BAB I
PENDAHULUAN
umur 20-29 tahun (47,8%) dan umur 30-39 tahun (31%). Poliklinik Pokdisus
HIV RSCM, periode Januari 2010-2012, kasus ODHA berobat jalan (1.922)
meliputi perempuan (16,69%) dan laki-laki (83,31%) jumlah seluruh kasus
lebih dari 5000 dengan kunjungan 60-100 kasus perhari, tingkat pendidikan
didominasikan SMA (57%) dengan status menikah (68%) dan janda (15,2%).
Komisi
Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Sulawesi Barat pada tahun
2011. (Kemenkes 2014)
Berdasarkan penelitian Herawati terhadap remaja Siswa Menengah
Atas di Jakarta dengan hasil 76,3% remaja yang tidak berperan aktif dalam
mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS dari sumber informasi baik media
cetak maupun elektronik dan 23,7% remaja berperan aktif dalam mencari
informasi tentang pengetahuan HIV/AIDS , 45,6% remaja berpengetahuan
tinggi terhadap HIV/AIDS ,sedangkan remaja berpengetahuan rendah tentang
HIV/AIDS 54,4%. Hal ini menunjukkan peran remaja dalam mancari
infomasi tentang HIV/AIDS masih sangat kurang.
Komisi penanggulangan AIDS (KPA) mengungkapkan bahwa kasus
HIV dan AIDS sampai dengan bulan Agustus 2010 semua kelompok umur
sejumlah 21.770 orang termasuk remaja. Selain itu secara umum
permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di Indonesia berdasarkan
survei Komnas Perlindungan Anak di 33 Provinsi tahun 2008 tentang remaja
SMP dan SMA yang pernah menonton film porno mencapai 97% . Remaja
SMA yang tidak perawan lagi 62,7% dan remaja yang pernah aborsi
mencapai 21,2%.
Dari data dan masalah yang diuraikan diatas maka penulis mencoba
melaksanakan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja
tentang HIV/AIDS di SMA 54 Jakarta dimana di SMA ini belum pernah
dilakukan penelitian tentang HIV/AIDS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1
Pengertian pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
penglihatan , pendengaran , penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo.
2013)
2.1.2
Tingkatan pengetahuan
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan yang sangat
penting dalam bentuk tindakan seseorang . Pengetahuan kognitif yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know) , diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
2. Memahami (comprehension), memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui , dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi
(aplication),
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
Pengertian
Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa,
dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya
fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif.
(Soetjiningsih, 2004)
Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu
antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang
masa dewasa muda. Berdasarkan waktu usia remaja dibedakan atas tiga,
10
yaitu: Masa remaja awal yaitu 12-15 tahun, masa remaja pertengahan
yaitu 15-18 tahun, dan masa remaja akhir yaitu 18-21 tahun. Remaja tidak
mempunyai tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk
golongan anak-anak tetapi tidak juga termasuk golongan orang dewasa.
(Soetjiningsih, 2004)
Remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa pengetahuan yang
memadai tentang seksual pranikah. Hal ini disebabkan orang tua merasa
tabu membicarakan masalah seksual dengan anaknya dan hubungan
orang tua anak menjadi jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber
lain yang tidak akurat khususnya teman. (Sarwono, 2006).
2.3 HIV dan AIDS
2.3.1
Pengertian
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus
yaitu virus yang menyerang kekebalan tubuh (Sel-sel darah putih )
manusia yang biasanya menjadi benteng pertahanan tubuh melawan
penyakit dan infeksi yang mengancam jiwa. HIV merupakan virus
RNA dari family Retroviridae dan subfamily Lentivirane , sedangkan
AIDS adalah singakatan dari Acquire Immune Deficiency Syndrome
adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV. Penyebab virus
AIDS itu sendiri terdapat di dalam cairan tubuh manusia yang telah
terinfeksi seperti di dalam darah, sperma, cairan vagina, air susu ibu
dan cairan tubuh laiinya. Kerusakan pada salah komponen dapat
11
12
Masa Inkubasi
Perjalanan penyakit HIV/AIDS sejak masuk kedalam tubuh
dapat dibagi menjadi 4 stadium:
A. Stadium I (window Period)
-
tubuh
(Asimtomatik,Persistent
Generalised
Lymphadenopathy)
-
13
Sariawan
D. Stadium IV
-
14
2.3.3
Penularan AIDS:
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui:
2.3.4
2.3.5
Pencegahan AIDS
-
Menggunakan kondom
Wober/Ferriman
beberapa
kelompok
yang
15
Jenis kelamin
Selain merupakan ciri anatomi yang membedakan seseorang
dengan orang lain, jenis kelamin juga memepangaruhi psikis
seseorang. Laki-laki pada umumnya mempunyai sifat lebih agresif
dalam menerima hal-hal baru dan lebih menyukai tantangan dari
perempuan (Sarwono, 2006). Walaupun pada dasarnya baik laki-laki
maupun perempuan mempunyai kesamaan kemampuan dalam
menerima informasi mengenai berbagai hal termasuk mengenai
HIV/AIDS.
Penelitian Mawardi dan Lenawati menunjukan bahwa laki-laki
mempunyai pengetahuan lebih baik dari perempuan (Mawardi, 1997
dan Lenawati, 2002). Penelitian Krisyanto menunjukan sebaliknya
yaitu perempuan mempunyai pengetahuan HIV/AIDS lebih baik dari
pada laki-laki (Krisyanto, 2002). Penelitian Nuraini dan Aminah
menunjukan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS (Nuraini, 2005 dan Aminah,
2003).
2.4.2
16
ada pada anak anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian
setinggi-tingginya. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan orang tuanya maka semakin mudah anaknya
menerima informasi. Menurut Notoatmodjo (2007), semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin banyak bahan, materi atau
pengetahuan yang diperoleh untuk mencapai perubahan tingkah laku
yang lebih baik. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun
dari media massa. Semakin banyak informasi tentang kesehatan yang
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
2.4.3
Sumber Informasi
Akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan tekonologi khususnya
di bidang komunikasi dan informasi dalam segala aspek kehidupan
secara drastis telah melanda dunia termasuk Indonesia. Batas-batas
antar negara semakin menipis, segala bentuk informasi yang
diproduksi di belahan bumi bagian barat dengan mudah masuk ke
belahan bumi bagian timur yang jelas sangat berbeda sistem social
budayanya.
17
18
media elektronik (televisi, radio, video, slide, film strip), dan media
papan (billboard). Selain itu media lainnya yang biasa digunakan
adalah jurnal, internet, spanduk dan umbul-umbul. (Panggih Dewi K,
2008)
Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan oleh wahyu 2011
yaitu Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang HIV /AIDS bahwa dari
79 responden terdapat 60,76% belum mendapatkan informasi tentang
HIV /AIDS .
2.4.4
19
A. FAKTOR INTERNAL :
1.
Jenis kelamin
2.
Pengalaman
3.
Stabilitas hormonal
B. FAKTOR EKSTERNAL :
1. Sumber informasi
2. Pendidikan ibu
Pengetahuan
Remaja tentang
HIV/AIDS
Sumber :
-
20
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
1.
Varibel Dependen
Pengetahuan Remaja
2. Jenis Kelamin
Gambaran Pengetahuan
3. Pendidikan Ayah
Ekstrinsik
4. Pendidikan Ibu
5. Sumber Informasi
6. Pekerjaan Orang Tua
20
21
Variabel
Pengetahuan
Definisi Operasional
Pemahaman remaja
Alat Ukur
Angket
Cara Ukur
Mengisi
Hasil Ukur
0. Kurang <65 %
Kuesioner
1. Cukup 65%-75%
Skala
Ordinal
remaja tentang
tentang HIV/AIDS
HIV/AIDS
2.
Jenis Kelamin
Angket
Mengisi
(Arikunto, 2006).
0. Laki-laki
Nominal
3.
Pendidikan
Angket
Kuesioner
Mengisi
1. Perempuan
0. Pendidikan Dasar
Ordinal
Ayah
2. Baik 76%-100%
Kuesioner
: SD/MI, SMP/
SLTP/ MTS
1. Pendidikan
dilakukan
Menengah :
SMA/SLTA/MA/
SMK/MAK
2. Pendidikan
Tinggi :
Perguruan Tinggi
(Mendiknas,2003 )
4.
Pendidikan Ibu
Angket
Mengisi
0. Pendidikan Dasar
Ordinal
22
NO
Variabel
Definisi Operasional
sesuai ijazah terakhir yang
Alat Ukur
Cara Ukur
Kuesioner
Hasil Ukur
: SD/MI,
Skala
SMP/SLTP/MTS
penelitian dilakukan
1. Pendidikan
Menengah :
SMA/ SLTA/
MA/ SMK/MAK
2. Pendidikan
Tinggi :
Perguruan Tinggi
5.
Sumber
Sumber remaja
Informasi
mendapatkan informasi
Angket
Mengisi
(Mendiknas,200)
0. Guru
Kuesioner
1. Orang Tua
Nominal
2. Media Cetak
3. Media Elektronik
4. Teman
6.
Pekerjaan
Orang Tua
orang tua
Angket
Mengisi
5. Tenaga Kesehatan
0. Tidak bekerja
Kuesioner
1. Buruh
2. Wiraswasta
3. Pegawai Swasta
4. Pegawai Negeri
Nominal
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
Populasi
Populasi adalah objek dengan kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulanya (Sugiyono, 2009). Dijelaskan secara spesifik tentang
siapa atau golongan mana yang menjadi sasaran penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas
X di SMAN 54 Jakarta Timur yang berjumlah 280 orang.
23
24
4.3.2
Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari seluruh objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Arikunto 2006, jika populasi kurang dari 100 maka jumlah
sampel yang akan diambil adalah semuanya, tetapi jika populasi lebih
dari 100 maka sampel yang dapat diambil yaitu 10%-15% atau 20%25% atau lebih.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel sebanyak 25% dari
jumlah populasi 280 orang, sehingga jumlah sampel yang digunakan
sebanyak 70 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah Simple Random Sampling. Menurut Sugiyono (2009) simple
random sampling dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan
anggota
sampel
dari
populasi
dilakukan
secara
acak
tanpa
adalah
karakteristik
umum
subyek
25
Etika Penelitian
Meminta surat izin penelitian dari institusi pendidikan yang
bersangkutan, Memberikan surat izin kepada Kepala Sekolah,
Menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan, Menjaga
kerahasiaan data yang telah di peroleh
26
27
4. Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian
atau yang diinginkan oleh peneliti.
4.5 Penyajian Data
Agar data yang diperoleh dapat merupakan suatu informasi, maka
perlu dilakukan penyajian data yang akan disajikan dalam bentuk narasi.
4.6 Analisis Data
Analisa data diperoleh dari analisa dengan cara univariat yaitu dengan
menjelaskan hubungan masing-masing variabel, kemudian dianalisa dan
disusun dengan cara distribusi frekuensi sesuai dengan variabel yang diteliti,
dengan menggunakan rumus :
P : Prosentase
F : Jumlah data yang di dapat
N : Jumlah total data
(Notoatmodjo, 2010).
BAB V
HASIL PENELITIAN
28
Frekuensi
16 orang
40 orang
14 orang
70 orang
%
23 %
57 %
20 %
100%
28
29
Frekuensi
39 orang
31 orang
70 orang
%
56 %
44 %
100 %
Frekuensi
1 orang
10 orang
14 orang
26 orang
19 orang
70 orang
%
1%
14 %
20 %
37%
27%
100%
30
Frekuensi
5 orang
6 orang
24 orang
35 orang
70 orang
%
7%
9%
34 %
50%
100%
31
Frekuensi
3 orang
9 orang
37 orang
21 orang
70 orang
%
4%
13 %
53 %
30%
100%
Frekuensi
21 orang
8 orang
4 orang
15 orang
9 orang
13 orang
70 orang
%
30 %
11 %
6%
21%
13%
19%
100%
32
(6%), dari media elektronik seperti televisi, radio, dan internet sebesar 15
orang (21%), informasi dari teman sendiri 9 orang (13%), dan yang
mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan ada 13 orang (19%).
33
BAB VI
PEMBAHASAN
2.
Penelitian ini hanya mencakup satu sekolah saja, maka hasil penelitian
belum tentu dapat disamaratakan pada sekolah yang lain.
3.
4.
33