Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Remaja merupakan generasi penerus bangsa sehingga dalam
kehidupan perlu mendapat informasi dan pendidikan yang layak baik secara
ilmu pengetahuan maupun keagamaan. Pengetahuan yang benar dan
pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya HIV/ AIDS ,
sangat penting untuk kehidupan remaja agar tidak terjebak dalam pola
kehidupan yang salah. Di Indonesia masih perlu ditingkatkan lagi informasi
tentang HIV/AIDS , mengingat data tentang pengetahuan HIV / AIDS yang
didapat remaja dari petugas kesehatan 60%, orang tua remaja 65%, dan
presentase tertinggi di perioleh remaja dari teman yaitu sebesar 77,3%, dari
data tersebut menunjukkan peran orang tua dan petugas kesehatan masih
kurang sehingga remaja lebih cenderung memilih bertanya pda teman .
Informasi yang diperoleh dari teman belum tentu sepenuhnya benar dan bisa
membawa dampak negatif bagi remaja itu sendiri (Putro,2009).
Kasus AIDS tertinggi dilaporkan di DKI

dan kasus AIDS yang

bertahan hidup tertinggi di Papua (122,22/100.000). Proporsi penderita AIDS


perempuan Indonesia pada tahun 2000 (11,2%) dan pada triwulan III, 2010
(26%) meningkat sangat pesat. Penularan terbesar terjadi melalui hubungan
seksual (40,8%) dan pengguna narkoba suntik hanya 7,2% selama 10 tahun.
Kasus AIDS perempuan, tersebar adalah generasi muda (78,8%) meliputi
1

umur 20-29 tahun (47,8%) dan umur 30-39 tahun (31%). Poliklinik Pokdisus
HIV RSCM, periode Januari 2010-2012, kasus ODHA berobat jalan (1.922)
meliputi perempuan (16,69%) dan laki-laki (83,31%) jumlah seluruh kasus
lebih dari 5000 dengan kunjungan 60-100 kasus perhari, tingkat pendidikan
didominasikan SMA (57%) dengan status menikah (68%) dan janda (15,2%).
Komisi

Penanggulangan AIDS mencatat bahwa remaja yang

berpengetahuan memadai tentang HIV dan pencegahannya(<15%) sangat


rendah. Remaja berusia 15-24 tahun berpengetahuan komprehensif (16,8%)
jauh dibawah target Milennieum Development Goals (MDGs) tahun 2015
(90%).
Data Riskesda menunjukkan tahun 2010 penduduk berusia 15tahun
yang pernah mendengar HIV/AIDS hanya 57,5% dan yang mempunyai
pengetahuan komprehensif pada level cukup hanya 14,3%.
Dengan perekonomian yang semakin maju dan perkembangan
teknologi yang cepat terserap, telah banyak mempengaruhi status sosial
masyarakat. Disisi lain informasi yang semakin bebas, melalui berbagai
media massa menjadikan perilaku dan gaya hidup remaja menjadi permisif
apalagi dengan maraknya adegan pornografi melalui berbagai macam media
seperti majalah, VCD/DVD, handphone, dan internet yang dengan mudah
dapat diakses oleh remaja. (Mustofa, 2010)
Berdasarkan penelitian Nasria, salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan remaja adalah informasi. Informasi kesehatan reproduksi dengan
mudah dapat dan didapatkan melalui media massa, orang tua, guru, maupun

teman. Banyak remaja yang mendapatkan informasi kesehatan reproduksi


dari internet (31,51%), majalah (21,92%), teman (32,3%), dan guru (16,44%).
Sedangkan penelitian yang dilakukan di Makassar tidak pernah mendengar
bahwa infeksi kelamin dapat ditularkan melalui hubungan seksual sebesar
59%, hanya 41% remaja yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS
(Hidayangsih,dkk,2009).
Laporan Epidemis AIDS Global (UNAIDS 2012) menunjukkan
bahwa terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia. Sebanyak 50% di
antaranya adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun.
Di Asia Tenggara, terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV.
Menurut laporan pekembangan HIV AIDS WHO SEARO 2011,
sekitar 1,3 juta orang (37%) perempuan terinfeksi HIV. Dibanyak negara
berkembang, HIV merupakan penyebab utama kematian perempuan usia
reproduksi. (depkes 2013)
Situasi masalah HIV/AIDS di Indonesia Tahun 1987- september 2014
sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan September 2014,
angka kejadian HIV/AIDS masih tinggi terutama di DKI Jakarta Sebesar
32.782 , dan dari hasil SDKI-R Tahun 2014 menujukan bahwa pengetahuan
remaja umur 15-24 tahun tentang kesehatan reproduksi dan cara paling
penting untuk menghindari infeksi HIV masih terbatas. HIV/AIDS tersebar
di 381 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia.
Provinsi pertama kali ditemukan adanya kasus HIV/ AIDS adalah Provinsi

Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Sulawesi Barat pada tahun
2011. (Kemenkes 2014)
Berdasarkan penelitian Herawati terhadap remaja Siswa Menengah
Atas di Jakarta dengan hasil 76,3% remaja yang tidak berperan aktif dalam
mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS dari sumber informasi baik media
cetak maupun elektronik dan 23,7% remaja berperan aktif dalam mencari
informasi tentang pengetahuan HIV/AIDS , 45,6% remaja berpengetahuan
tinggi terhadap HIV/AIDS ,sedangkan remaja berpengetahuan rendah tentang
HIV/AIDS 54,4%. Hal ini menunjukkan peran remaja dalam mancari
infomasi tentang HIV/AIDS masih sangat kurang.
Komisi penanggulangan AIDS (KPA) mengungkapkan bahwa kasus
HIV dan AIDS sampai dengan bulan Agustus 2010 semua kelompok umur
sejumlah 21.770 orang termasuk remaja. Selain itu secara umum
permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di Indonesia berdasarkan
survei Komnas Perlindungan Anak di 33 Provinsi tahun 2008 tentang remaja
SMP dan SMA yang pernah menonton film porno mencapai 97% . Remaja
SMA yang tidak perawan lagi 62,7% dan remaja yang pernah aborsi
mencapai 21,2%.
Dari data dan masalah yang diuraikan diatas maka penulis mencoba
melaksanakan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja
tentang HIV/AIDS di SMA 54 Jakarta dimana di SMA ini belum pernah
dilakukan penelitian tentang HIV/AIDS.

1.2. Rumusan masalah


Berdasarkan data dari Kemenkes tahun 2014 disebutkan bahwa angka
kejadian HIV/AIDS masih tinggi terutama di DKI Jakarta Sebesar 32.782 , dan
dari hasil SDKI-R Tahun 2014 menujukan bahwa pengetahuan remaja umur
15-24 tahun tentang kesehatan reproduksi dan cara paling penting untuk
menghindari infeksi HIV masih terbatas . Keinginan untuk mencari tahu hal-hal
baru yang menggebu-gebu dimasa remaja , meningkatnya minat seks pra nikah
pada remaja , membuat remaja cenderung mencari informasi ke sumber yang
kurang tepat. Dengan meningkatnya kasus HIV baru di Jakarta dan kerentanan
remaja akan infeksi HIV ,maka dibutuhkan penelitian mengenai HIV AIDS
untuk remaja SMA di JAKARTA . Melihat fenomena ini penulis terdorong
untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Tentang HIV /
AIDS Pada Siswa/i Kelas 10 di SMA Negeri 54 Jakarta Tahun 2015.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS kelas
10 di SMA 54 Jakarta Tahun 2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja tentang HIV /
AIDS di SMA 54 Jakarta Bulan Agustus Tahun 2015.
2. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja tentang HIV /
AIDS berdasarkan jenis kelamin
Agustus Tahun 2015

di SMA 54 Jakarta Bulan

3. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja tentang HIV /


AIDS berdasarkan pendidikan ayah

di SMA 54 Jakarta Bulan

Agustus Tahun 2015


4. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja tentang HIV /
AIDS berdasarkan pendidikan ibu di SMA 54 Jakarta Bulan
Agustus Tahun 2015
5. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja tentang HIV /
AIDS berdasarkan sumber informasi di SMA 54 Jakarta Bulan
Agustus Tahun 2015
6. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja tentang HIV /
AIDS berdasarkan pekerjaan orang tua di SMA 54 Jakarta Bulan
Agustus Tahun 2015
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1.4.1. Bagi Lahan Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan
yang bermanfaat bagi SMA 54 Jakarta Tahun 2015.
1.4.2. Bagi Institusi
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan
yang bermanfaat bagi mahasiswa tentang tingkat pengetahuan remaja
tentang HIV/AIDS, serta sebagai bahan tambahan bagi para pembaca
khususnya peneliti selanjutnya terkait tentang gambaran pengetahuan
remaja tentang HIV/AIDS.

1.4.3. Bagi Peneliti


Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
dalam penulisan karya tulis ilmiah serta menambah pengalaman dalam
bidang penelitian khususnya mengenai HIV/AIDS.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini membahas mengenai gambaran pengetahuan remaja
tentang HIV/AIDS .Dalam penelitian ini jenis penelitian menggunakan
metode deskriptif. Dengan responden remaja siswa-siswi SMA 54 Jakarta
Tahun 2015 .Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
,yaitu data yang diproleh langsung dari responden dengan menggunakan
instrumen angket yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang akan diberikan.
Penelitian ini dilakukan karena remaja dikatakan rentan terhadap perilaku
beresiko yang bisa menyebabkan infeksi HIV

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1

Pengertian pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
penglihatan , pendengaran , penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo.
2013)

2.1.2

Tingkatan pengetahuan
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan yang sangat
penting dalam bentuk tindakan seseorang . Pengetahuan kognitif yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know) , diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
2. Memahami (comprehension), memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui , dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.

3. Aplikasi

(aplication),

diartikan

sebagai

kemampuan

untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi


real (sebenarnya).
4. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih
didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
5. Sintetis , menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
7. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuasn untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek.
2.2 Remaja
2.2.1

Pengertian
Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa,
dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya
fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif.
(Soetjiningsih, 2004)
Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu
antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang
masa dewasa muda. Berdasarkan waktu usia remaja dibedakan atas tiga,

10

yaitu: Masa remaja awal yaitu 12-15 tahun, masa remaja pertengahan
yaitu 15-18 tahun, dan masa remaja akhir yaitu 18-21 tahun. Remaja tidak
mempunyai tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk
golongan anak-anak tetapi tidak juga termasuk golongan orang dewasa.
(Soetjiningsih, 2004)
Remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa pengetahuan yang
memadai tentang seksual pranikah. Hal ini disebabkan orang tua merasa
tabu membicarakan masalah seksual dengan anaknya dan hubungan
orang tua anak menjadi jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber
lain yang tidak akurat khususnya teman. (Sarwono, 2006).
2.3 HIV dan AIDS
2.3.1

Pengertian
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus
yaitu virus yang menyerang kekebalan tubuh (Sel-sel darah putih )
manusia yang biasanya menjadi benteng pertahanan tubuh melawan
penyakit dan infeksi yang mengancam jiwa. HIV merupakan virus
RNA dari family Retroviridae dan subfamily Lentivirane , sedangkan
AIDS adalah singakatan dari Acquire Immune Deficiency Syndrome
adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV. Penyebab virus
AIDS itu sendiri terdapat di dalam cairan tubuh manusia yang telah
terinfeksi seperti di dalam darah, sperma, cairan vagina, air susu ibu
dan cairan tubuh laiinya. Kerusakan pada salah komponen dapat

11

mengganggu seluruh system, terutama bila yang rusak adalah


komponen utama. Ada dua pemeriksaan yang sering dipakai untuk
mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV. Yang pertama adalah
ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), bereaksi terhadap anti
bodi yang ada dalam serum dengan memperlihatkan warna yang lebih
tua jika terdeteksi antibodi virus dalam jumlah besar. Pemeriksaan
ELISA mempunyai sensitifitas 93 % sampai 98 % dan spesifitasnya
98 % sampai 99 % (Kuhni, 1985). Tetapi hasil positif palsu (atau
negatif palsu) dapat berakibat luar biasa, karena akibatnya sangat
serius. Oleh sebab itu pemeriksaan ELISA diulang dua kali, dan jika
keduanya menunjukkan hasil positif, dilanjutkan dengan pemeriksaan
yang lebih spesifik, yaitu Western blot. Pemeriksaan Western blot juga
dilakukan dua kali. Pemeriksaan ini lebih sedikit memberikan hasil
positip palsu atau negatif palsu. Jika seorang lebih dipastikan
mempunyai seropositif terhadap HIV, maka dilakukan pemeriksaan
klinis dan imunologik untuk menilai keadaan penyakit, dan mulai
dilakukan usaha untuk mengendalikan infeksi.
Manifestasi klinik Fase pertama
1. Fase dimana tubuh sudah terinfeksi HIV, gejala dan tanda belum
terlihat jelas, kadang kala timbul dalam bentuk influenza, tetapi
sudah dapat menulari orang lain.
2. Fase kedua Berlangsung sampai 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV.
Hasil tes darah terhadap HIV sudah positif tetapi belum

12

menunjukan gejala-gejala sakit.


3. Fase ketiga Mulai muncul gejala-gejala penyakit yang terkait
dengan HIV seperti :
a. Keringat dingin berlebihan pada waktu malan
b. Diare terus-menerus
c. Pembengkakan kelenjar getah bening
d. Flu tidak sembuh-sembuh
4. Fase keempat Pada fase ini kekebalan tubuh berkurang dan timbul
penyakit tertentu . Fase ketiga dan keempat disebut sebagai fase
AIDS.
2.3.2

Masa Inkubasi
Perjalanan penyakit HIV/AIDS sejak masuk kedalam tubuh
dapat dibagi menjadi 4 stadium:
A. Stadium I (window Period)
-

Rentang waktu pembentukkan antibodi HIV 1-6bulan

Dengan tes HIV belum dapat mendeteksi keberadaan virus

Tidak terdapat tanda-tanda khuss terapi HIV terus brkembang


didalam

tubuh

(Asimtomatik,Persistent

Generalised

Lymphadenopathy)
-

Penderita tidak menunjukkan gejala serius dan dapat


beraktifitas normal

B. Stadium II (tanpa gejala)


-

Terjadi 2-10 tahun sejak terinfeksi HIV

13

Penurunan berat badan

Muncul ruam kecil dikulit (seborrheic dermatitis, prurigo,


infeksi jamur pada kuku, ulkus mulut berulang, angular
cheilitis)

Herves zoster dalam 5 tahun terakhir

infeki saluran nafas berulang (sinusitis bacterial, tonsillitis,


otitis media dan faringitis)

C. Stadium III: HIV Positif (munculnya gejala)


-

Munculnya penyakit-penyaki terkait HIV,ditandai dengan


pembesaran kelenjar limfe Kelenjar getah bening.

Keringat berlebihan dan demam berkepanjangan (>37,50C)

Sariawan

Penderita HIV hanya bisa berbaring <50% waktu berbaring


dibulan terakhir

D. Stadium IV
-

Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah ditandai


dengan adanya bermacam-macam penyakit yang menyerang
tubuh secara bersama-sama

Mulai masuk pada tahap AIDS

Timbul inveksi oportunistik, seperti: Sarcoma Kaposi,


candiasis pada esophagus, trakhea,bronki dan paru.

14

2.3.3

Penularan AIDS:
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui:

2.3.4

2.3.5

Hubungan seksual degan pengidap HIV

Transfusi darah yang tercemar HIV

Menggunakan jarum suntik atau alat cukur bekas penderita HIV

Dari ibu penderita HIV kepada bayi yang dikandungnya.

Pencegahan AIDS
-

Abstinensi (Berpantang seks)

Menunda kegiatan seks bagi remaja

Hindarkan gonta-ganti pasangan

Menggunakan kondom

Menggunakan alat suntik steril

Kelompok dan Perilaku Resiko Tinggi


Menurut

Wober/Ferriman

beberapa

kelompok

yang

menanggung resiko tinggi AIDS adalah : pria homoseks dengan lebih


satu pasangan seksual, penyalahgunaan obat dengan suntikan,
pasangan seksual wanita dari pria dengan virus AIDS, penderita
hemofilia dan penerima transfusi darah , pria, atau wanita penganut
seks bebas, anak-anak dari ibu yang terinfeksi HIV. Kelompok lain
yang banyak terkena AIDS adalah pekerja seks(pelacur) tanpa
menggunakan kondom.

15

2.4 Gambaran pengetahuan remaja tentang HIV / AIDS


2.4.1

Jenis kelamin
Selain merupakan ciri anatomi yang membedakan seseorang
dengan orang lain, jenis kelamin juga memepangaruhi psikis
seseorang. Laki-laki pada umumnya mempunyai sifat lebih agresif
dalam menerima hal-hal baru dan lebih menyukai tantangan dari
perempuan (Sarwono, 2006). Walaupun pada dasarnya baik laki-laki
maupun perempuan mempunyai kesamaan kemampuan dalam
menerima informasi mengenai berbagai hal termasuk mengenai
HIV/AIDS.
Penelitian Mawardi dan Lenawati menunjukan bahwa laki-laki
mempunyai pengetahuan lebih baik dari perempuan (Mawardi, 1997
dan Lenawati, 2002). Penelitian Krisyanto menunjukan sebaliknya
yaitu perempuan mempunyai pengetahuan HIV/AIDS lebih baik dari
pada laki-laki (Krisyanto, 2002). Penelitian Nuraini dan Aminah
menunjukan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS (Nuraini, 2005 dan Aminah,
2003).

2.4.2

Pendidikan Orang Tua


Dewantara (2006) ,menjelaskan tentang pengertian pendidikan
yaitu : tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang

16

ada pada anak anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian
setinggi-tingginya. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan orang tuanya maka semakin mudah anaknya
menerima informasi. Menurut Notoatmodjo (2007), semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin banyak bahan, materi atau
pengetahuan yang diperoleh untuk mencapai perubahan tingkah laku
yang lebih baik. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun
dari media massa. Semakin banyak informasi tentang kesehatan yang
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
2.4.3

Sumber Informasi
Akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan tekonologi khususnya
di bidang komunikasi dan informasi dalam segala aspek kehidupan
secara drastis telah melanda dunia termasuk Indonesia. Batas-batas
antar negara semakin menipis, segala bentuk informasi yang
diproduksi di belahan bumi bagian barat dengan mudah masuk ke
belahan bumi bagian timur yang jelas sangat berbeda sistem social
budayanya.

17

Pemberitaan AIDS lewat media massa akhir-akhir ini


mengkhawatirkan terhadap fenomena penularan dan kemungkinan
munculnya reaksi sosial di kalangan masyarakat telah mengundang
media massa di indonesia memberitakan masalah AIDS di indonesia
secara menyuluruh dan membahasnya secara lebih terbuka jika
dibandingkan dengan pemberitaannya ketika pertama kalinya AIDS di
kenal di indonesia.(Muninjaya,1999)
Menurut Tondowidjojo (1985) (dalam Panggih, 2008), media
massa kuat sekali pengaruhnya dalam pembentukan pandangan hidup
manusia, dalam pengubahan lingkungan hidup manusia. Media massa
dimaksudkan sebagai proses penyampaian berita melalui sarana teknis
untuk kepentingan umum dan kelompok besar yang tidak dikenal,
dimana penerimaan dapat menjawab secara langsung pada berita itu.
Salah satu kebijakan atau keputusan yang telah telah di ambil
oleh panitia Nasional Penanggulangan AIDS yang telah diterima oleh
DEPKES adalah penyuluhan kesehatan kepada masyarakat denagan
memberikan informasi mengenai AIDS melalui media cetak dan media
lainnya,. Siswa yang semakin banyak mencari informasi dan semakin
tinggi keingintahuannya akan HIV/AIDS maka akan mencari sendiri
informasi tersebut dengan demikian keterpaparan dengan media cetak
akan makin tinggi. (Rison, 2008). Media promosi kesehatan terbagi
menjadi tiga (tiga) yaitu media cetak (booklet, leaflet, flyer, flift chart,.
Rubrik atau tulisan pasa surat kabar atau majalah, poster dan foto),

18

media elektronik (televisi, radio, video, slide, film strip), dan media
papan (billboard). Selain itu media lainnya yang biasa digunakan
adalah jurnal, internet, spanduk dan umbul-umbul. (Panggih Dewi K,
2008)
Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan oleh wahyu 2011
yaitu Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang HIV /AIDS bahwa dari
79 responden terdapat 60,76% belum mendapatkan informasi tentang
HIV /AIDS .
2.4.4

Pekerjaan Orang Tua


Pekerjaan merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan adalah aktivitas
yang bertujuan untuk mendapatkan sesuatu dan memiliki pengaruh
besar terhadap pengetahuan seseorang dimana saat bekerja terjadi
berbagai interaksi seperti berbicara antar teman kerja dan didapat
diperoleh informasi-informasi baru (Iqbal,2011).

19

2.5 Kerangka Teori


Gambar 2.5
Kerangka Teori

A. FAKTOR INTERNAL :
1.

Jenis kelamin

2.

Pengalaman

3.

Stabilitas hormonal

B. FAKTOR EKSTERNAL :
1. Sumber informasi
2. Pendidikan ibu

Pengetahuan
Remaja tentang
HIV/AIDS

3. Peran orang tua


4. Peran teman sebaya
5. Sosial budaya
6. Sosial ekonomi
7. Lingkungan

Sumber :
-

Prof. Dr. Sarlito wirawan Sarwono, 2006

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2007

20

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya,atau antara variabel
yang satu dengan variable lain dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo,
2010)
Pada konsep penelitian ini, penulis mengambil variabel usia, jenis
kelamin, sumber informasi, pekerjaan orang tua dan pengetahuan tentang
HIV/AIDS di , yang dapat di gambarkan sebagai berikut :
Variebel Independen

1.

Varibel Dependen

Pengetahuan Remaja

2. Jenis Kelamin

Gambaran Pengetahuan

3. Pendidikan Ayah
Ekstrinsik
4. Pendidikan Ibu

remaja tentang HIV/AIDS

5. Sumber Informasi
6. Pekerjaan Orang Tua

20

21

3.2 Definisi Operasional Penelitian


Definisi operasional merupakan definisi variable-variabel yang akan di
teliti secara oprasional di lapangan. Definisi oprasional bermanfaat untuk
mengarahkkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variable-variabel
yang akan di teliti serta umtuk mengembangkan instrument. (Riyanto, 2011).
Untuk membatasi ruang lingkup variabel-variabel yang di teliti, maka
penulis membuat definisi oprasional dalam penelitian ini dapat di lihat dari
table di bawah ini
Tabel 3.2.1
Definisi Operasional Variabel
NO
1.

Variabel
Pengetahuan

Definisi Operasional
Pemahaman remaja

Alat Ukur
Angket

Cara Ukur
Mengisi

Hasil Ukur
0. Kurang <65 %

Kuesioner

1. Cukup 65%-75%

Skala
Ordinal

remaja tentang

tentang HIV/AIDS

HIV/AIDS

meliputi: pengertian, ,cara

2.

Jenis Kelamin

penularan dan pencegahan


Status seks responden

Angket

Mengisi

(Arikunto, 2006).
0. Laki-laki

Nominal

3.

Pendidikan

yang dibawa sejak lahir


Pendidikan ayah

Angket

Kuesioner
Mengisi

1. Perempuan
0. Pendidikan Dasar

Ordinal

Ayah

responden seuai ijazah

2. Baik 76%-100%

Kuesioner

terakhir yang dimiliki

: SD/MI, SMP/
SLTP/ MTS

pada saat penelitian

1. Pendidikan

dilakukan

Menengah :
SMA/SLTA/MA/
SMK/MAK
2. Pendidikan
Tinggi :
Perguruan Tinggi
(Mendiknas,2003 )

4.

Pendidikan Ibu

Pendidikan Ibu responden

Angket

Mengisi

0. Pendidikan Dasar

Ordinal

22

NO

Variabel

Definisi Operasional
sesuai ijazah terakhir yang

Alat Ukur

Cara Ukur
Kuesioner

dimiliki pada saat

Hasil Ukur
: SD/MI,

Skala

SMP/SLTP/MTS

penelitian dilakukan

1. Pendidikan
Menengah :
SMA/ SLTA/
MA/ SMK/MAK
2. Pendidikan
Tinggi :
Perguruan Tinggi

5.

Sumber

Sumber remaja

Informasi

mendapatkan informasi

Angket

Mengisi

(Mendiknas,200)
0. Guru

Kuesioner

1. Orang Tua

tentang HIV /AIDS

Nominal

2. Media Cetak
3. Media Elektronik
4. Teman

6.

Pekerjaan

Pekerjaan yang dilakukan

Orang Tua

orang tua

Angket

Mengisi

5. Tenaga Kesehatan
0. Tidak bekerja

Kuesioner

1. Buruh
2. Wiraswasta
3. Pegawai Swasta
4. Pegawai Negeri

Nominal

23

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun
sedemikian rupa, sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap
pertanyaan peneliti. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang
bertujuan untuk menggambarkan tentang suatu keadaan secara obyektif tanpa
menganalisis lebih jauh, sehingga penelitian ini hanya untuk melihat
gambaran, jenis kelamin, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan
pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS.(Setiadi 2007).
4.2 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 54 Jakarta Timur dan
dilaksanakan pada bulan Agustus 2015.
4.3 Populasi, sample, dan Teknik Pengambilan Sampel
4.3.1

Populasi
Populasi adalah objek dengan kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulanya (Sugiyono, 2009). Dijelaskan secara spesifik tentang
siapa atau golongan mana yang menjadi sasaran penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas
X di SMAN 54 Jakarta Timur yang berjumlah 280 orang.

23

24

4.3.2

Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari seluruh objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Arikunto 2006, jika populasi kurang dari 100 maka jumlah
sampel yang akan diambil adalah semuanya, tetapi jika populasi lebih
dari 100 maka sampel yang dapat diambil yaitu 10%-15% atau 20%25% atau lebih.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel sebanyak 25% dari
jumlah populasi 280 orang, sehingga jumlah sampel yang digunakan
sebanyak 70 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah Simple Random Sampling. Menurut Sugiyono (2009) simple
random sampling dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan
anggota

sampel

dari

populasi

dilakukan

secara

acak

tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.


Dalam penelitian ini sampel yang diambil harus memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.
A. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi

adalah

karakteristik

umum

subyek

penelitian dari suatu populasi yang terjangkau dan akan diteliti


(Nursalam, 2008).
Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini yaitu:
1) Siswa-siswi yang masuk saat dilakukan pengambilan data
2) Bersedia menjadi responden
B. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan subyek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab
(Nursalam,2008).
Kriteria eksklusi sampel dalam penelitian ini yaitu:

25

1) Siswa-siswi yang tidak masuk saat dilakukan pengambilan


data
2) tidak bersedia menjadi responden
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara random
sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi, maka didapatkan
sampel yaitu dua kelas X dengan jumlah siswa-siswi masingmasing kelas berjumlah 35 siswa/i. Maka jumlah yang digunakan
adalah sebanyak 70 responden.
4.3.3

Etika Penelitian
Meminta surat izin penelitian dari institusi pendidikan yang
bersangkutan, Memberikan surat izin kepada Kepala Sekolah,
Menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan, Menjaga
kerahasiaan data yang telah di peroleh

26

4.4 Pengolahan Data


Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu langkah
yang penting. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari
penelitian masih mentah, belum memberikan informasi apa-apa,dan belum
siap untuk disajikan. Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang
berarti dan kesimpulan yang baik,diperlukan pengolahan data. Langkahlangkah pengolahan tergantung pada bentuk instrument atau angket yang
digunakan untuk mengumpulkan data yaitu : (Notoatmodjo,2011)
1. Editing
Hasil wawancara,angket atau pengamatan dari lapangan harus
dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing
adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir
atau angket
2. Coding
Setelah kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data atau bilangan,coding sangat berguna dalam
memasukan data.
3. Memasukan Data (Data Entry)
Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau
kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

27

4. Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian
atau yang diinginkan oleh peneliti.
4.5 Penyajian Data
Agar data yang diperoleh dapat merupakan suatu informasi, maka
perlu dilakukan penyajian data yang akan disajikan dalam bentuk narasi.
4.6 Analisis Data
Analisa data diperoleh dari analisa dengan cara univariat yaitu dengan
menjelaskan hubungan masing-masing variabel, kemudian dianalisa dan
disusun dengan cara distribusi frekuensi sesuai dengan variabel yang diteliti,
dengan menggunakan rumus :

P : Prosentase
F : Jumlah data yang di dapat
N : Jumlah total data
(Notoatmodjo, 2010).

BAB V
HASIL PENELITIAN

28

5.1 Hasil Analisa Univariat


Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja Kelas X tentang
HIV/AIDS di SMAN 54 Jakarta Timur
Bulan Agustus Tahun 2015
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total

Frekuensi
16 orang
40 orang
14 orang
70 orang

%
23 %
57 %
20 %
100%

Dari hasil analisa terhadap 70 responden di SMAN 54 Jakarta Timur


menunjukan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik
tentang HIV/AIDS sebanyak 16 orang (23%). Sedangkan tingkat pengetahuan
cukup sebanyak 40 orang (57%), dan tingkat pengetahuan kurang ada 14
orang (20%).

28

29

5.2 Jenis Kelamin


Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja Kelas X Tentang
HIV/AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin di SMAN
54 Jakarta Timur Bulan Agustus Tahun 2015
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Total

Frekuensi
39 orang
31 orang
70 orang

%
56 %
44 %
100 %

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di kelas X


SMAN 54 Jakarta Timur yaitu perempuan sebanyak 39 orang (56%),
sedangkan responden laki-laki sebesar 31 orang (44%).
5.3 Pekerjaan Orang Tua
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja Kelas X Tentang
HIV/AIDS Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua di
SMAN 54 Jakarta Timur Bulan Agustus Tahun 2015
Pekerjaan Orang Tua
Tidak Bekerja
Buruh
Wiraswasta
Pegawai Swasta
Pegawai Negeri
Total

Frekuensi
1 orang
10 orang
14 orang
26 orang
19 orang
70 orang

%
1%
14 %
20 %
37%
27%
100%

Berdasarkan hasil analisa terhadap 70 responden berdasarkan


pekerjaan orang tua menunjukkan bahwa sebanyak 1 responden (1%)
memiliki orang tua yang tidak bekerja, sebanyak 10 responden (14%) dengan
pekerjaan buruh, sebanyak 14 responden (20%) dengan pekerjaan
wiraswasta, sebanyak 26 responden (37%) dengan pekerjaan pegawai swasta,

30

dan pekerjaan orang tua sebagai pegawai negeri sebanyak 19 responden


(27%).
5.4 Pendidikan Ayah
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja Kelas X Tentang
HIV/AIDS Berdasarkan Pendidikan Ayah di
SMAN 54 Jakarta Timur Bulan Agustus Tahun 2015
Pendidikan Ayah
SD/MI
SMP/SLTP/MTS
SMA/SLTA/MA
DIII/SARJANA S1/S2
TOTAL

Frekuensi
5 orang
6 orang
24 orang
35 orang
70 orang

%
7%
9%
34 %
50%
100%

Berdasarkan hasil data diatas dari 70 orang responden yang memiliki


jumlah tingkat pendidikan terbanyak yaitu pendidikan tertinggi sebanyak 35
orang responden (50 %), sedangkan pendidikan menengah sebanyak 24 orang
responden (34%) dan pendidikan dasar sebanyak 11orang responden (16 %).

31

5.5 Pendidikan Ibu


Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja Kelas X Tentang
HIV/AIDS Berdasarkan Pendidikan Ibu di
SMAN 54 Jakarta Timur Bulan Agustus Tahun 2015
Pendidikan Ayah
SD/MI
SMP/SLTP/MTS
SMA/SLTA/MA
DIII/SARJANA S1/S2
TOTAL

Frekuensi
3 orang
9 orang
37 orang
21 orang
70 orang

%
4%
13 %
53 %
30%
100%

Berdasarkan hasil data diatas dari 70 orang responden yang memiliki


jumlah tingkat pendidikan terbanyak yaitu pendidikan tertinggi sebanyak 35
orang responden (50 %), sedangkan pendidikan menengah sebanyak 37 orang
responden (53%) dan pendidikan dasar sebanyak 12 orang responden (17 %).
5.6 Sumber Informasi
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja Kelas X Tentang
HIV/AIDS Berdasarkan Sumber Informasi di
SMAN 54 Jakarta Timur Bulan Agustus Tahun 2015
Sumber Informasi
Guru
Orang Tua
Media Cetak
Media Elektronik
Teman
Tenaga Kesehatan
TOTAL

Frekuensi
21 orang
8 orang
4 orang
15 orang
9 orang
13 orang
70 orang

%
30 %
11 %
6%
21%
13%
19%
100%

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan


informasi tentang HIV/AIDS dari guru sebesar 21 orang (30%), dari orang
tua 8 orang (11%), media cetak seperti koran dan majalah sebesar 4 orang

32

(6%), dari media elektronik seperti televisi, radio, dan internet sebesar 15
orang (21%), informasi dari teman sendiri 9 orang (13%), dan yang
mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan ada 13 orang (19%).

33

BAB VI
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu tentang Gambaran


Pengetahuan Remaja Kelas X tentang HIV/AIDS di SMAN 54 Jakarta Timur
Bulan Agustus Tahun 2015 ditinjau dari

jenis kelamin, pendidikan

ayah,pendidikan ibu,sumber informasi, maka pembahasan dilakukan untuk


membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan teori atau hasil penelitian
sebelumnya.
6.1 Keterbatasan penelitian
Mengingat penelitian ini merupakan penelitian permulaan bagi
peneliti maka kemungkinan didapatkan adanya keterbatasan penelitian
seperti :
1.

Jumlah sampel yang diambil relatif kecil sehingga membuat analisis


tidak stabil.

2.

Penelitian ini hanya mencakup satu sekolah saja, maka hasil penelitian
belum tentu dapat disamaratakan pada sekolah yang lain.

3.

Keterbatasan sumber kepustakaan

4.

Keterbatasan pengetahuan, dan waktu yang dimiliki oleh peneliti.

33

Anda mungkin juga menyukai