupa dengan penelitian mengenai hubungan
pengetahuan ibu tentang imunisasi oleh Rahma Heriyanti dimana usia rata-rata
respondennya adalah 26-35 tahun (45,71%).35
44
Berdasarkan jumlah anak yang paling banyak yaitu ibu dengan ≤ 2 anak
dengan jumlah responden 75 dari 97 responden (77,32%). Hal ini hampir serupa
dengan penelitian Nurhidayati yang memiliki responden yang memiliki ≤ 2 anak
dengan jumlah respondennya adalah 54 responden (73,9%).34
Berdasarkan pendidikan terakhir yang paling banyak yaitu ibu dengan
lulusan SMA dengan jumlah responden 47 dari 97 responden (48,46%). Hal ini
hampir serupa dengan penelitian Dewi Nur Intan Sari yang memiliki responden
dengan pendidikan terakhir SMA dengan jumlah respondennya adalah 41
responden (63,1%).7
Berdasarkan pekerjaan yang paling banyak yaitu ibu rumah tangga
dengan jumlah responden 61 dari 97 responden (62,88%). Hal ini hampir serupa
dengan penelitian Bella Rena Safira yang memiliki responden sebagai ibu rumah
tangga dengan jumlah respondennya adalah 83 responden (85,5%).36
dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi. artinya semakin baik tingkat
pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar maka ada kecenderungan ibu untuk
memberikan imunisasi secara lengkap kepada bayinya. Pengetahuan yang baik ini
dapat menyebabkan perubahan perilaku ibu yang terbiasa dengan tradisi yang
telah ada dikeluarga, khususnya tradisi yang terbiasa tidak memberikan imunisasi
pada bayi atau balitanya. Dengan pengetahuan yang baik pula maka tradisi yang
tadinya tidak mengarah kepada perilaku hidup yang sehat akan dapat berubah
menjadi perilaku hidup yang sehat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andrianus
Josiman (2014) dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Imaunisasi dengan Status Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Depok 1 Yogyakarta” yang mengatakan bahwa ada
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar
pada bayi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan ibu mempengaruhi
status imunisasi pada bayinya, dimana bayi yang mempunyai ibu dengan
pengetahuan tentang imunisasi yang baik akan mempunyai status imunisasi dasar
yang lengkap dibandingkan dengan bayi dengan ibu yang berpengetahuan kurang
baik terhadap imunisasi. Selanjutnya hasil penelitian yang sesuai dengan hasil
peneliti adalah penelitian dari Sumiatun (2014) dengan judul Hubungan
pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam pemberian Imunisasi Dasar Di
Puskesmas Kudus Tahun 2014 yang menunjukkan bahwa responden yang
memiliki pengetahuan cukup dan melakukan tindakan pemberian imunisasi dasar
(83,6%), sedangkan yang pengetahuannya kurang (60%) yang melakukan
imunisasi dasar.38,39
Menurut peneliti, disarankan kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Jambi
untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan pertimbangan
untuk lebih menggiatkan dalam memberikan tambahan informasi kepada
masyarakat terutama Ibu tentang pentingnya imunisasi dalam upaya pencegahan
terjadinya penyakit. Bagi Puskesmas disarankan untuk melakukan kegiatan
pembinaan guna meningkatkan pengetahuan Ibu mengenai pentingnya imunisasi.
Kepada peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lebih mendalam
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai
hubungan antara pengetahuan Ibu tentang Imunisasi dasar dengan kelengkapan
imunisasi dasar bayi di puskesmas putri Ayu Kota Jambi tahun 2019 dapat
disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik responden untuk penelitian ini berdasarkan usia yang paling banyak
pada Ibu dengan usia dewasa awal 26-35 tahun sebanyak 57,74%. Berdasarkan
jumlah anak yaitu Ibu yang memiliki ≤2 anak sebanyak 77,32%. Berdasarkan
pendidikan terakhir yaitu Ibu dengan lulusan SMA sebanyak 48,46%.
Berdasarkan pekerjaan yaitu ibu yang berkerja sebagai Ibu Rumah Tangga
sebanyak 62,88%.
2. Gambaran pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar bayi pada kategori baik yaitu
91,8%, dan yang memiliki pengetahuan pada kurang 8,2%.
3. Gambaran kelengkapan imunisasi dasar bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
adalah lengkap yaitu 63,9% dan yang tidak lengkap 36,1%.
4. Terdapat hubungan antara pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar dengan
kelengkapan imunisasi dasar bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi tahun
2019. Semakin tinggi pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar semakin baik
capaian imunisasi dasar lengkap.
49
5.2 Saran
1. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi mengenai pengetahuan Ibu mengenai imunisasi dasar dan kelengkapan
imunisasi dasar bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi. Sehingga, dari hasil
penelitian ini pihak Puskesmas dapat lebih meningkatkan upaya penyuluhan
mengenai pentingnya imunisasi dasar.
DAFTAR PUSTAKA
21. Moore LSP, Hatcher JC. Vaccination. Infectious Diseases, Microbiology and
Virology: A Q&A Approach for Specialist Medical Trainees. Cambridge:
Cambridge University Press; 2019. p. 179–86.
22. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengelolaan Vaksin. Jakarta: Dirjen
Bina Farmasi dan Alat Kesehatan;2009
23. Mulyanti, Y. Faktor-faktor internal yang berhubungan dengan pemberian
imunisasi dasar balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situgintung
Tahun 2013. [skripsi]. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan : Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah;2013
24. Green, L. Health education planning a diagnostic approach, Terjemahan oleh
Mandy Zulasmy dkk, Jakarta: Depdikbud RI;1980
25. Notoadmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. PT. Rineka
Cipta, Jakarta, Indonesia;2007
26. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:
Depkes RI;2005
27. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.Jakarta, Indonesia;1995 Hal 38-41
28. Hidayat A. A. A. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika;
2008
29. Mahdalena, Siswandoyo. Faktor-faktor yang Berhuhungan dengan Status
Kelengkapan Imunisasi Hepatitis B pada Anak di Puskesmas Lanjas
Kabupaten Barito Utara. [Jurnal Kedokteran] Yarsi;2004
30. Raharjani, 2005. Kepuasan Konsumen terhadap Sarana dan Prasaraan Rumah
Sakit. In http://repository.ac.id. Diakses 27 Mei 2019.
31. Budioro. Pengantar Pendidikan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Semarang : FK Undip;2002
32. Notoatmodjo,S.Promosi Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta;2010.h.43-119
33. Saddam, I. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Dengan
Pelaksanaan Bias (Bulan Imunisasi Anak Sekolaj) Kelas 1 dan 2 di SD AL-
FALAH Kota Jambi Tahun 2013. JMJ [Internet]. 2014Jul.1 [cited
53
INFORMED CONSENT
Assalamualaikum wr,wb
Salam sejahtera
Nama: Indira Larasati
NIM: G1A116047
Saya mahasiswa Universitas Jambi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Program Studi Kedokteran, sedang melaksanakan penelitian untuk
penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan sebagai
Sarjana Kedokteran (S.Ked).
Tertanda
Responden
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian:
A. Karakteristik Responden
1. Inisial Ibu :..........
Umur Ibu :..........
2) Tamat SMP
3) Tamat SMA
4) S1
4. Status Pekerjaan Ibu:
1) Ibu Rumah Tangga
2) Karyawan Swasta
3) PNS
4) lain lain....
Usia ibu
Jumlah anak
Pendidikan Terakhir
SD 8 8,24
SMP 12 12,38
SMA 47 48,46
PERGURUAN TINGGI 30 30,92
TOTAL 97 100%
Pekerjaan
TOTAL 97 100%
Lampiran 6 Analisa Bivariat
Kelengkapan imunisasi
N % N %
Baik 62 63,9 27 27,8 89(91,8) 0,000
total 62 35 97(100)
Kelengkapan Imunisasi
Baik Count 27 62 89
Total Count 35 62 97