Anda di halaman 1dari 10

Vol. I1 No. 1 Hal.

1-10 I
e-ISSN 2614-7874
Diterbitkan oleh:
Jurnal Bidan Komunitas Prodi D4 Kebidanan
http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia

ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS DENGAN


PENCEGAHAN HIV/AIDS DI SMA NEGERI 1 MONTASIK KABUPATEN ACEH BESAR

Siti Aisyah*, Aida Fitria


1,2
Dosen D3 Kebidanan, Akademi Kebidanan Helvetia Medan, Indonesia
*sitiaisyah@helvetia.ac.id
Abstrak
HIV merupakan virus yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh. Sistem
kekebalan tubuh yang rusak atau lemah akan mudah terserang berbagai penyakit. Kumpulan gejala
penyakit yang menyerang tubuh disebut AIDS. Tingginya kasus infeksi HIV/AIDS yang terus
bertambah terutama dari kalangan usia muda atau remaja merupakan permasalahan yang serius.
Kurangnya pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS dapat memengaruhi tindakan
pencegahan terhadap HIV/AIDS. Tujuan untuk membuktikan hubungan pengetahuan dan sikap remaja
tentang HIV/AIDS dengan pencegahan HIV/AIDS. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey
analitik dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Montasik
Kabupaten Aceh Besar. Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Montasik sebanyak
59 sampel. sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Hasil penelitian diperoleh bahwa
pengetahun tentang HIV/AID berhubungan dengan pencegahan HIV/AIDS dengan nilai (p=0,000),
Sikap remaja putri tentang HIV/AID berhubungan dengan pencegahan HIV/AIDS dengan nilai
(p=0,001). Kesimpulan; Pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS memiliki hubungan yang kuat
dengan pencegahan HIV/AIDS.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Pencegahan

The Relationship of Adolescent’s Knoledge And Attitude About HIV/AIDS WithHIV/AIDS


Prevention In SMA Negeri 1 Montasik Aceh Besar Distric

Abstract
Height case of infection of HIV / AIDS continued increase especially from andoloscent or
young age circle represent the serious problems. Lack of knowledge and adolescent attitudes about
HIV / AIDS can affect preventive measures against HIV / AIDS. This study aims to determine the
relationship of knowledge and attitude of adolescent about HIV / AIDS with HIV / AIDS prevention.
The location of this research is in SMA Negeri 1 Montasik Kabupaten Aceh Besar. The population and
sample in this study were all students of SMA Negeri 1 Montasik as many as 59 respondents with
sampling technique using stratified random sampling technique. This type of research used an
analytical survey with cross sectional approach. The results of chi square test showed p value. The
results showed that there was a correlation of knowledge with HIV / AIDS prevention (p = 0,000),
there was relationship of adolescent attitude with HIV / AIDS prevention (0,001).
Keyword : Knowledge, Attitude and Prevention

1
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 1 Hal. 1-10, e-ISSN 2614-7874

PENDAHULUAN
HIV merupakan suatu virus yang dapat preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat
penyebabkan penyakit Acquired Immuno terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal,
Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik
menyerang sel darah putih sehingga dapat yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
merusak sistem kekebalan tubuh manusia (1). kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta
HIV dan AIDS berasal dari benua Afrika bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan
merupakan suatu penyakit menular yang tubuh tersebut (5).
penyebarannya cepat di seluruh dunia. Sampai Remaja merupakan salah satu periode
saat ini belum ditemukan obat maupun vaksin dari perkembangan manusia. Masa ini
yang mampu menanggulangi serta mengobati merupakan masa perubahan atau peralihan dari
penyakit ini. Kerusakan organ secara progresif masa anak-anak ke masa dewasa yang meliputi:
pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan perubahan fisik, perilaku, biologis dan emosi.
orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sangat Perilaku merupakan respons atau reaksi
rentan terkena bermacam penyakit (2). sesorang terhadap stimulus (rangsangan dari
Hasil statistik kasus HIV/AIDS luar). Perubahan perilaku yang tidak sesuai
dilaporkan oleh Ditjen Pengendalian Penyakit dapat menimbulkan tingginya angka kejadian
(PP) dan Penyehatan Lingkungan (PL) HIV/AIDS pada remaja (6).
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tahun Penyebab terjadinya HIV/AIDS pada
2016, jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di 34 masa remaja adalah remaja yang menjadi
provinsi Indonesi adalah total pengidap HIV pecandu narkoba khususnya pengguna jarum
sebanyak 41.250 kasus, total penderita AIDS suntik, kurangnya pengetahuan tentang
sebanyak 7.491 kasus dengan kasus kematian informasi mengenai kesehatan reproduksi, seks
mencapai 806 kasus (3). bebas, HIV/AIDS serta infeksi lainnya yang
Departemen Kesehatan melaporkan ditimbulkan oleh hubungan seks. Kurangnya
sampai dengan akhir September 2008, ada informasi yang diperoleh remaja tentang
sebanyak 15136 kasus AIDS dan 6277 kesehatan reproduksi berdampak pada
terinfeksi HIV dari 32 propinsi dan terdapat 195 pengetahuan kesehatan reproduksi mereka (7).
kabupaten/kota yang melaporkan penularan Infeksi HIV muncul dalam tiga tahap.
kumulatif kasus AIDS melalui IDU sebanyak Tahap pertama adalah serokonversi (Periode
43 %, Heteroseksual 47 % dan Homoseksual waktu tertentu di mana antibodi HIV sudah
4%, dilaporkan juga persentase kasus AIDS di mulai berkembang untuk melawan virus.).
Indonesia berdasarkan jenis kelamin yaitu 75,1 Orang yang terinfeksi virus HIV mengalami
% atau sebesar 11367 kasus adalah laki-laki, gejala seperti flu akan muncul beberapa minggu
24,3 % atau sebesar 3684 kasus adalah setelah terinfeksi, tenggorokan sakit, demam,
perempuan dan 0,6 % atau sebesar 85 kasus ruam di tubuh biasanya tidak gatal, penurunan
tidak diketahui jenis kelaminnya, sedangkan berat badan, diare, kelelahan, nyeri persendian
proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi dan nyeri otot (8).
dilaporkan pada kelompok umur 20 – 29 tahun Tahap kedua adalah masa ketika tidak
sebesar 51,1 %, 30 – 39 tahun sebesar 29,30% ada gejala yang muncul. Tahap yang ketiga
dan kelompok umur 40 – 49 tahun 8,5 % (4). adalah infeksi HIV berubah menjadi AIDS.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV
dan virus sejenisnya umumnya ditularkan tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama
melalui kontak langsung antara lapisan kulit bertahun-tahun. Periode ini disebut sebagai
dalam (membran mukosa) atau aliran darah, masa inkubasi, atau masa laten. Virus yang ada
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, terus menyebar dan merusak sistem kekebalan
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan tubuh. Pada tahapan ini, penderita akan merasa

2
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 1 Hal. 1-10, e-ISSN 2614-7874

sehat dan tidak ada masalah. Penderita mungkin Penelitian ini dilaksanakan di SMA
tidak menyadari sudah mengidap HIV, tetapi Negeri 1 Montasik Kabupaten Aceh Besar.
sudah bisa menularkan infeksi ini pada orang Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah
lain. Lama tahapan ini bisa berjalan sekitar 10 438 orang, terbagi dalam 3 kelas dengan jumlah
tahun atau bahkan bisa lebih (8). siswa kelas 1 sebanyak 189 siswa, kelas 2
Pencegahan Penyakit HIV/AIDS dapat sebanyak 138 siswa dan kelas 3 sebanyak 111
dilakukan dengan cara tidak mengkonsumsi siswa dengan tekhnik pengambilan sampel
narkoba penggunaan jarum suntik yang tidak menggunakan stratified random sampling
steril serta alat tindik anting, tato secara berjumlah 59 sampel.
bersama dengan orang lain, tidak melakukan Jenis penelitian ini survei analitik dengan
hubungan seksual yang telah terinfeksi dan pendekatan cross sectional Tujuan penelitian
memastikan transfusi darah dari orang yang untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
tidak terinfeksi (9). sikap remaja tentang HIV/AIDS dengan
Survei terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 1
remaja sangat bermanfaat untuk mencegah Montasik Kabupaten Aceh Besar Tahun 2017.
terjadinya HIV/AIDS dan dapat digunakan Data dikumpulkan menggunakan kuesioner.
sebagai indikator untuk menentukan Dianalisis menggunakan uji chi square.
pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan
HIV/AIDS ditempat penelitian, untuk HASIL
menentukan intervensi yang dapat dilakukan Karakteristik sampel
terhadap penularan HIV/AIDS. Tabel 1 menunjukkan tentang deskripsi
Tujuan penelitian untuk mengetahui umur remaja, jenis kelamin remaja dan kelas.
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Berdasarkan hasil pendistribusian kelompok
Tentang HIV/AIDS Dengan Pencegahan umur yang mendominasi adalah umur 16 tahun
Haiv/Aids Di SMA Negeri 1 Montasik sebanyak 19 orang (32%). Pada jenis kelamin
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2017. laki-laki sebanyak 34 orang (57%). Pada pada
karakteristik kelas yang dominan berada pada
METODE PENELITIAN kelas I sebanyak 25 orang (42,4%).

Tabel 1. Karakteristik Responden Bersadarkan Umur, Jenis Kelamin dan Kelas


di SMA Negeri 1 Montasik Kabupaten Aceh Besar Tahun 2018
Karakteristik f %
Umur
15 12 20,3
16 19 32,3
17 15 25,4
18 13 22,1
Jenis Kelamin
Laki-laki 34 57,6
Perempuan 25 42,4
Kelas
I 25 42,4
II 19 32,2
III 15 25,4

Analisis Univariat pengetahuan, sikap dan pencegahan responden


Tabel 2 menunjukkan hasil analisis terhadap HIV/AIDS. Jumlah siswa yang
univariat penelitian mencakup variabel disurvei di SMA Negeri 1 Montasik sebanyak

3
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 1 Hal. 1-10, e-ISSN 2614-7874

438 orang dengan 59 sampel. Dari 59 responden orang (52,5%) dan minoritas memiliki sikap
mayoritas pengetahuan siswa berada pada positif sebanyak 28 orang (47,5%).
kategori kurang yaitu sebanyak 21 responden Berdasarkan pencegahannya terbagi dua
(35,6%), sedangkan minoritasnya berada pada kategori yaitu melakukan pencegahan dan
kategori baik yaitu sebanyak 18 responden tidak melakukan pencegahan mayoritas berada
(30,5%) Berdasarkan sikap, sikap siswa dibagi pada kategori tidak melakukan pencegahan yaitu
menjadi dua kategori yaitu positif dan negative. sebanyak 33 orang (44,1%) dan minoritas
Dari 59 responden penelitian mayoritas berada pada kategori melakukan pencegahan
responden memiliki sikap negatif sebanyak 31 sebanyak 26 responden (55,9%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Sikap Responden Tentang HIV/AIDS dengan


Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Montasik Kabupaten Aceh Besar Tahun 2018
Variabel f %
Pengetahuan
Baik 18 30,5
Cukup 20 33,9
Kurang 21 35,6
Sikap
Positif 28 47,5
Negatif 31 52,5
Pencegahan HIV/AIDS
Melakukan Pencegahan 26 55,9
Tidak Melakukan Pencegahan 33 44,1

Analisis Bivariat analisis bivariat antara sikap dengan


Tabel 3 menunjukkan hasil analisis pencegahan HIV/AIDS yakni menunjukkan
bivariat antara pengetahuan dengan ada hubungan sikap dengan pencegahan
pencegahan HIV/AIDS yakni ada hubungan HIV/AIDS (p=0,001<0,05). Sikap yang
pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS negatif memengaruhi tindakan pencegahan
dengan pencegahan HIV/AIDS terhadap HIV/AIDS pada remaja karena
(p=0,000<0,05). Bila dilihat dari hasil dipengaruhi oleh kondisi individu masing-
pengetahuan siswa, yang mempunyai masing, cara pandang dan latar belakang dari
hubungan dengan tindakan pencegahan setiap remaja. Remaja yang memiliki sifat
adalah siswa yang berpengetahuan kurang, negatif cenderung akan membentuk perilaku
Siswa yang berpengetahuan kurang tersebut yang negatif kecuali apabila ada faktor-
memiliki peluang tidak melakukan faktor lain yang memengaruhi sikap menjadi
pencegahan lebih banyak dibandingkan positif, antara lain: terdapat orang lain yang
dengan siswa yang berpengetahuan baik. dianggap penting yang dapat memengaruhi
Tindakan pencegahan HIV/AIDS juga sikapnya (misalnya: orang tua), lingkungan,
dipengaruhi oleh sikap. Hasil analisis budaya dll.

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan dan Sikap RespondenTentang HIV/AIDS dengan Pencegahan


HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Montasik Kabupaten Aceh Besar Tahun 2018
Pencegahan HIV/AIDS
Total
Variabel Tidak Melakukan Melakukan p
f % f % f % (sig)
Pengetahuan
Baik 2 3,4 16 27,1 18 30,5
0,000
Cukup 11 18,6 9 15,3 20 33,9

4
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 1 Hal. 1-10, e-ISSN 2614-7874

Kurang 20 33,9 1 1,7 21 35,6


Sikap
Positif 9 15,2 19 32,2 28 47,5 0,001
Negatif 24 40,7 7 11,9 31 52,5

PEMBAHASAN menunjukkan bahwa sebagian pengetahuan


Hubungan Pengetahuan dengan responden mempunyai pengaruh signifikan
Pencegahan HIV/AIDS terhadap motivasi pencegahan HIV/AIDS. Hal
Pengetahuan adalah segala apa yang ini dapat dilihat dari hasil signifikan
diketahui berdasarkan pengalaman yang p=0,001˂0,05 (13).
didapat oleh setiap manusia. Pengetahuan Menurut peneliti pengetahuan yang
merupakan hasil mengingat suatu hal, dimiliki responden berhubungan dengan
termasuk mengingat kembali kejadian yang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 1
pernah dialami baik secara sengaja maupun Montasik Kabupaten Aceh Besar karena dari
tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang hasil penelitian sebagian besar responden yang
melakukan kontak atau pengamatan terhadap berpengetahuan kurang tidak melakukan
suatu objek (10). pencegahan terhadap HIV/AIDS. Hal ini
Pengetahuan adalah salah mungkin disebabkan karena pengetahuan tidak hanya di
tidak dapat berubah secara langsung sebagai pengaruhi oleh pendidikan, ada faktor lain
respon terhadap kesadaran ataupun yang memengaruhi seperti faktor lingkungan
pengetahuan tetapi efek kumulatif dari yang tidak mendukung, kurangnya mengakses
peningkatan kesadaran, dan pengetahuan informasi karena dianggap masih tabu untuk
berkaitan dengan nilai, keyakinan, kalangan para remaja, sedangkan siswa yang
kepercayaan, minat dan perilaku (11). mempunyai pengetahuan kurang tetapi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melakukan pencegahan dapat dikarenakan
mayoritas responden memiliki pengetahuan siswa tersebut terpengaruh sikap orang lain
kurang sebanyak 21 responden dengan tidak yang sering dilihatnya, seperti orang tua dan
melakukan pencegahan 20 orang (33,9%) dan teman. Orang tua yang memberikan contoh
minoritas responden berpengetahuan baik yang baik terhadap anak akan memengaruhi
dengan tidak melakukan pencegahan sebanyak anak dalam perilaku yang baik pula.
2 orang (3,4%). Hasil analisis uji statistik chi Penularan HIV/AIDS terjadi karena
square pada penelitian ini menunjukkan ada kurangnya pengetahuan di kalangan remaja.
hubungan pengetahuan dengan pencegahan Remaja harus paham pentingnya kesehatan
HIV/AIDS. reproduksi dan menghindari seks bebas untuk
Pengetahuan mahasiswa tentang bahaya mencegah penularan HIV dan perilaku seks
penyakit AIDS merupakan segala sesuatu yang berisiko. Hal ini terjadi karena kurangnya
diketahui oleh mahasiswa mengenai penyakit pengetahuan di kalangan remaja. Remaja harus
HIV/AIDS. Semakin tinggi tingkat paham pentingnya kesehatan reproduksi dan
pengetahuan mahasiswa tentang bahaya AIDS, menghindari seks bebas untuk mencegah
maka semakin baik pula seorang individu penularan HIV.
dalam mengendalikan perilakunya (12). Pada saat remaja dan memasuki masa
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pubertas akan muncul ketertarikan terhadap
oleh Yuniasih (2012) dengan judul “Hubungan lawan jenis. Remaja merasakan jatuh cinta,
Tingkat Pengetahuan Remaja tentang berpacaran, dan muncul gairah seksual.
HIV/AIDS dengan Motivasi Pencegahan Sayangnya, para remaja ini belum tentu
HIV/AIDS pada siswa SMA Negeri 1 matang secara emosional. Tanpa pengetahuan
Baturaden Tahun 2012”. Hasil penelitian ini yang benar, remaja ini rentan melakukan

5
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 1 Hal. 1-10, e-ISSN 2614-7874

perilaku seks berisiko dan tertular HIV. serta merta dari pihak sekolah dan peran guru
"Remaja ini harus dapat informasi yang benar. saja. Keluarga sebagai pendidikan inti dalam
Para remaja harus diisi dengan kegiatan yang keluarga juga harus berupaya dalam
positif. Remaja dikatakan keren bukan dilihat peningkatan pengetahuan anak remaja.
dari banyaknya pacar atau sudah melakukan Pembelajaran dalam keluarga dapat
hubungan seksual, melainkan dari banyaknya dilakukan oleh ibu atau ayah atau keluarga
kegiatan positif dan prestasi yang diperoleh. terdekat. Upaya yang dapat dilakukan adalah
Untuk itu tindakan pencegahan dengan mengontrol media elektronik yang
HIV/AIDS harus dilakukan secara efektif agar digunakan oleh remaja dilingkungan orang tua.
memutuskan rantai penularan HIV/AIDS. Sehingga pemahamana dan pengetahuan
Pencegahan HIV/AIDS ini masih sangat sulit remaja yang didapatkan dari sekolah akan
dilakukan karena masih kurangnya termonitor terus meskipun anak berada diluar
pengetahuan dan kepedulian masyarakat sekolah.
terhadap perilaku hidup sehat dikalangan
masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan Hubungan Sikap dengan Pencegah
dalam pencegahan HIV/AIDS dengan cara HIV/AIDS
memberikan pendidikan kesehatan dan Sikap merupakan respon tertutup
peningkatan pengetahuan yang benar seseorang terhadap suatu stimulus terhadap
mengenai patofisiologi HIV dan cara objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor
penularannya dilingkungan keluarga. pendapat dan emosi yang bersangkutan
Memberikan pemahaman disekolah (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-
tentang perbuatan menyimpang yang dapat tidak baik dan sebagainya. Manisfestasi sikap
meningkatkan resiko tertularnya HIV misalnya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
pemahaman tentang perilaku sex oral, ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
sekalipun sex oral penularannya rendah tertutup
dibanding dengan sex dubur atau sex vagina Terdapat 4 tindakan sikap yaitu:
tanpa kondom tetapi hal tersebut juga harus menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau
dihindari. menerima stimulus yang diberikan, merespon
Memberikan penekanan kepada siswa berarti memberi jawaban atau tanggapan
atau remaja tentang gejala awal dari terhadap pertanyaan yang dihadapi.
terjangkitnya virus HIV berupa selalu merasa Menghargai berarti memberikan nilai positif
lelah sepanjang waktu, pembengkakan terhadap objek atau stimulus, dalam arti
kelenjar, demam, diare berkepanjangan, membahas atau menganjurkan orang lain
gampang memar atau gampang perdarahan, untuk merespon, bertanggung jawab atas
sesak nafas, bintik-bintik diseluruh tubuh, segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
mudah terserang penyakit kulit dan berat segala resiko (10).
badan terus mengalami peturunan. Dengan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penekanan tersebut diharapkan dapat mayoritas responden memiliki sikap negatif
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sebanyak 31 responden dengan tidak
siswa/remaja dalam mengenali sejak dini melakukan pencegahan 24 orang (40,7%) dan
gejala HIV/AIDS. Sehingga remaja akan lebih minoritas responden bersikap negatif dengan
berhati-hati dan termotivasi terus untuk tidak melakukan pencegahan sebanyak 9 orang
melakukan pencegahan terhadap tersebut. (15,2%). Hasil analisis uji statistik chi square
Peran orang tua dalam upaya melakukan pada penelitian ini menunjukkan ada
peningkatan pengetahuan remaja juga sangat hubungan sikap dengan pencegahan
berpengaruh. Peningkatan pengetahuan tidak HIV/AIDS.

6
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 1 Hal. 1-10, e-ISSN 2614-7874

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang berarti terhadap upaya penanggulangan
yang dilakukan oleh Rupilu (2013) dengan HIV dan AIDS secara sistemik dan harus
judul “Hubungan antara Pengetahuan dan dilakukan secara terus menerus dan konsisten
Sikap tentang HIV/AIDS dengan Tindakan (17).
Pencegahan HIV/AIDS pada Siswa SMA Upaya yang dilakukan disekolah agar
Negeri 1 Tual Tahun 2013”. Hasil penelitian siswa dapat terhindar dari HIV AIDS salah
ini menunjukkan sikap merupakan hal yang satunya dengan melakukan promosi kesehatan
berpengaruh terhadap tindakan pencegahan dengan menggunakan metode peer educator.
HIV/AIDS, sebagian besar sikap responden Metode ini efektif untuk meningkatkan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengetahuan maupun memperbaiki sikap
tindakan pencegahan HIV/AIDS. Hal ini dapat remaja tentang HIV/AIDS (18).
dilihat dari hasil signifikan p=0,000 ˂ 0,05 Metode peer educator atau pelatihan
(13). sebaya merupakan metode intervensi terbaik
Secara teori, pengetahuan atau kognitif untuk memberikan pemahaman kepada
merupakan domain yang sangat penting untuk remaja. Hal ini disebabkan karena remaja lebih
terbentuknya perilaku atau tindakan seseorang percaya apa kata temannya dibanding
(overt behavior). Apabila perubahan perilaku informasi dari orang tua atau guru terkait
didasari dengan pengetahuan dan sikap yang dengan kesehatan reproduksi (19).
positif maka akan menyebabkan langgengnya Selain itu pengembangan kebijakan dan
perilaku (long lasting) (10). program seyogyanya ditujukan untuk
Teori tersebut mengandung makna mempertahankan nilai dan norma yang positif
apabila perilaku seseorang tidak didasari dari remaja, dengan meningkatkan rasa
dengan pengetahuan dan kesadaran, maka percaya diri mereka melalui layanan dan
kemungkinan bisa mendorong terciptanya pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi
perilaku yang tidak berlangsung lama (14). yang berbasis pada sekolah (20).
Pengetahuan, sikap dan kepercayaan Sikap belum otomatis terwujud dalam
merupakan faktor utama bagi terjadinya suatu tindakan untuk mewujudkan sikap dalam
perubahan perilaku kesehatan seseorang. Sikap suatu perbuatan yang nyata dibutuhkan faktor
didasari oleh proses evaluatif dalam diri pendukung pada kondisi yang memungkinkan
individu terhadap suatu objek. Respon akan seperti fasilitas (21). Sikap merupakan
timbul apabila individu dihadapkan pada kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek
stimulus yang menghendaki adanya reaksi dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang
perilaku individual (15). dimaksud disini adalah kecenderungan
Terjadinya penyimpangan perilaku potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu
seksual (yang menyebabkan penularan apabila individu dihadapkan pada stimulus
HIV/AIDS) terjadi karena minimnya yang menghendaki adanya respons. Sikap
pengetahuan dan bimbingan tentang kesehatan dapat bersikap positif dan dapat pula bersikap
reproduksi remaja. Pendidikan kesehatan negatif (22).
reproduksi menjadi sebuah sarana yang tepat Sikap positif dan negatif merupakan
sebagai upaya promotif dan preventif dalam suatu kecenderungan untuk menyetujui atau
peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap menolak. Sikap positif akan terbentuk apabila
pembentukan moral remaja (16). rangsangan yang datang pada seseorang
Upaya-upaya pencegahan penyebaran memberi pengalaman yang menyenangkan.
bahaya HIV dan AIDS bagi diri dapat dimulai Sebaliknya sikap negatif akan timbul, bila
dari lingkungan terkecil yaitu lingkungan rangsangan yang datang memberi pengalaman
keluarga. Hal ini akan memberikan sumbangan yang tidak menyenangkan. Perbedaan sikap

7
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 1 Hal. 1-10, e-ISSN 2614-7874

berhubungan dengan derajat kesukaan atau adalah pada taraf analisis, sintesis, dan
ketidaksukaan seseorang terhadap obyek yang evaluasi. Pada taraf inilah memungkinkan
dihadapi, atau dengan kata lain sikap sasaran didik memperoleh nilai-nilai
menyangkut kesiapan individu untuk bereaksi kehidupan yang dapat menumbuhkan
terhadap obyek tertentu berdasarkan konsep keyakinan yang merupakan kunci utama untuk
penilaian positif negatif. Oleh karena itu, sikap menumbuhkan dan mengembangkan sikap.
merupakan pernyataan evaluatif, baik yang Melalui proses akomodasi dan asimilasi
menguntungkan maupun tidak menguntungkan pengetahuan, pengalaman, dan nilai ke dalam
mengenai obyek, orang atau peristiwa (22). otak sasaran didik, seperti pendapat Pieget,
Sikap dapat ditumbuhkan dan pada gilirannya akan menjadi referensi dalam
dikembangkan melalui proses belajar. Dalam menanggapi obyek atau subyek di
proses belajar tidak terlepas dari proses lingkungannya.
komunikasi dimana terjadi proses transfer Sikap yang dimiliki responden
pengetahuan dan nilai. Jika sikap merupakan berhubungan dengan upaya pencegahan
hasil belajar, maka kunci utama belajar sikap HIV/AIDS, dimana dari hasil penelitian
terletak pada proses kognisi dalam belajar menunjukkan semakin rendah sikap responden
siswa, serendah apapun tingkatan proses maka semakin rendah pula upaya pencegahan
kognisi siswa dapat mempengaruhi sikap (19). HIV/AIDS.
Menurut peneliti perbedaan sikap pada Hal ini disebabkan karena tidak adanya
remaja dipengaruhi oleh kondisi masing- kesesuaian sikap terhadap upaya pencegahan
masing individu, cara pandang dan latar dalam mengubah tindakan atau tingkah laku
belakang. Semakin berkembangnya pola pikir yang ada pada dirinya. Karena responden
serta bertambahnya pengalaman menjadikan tesebut memiliki sikap yang negatif, responden
remaja tersebut memilah mana yang baik dan tidak merespon informasi yang diterima
mana yang buruk untuk dirinya sehingga sehingga tidak bisa membuat keputusan
terbentuk suatu sikap dalam diri remaja dengan baik, responden tidak berusaha
tersebut. mencari tahu dan tidak memiliki kesadaran
Dalam lembaga pendidikan dan lembaga akan bahaya HIV/AIDS.
agama keduanya berpengaruh dalam
pembentukan sikap, hal ini dikarenakan KESIMPULAN DAN SARAN
keduanya meletakkan dasar pengertian dan Hasil penelitian dan pembahasan yang
konsep moral dalam diri individual. telah diuraikan sebelumnya mengenai
Sikap yang didasari oleh emosi yang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 1
fungsinya hanya sebagai penyaluran frustasi, Montasik masih kurang karena dari hasil
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
ego, sikap yang demikian merupakan sikap pengetahuan dan sikap responden mempunyai
sementara, dan segera berlalu setelah pengaruh signifikan terhadap pencegahan
frustasinya hilang, namun dapat juga menjadi HIV/AIDS. Ada hubungan pengetahuan dan
sikap yang lebih persisten dan bertahan lama sikap remaja tentang HIV/AIDS.
Namun demikian, tingkatan Upaya yang dapat dilakukan dengan
pengetahuan yang rendah mungkin saja dapat meningkatkan penyuluhan dengan motode
mempengaruhi sikap, tetapi sangat lemah peer educator atau pendidikan teman sebaya
pengaruhnya dan sikap cenderung labil. Proses dikalangan remaja atau dilingkungan sekolah
kognisi yang dapat menumbuhkan dan tentang bahaya HIV/AIDS agar dapat
mengembangkan sikap secara signifikan, membuka wawasan seluruh remaja tentang
sejalan dengan taksonomi kognisi Bloom,

8
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 1 Hal. 1-10, e-ISSN 2614-7874

bahaya yang ditimbulkan dari penyakit Teori dan Aplikasinya Jakarta: Rineka
HIV/AIDS serta cara pencegahannya. Cipta; 2010.notoadmojo.
11. Akhir KTAPT. A. Metode Penelitian.
UCAPAN TERIMAKASIH 1998;
Terimakasih kepada SMA Negeri 1 12. Hidayat O, Giyarsih SR. Tingkat
Montasik Kabupaten Aceh Besar yang telah Pengetahuan Mahasiswa Universitas
memberikan kesempatan dan keluangan waktu Gadjah Mada Tentang Bahaya Penyakit
dan tempat dalam penyelesaikan penelitian ini. AIDS. J Bumi Indones. 2012;1(2).
13. Septiani NE, Wulandari FC. Hubungan
DAFTAR PUSTAKA Pengetahuan Remaja Tentang
1. Rini NA. Faktor Risiko Infeksi HIV/AIDS Dengan Pencegahan
HIV/AIDS di RSUP DR. M. Djamil HIV/AIDS Di SMA Negeri 10
Padang Tahun 2015-2016. Universitas Purworejo Kabupaten Purworejo. J
Andalas; 2017. Komun Kesehat (EDISI 12). 2016;7(1).
2. Kristianti E. Upaya WHO (World 14. Irsyad C, Setiyadi NA, Wijayanti AC.
Health Organization) Dalam Hubungan Antara Pengetahuan dan
Menanggulangi Virus Ebola di Afrika Sikap dengan Perilaku Pencegahan
Barat. 2015; HIV/AIDS pada Remaja Komunitas
3. Ditjen PP, RI PLK. Statistik Kasus Anak Jalanan di Kabupaten Kudus.
HIV/AIDS Di Indonesia Dilapor s/d 2015;
Juni 2014. Diakses dari www 15. Abrori. Disimpang jalan Aborsi ;
kemenkes or id. 2014; sebuah studi kasus bagi remaja yang
4. RI KNPP. Pemberdayaan perempuan mengalami kehamilan tidak di
dalam pencegahan penyebaran HIV- inginkan; Gramedia: Jakarta, 2014.
AIDS. Jakarta sn, Tahun. 2008; 16. Maolinda N. Hubungan pengetahuan
5. Zeth AHM. Perilaku dan Risiko dengan sikap siswa terhadap
Penyakit HIV-AIDS di Masyarakat pendidikan kesehatan reproduksi
Papua Studi Pengembangan Model remaja di SMAN 1 Margahayu.
Lokal Kebijakan HIV-AIDS. J Manaj Students e-Journal. 2012;1(1):28.
Pelayanan Kesehat. 2010;13(4). 17. Widyastuti ESA. Personal dan sosial
6. Kusmiran E. Kesehatan Reproduksi yang mempengaruhi sikap remaja
Remaja dan Wanita Jakarta: Salemba terhadap hubungan seks pranikah.
Medika; 2013. Indones J Heal Promot (Jurnal Promosi
7. Nursalam, dkk. Asuhan Keperawatan Kesehat Indones. 2009;4(2):75–85.
Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. 18. Rahayu D. Efektivitas Promosi
Gramedia Medika, Jakarta; 2007. Kesehatan Dengan Metode Peer
8. Muninjaya G. Aids di Indonesia : Educator Terhadap Tingkat
Masalah dan Kebijakan Pengetahuan dan Sikap Remaja
Penanggulangannya: EGC, Jakarta; Tentang HIV/AIDS. Universitas
1999. Muhammadiyah Surakarta; 2008.
9. Darmawan D, Barat M-A. Gambaran 19. Dhohiri, TR. Sosiologi. Gramedia;
Pengetahuan, Sikap dan Pemahaman Jakarta: 2006.
Agama Mahasiswa Tentang Perilaku 20. Suryoputro A, Ford NJ, Shaluhiyah Z.
Seksual Yang Berisiko HIV/AIDS Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat perilaku seksual remaja di jawa tengah:
Universitas Teuku Umar. implikasinya terhadap kebijakan dan
10. Notoamodjo S. Promosi Kesehatan

9
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 1 Hal. 1-10, e-ISSN 2614-7874

layanan kesehatan seksual dan Medika; jakarta: 2009. 2012. p. 1.


reproduksi. Makara Kesehat. 22. Suharyat Y. Hubungan antara sikap,
2006;10(1):29–40. minat dan perilaku manusia. J Reg.
21. Susanti D, Susanto P. Keperawatan 2009;1(3):1–19.
Kesehatan Komunitas. Salemba

10

Anda mungkin juga menyukai