i
KATA PENGANTAR
atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan ilmu, akal, pikiran, dan waktu sehinnga penulis
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Peningkatan Efektivitas dan Edukasi Skrining
Cilincing”. Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan masa internship di
Internship Periode IV 2020, selain itu juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Rara Purbasari sebagai dokter yang
telah membimbing kami dalam penulisan laporan ini. Kami juga berterima kasih kepada dr.
Edison Sahputra, MARS selaku kepala Puskesmas Cilincing, beserta seluruh staf puskesmas
yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi dan membimbing kami selam pembuatan
makalah ini.
Tentunya penulisan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang membangun
dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.semoga laporan ini dapat bermanfaat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
Daftar Tabel........................................................................................................... v
Bab 1. Pendahuluan............................................................................................. 1
2.1. HIV/AIDS........................................................................................... 5
iii
3.1. Kerangka Konsep............................................................................... 16
3.4.1 Populasi..................................................................................... 17
5.1. Kesimpulan......................................................................................... 29
5.2. Saran................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 31
iv
Daftar Tabel
v
Daftar Grafik
tahun 2020.......................................................................................... 25
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
HIV/AIDS adalah singkatan dari Human Immunodefiency Virus yaitu virus yang
menyebabkan AIDS (Acquired Immnune Deficiency Syndrome). AIDS adalah tahap lanjut
dari infeksi HIV yang menyebabkan beberapa infeksi lainnya. Virus akan memperburuk
sistem kekebalan tubuh dan penderita HIV/AIDS akan berakhir dengan kematian dalam
waktu 5-10 tahun kemudian jika tanpa pengobatan yang cukup. HIV adalah organisme
patogen yang menyebabkan AIDS retro virus yang menyebabkan HIV, menular melalui
HIV dan AIDS berasal dari benua Afrika merupakan suatu penyakit menular yang
penyebarannya cepat di seluruh dunia. Sampai saat ini belum ditemukan obat maupun vaksin
yang mampu menanggulangi serta mengobati penyakit ini. Kerusakan organ secara progresif
pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sangat rentan
terkena bermacam penyakit.2 Tingkat prevalensi sedikit lebih tinggi untuk perempuan
dibandingkan laki-laki, tetapi laki-laki bertanggungjawab atas banyak kasus karena tingkat
Berkat pengembangan terapi antiretroviral (ART) serta serapannya yang cepat dan
meluas, gelombang pasang telah berbalik dalam tanggapan terhadap HIV dan AIDS. Orang
yang hidup dengan HIV dan mendapatkan akses untuk ART sesuai protokol, saat ini dapat
menjalani kehidupan secara penuh.4 Terkait dengan upaya mengatasi HIV AIDS, sebelumnya
Pemprov DKI Jakarta telah menerbitkan Perda No.5/2008 tentang Penanggulangan AIDS dan
pembiayaan program dan menyediakan fasilitas layanan kesehatan berupa tes pengobatan
1
Kendati demikian, penggunaan ART belum cukup komprehensif untuk menjangkau
semua yang membutuhkannya, dan ribuan kematian serta terjadinya gangguan kehidupan dan
mata pencaharian akibat kesenjangan ini. Berdasarkan data UNAIDS, pada akhir 2018,
sebanyak 37,9 juta orang di dunia hidup dengan HIV dan 770.000 orang meninggal karena
AIDS. Masih banyak orang yang tidak dapat mengakses layanan pencegahan HIV karena
diingatkan untuk memainkan peran penting dalam memberikan layanan penyelamatan jiwa
ini kepada orang-orang yang paling membutuhkannya. Selain itu, resistansi terhadap ARV
yang paling umum digunakan telah meningkat, mengurangi efektivitas pengobatan dan
membutuhkan investasi dalam program pengamatan dan rejimen pengobatan baru. Data
terbaru dari UNAIDS menunjukkan bahwa kemajuan dalam mencapai target 2020 (terkait
pengetahuan tentang status HIV, menerima ART yang berkelanjutan, dan pemberantasan
HIV/AIDS ini yaitu “Bersama Masyarakat Meraih Sukses!”. Kementerian Kesehatan dan
para mitra ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk meraih sukses mencapai Three
Zero pada tahun 2030, antara lain tidak ada lagi penularan infeksi baru HIV, tidak ada lagi
kematian akibat AIDS, dan tidak ada lagi stigma dan diskriminasi pada orang
menerapkan strategi akselerasi Suluh, Temukan, Obati dan Pertahankan (STOP). Suluh
dilaksanakan melalui edukasi yang menargetkan sekitar 90% masyarakat paham HIV;
Temukan dilakukan melalui percepatan tes dini dan diharapkan sekitar 90% ODHA tahu
statusnya; Obati dilakukan untuk mencapai 90% ODHA segera mendapat terapi ARV; dan
2
DKI Jakarta menempati urutan keempat dengan kasus HIV/AIDS terbanyak di
Indonesia setelah Papua, Bali, dan Jawa Timur. Puskesmas Kecamatan Cilincing terletak di
Kota Administrasi Jakarta Utara dengan wilayah kerja yang mencangkup 7 kelurahan.
Terdapat 2 daerah terlokalisasi wanita pekerja seksual langsung maupun tidak langsung
(WPSL/TL) di Kelurahan Cilincing, 11 salon waria, 6 panti pijat, dan 1 kantong Injection
Drug User (IDU) yang tersebar di seluruh kelurahan tersebut. Kasus HIV/AIDS tidak lepas
dari populasi kunci, antara lain Wanita Pekerja Seksual (WPS), Laki Suka Laki (LSL),
November 2020, populasi kunci, terutama WPS yang telah diskrining sebanyak 116 dari
target 522 WPS (22%). Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran WPS dalam
skrining HIV/AIDS. Oleh karena itu, mini project ini ditujukan untuk meningkatkan
efektivitas dan edukasi mengenai skrining HIV/AIDS terhadap Wanita Pekerja Seksual di
3
1.3 Tujuan Penelitian
HIV di Puskesmas Kecamatan Cilincing dengan metode PDCA (plan, do, check and
action). Tujuan umum dari mini project ini adalah untuk meningkatkan angka
tahun 2020.
Sinta.
1. Bagi Masyarakat
2. Bagi Puskesmas
4
Meninngkatkan capaian puskesmas terkait skrining HIV/AIDS di wilayah kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIV/AIDS
AIDS adalah tahap lanjut dari infeksi HIV yang menyebabkan beberapa infeksi
HIV/AIDS akan berakhir dengan kematian dalam waktu 5-10 tahun kemudian
jika tanpa pengobatan yang cukup. HIV adalah organisme patogen yang
AIDS berasal dari benua Afrika dan merupakan suatu penyakit menular yang
Sampai saat ini belum diketahui ada vaksin maupun obat yang dapat
menanggulangi penyakit ini, angka kematian AIDS ini sangat tinggi hampir
semua penderita penyakit meninggal dunia dalam waktu lima tahun sesudah
5
yang didapat (bukan penyakit keturunan). AIDS kumpulan gejala penyakit yang
6
disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi HIV. HIV cenderung
menyerang jenis sel tertentu, terutama sekali sel darah putih limfosit T4 yang
tubuh. Selain limfosit T4, HIV dapat juga menginfeksi sel Langerhans pada kulit,
menginfeksi kelenjar limfe, alveoli paru-paru, retina, serviks uteri dan otak. Virus
dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri. HIV juga mempunyai tat, yaitu
salah satu dari sejumlah gen yang dapat mengatur replikasi maupun pertumbuhan sel
yang baru. Tat dapat mempercepat replikasi virus sedemikian hebatnya sehingga
menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi turun atau lemah. Penurunan sistem
Menurut Manan (2011), penyebab etiologi pada HIV adalah sebagai berikut:
a. Dengan melihat tempat hidup HIV, tentunya bisa diketahui penularan HIV terjadi
kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti hubungan seks dengan
pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik dan alat-alat penusuk (tato, penindik
dan cukur) yang tercemar HIV dan ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin
b. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin tertular.
c. ASI dari ibu yang terinfeksi HIV juga mengandung virus tersebut.
6
d. Kemungkinan kecil HIV dapat ditemukan dari air liur, air mata, cairan otak,
terutama melalui perantara darah, semen dan sekret vagina, sebagian besar 75%
penularan terjadi melalui kontak seksual dan virus ini cenderung menyerang sel jenis
tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen permukaan CD4, terutama limfosit T
kekebalan tubuh.1
7
a. Melalui hubungan seksual
Merupakan jalur utama penularan HIV/AIDS yang paling umum ditemukan, virus
dapat ditularkan dari seseorang yang sudah terkena HIV kepada mitra seksualnya
melalui hubungan seksual tanpa pengaman seperti kondom, jalur ini dapat dicegah
dengan cara tidak berhubungan seksual, saling setia dengan satu pasangan, selalu
obat-obat terlarang.
b. Parental
Penularan dapat terjadi melalui transfusi darah atau produk darah atau
penggunaan alat-alat yang sudah dikotori darah seperti jarum suntik, jarum tato,
tindik. Hal ini dapat dicegah dengan memastikan bahwa darah yang diterima pada
saat transfusi tidak mengandung HIV dan memastikan bahwa peralatan seperti
jarum suntik, jarum tato dan tindik telah disterilkan dan apabila memungkinkan
c. Perinatal
Penularan melalui ibu kepada anaknya, hal ini bisa terjadi saat anak berada di
dengan cara ELISA (Enzym Liked Immuno Sorbent Assay) tes ini digunakan mencari
antibodi yang ada dalam darah seseorang termasuk HIV, sifat tes ini sangat sensitif
dalam membaca kelainan darah. Cara kedua yaitu Western Bolt, tes ini dapat
mendeteksi kehadiran antibodi HIV dengan lebih akurat tetapi lebih mahal dari
8
ELISA dan ketiga dengan cara dipstick HIV, yaitu tes ini cepat dan murah dengan
Infeksi HIV memiliki 4 stadium sampai nantinya menjadi AIDS yaitu sebagai
berikut:1
a. Stadium I
Belum menunjukkan gejala dan dalam hal ini pasien dengan HIV tidak
menunjukkan gejala klinis yang berarti, sehingga pasien akan tampak sehat seperti
b. Stadium II
Sudah mulai menunjukkan gejala yang ringan dan gejala ringan seperti penurunan
berat badan kurang dari 10%, infeksi yang berulang pada saluran nafas dan kulit.
c. Stadium III
Pasien sudah tampak lemah, gejala dan infeksi sudah mulai bermunculan, enderita
akan mengalami penurunan berat badan yang lebih berat, diare yang tidak
kunjung sembuh, demam yang hilang timbul dan mulai mengalami infeksi jamur
d. Stadium IV
Pasien akan menjadi AIDS, aktivitas pasien akan banyak dilakukan di tempat
tidur karena kondisi dan keadaannya sudah mulai lemah dan infeksi mulai
9
2.1.8 Pencegahan HIV/AIDS
masyarakat dan pemerintah untuk mencegah atau mengurangi perilaku risiko tinggi
berhubungan seks dengan satu orang saja yang diketahui tidak terinfeksi HIV.
yang benar saat melakukan hubungan seks baik secara vaginal, anal dan oral dapat
lebih besar terhadap penyebaran infeksi menular seksual lainnya sebanyak 5%.
c. Menyediakan fasilitas konseling dan tes HIV sukarela. Konseling dan tes ini
secara sukarela ini sangat disarankan untuk semua orang yang terkena salah satu
d. Melakukan sunat bagi laki-laki, sunat pada laki-laki yang dilakukan oleh
profesional kesehatan terlatih dan sesuai dengan aturan medis dapat mengurangi
tahun 2011 telah mengkonfirmasi bahwa orang HIV positif yang telah mematuhi
10
pengobatan ARV, dapat mengurangi risiko penularan HIV kepada pasangan
menggunakan alat suntik steril untuk setiap injeksi atau tidak berbagi jarum
g. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan dan
menyusui yaitu dengan pemberian ARV untuk ibu dan bayi selama kehamilan,
Voluntary Counseling and Testing (VCT) adalah suatu proses konseling terhadap
suatu individu sehingga individu tersebut memperoleh informasi dan dapat memutuskan
untuk melakukan tes HIV atau tidak, dimana keputusan yang diambil oleh individu
tersebut merupakan keinginan dari dalam dirinya sendiri tanpa paksaan dan hasil tes
sepenuhnya dirahasiakan dari pihak lain. Konseling dalam VCT merupakan kegiatan
11
berbagai masalah terkait dengan HIV/AIDS yang bertujuan untuk perubahan perilaku ke
konseling serta pemahaman akan HIV. Adapun pihak-pihak yang membutuhkan VCT
antara lain: mereka yang ingin mengetahui status HIVnya karena merasa telah
melakukan tindakan yang berisiko untuk tertular HIV, mereka yang telah tertular HIV
dan keluarganya, mereka yang membutuhkan VCT untuk kepentingan dinas atau
Penerimaan
terhadap
status HIV
positif Memotivasi
Perencanaa perubahan
n masa perilaku
depan
Pencegaha
Normalisasi n transmisi
dari stigma ibu-anak
HIV
VCT
Dukungan Pencegahan,
sosial dan skrining, dan
komunitas penanganan
(grup HIV) IMS
Penangana
Akses untuk n awal
kondom Akses ke infeksi
pelayanan oportunistik
kesehatan (ARV,
anti TB)
Gambar 2.2 Peranan layanan VCT pada berbagai aspek layanan kesehatan (UNAIDS, 2000)
12
klien untuk testing, memberikan pengetahuan pada klien tentang HIV/AIDS. Isi
memutuskan akan tes atau tidak, mempersiapkan informed consent dan konseling
b. Tes HIV
Secara konvensional tes HIV dilakukan dengan mendeteksi antibodi HIV. Jika
seseorang memiliki antibodi terhadap HIV di dalam darahnya, hal ini berarti
orang itu telah terinfeksi HIV. Kini berbagai varian tes antibodi HIV telah
Blot dan tes lainnya yang prinsip penggunaannya lebih mudah dan harga lebih
1. Non Reaktif
Hasil tes non reaktif menunjukkan bahwa tidak terdeteksi antibodi di dalam
darah. Hasil ini dapat mempunyai beberapa arti yakni individu tersebut tidak
terinfeksi HIV atau individu tersebut mungkin terinfeksi HIV tetapi tubuhnya
belum dapat memproduksi antibodi HIV dimana dalam kondisi ini individu
2. Reaktif
Hasil tes reaktif menunjukkan bahwa antibodi HIV terdeteksi di dalam darah.
Hasil ini menunjukkan bahwa individu dengan hasil tes HIV reaktif berarti
telah terinfeksi HIV, tetapi belum tentu individu tersebut telah mengidap
13
AIDS. Untuk hasil tes reaktif konselor akan menjelaskan makna hasil tes
reaktif dan menanyakan kepada klien siapa saja yang boleh mengetahui hasil
tes. Sedangkan untuk hasil tes non reaktif dan intermediate konselor
menjelaskan makna hasil tes dimana klien juga diberikan konseling mengenai
perubahan perilaku.
3. Intermediate
dengan hasil tes, menyampaikan hasil secara jelas, menilai pemahaman mental
2.1.9 Penatalaksanaan
HIV/AIDS dapat diatasi dengan pemberian obat ARV, tetapi obat ini hanya
14
2.1.10 Dampak HIV/AIDS
Perempuan dan laki-laki yang terinfeksi HIV atau sudah menderita AIDS
masyarakat luas. Hal ini semua dapat menimbulkan stress. Selain itu wanita yang
menderita AIDS akan berpengaruh sangat buruk terhadap anak dan seluruh anggota
keluarganya. Hal yang lebih parah adalah jika ibu yang terinfeksi HIV
Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah para pekerja yang bertugas melayani
aktivitas seksual dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau uang dari yang telah
memakai jasa mereka tersebut. Dalam literatur lain juga disebutkan bahwa pengertian
PSK adalah wanita yang pekerjaannya menjual diri kepada banyak laki-laki yang
membutuhkan pemuasan nafsu seksual, dan wanita tersebut mendapat sejumlah uang
sebagai imbalan, serta dilakukan diluar pernikahan.15 Pengertian PSK sangat erat
hubungannya dengan pengertian pelacuran, PSK menunjuk pada “orang” nya, sedangkan
diatas,dapat ditegaskan bahwa batasan PSK yang dimaksut pada penelitian ini adalah;
15
dengan jenis kelamin yang bukan suaminya (tanpa ikatan perkawinan) dengan
BAB III
Populasi Kunci :
-Wanita Pekerja Seks Pengetahuan kurang dan perilaku berisiko
Keterangan :
: dilakukan
: tidak dilakukan
16
3.2 Jenis Mini Project
Mini project ini merupakan kegiatan berupa observasi dan intervensi yang
dilakukan dalam satu waktu tertentu. Proses identifikasi masalah dilakukan melalui
Proses ini dilakukan dengan melihat data sekunder berupa laporan tahunan dan bulanan
Mini Project ini dilakukan di Poli Sinta Puskesmas Kecamatan Cilincing. Media
yang digunakan adalah formulir tes dan konseling HIV, hasil laboratorium anti-HIV,
serta pamflet atau poster edukasi mengenai pencegahan HIV/AIDS. Waktu mini project
3.4.1. Populasi
Populasi untuk mini project ini adalah seluruh wanita pekerja seksual (WPS) yang
datang ke Poli Sinta untuk dilakukan skrining HIV/AIDS. Wanita Pekerja Seksual dipilih
sebagai responden karena berada pada suatu tempat khusus tertentu yang memudahkan
pelaksana mini project untuk mendata dibandingkan dengan populasi kunci lain.
17
Sampel adalah seluruh populasi dalam mini project ini yang sesuai dengan kriteria inklusi
hingga waktu yang telah ditentukan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
consecutive sampling.
1. Wanita pekerja seksual yang datang ke Poli Sinta tanggal 1-31 Desember 2020
menargetkan sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada kegiatan ini
sampel yang dibawa oleh LSM tiba di poli Sinta, kemudian dilakukan skrining HIV
menggunakan formulir tes dan konseling HIV, serta pemeriksaan laboratorium anti HIV.
Setelah itu, pasien diberikan edukasi mengenai hasil skrining dan seputar HIV/AIDS.
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
HIV Human Uji darah Laboratoriu - Positif Nominal
Immunodefiency
m anti-HIV
Virus merupakan HIV
virus yang
memperburuk sistem - Negatif
kekebalan tubuh
HIV
VCT Voluntary Wawancar Formulir
18
counselling and a konseling
testing adalah
dan tes HIV
layanan yang
bertujuan untuk
membantu
pencegahan,
perawatan, dan
pengobatan bagi
penderita HIV/AIDS.
2. Anti-HIV (laboratorium)
formulir tes dan konseling HIV yang tersedia di Poli Sinta dan tes anti-HIV di laboratorium
responden
3. Kemudian dilakukan konseling pre dan post tes HIV terhadap responden
19
4. Pencarian data dihentikan hingga waktu yang telah ditentukan, kemudian dilakukan
input data ke Ms. Excel dan analisa data dari hasil mini project yang telah didapat
3. 9 Pengolahan Data
1. Editing
Pada tahap ini dilakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner diisi dengan
lengkap, jawaban dari responden jelas dan apakah jawaban relevan dengan
pertanyaan.
2. Coding
Kegunaan coding adalah mempermudah pada saat analisis data dan juga pada saat
entry data.
3. Processing
Memindahkan isi data atau memproses isi data dengan memasukkan data ke dalam
4. Cleaning
Pengecekan kembali data yang sudah dimasukan untuk melihat apakah ada kesalahan
atau tidak.
option pivot table didalam google spreadsheet. Apabila variabel dengan skala numerik,
20
maka data yang ditampilkan dalam bentuk rerata, median dan ukuran nilai sebaran
(simpang baku, nilai minimum dan nilai maksimum). Sedangkan apabila variabel dengan
skala kategorik, maka data yang ditampilkan dalam bentuk jumlah dan proporsi.
Manusia:
Material:
Rendahnya pengetahuan mengenai pencegahan
Kurangnya media promosi mengenai
dan penularan HIV/AIDS
pencegahan HIV/AIDS
Ketakutan untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan karena
pandemi dan anggapan orang lain
Masyarakat masih menganggap obrolan
tentang HIV atau hubungan seksual tabu
Kurangnya sikap dan tindakan pencegahan HIV/AIDS
Berkurangnya WPS
yang skrining HIV
LSM dan puskesmas memiliki kegiatan lain Lingkungan:
Masa pandemi menyebabkan pihak
puskesmas tidak dapat turun langsung ke
lapangan untuk menjaring populasi kunci
Metode:
Skrining HIV langsung dengan turun ke
lapangan tempat populasi kunci
Kegiatan Pelaksanaan
Kecamatan Cilincing
21
Pelaksanaan Penelitian
Pemberian
obat ARV
Edukasi mengenai
pencegahan dan
penanganan HIV
22
BAB IV
Dalam pelaksanaan skrining tidak langsung ini, dapat disimpulkan beberapa hal yang
menjadi evaluasi adalah tidak terdapat permasalahan dari aspek sumber daya manusia atau
tenaga kesehatan, pendanaan atau biaya, alat penunjang. Namun terdapat kendala dalam hal
koordinasi pelaksanaan ke sampel (WPS) dan satpol PP di Kecamatan Cilincing. Hal ini
menyebabkan sulitnya WPS yang dijaring untuk datang ke layanan Sinta dikarenakan
berbagai hal, seperti pembubaran daerah lokalisasi oleh satpol PP di waktu yang tidak dapat
Usia
30%
70%
Pada grafik 4.1, dapat diketahui bahwa skrining VCT paling banyak diisi oleh
23
(30%). Hal ini dapat dikarenakan banyaknya angka pengangguran dan lapangan
pekerjaan yang sulit didapat di Indonesia. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang tidak
bermodalkan apapun memilih untuk menjadi Wanita Pekerja Seksual untuk mencari
nafkah.ewewe
Lama Bekerja n
< 1 minggu 7
1 minggu – 1 bulan 2
> 1 bulan 1
Tabel 4.1. Lama Bekerja Responden
Lama bekerja responden pada table 4.1 memperlihatkan bahwa paling banyak
WPS yang datang untuk skrining baru saja bekerja selama kurang dari 1 minggu (7
responden), sementara yang sudah bekerja lebih dari 1 bulan hanya terdapat 1 responden.
Penjaringan WPS baru untuk melakukan skrining VCT lebih mudah dilakukan karena
pada umumnya skrining VCT merupakan aturan yang harus dilakukan sebelum mulai
Penggunaan kondom
10%
20%
70%
24
Grafik 4.2 menunjukkan salahsatu cara pencegahan penularan HIV/AIDS yang
telah dilakukan WPS secara umum. Penggunaan kondom masih sangat jarang dilakukan
oleh responden, antara lain kondisional (70%), tidak pernah memakai (20%), dan selalu
memakai (10%). Kondom merupakan alat yang dapat dipakai untuk mencegah
berkontaknya cairan tubuh yang terkontaminasi ke tubuh yang lain dan mencegah
pada kenyataannya masih banyak yang tidak memakainya tergantung pada keinginan
pelanggan. Hal ini menjadi dilemma pada banyak WPS dikarenakan kurang ketatnya
Skrining HIV/AIDS
35
30
25
20
15
10
0
Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
WPS
Grafik 4.3 Capaian Skrining HIV/AIDS selama masa pandemi COVID-19 tahun 2020
25
Berdasarkan grafik 4.1, capaian Skrining HIV/AIDS tidak langsung terhadap WPS
melalui pendekatan LSM pada bulan Desember 2020 secara umum lebih meningkat jika
Cilincing dapat menyaring 10 orang yang dilanjutkan dengan edukasi mengenai pencegahan
dan penanganan HIV/AIDS di satu waktu yang sama dengan dilakukannya skrining
perorangan. Target capaian skrining HIV/AIDS terhadap WPS, yaitu sebanyak 522
presentasenya.
2020
Desember 2020 setelah dilakukan Kerjasama dengan LSM, yaitu sebanyak 23.3% dari bulan
sebelumnya 9.3%. Sebelumnya, skrining yang dilakukan oleh puskesmas berupa skrining
langsung dan skrining tidak langsung. Skrining langsung merupakan skrining yang
lapangan untuk menjaring WPS yang belum pernah di tes HIV/AIDS. Oleh karena pandemi,
26
skrining yang dilakukan oleh penulis dilakukan dengan pendekatan yang lebih terarah
contohnya pada lembaga swadaya masyarakat, dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Cilincing.
Edukasi dilakukan terhadap para WPS yang datang ke layanan Sinta untuk skrining
HIV/AIDS. Sebelum edukasi dimulai, WPS terlebih dahulu ditanyakan beberapa pertanyaan
terkait tes dan konseling HIV/AIDS sesuai dengan formulir yang sudah ada. Kemudian WPS
diminta untuk melakukan uji darah anti-HIV untuk melihat apakah yang bersangkutan terjangkit
HIV/AIDS. Semua WPS dengan hasil positif diberikan ARV sesuai kebutuhan dari layanan Sinta
dan direncanakan untuk berobat rutin ke layanan Sinta, kemudian diberikan edukasi mengenai
WPS yang mendapatkan hasil negatif langsung diberikan edukasi mengenai pencegahan
HIV/AIDS.
Mayoritas dari WPS belum mengetahui betul tentang HIV/AIDS meskipun datang ke
layanan Sinta dengan kesadaran diri sendiri. Beberapa dari mereka masih ada yang salah kaprak
mengenai cara penularan dari HIV/AIDS dan salah artikan HIV dengan penyakit infeksi menular
seksual lainnya. Hal ini membuktikan bahwa masih dibutuhkannya edukasi kepada populasi
kunci terutama WPS karena merekalah yang terpapar langsung dan berisiko tinggi dengan
27
Pengetahuan tentang HIV/AIDS
Pada grafik 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan WPS yang datang untuk skrining
sangat rendah. Mereka yang pernah mendengar istilah HIV/AIDS hanya berjumlah 2 orang,
sedangkan yang mengetahui mengenai penularan HIV/AIDS hanya 1 orang. 6 orang sisanya
pemecahan berbagai masalah terkait dengan HIV/AIDS yang bertujuan untuk perubahan perilaku
28
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
tersebut bekerjasama dengan LSM setempat yang dilakukan mulai dari tanggal 1 sampai
31 Desember 2020.
orang mengetahui cara penularan, dan 6 orang belum pernah mendengar atau mengetahui
5.2 Saran
29
o Tingkatkan pengetahuan mengenai HIV/AIDS melalui media social atau internet,
o Memberikan edukasi lebih dalam dan terintegritas terhadap populasi kunci dan
Peneliti lain diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan,
kebiasaan dengan faktor-faktor risiko lainnya. Selain itu, dapat juga dibuatkan kuisioner
sarana lain atau metode yang lebih menarik agar para populasi kunci mau berkunjung ke
fasilitas Kesehatan tanpa harus dipaksa agar pelayanan Kesehatan dapat berjalan lebih
30
DAFTAR PUSTAKA
3. Ringkasan Eksekutif: Dampak HIV dan AIDS di Dunia Kerja (Estimasi Global).
2017_data_book
7. Saydam, Gauzali. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Toko Gunung
Agung. 2012
8. Pinem, S. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media. 2012
9. The U.S. Department of Health & Human Services. How do You Get HIV Or AIDS?
10. Ardhiyanti, Yulrina. Bahan Ajar AIDS pada Asuhan Kebidanan. Yogyakarta.
Deepublish. 2015
11. Kusmiran E. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. 2007
12. CDC (2018). About HIV/AIDS. Centers for Disease Control and Prevention.
31
14. Jun Qing Wu, Ke Wei Wang, Rui Zhao, Yu Yan LI, Ying Zhou, Yi Ran Li, et al. Male
Rural Urban Migrants and Risky Sexual Behavior: A Cross Sectional Study in Shanghai,
15. Liawati, desi. Faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi pria di desa
lueng gayo kecamatan teunom kabupaten Aceh Jaya tahun 2018. Undergraduate thesis,
32