Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency

Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul

karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau

infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV,

dan lain-lain).Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (HIV)

yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang

terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun

mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat

memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-

benar bisa disembuhkan (Lamboya, 2012).

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif

merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

menjaga sistem kekebalan tubuh. Karena sistem kekebalannya rusak, orang

yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi. Meskipun

kedokteran telah dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun

penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. Saat ini yang ada hanyalah

menolong penderita untuk mempertahankan tingkat kesehatan tubuhnya

(Lastianti, 2014).

1
2

Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari

semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika

Utara, Republik Rakyat Cina, dan Eropa Timur. Resiko terinfeksi dengan HIV

dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan orang yang terinfeksi HIV

diduga sekitar 1 banding 150. Post-exposure prophylaxis dengan obat anti-HIV

dapat lebih jauh mengurangi risiko itu. (Lamboya, 2012).

Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan

perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek

fungsional. Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early

adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-16 tahun)

dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun) (Behrman, dkk, 2004).

Menurut Kementrian Kesehatan RI, situasi masalah HIV-AIDS Triwulan

II (April - Juni) Tahun 2013, jumlah infeksi HIV baru yang dilaporkan

sebanyak 4.841 kasus. Persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada

kelompok umur 25-49 tahun (70,7%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun

(17,1%), dan kelompok umur 15-19 tahun (4,5%). Adapun AIDS yang

dilaporkan baru sebanyak 320 orang. Persentase AIDS tertinggi pada kelompok

umur 30-39 tahun (33,8%), diikuti kelompok umur 20-29 tahun (28,8%) dan

kelompok umur 40-49 tahun (11,6%) (Izzah, 2013)

Badan PBB untuk masalah anak, UNICEF menyatakan jumlah kematian

HIV/AIDS di kalangan remaja di seluruh dunia meningkat hingga 50 persen

antara tahun 2005 dan 2012 dan menunjukkan tren mengkhawatirkan. UNICEF
3

menyebutkan, sekitar 71.000 remaja berusia antara 10 dan 19 tahun meninggal

dunia karena virus HIV pada tahun 2005. Jumlah itu meningkat menjadi

110.000 jiwa pada tahun 2012 (Candra, 2015).

Data Kementerian Kesehatan pada Oktober 2013 menunjukkan, dari Juli

sampai dengan September 2013 jumlah infeksi HIV baru yang dilaporkan

sebanyak 10.203 kasus, sedangkan jumlah kasus baru AIDS yang dilaporkan

sebanyak 1.983 kasus. Dari jumlah tersebut, kalangan remaja adalah salah satu

kelompok dengan persentase cukup besar. Persentase kumulatif kasus di

kalangan remaja memang tidak sebesar kelompok usia lainnya, namun tetap

memerlukan perhatian besar (Candra, 2015).

Setelah tiga tahun berturut-turut (2010-2012) cukup stabil, perkembangan

jumlah kasus baru HIV positif pada tahun 2013 kembali mengalami

peningkatan secara signifikan, dengan kenaikan mencapai 35% dibanding tahun

2012 terlihat adanya kecenderungan peningkatan penemuan kasus baru sampai

tahun 2012 yaitu 8.610. Namun pada tahun 2013 terjadi penurunan kasus baru

AIDS menjadi sebesar 5.608 kasus. Secara kumulatif, kasus AIDS sampai

dengan tahun 2013 sebesar 52.348 kasus. Menurut jenis kelamin, persentase

kasus baru AIDS tahun 2013 pada kelompok laki-laki 1,9 kali lebih besar

dibandingkan pada kelompok perempuan Penderita AIDS pada laki-laki sebesar

55,1% dan pada perempuan sebesar 29,7%. Sebesar 15,2% penderita AIDS

tidak diketahui jenis kelaminnya. DKI Jakarta merupakan provinsi yang tidak

melaporkan jenis kelamin penderita AIDS (Kemenkes, 2014).


4

Sedangkan menurut umur kasus baru AIDS menunjukkan bahwa

sebagian besar kasus baru AIDS terdapat pada usia <1-4 tahun (0,3-1,8%), 5-14

tahun (0,8%), 15-19 tahun (3,8%) 20-29 tahun (25,3%), 30-39 tahun (26,0%),

40-49 tahun (11,6%), 50-59 tahun (40,0%) dan ≥ 60 tahun (0,67%) dari 52.348

kasus HIV/AIDS (Kemenkes, 2014).

Persentase kasus AIDS pada pengguna Napza suntik di indonesia

berdasarkan jenis kelamin, yaitu laki-laki 91,8%, perempuan 7,5%, tidak

diketahui 0,7% cara penularan pengguna jarum suntik 42%, heteroseksual

48,4% dan homoseksual 3,7% (Kemenkes, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010) didapatkan bahwa

ada hubungan bermakna antara pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan

praktik pencegahan penyakit HIV/AIDS dengan didapatkan nilai p value 0,043.

Jumlah penderita AIDS di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2010, yaitu

sebanyak 105 (17,88%) orang, tahun 2011 sebanyak 134 (18,58%) orang dan

pada tahun 2012 sebanyak 1147 (16,93%) orang, yang menunjukan adanya

peningkatan jumlah kasus AIDS dan terbanyak di kota Palembang 94 (63,94%)

kasus pada tahun 2012. Sementara itu di Kabupaten OKU sendiri menurut data

PKPS pada tahun 2010 sebanyak 4 (3,80%) kasus, tahun 2011 sebanyak 2

(1,49%) kasus dan tahun 2012 sebanyak 5 (3,40%) kasus (PKP Sumatera-

Selatan, 2012).

Menurut survei Kemenkes tentang pengetahuan HIV/AIDS, persentase

wanita umur 15-49 tahun yang pernah mendengar tentang HIV AIDS sebesar
5

76,7%. Sedangkan pria kawin umur 15-54 tahun yang pernah mendengar

tentang HIV AIDS sebesar 82,3%. Hasil SDKI 2012 juga menunjukkan bahwa

persentase wanita umur 15-49 tahun yang memiliki pengetahuan tentang cara

mengurangi risiko HIV AIDS dengan menggunakan kondom dan membatasi

berhubungan seks dengan satu pasangan sebesar 37,3%. Sedangkan pria kawin

umur 15-54 tahun yang memiliki pengetahuan tentang HIV AIDS sebesar

49,1% (Kemenkes 2014:138)

Jumlah Siswa Kelas X SMA Sentosa Bhakti Baturaja tahun 2016

sebanyak 242 siswa, dengan laki-laki sebanyak 93 siswa dan Perempuan

sebanyak 149 siswa (TU SMA Sentosa Bhakti Baturaja, 2016).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang Hubungan pengetahuan dan sikap siswa kelas X tentang penyakit

HIV/AIDS di SMA Sentosa Bhakti Baturaja tahun 2016.

1.2 Rumusan masalah

Diketahuinya Hubungan pengetahuan dan sikap siswa kelas X tentang

penyakit HIV/AIDS di SMA Sentosa Bhakti Baturaja tahun 2016.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Apakah ada Hubungan pengetahuan siswa kelas X tentang penyakit

HIV/AIDS di SMA Sentosa Bhakti Baturaja tahun 2016?

1.3.2 Apakah ada Hubungan sikap siswa kelas X tentang penyakit HIV/AIDS

di SMA Sentosa Bhakti Baturaja tahun 2016?


6

1.4 Tujuan penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya Hubungan pengetahuan dan sikap siswa kelas X tentang

penyakit HIV/AIDS di SMA Sentosa Bhakti Baturaja tahun 2016.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya Hubungan pengetahuan siswa kelas X tentang penyakit

HIV/AIDS di SMA Sentosa Bhakti Baturaja tahun 2016

2. Diketahuinya Hubungan sikap siswa kelas X tentang penyakit

HIV/AIDS di SMA Sentosa Bhakti Baturaja tahun 2016

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Bagi SMA Sentosa Bhakti Baturaja

Diharapkan hasil penelitian yang dilakukan dapat menjadi bahan masukan

dalam melakukan penyuluhan kesehatan bagi siswi tentang HIV/AIDS.

1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan Program Kesehatan Masyarakat Al-

Ma’arif Baturaja

Bagi institusi pendidikan di harapkan hasil penelitian dapat menjadi

bahan referensi bagi penelitian yang akan datang serta menjadi referensi

bagi mahasiswa dalam proses belajar, sehingga dapat menjadi bahan

pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.


7

1.5.3 Bagi peneliti

Sebagai wadah mengaplikasikan ilmu kesehatan masyarakat dan

metodologi riset penelitian serta dapat memberikan wacana baru bagi

peneliti untuk melihat fenomena nyata yang ada di lapangan tentang

penyakit HIV/AIDS.

1.5.4 Bagi Siswa

Dapat Menambah wawasan dan sumber informasi bagi siswa tentang

HIV/AIDS

1.6 Ruang Lingkup

Peneliti melakukan penelitian tentang Hubungan pengetahuan dan sikap siswa

kelas X tentang penyakit HIV/AIDS di SMA Sentosa Bhakti Baturaja tahun

2016. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan dan sikap yang berhubungan

dengan HIV/AIDS pada siswa/i kelas X SMA Sentosa Bhakti.

Anda mungkin juga menyukai