Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH TUTOR 4

MODUL PENILAIAN STATUS GIZI

Anggita Apriliani Dewi 1406542842


Elsa Septiani 1406542773
Gita Kartika Ramadhani 1406542760
Hafizhah Fadhilla, 1406577480
Kamilia Rahmayanti 1406542685
Khonza Hanifa 1406578060
Lulitabuti Purwaningsih 1406622414
Nur Afifah 1406571975
Nur Hasanah 1406571962
Nur Zakiyah Fahiroh 1406571590
Sharaztasya putri 1406542735
Vania Erika
Winda Natasya 1406568614

PROGRAM STUDI GIZI


DEPARTEMEN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2016
SKENARIO 1 MODUL PENILAIAN STATUS GIZI

Kata Sulit
-

Palawija tanaman kedua (sekunder), hasil pertanian selain tanaman pokok seperti

ubi, jagung, dll


Stunted orang yang mengalami stunting; keadaan kurang gizi pada periode kritis;

keadaan undernutrition <-2SD dan yang parah <-3 SD


Hipertensi salah satu gejala metabolic syndrome dengan tekanan darah >= 130/85

mmHg
Usia pekerrja penduduk berumur 15 tahun lebih, baik yang bekerja maupun tidak;
menurut UUD no. 13 th 2003 adalah yang berumur 15-63 tahun

Kata Kunci
-

Status gizi
Kelompok umur
Konsumsi
Metode PSF
Daerah pantura

Kalimat Masalah
Pola konsumsi masyarakat pantura yang kurang tepat dapat berpengaruh terhadap
kejadian stunted, kegemukan, dan penyakit hipertensi.

Pohon Masalah

Perilaku

Pertanyaan dan Jawaban


1

Apa pengertian stunted? Jelaskan!


Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, disebutkan bahwa stunted adalah
pendek yang merupakan status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan
menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Selain itu, jika
mengalami kondisi yang sangat pendek disebut dengan severely stunted. Untuk anak
berumur 0-60 bulan kategori status gizinya berdasarkan PB/U atau TB/U, antara lain :
- Sangat pendek = < -3 SD
- Pendek
= -3 SD sampai dengan < -2 SD

Normal
Tinggi

= -2 SD sampai dengan 2 SD
= > 2 SD

Stunted/stunted growth merupakan keadaan rendahnya tinggi badan terhadap umur.


Keadaan ini merefleksikan gagal atau terhambatnya proses pencapaian pertumbuhan
linear pada masa kritis yang disebabkan oleh keadaan kesehatan maupun gizi yang tidak
optimal. Istilah stunting dan stunted dapat dibedakan bersasarkan usia penderita, Pada
anak kelompok usia < 2-3 tahun digunakan istilah failing to grow atau stunting,
sementara untuk kelompok usia lebih tua digunakan istilah having failed to grow atau
stunted.
Stunted adalah keadaan tubuh yang pendek atau sangat pendek. Stunting terjadi akibat
kekurangan gizi dan penyakit berulang dalam waktu lama pada masa janin hingga 2 tahun
pertama kehidupan seorang anak. IQ 5-10 poin lebih rendah dibanding dengan anak
normal.
Signifikasi kesmas berdasarkan cut-off values prevalensinya untuk indikator stunting:

<20% : prevalensi rendah

20-29% : prevalensi sedang

30-39% : prevalensi tinggi

> 40% : prevalensi sangat tinggi

Berdasarkan cut-off tersebut, untuk kasus pada skenario 1 di Desa Majujaya, desa tersebut
memiliki kasus stunting pada anak sekolah dengan prevalensi tinggi (30%).
Sumber:
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
World Health Organization. 1997. WHO Global Database on Child Growth and Malnutrition.
Geneva: WHO
Black, R.E. et.al.2008.Maternal and Child Undernutrition 3.

WHO. 2010. Interpretation Guide. Geneva: WHO Document Production Service

Apa pengertian gemuk? Jelaskan!


Merupakan kelebihan Berat Badan (BB) dengan ambang batas IMT/U >1 SD sampai
dengan 2 SD (WHO, 2005).
Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau
berlebihn yang dapat mengganggu kesehatan. Menurut WHO, kegemukan atau
overweight ditandai dengan BMI 25 kg/m2.
Faktor yang mempengaruhi berat badan:
- Sejarah dan gen keluarga
- Metabolism; cara tubuh mengolah danmakanan dan oksigen jadi energi
- Lingkungan
- Perilaku dan kebiasaan

Ras Asia memiliki cut-off point BMI yang lebih rendah, yaitu > 23 kg/m2 untuk
overweight (WHO, 2002; Tuan et al., 2008). Terdapat beberapa alasan mengapa cut-off
point BMI yang lebih rendah dibandingkan ras Kaukasian: (1) etnis Asia cenderung
memiliki lemak tubuh total yang lebih tinggi serta lemak abdomen dan visceral yang
lebih tinggi, (2) kelompok etnis yang berbeda memiliki status sosialekonomi, faktor
budaya, tingkat aktivitas fisik, dan gaya hidup yang berbeda (Tuan et al., 2008).

Signifikasi kesmas berdasarkan cut-off values prevalensinya untuk indikator overweight


pada anak-anak:

< 5%: masih dapat diterima (acceptable)

5-9% : rendah (poor)

10-14% : serius

> 15% : kritis/parah

Berdasarkan penelitian Tuan et al. (2008), BMI memiliki hubungan yang kuat dengan
insiden hipertensi. Selain itu, peningkatan massa lemak visceral mengarah pada

peningkatan tekanan darah. Kejadian hipertensi juga dipengaruhi oleh gene-associated


hypertension dan interaksi gen-lingkungan. Salah satu penyebab lansia memiliki risiko
penyakit kardiovaskular adalah karena perubahan komposisi tubuh (peningkatan lemak
tubuh dan penurunan massa otot) (Gibson, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian Tuan et al. (2008), jika dihubungkan dengan kasus pada
Desa Majujaya, jumlah pasien hipertensi meningkat dari tahun ke tahun disebabkan oleh:
(1) overweight pada saat dewasa, (2) peningkatan massa lemak, (3) interaksi gen yang
berhubungan dengan hipertensi-lingkungan.

Sumber:
Kemenkes. 2012. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada
Anak

Sekolah)Anon,

(2006).

[online]

Available

at:

http://www.mclveganway.org.uk/Publications/WHO_Obesity_and_Overweight.pdf)
[Accessed 31 Aug. 2016].
Gibson R.S. 2005. Principles of Nutritional Assesment, 2nd Edition. USA: Oxford University
Press.
Tuan N.T., L.S. Adair, Ka He, B.M. Popkin. 2008. Optimal cutoff values for overweight:
using body mass index to predict incidence of hypertensionin 18-65 -years old Chinese adults
WHO. 2002. The Asia-Pasific Perspective: Redifining Obesitiy and Its Treatment. Australia:
Health Communications Australia Pty Limited.
WHO. 2010. Interpretation Guide. Geneva: WHO Document Production Service

Apa pengertian Hipertensi? Jelaskan!


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan darah sistolik lebih dari140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengkuran dengan
selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang. Peningkatan tekanan
darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (PJK) dan otak (stroke)bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Gejala hipertensi pada umumnya
bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan penyakit lainnya.
Adapun gejala umum yang sering terjadi antara lain:

Sakit kepala atau rasa berat di tenguk


Mumet (vertigo)
Jantungberdebar-debar
Mudah lelah
Penglihatan kabur
Telinga berdenging
Mimisan

Penyebab hipertensi adalah aterosklerosis.


- Faktor primer: merokok lebih dari 1 bungkus per hari, tekanan darah tinggi, tingginya
kolesterol plasma.
Faktor sekunder: tingginya trigliserida plasma,

obesitas,

diabetes,

stress kronis,

konsumsi pil KB, vasektomi.


Jenis Hipertensi
a

Hipertensi Pulmonal : peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paruparu yang menyebabkan sesak nafas, pusing, dan pingsan.

Hipertensi pada kehamilan


1

Preeklampsia-eklampsia : hipertensi karena kehamilan. Preeklampsi adalah


penyakit yang timbul dengan tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan.

Hipertensi kronik : hipertensi sudah ada dari sejak sebelum ibu mengandung

Preeklampsia pada hipertensi kronik : merupakan hipertensi gabungan.

Klasifikasi hipertensi, berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi dua yaitu:


a

Hipertensi primer (esensial). Jenis hipertensi ini yang paling banyak terjadi dimana
90% pasien menderita jenis hipertensi ini. Hipertensi primer tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol karena patofisiologisnya tidak diketahui. Beberapa mekanisme
yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah di identifikasi,
namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer
tersebut. Terjadinya hipertensi ini sering dianggap turun temurun dalam suatu
keluarga sehingga faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis
hipertensi ini. Menurut data bila ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan
darah yang monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan timbulnya

hipertensi primer. Banyak karakteristik genetik dari gen-gen yang memengaruhi


keseimbangan natrium, tetapi juga didokumentasikan adanya mutasi-mutaasi genetik
yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron,
b

steroid adrenal dan angiotensinogen.


Hipertensi sekunder. Jenis hipertensi ini lebih sedikit kasusnya hanya kurang dari 10%
terjadi pada pasien hipertensi dimana pada umumnya disebabkan dari penyakit
komorbid atau penggunaan obat-obatan tertentu yang dapat meningkatkan tekanan
darah. Penyebab yang paling sering terjadi adalah karena disfungsi renal akibat
penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular. Obat-obatan tertentu baik secara
langsung ataupun tidak dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi
dengan

menaikkan

tekanan

darah

contohnya

kortikosteroid,

ACTH

(adrenokortikotropik hormon), estrogen (biasanya pil KB dengan kadar estrogen


tinggi), dan lain-lain.

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (Joint National Committee on the prevention,
detection, evaluation and treatment of high blood pressure yang berpusat di Amerika
Kategori

Tekanan darah sistolik Tekanan

Normal
Prehipertensi
Hipertensi stage 1
Hipertensi stage 2

(mmHg)
<120
120-139
140-159
160

darah

diastolik

(mmHg)
<80
80-89
90-99
100

Sumber :
Kurniawan, Anie. 2012. Gizi Seimbanh untuk Mencegah Hipertensi. Jakarta: Direktorat Gizi
Masyarakat.
Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Hipertensi. Kemenkes RI.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Depkes. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta: Depkes RI.

Sebut dan jelaskan metode-metode Pemantuan Status Gizi (PSG)!


1 Dietary Assessment Method

Dietary methods merupakan langkah pertama dalam metode PSG. Metode ini dilakukan
saat ada asupan yang tidak adekuat, karena defisiensi primer (rendah dalam diet) atai
deisiensi sekunder. Tujuannya untuk mencapai kecukupan gizi. Dibutuhkan informasi
proporsi populasi yang berisiko kurang asupan gizi. Investigasi pengetahuan, sikap,
praktik, dan perilaku konsumsi yang dilaporkan. Metode ini mencakup observasi indepth interviews dan focus groups,

serta meliputi pendekatan etnologikal dan

antropologikal.
Alat yang digunakan untuk dietary assessment tergantung dari tujuan yang ingin
dicapainya. Tujuannya bisa untuk mengukur zat gizi tertentu atau hanya perilaku makan.
Metode ini digunakan untuk mengukur makanan dan/atau asupan zat gizi, secara umum
prosedur yang diterapkan meliputi:
- Catatan dari keseluruhan makanan yang dikonsumsi oleh individu.
- Mengidentifikasi perkiraan kandungan gizi dalam makanan yang dikonsumsi setelah
-

disesuaikan dengan standar yang berlaku (contoh TKPI atau DKBM).


Mengkuantifikasi porsi ukuran dari makanan yang dikonsumsi.
Menentukan frekuensi makanan yang biasanya di konsumsi.
Menghitung asupan nutrisinya.

Jenis-jenisnya, antara lain:


a

Weighed Food Records yaitu metode yang mengharuskan setiap individu atau
pengawas atau pengasuhnya untuk menimbang setiap jenis makanan dan minuman
yang akan dikonsumsi. Lamanya metode ini dapat berkisar antara 3,4,5, atau 7 hari
dimana 7 hari menjadi gold standard. Metode ini mempunyai keterbatasan dan

biasanya membutuhkan bantuan metode physiological dan biochemical.


Estimated Food Records yaitu metode yang hampir sama dengan weighed food
records tapi kuantifikasi dari makanan dan minuman diestimasi (dikira-kira) tidak
secara pasti ditimbang. Perkiraannya menggunakan Ukuran Rumah Tangga (URT)
contohnya cups, sendok dan lain-lain; food photograph dan food models. Peneliti atau
pengamat harus mengonversi perkiraan tadi menjadi berat yang nantinya dapat

dihitung asupan gizi dari makanan tersebut.


24 Hour Recall yaitu metode yang membutuhkan penanya atau pewawancara terlatih
untuk menanyakan kepada responden agar mengingat keseluruhan makanan dan
minuman yang mereka konsumsi selama periode waktu tertentu (biasanya 24 jam
sebelum ditanya). Metode ini merupakan salah satu metode retrospektif sehingga
perlu diperhatikan tingakt keakuratan memori untuk keseluruhan asupannya. Jangan
sampai salah atau kurang tepat dalam mencatat jawaban responden serta estimasi

porsi ukurannya. Tips untuk mempermudah recall bisa dengan mengawalinya


menanyakan apa yang dikonsumsi pada pagi hari atau pada suatu waktu tertentu.
Selain itu penanya juga harus membantu responden untuk mengukur atau
mengestimasi ukuran porsi makanannya. Keterbatasan utama dari metode ini adalah
karena waktunya terbatas atau singkat sehingga tidak dapat merepresentasikan
d

perilaku atau pola makan individu.


Multiple 24 Hour Recall yaitu metode dimana penilainnya dilakukan selama periode
tertentu (3-5 hari) dimana responden ditanya untuk me-recall dan mendeskripsikan
semua makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam sebelum proses tanya
jawab. Interview dapat dilakukan dengan mengombinasikan antara face-to-face

dengan media telepon.


Food Frequency Questionnaires (FFQ) and Semi-quantitative FFQs.
FFQ didesain untuk mengumpulkan informasi diet dari sejumlah besar individu (100
individu lebih). FFQ biasanya menanyakan tetntang asupan makanan dalam kurun
waktu tertentu, contohnya 2-3 bulan terakhir, 1 tahun atau bahkan lebih lama lagi).
Tujuannya untuk mengetahui pola atau kebiasaan makan. Semi-quantitative FFQs
yaitu metode FFQ yang menyertakan ukuran porsi dimana porsinya disesuaikan
dengan standar ukuran yang telah ditetapkan agar dapat dihitung asupan zat gizinya.
Walaupun hal ini sulit untuk menntukan asupan makanan secara pasti dari masingmasing individu. Oleh karena itu metode ini lebih kepada untuk mencari pola
konsumsi dari stua makanan saja.

Sumber :
Wendy Wrieden PhD, RPH Nutr, et al. 2003. A Short Review of Dietary Assessment Methods
Used in National and South Research Studies.
2 Laboratories Methods (Biochemical)
Metode laboratorium atau biokimia terbagi menjadi dua yaitu Initial laboratory
assessment dan Tes lab spesifik. Initial laboratory assessment biasanya dilakukan pada
tahap awal pemeriksaan lab, yang diperiksa antara lain kadar hemoglobin, stool
examination dan pemeriksaan urine. Pemeriksaan Hb menjadi tes yang paling penting dan
menjadi index yang bermanfaat untuk keseluruhan aspek gizi, selain untuk mengecek
anemia juga dapat digunakan untuk mengecek protein dan trace element nutrition. Stool
examination untuk mengecek keberadaan parasit dalam usus. Pemeriksaan urine untuk
mengecek kadar albumin, gula dan darah dalam urine. Jika setelah pemeriksaan awalan
atau initial laboratory dan ditemukan adanya indikasi suatu masalah gizi atau kesehatan

dapat dilanjutkan dengan tes lab spesifik dimana pengukuran yang dilakukan pada
individu tertentu terkait jaringan tubuhnya, contohnya serum retinol, serum ion dan lainlain. Analisis yang dilakukan biasanya pada rambut, kuku, kulit, dan lain sebagainya.
Sumber :
Abdelaziz Eldmin, MD, PhD, FRCPH College of Medicine Sultan Qabroos University,
Oman.
3. Clinical Methods
Clinical methods terdiri dari medical history dan physical examination untuk mendeteksi
tanda dan gejala yang berkaitan dengan malnutrisi. Tanda dan gejala biasanya tidak spesifik
dan hanya berkembang selama advanced stages dari defisiensi gizi. Mencakup riwayat medis
dan pemeriksaan fisik. Yang termasuk riwayat medis adalah imunisasi, kapan masuk RS,
operasi, penyakit kronis, cedera berat, pengobatan yang baru atau sedang dijalani, serta alergi
makanan. Sementara pemeriksaan fisik dilakukan untuk deteksi tanda dan gejala yang
berhubungan dengan malanutrisi meskipun seringkali tidak spesifik.
Sumber: Gibson. 2005. Principles of Nutritional Assessment. New York: Oxford University
Press

Ecological factors

Penilaian status gizi melalui pengumpulan data mengenai faktor-faktor non-gizi (komposisi
anggota keluarga, pendidikan, pendapatan, dll) yang diketahui dapat mempengaruhi status
gizi individu dan populasi.
Faktor ekologis dapat dihubungkan dengan perhitungan status gizi. Faktor ekologis yang
terlibat terdiri dari faktor sosioekonomi dan faktor demografi. Faktor tersebut juga memiliki
variabel seperti komposisi rumah tangga, edukasi, literatur, etnis, agama, pendapatan,
kepegawaian, suplai air dan sanitasi rumah tangga, serta akses ke kesehatan.
Data tambahan jika diperlukan berupa harga makanan, peralatan penyiapan makanan,
presentasi pendapatan rumah tangga pada makanan tertentu seperti daging, buah, sayur
Sumber: Gibson. 2005. Principles of Nutritional Assessment. New York: Oxford University
Press

Jelaskan Kelebihan dan Kekurangan dari tiap-tiap Metode PSG


a Antropometri
Kelebihan
o Prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan dengan jumlah sampel
besar
o Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli
o Alatnya murah, mudah dibawa
o Tepat dan akurat karena dapat dibakukan
o Dapat menggambarkan status gizi masa lampau
o Ada cut of point nya
o Berguna dalam keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan energi dan protein
kronis
Kekurangan
o Tidak sensitif dan tidak spesifik
o Dapat terjadi kesalahan dalam pengukuran
o Tidak dapat digunakan untuk mendeteksi defisiensi gizi secara spesifik

b Clinical Assessment
Kelebihan :
- cepat dan mudah dilakukan
- non-invasif
- murah.
Kekurangan
- tidak dapat mendeteksi dini suatu kasus.

Sumber :
Abdelaziz Eldmin, MD, PhD, FRCPH College of Medicine Sultan Qabroos University,
Oman.
c

Biokimia
Kelebihan
o Mendeteksi defisiensi gizi sejak dini
o Hasil pemeriksaan lebih objektif karena dilakukan oleh ahli: Sebagai
penunjang metode lain
o Dapat menunjang hasil pemeriksaan metode lain
o Dapat mengetahui cara penanganan masalah gizi
o Lebih responsif terhadap perubahan status gizi seseorang
Kekurangan
o Tidak ada cut of point
o Hanya bisa dilakukan ketika ada gangguan metabolisme
o Biaya mahal
o Butuh tenaga ahli
o Harus dilakukan dilaboratorium
o Tidak sesuai untuk survei gisi skala besar
o Invasif
o Hasil sulit diinterpretasikan karena kekurangan cut off point
o Alatnya rumit

d Dietary Assesment Methods

Kelebihan
o Lebih detail tentang makanan apa saja yang dimakan
o Murah (kecuali yang weighting)
o bisa digunakan hingga tingkat populasi

Kekurangan
o Responden lupa
o Tidak ada ukuran baku untuk indonesia
o di beberapa kasus, tidak merepresentasikan apa yang tubuh serap karena
terdapat faktor lain (seperti penggunaan obat) yang mempengaruhi absorpsi,
transportasi, utilisasi, atau ekskresi zat gizi
e

Ekologi Klinis
Keunggulan:
-

Relatif murah karena tidak memerlukan biaya yanbg terlalu besar.


Peperiksaan tidak memerlukan tenaga khusus. Namun dapat dilatih.
Sederhana, cepat, dan mudah diinterpretasi.
Dapat memperluas kemungkinan faktor penyebab masalah gizi diluar faktor gizi

Kelamahan
-

Beberapa gejala klinis tidak mudah dideteksi sehingga perlu orang yang ahli

dalam memeriksa gejala klinis tersebut.


Gejala klinis tidak bersifat spesifik seperti pada penderita KEP ringan dan sedang.
Hal ini diakibatkan oleh kekurangan lebihdari satu zat gizi sehingga perlu

pemeriksaan lebih lanjut.


Adanya variasi gejala klinis yang timbul akibat dari pengarih faktor lain seperti
Faktor lingkungan, genetik, kebiasaan, dan lain-lain (Gibson, 2005).

Jelaskan metode PSG yang sesuai dengan kelompok umur balita!

Antropometri

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus
kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa
balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk indeks TB/U atau indeks BB/TB.
Sumber: Depkes RI, 2004.

Jelaskan metode PSG yang sesuai dengan kelompok anak sekolah dasar!
- Antropometri
- Dietary Assesment Methods
- Clinical Methods

Jelaskan metode PSG yang sesuai dengan kelompok ibu hamil!

Dengan cara memantau pertambahan berat badan selama hamil(antropometri), mengukur


LILA (antropometri), dan kadar Hb (biokimia).
1

Pertambahan BB
Total pertambahan selama kehamilan 10-12kg
Dengan rincian :
o Trimester I < 1kg
o Trimester II +- 3kg
o Trimester III+- 6 kg

LILA
Pengukuran LILA merupakan cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan
oleh masyarakat awam. Untuk mengetahui resiko KEK (kekurangan energi kronik)

Kadar Hb hematological
Untuk mengetahui anemia gizi. Ibu hamil umumnya defisiensi zat besi sehingga
pendistribusian Fe ke janin juga kurang

Sumber : Kristiyanasari, weni. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika

Supariasa.2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta:EGC

Jelaskan metode PSG yang sesuai dengan kelompok usia kerja!


- Antropometri
- Biokimia
- Klinis
- Dietary Assesment Methods
- Ecological Factors
10 Jelaskan metode PSG yang sesuai dengan kelompok lansia!
- Mini Nutritional Assessment (MNA)
MNA dikembangkan secara spesifik untuk mendeteksi malnutrisi pada pasien lansia. MNA
terdiri dari 4 komponen: penilaian antropometri (weight, height, weight loss), penilaian diet
(jumlah makanan, makanan dan cairan yang dikonsumsi, otonomi makan), penilaian umum
(gaya hidup, medikasi, mobilitas), dan penilaian subjektif (persepsi diri terhadap kesehatan
dan gizi). Dapat dilakukan oleh personel yang tidak terlatih dan hanya memakan waktu <20
menit untuk melengkapi. Total skor akhir digunakan untuk mengklasifikasi pasien sebagai
normal/berisiko/kurang gizi.
-

Antropometri

Sumber:
Gibson. 2005. Principles of Nutritional Assessment. New York: Oxford University

11. Jelaskan penggunaan metode PSG ditingkat Nasional!


Bertujuan untuk menghitung tingkat konsumsi masyarakat dan perkiraan kecukupan
persediaan makanan secara nasional pada suatu wilayah atau negara dilakukan dengan cara
Food Balance Sheet (FBS). Langkah-langkah perhitungan FBS antara lain:
a

Menghitung kapasitas produksi makanan dalam satu tahun (berasal dari persediaan

atau cadangan, produksi dan impor bahan makanan dari negara atau wilayah lain).
Dikurangi dengan pengeluaran untuk bibit, ekspor, kerusakan pascapanen dan

c
d

transportasi, diberikan untuk makanan ternak dan untuk cadangan.


Jumlah makanan yang ada tersebut dibagi dengan jumlah penduduk.
Diketahui ketersediaan makanan per kapita per tahun secara nasional.

Data FBS tidak dapat memberikan informasi tentang distribusi dari makanan yang
tersedia tersebut untuk berbagai daerah, apalagi gambaran distribusi di tingkat RT atau
perorangan. FBS tidak menggambarkan perkiraan konsumsi pangan masyarakat
berdasarkan status ekonomi, keadaan ekologi, keadaan musim, dan lain sebagainya. Jadi,
FBS tidak dapat digunakan untuk menentukan status gizi masyarakat suatu negara atau
wilayah. Data FBS digunakan untuk:
-

Menentukan kebijaksanaan dibidang pertanian seperti produksi bahan makanan dan

distribusi.
Memperkirakan pola konsumsi masyarakat
Mengetahui perubahan pola konsumsi masyarakat.

Sumber :
I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Kode Produksi Universal dan Alat Scan Elektronik, merupakan kode universalpada
produk dan alat scan-nya dapat membantu memantau makanan apa saja yang dibeli oleh
masyarakat di toko.
Gibson, Rosalind. S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. 2nd Edition. New York:
Oxford Univerity Press, Inc.

12. Jelaskan penggunaan metode PSG dilevel Rumah Tangga (RT)!


a. Food account method
Record harian semua jenis makanan yang masuk ke rumah tangga, baik yang dibeli sendiri,
diproduksi sendiri, atau yang diterima sebagai hadiah, selama periode waktu tertentu
(maksimal 7 hari).
Sumber: Gibson. 2005. Principles of Nutritional Assessment. New York: Oxford University
Press
b.Household Food Record
Dilakukan sedikitnya dalam periode 1 minggu oleh responden dengan menimbang atau
mengukur dengan URT seluruh makanan yang ada di RT termasuk cara pengolahannya .
Metode ini digunakan untuk tempat atau daerah dimana tidak banyak variasi penggunaan
bahan makanan dalam keluarga dan masyarakatnya sudah bisa membaca dan menuis.

Kelebihannya antara lain hasil yang diperoleh lebih akurat bila dilakukan dengan menimbang
makanan dan dapatdihitung intake zat gizi keluarga. Sedangkan kekurangannya antara lain
terlalu membebani responden, memerlukan biaya cukup mahal karena responden harus
dikunjungi lebih sering, memerlukan waktu yang cukup lama dan tidak cocok untuk
responden yang buta huruf.
Sumber :
I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
c.Metode 24-h recall pada household
Pada metode ini, anggota household yang bertanggung jawab atas persiapan makanan akan di
interview untuk memperoleh informasi mengenai komposisi household dan pola konsumsu
household tersebut dalam 24 jam terakhir. Pada fase pertama interview akan ditanyakan
bahan dan hidangan apa yang akan dikonsumsi, dilanjutkan dengan detail mengenai kuantitas
yang dititikberatkan pada makanan yang merupakan sumber utama energy. Total jumlah
makanan yang dikonsumsi keseluruhan anggota household dibagi dengan jumlah anggota
household.
Sumber: Gibson. 2005. Principles of Nutritional Assessment. New York: Oxford University
Press

13. Jelaskan penggunaan metode PSG dilevel individu!


-

metode recall 24h


estimated food record
Food weighing
Dietary history
Food frequency

14. Bagaimana pola konsumsi yang daat menyebabkan:


A. HIPERTENSI
Pola konsumsi penyebab hipertensi
Diet yang tinggi lemak biasanya berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur yang rendah.
Buah dan sayur berkontribusi terhadap kesehatan kardiovaskuler salah satunya melalui
kandungan kalium di dalamnya. Konsumsi makanan sumber kalium yang adekuat dapat

menyeimbangkan keseimbangan ion Na-K dalam tubuh, sehingga konsumsi diet yang tinggi
lemak dan garam, serta rendah buah dan sayur memperbesar risiko hipertensi.

Faktor risiko (aspek gizi):


-

Konsumsi garam berlebih (Na)


Kurang asupan kalium dan kalsium
Obesitas abdomen yang berkaitan dengan sidrom metabolik dan menjadi prekusor
hipertensi dan resistensi insulin yang dpaat mengakibatkan DM tipe 2, CVD,

dislipidemia, dan lain-lain.


Kurangnya aktivitas fisik.

Faktor risiko (non gizi):


-

Umur (laki-laki diatas 55 tahun dan perempuan diatas 65 tahun)


Jenis kelamin
Riwayat keluarga dan genetik
Stress. Meningkatkan aktivitas saraf simpatik kemungkinan berhubungan dengan
meningkatnya respons terhadap stress.

Sumber:
Reddy K.S., M.B. Katan. 2004. Diet, nutrition, and prevention of hypertension and
cardiovascular disease. Public Health Nutrition, 7(14): 167-186.

B. GEMUK
Pola konsumsi penyebab overweight dan obese
Kualitas diet dari kebiasaan snacking yang memburuk yang ditunjukkan dengan sugar score
dan fat score (kandungan zat gizi tersebut dalam jumlah takaran saji), terlalu banyak makan
makanan yang diproses dan makanan cepat saji, terlalu banyak makan di luar, banyak
konsumsi alkohol dan minuman berkadar gula tinggi, masalah genetik, dan makan untuk
mendapatkan ketenangan.

Sumber:

St-Orge M.P., K.L. Keller, S.B. Heymsfield. 2003. Changes in childhood food consumption
patterns: a cause for concern in light of increasing body weights. Am J Clin Nutr, 78(6):
1068-1073.

Pola konsumsi kegemukan pada anak di daerah Pantura


Analisis:
> karena konsumsi buah dan sayur kurang dari 5 porsi per hari
> lebih memilih konsumsi minuman manis, makanan berlemak dan gorengan
> tidak sarapan atau membawa bekal ke sekolah
> makan tidak sesuai dengan waktu makan
Sumber:
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas
pada Anak Sekolah. Jakarta: Kemenkes RI.

C. STUNTED
Pola konsumsi penyebab stunting

Pemberian makanan bagi anak-anak yang masih kecil yang tidak berasal dari sumber
hewani. Anak-anak, usia 18-30 bulan, yang tidak diberi makanan dari sumber hewani
yang adekuat memiliki dietary intake untuk vitamin dan mineral (vitamin B12, Zink
Fe) yang buruk dan prevalensi stunting yang tinggi

penurunan keragaman makanan yang dikonsumsi dapat meningkatkan prevalensi


stunting yang sudah terjadi

Sumber:
Shinsugi C., M. Matsumura, S. Kaneko. 2015. Factors associated with stunting among
children according to the level of food insecurity in the household: a coss-sectional study in a
rural community of Southeastern Kenya. BMC Public Health, 15:441.

Faktor risiko (aspek gizi)


Defisiensi vitamin A dan Zinc. Defisiensi vit A berpengaruh terhadap sintesis protein
sehingga juga mempengaruhi pertumbuhan sel sehingga anak yang mengalami defisiensi vit
A akan mengalami kegagalan pertumbuhan. Selain itu, defisiensi Zinc manifestasinya akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan linier pada balita (stunting)
Sumber :
Taufiqurrahman, dkk. 2009. Defisiensi Vitamin A dan Zinc sebagai Faktor Risiko terjadinya
Stunting pada Balita di NTB. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

15. Bagaimana cara penanggulangan/solusi menghindari:


A. HIPERTENSI
Penanggulangannya dengan modifikasi gaya hidup dengan pola makan DASH (Dietary to
Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium, diet rendah Na, rutin melakukan
aktivitas fisik dan mengurangi konsumsi alkohol.
Pola makan DASH menurut JCN 7 adalah :
-

Diet yang kaya buah dan sayur serta produk susu rendah lemak.
Na yang direkomendasikan kurang dari 2,4 gram (100 mEq/hari)
Aktivitas fisik dapat menurukan tekanan darah dengan olahraga aerobik secara teratur
minimal 30 menit. Pasien harus mengkonsultasikannya dahulu dengan dokter untuk
jenis olahraga terbaik yang dapat dilakukan.

Sumber :
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Depkes. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta: Depkes RI.
Solusi hipertensi
Melakukan dignosis dan screening dini agar hipertensi dapat dideteksi lebih awal sehingga
dapat membuka kesempatan untuk edukasi dan terapi pasien.
Sumber:
Biswas T, S.M.S. Islam, A. Islam. 2015. Prevention of Hypertension in Bangladesh: A
Review. Cardiovasc, 7(2): 137-144.

B. KEGEMUKAN
Cara penanggulangan kegemukan untuk anak sekolah, yaitu :
a

Penemuan kasus dilaksanakan setiap tahun melalui kegiatan penjaringan kesehatan di


sekolah. Langkah-langkahnya :
o Pengukuran antropometri (BB dan TB) kemudian datanya dilaporkan ke
Puskesmas untuk ditentukan status gizinya dan tindak lanjut.
o Penentuan status gizi di Puskesmas dengan menghitung IMT/U berdasarkan

standar WHO 2005.


o Menentukan status gizi anak, yaitu:
Kurus
= <-2 SD
Normal
= -2 sampai dengan 1 SD
Gemuk
= > 1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas
= > 2 SD
Tindak lanjut.
Hasil status gizi dilaporkan kepada orang tua melalui sekolah. Jika anak gemuk atau
besitas akan dirujuk ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Tata laksana kegemukan dan obesitas di Puskesmas:
o Melakukan assessment (anamesa riwayat penyakit dan penyakit keluarga,
pengukuran antropometri dan status gizi, pemeriksaan fisik, laboratorium
sederhana dan anamnes riwayat diet).
o Bila hasil assessment menunjukkan anak mengalami kegemukan dan obesitas
dengan komorbiditas maka dirujuk ke RS untuk penanganan lebih lanjut.jika
tanpa komorbiditas tata laksana dilakukan di Puskesmas.
o Melakukan konseling gizi kepada anak dan keluarga agar melakukan pola
hidup sehat selama 3 bulan.
o Lakukan evaluasi pada 3 bulan pertama. Jika BB turun atau tetap dianjurkan
untuk meneruskan pola hidup sehat dan dilakukan evaluasi kembali setiap 3
bulan. Sedangkan jika BB naik dilakukan kegiatan pengaturan BB terstruktur
di Puskesmas (menyusun menu diet khusus, melakukan aktivitas fisik dan
membuat catatan kegiatan harian) kemudia dilakukan evaluasi setelah 3 bulan.

Sumber :
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan
dan Obesitas pada Anak Sekolah.
C. STUNTED

Solusi stunting

melakukan teknik pengolahan makanan untuk meningkatkan kualitas makanan terutama


dalam hal bioavailabilitas zat gizi dan Moderate Malnutrition (MM) Meeting Report.

Kebutuhan zat gizi ibu hamil dipenuhi, makanannya cukup gizi, kesehatannya terpantau,
dan suplementasi zat gizi (terutama tablet Fe) dilakukan secara rutin. Idealnya ibu hamil
mendapatkan 90 tablet Fe selama masa kehamilan.

Bayi diberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan setelahnya diberi MPASI yang
cukup jumlah dan baik kualitasnya.

Balita rutin dibawa ke posyandu untuk dipantau pertumbuhannya; hal ini berguna untuk
deteksi dini jika ada indikasi gangguan pertumbuhan.

Akses air bersih dan fasilitas sanitasi ditingkatkan, kebersihan lingkungan dijaga. Jika
anak dan ibu hamil terus menerus terpapar kotoran manusia dan binatang maka akan
terjadi infeksi bakteri kronis yang menyebabkan penyerapan zat gizi ke dalam tubuh
menjadi terhambat.

Sumber:
Millenium Challenge Account-Indonesia. Stunting dan Masa depan Indonesia. http://mcaindonesia.go.id/wp-content/uploads/2015/01/Backgrounder-Stunting-ID.pdf
National Heart, Lung, and Blood Institute. What Are Obesity and Overweight? http://
www.nhlbi.gov/health/health-topics/obe

16. Apa metode yang digunakan dalam PSG pada kasus


A. HIPERTENSI
Dietary assesment methods
-

24 hour recall, karena dapat menghitung jumlah natrium yang dikonsumsi dan

sumber/jenis makanannya
Food record
Food weighed
FFQ
Dietary History

B. OVERVEIGHT/OBESITAS

- Dietary assesment methods

Food record
Multiple 24h Recall
FFQ
Dietary history

- Antropometri dengan indikator BB/U atau IMT/U


C. STUNTED
- Antropometri dengan indikator TB/U
- Dietary Assesment methods
Dietary history
FFQ

SKENARIO 2 MODUL PENILAIAN STATUS GIZI

Kata Sulit
-

Posyandu salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, dikelola


dari oleh untuk dan bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan pada masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan

dasar
Buncit besar perut atau gendut
Akut timbul secara mendadak dan cepat memburuk
Kronis terus menerus berlangsung dalam waktu yang lama
Tren kecenderungan atau kecondongan tendensi
Survey etnik riset dengan memberi batas yang jelas pada data

Kata Kunci
-

Masalah gizi
Ukuran tubuh
Anak usia sekolah
Penilaian status gizi
Balita
Dewasa

Kalimat Masalah
Malnutrisi yang dialami setiap kelompok dapat diidentifikasi dengan berbagai metode
penilaian status gizi.

Pohon Masalah

Penilaian Status Gizi

Dietary
Antropometri

Badan Kecil

Buncit

Laboratory

Gangguan Penglihatan
Lemas

Balita

Anak Sekolah

Pendek

Klinis

Ekologi

Overweight & obes

Overweight

Dewasa

Pertanyaan dan Jawaban


1. Apa yang dimaksud dengan masalah gizi akut?
Masalah gizi akut merupakan masalah yang terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan
asupan nutrisi yang dibituhkan, yang diadaptasi dengan cara mengurangi aktivitas fisik
dan melambatkan proses yang terlibat dalam pemeliharaan sel atau jaringan, serta fungsi
organ yang optimal. Tubuh memakan jaringan sendiri untuk bisa bertahan hidup. Hal ini
yang menyebabkan masalah gizi akut bermanifestasi pada penurunan berat badan
(kehilangan otot dan lemak) yang signifikan pada kasus marasmus dan kwashiorkor.
Kondisi gizi akut atau masalah gizi akut dikarakterisasi dengan wasting atau
kekurusan (thinness). Wasting atau thinness dapat diukur dengan BB/TB. Metode ini dapat
dilakukan tanpa harus mengetahui umur anak. Ada anak yang terlihat proporsional, namun
ketika diukur ternyata BB/TB tergolong underweight. Hal ini disebabkan karena TB/U
juga kurang sehingga kondisi ini disebut nutritional dwarfs atau bonsai babies
Berdasarkan Riskesdas 2013, masalah gizi akut di Indonesia secara keseluruhan
masih tergolong serius. Prevalensi sangat kurus dan kurus secara nasional tahun 2013
adalah 12,1%. Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius dalam rentang 10-14%, dan
dianggap kritis jika lebih dari 15%. Terdapat 4 provinsi di Indonesia yang masalah gizi
akutnya tergolong kritis, yaitu Kalimantan Barat, Maluku, Aceh, dan Riau.

Berat menurut tinggi yang berada dibawah -2 dan -3 z score atau LILA untuk anak sampai
5 tahun sebagai berikut:
LILA (cm)
>13,5
<13,5
<12,5
<11

Keterangan
Normal
Malnutrisi moderate
Malnutrisi parah
Malnutrisi sangat parah

Tiga indikator dalam mengintepretasi masalah gizi akut yaitu:


BB/U

TB/U

BB/TB

INTERPRETASI

Dibawah

Diatas

Dibawah

Kurang gizi akut

Dibawah

Normal

Dibawah

Kurang gizi akut

Normal

Diatas

dibawah

Kurang gizi akut

Sumber :
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : Kemenkes
RI.
Bappenas. 2013. Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percerpatan Perbaikan Gizi
dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK). Jakarta:
Republik Indonesia.
Bardosono, Saptawati. Nd. Penilaian Status Gizi Balita.
ACF International. Types of Acute Malnutrition. [online] actioncontrelafaim.ca Available
at: http://actioncontrelafaim.ca/what-is-acute-malnutrition/types-of-acutemalnutrition/ [Accessed 14 Sep 2016}

2. Apa yang dimaksud dengan gizi kronis?


Menurut UNICEF, malnutrisi kronik adalah bentuk lain dari gagal tumbuh (growth
failure). Malnutrisi kronik terjadi selama beberapa periode waku yang lama, tidak seperti
malnutrisi akut. Malnutrisi kronik ditandai dengan terjadinya stunting pada anak. Stunting
dapat terjadi akibat kekurangan gizi saat di dalam kandungan, rendahnya pemberian
asupan makanan pada saat setelah kelahiran, kualitas makanan yang rendah serta infeksi
yang dapat menghambat pertumbuhan. Kejadian malnutrisi kronik biasanya diukur
menggunakan indeks TB/U.
Di awal masa kecil, malnutrisi kronik memiliki efek jangka panjang pada berbagai
hal seperti kemampuan belajar, kemampuan kerja di masa depan, kemampuan
mendapatkan pemasukan, dan kerentanan terhadap penyakit kronis

Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi sangat pendek dan pendek secara nasional
adalah 37,2%. Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi pendek
sebesar 30-39% dan serius bila prevalensi pendek lebih dari sama dengan 40%. Dengan
begitu, masalah gizi kronis di Indonesia tergolong masalah yang berat, dengan 14 provinsi
tergolong masalah gizi yang berat dan 14 provinsi tergolong masalah gizi yang serius.

Sumber :
MenonP,StoltzfusRJ.Buildingconvergenceinscience,programs,andpolicyactionsonchild
undernutrition:symposiumrationaleandoverview.AdvNutr.2012;3:2246.

Unsystem. Introduction Acute & Chronic Malnutrition. [online] Available at:


http://www.unsystem.org/scn/archives/adults/ch02.htm [Accessed 14 Sep 2016]

3. Apa yang dimaksud dengan masalah gizi akut kronis?


Masalah gizi akut kronis dapat terlihat pada anak yang menderita bonsai babies
atau kerdil. Tubuh dapat terlihat proporsional namun BB/U dan TB/U dibawah z-score.
Masalah gizi wasted dan stunted harus ditangani terlebih dahulu menurut prioritas
BB/TB > 80%

BB/TB <80%

+
Normal

Wasted (P2)

Stunted (P3)

Wasted

kesehatan
tertuang dalam
(1973).

TB/U
>90%
TB/U
<90%

Stunted
(P1)

masyarakat

yang

Diagram Waterlow

Keterangan: Prioritas kesehatan masyarakat = P1 P2 P3

Sumber :
FAO. Disorders of Malnutrition. [online] Available at:
http://www.fao.org/docrep/W0073e/w0073e05.htm#P3136_356089 [Accessed 14 Sep
2016]

Indikator Pertumbuhan
Z Score

>3

PB/U atau TB/U

BB/U

Lihat catatan 1

>2
Lihat catatan 2

BB/PB

atau

BB/TB
Obesitas

Obesitas

Overweight (gizi

Overweight (gizi

lebih)

lebih)

Berisiko
>1

IMT/U

lebih

gizi
(lihat

Berisiko
lebih

gizi
(lihat

catatan 3)

catatan 3)

Kurus

Kurus

Sangat kurus

Sangat kurus

0 (median)
<-1
<-2

Perawakan pendek
(lihat catatan 4)
Perawakan sangat

<-3

pendek atau kerdil


(lihat catatan 4)

Gizi kurang

Gizi buruk (lihat


catatan 5)

Catatan :
1

Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini tidak masih normal. Singkirkan

kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan tinggi.


Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan tapi lebih baik jika diukur

menggunakan perbandingan BB/PB atau BB/TB atau IMT/U.


Titik plot yang berada diatas angka 1 menunjukkan berisiko gizi lebih. Jika makin mengarah ke

4
5

garis Z-score 2 risiko gizi lebih makin meningkat.


Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek/sangat pendek memiliki gizi lebih.
Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMCI (Integrated Management of
Childhood Ilness in Service Training, WHO Geneva, 1997).

4. Anemia
Cut off point Anemia

Signifikansi Public Health


Di Indonesia menurut WHO tahun 2011:

Usia 6-59 tahun Moderate dengan rata-rata konsentrasi Hb 114 g/dL

Wanita tidak hamil usia 15-49 tahun Moderate dengan rata-rata konsentrasi Hb
128 g/dL

Wanita hamil usia 15-49 tahun Moderate dengan rata-rata konsentrasi Hb 117
g/dL

Penyesuaian kadar hemoglobin berdasarkan ketinggian

3 Tahapan defisiensi besi


a

Iron depletion pengurangan sejumlah simpanan besi di hati secara progresif.


Pada tahap ini persediaan besi untuk bagian fungsional belum membahayakan
sehingga tingkatan transpor besi dan Hb normal. Namun terjadi penurunan

konsenrasi ferritin.
Iron-deficient erythropoiesis ditandai dengan kehabisan simpanan besi pada
sel-sel eritropoietin atau disebut dengan defisiensi besi tanpa anemia. Pada
tahap ini kejenuhan transferrin berkurang dan terjadi peningkatan serum

transferrin reseptor dan konsentrasi eritrosit protoporphyrin.


Iron-deficiency anemia kehabisan simpanan besi, penurunan level besi yang
bersirkulasi dalam tubuh, utamanya adalah penurunan konsentrasi Hb di sel
darah merah dan hematocrit.

Uji Laboratorium Anemia


1

Metode Sahli
Metode dimana HB dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme.
Ferroheme untuk oksigen yang ada diudara dioksidasi menjadi ferriheme yang
segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemeklorid yang juga disebut
hematin/hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan

dengan warna standar.


Uji hematocrit (packed cell volume, PCV)
Fraksi volume dari sel darah merah. Pada penderita iron-deficiency anemia,
hematocrit menurun setelah pembentukan hemoglobin terganggu, sehingga pada
kasus awal iron deficiency penurunan hemoglobin dan hematocrit hanya terdeteksi
pada kasus yang sudah parah (Gibson 2005).
Kadar hematocrit ditentukan dengan centrifugasi sejumlah darah dalam pipa
kapiler yang mengandung heparin sampai sel darah merah menjadi packed cell
volume yang konstan.

Red cell indices


Red cell indices didapatkan dari pengukuran hemoglobin, hematocrit dan red
blood cell count. Ketiganya digunakan untuk mengetahui ukuran dan konsentrasi
hemoglobin dalam sel sehingga jenis anemia yang berbeda dapat didiagnosa
(Gibson, 2005).
Red cell

Iron-deficiency

Macrocytic anemia

Anemia

index

anemia

(macrocytic)

inflammation

(microcytic

of

chronic

(normocytic normochromic)

MCV

hypochronic)
Low

High

Normal

MCH

Low

High

Normal

MCHC

Low

Normal

Normal

Wintrobe et al. (1981) cited from Gibson (2005)

Jika didapatkan nilai dibawah normal dari red cell indices tanpa kondisi
talasemia, anemia atau penyakit inflamasi dan kondisi penyebab lainnya, maka
pengukuran tambahan untuk menentukan status zat besi dibutuhkan untuk
memastikan diagnosis iron deficiency (Gibson, 2005).
Mean cell volume (MCV)
MCV merupakan pengukuran ukuran rata-rata dari sel darah merah,

diekspresikan dalam satuan femtoliters (fL).


Mean cell hemoglobin (MCH)
MCH merupakan kandungan hemoglobin rata-rata pada masing-masing sel

darah merah, diekspresikan dalam satuan pg.


Mean cell hemoglobin concentration (MCHC)
Konsentrasi hemoglobin rata-rata dari konsentrasi keseluruhan sel darah
merah.

Serum iron, Total Iron Binding Capacity (TIBC), dan transferrin saturation
Ketiganya berguna untuk membedakan anemia yang disebabkan oleh iron
deficiency dan anemia yang timbul karena infeksi kronis, inflamasi, atau penyakit
neoplastic kronis.
Transferrin adalah glikoprotein yang mengikat dan mentransportasikan zat
besi dalam darah. TIBC digunakan untuk mengetahui kemampuan transferrin
mengikat zat besi. Transferrin saturation laju suplai zat besi untuk
mempertahankan sintesis hemoglobin yang normal.

Transferrin receptor (TfR)

Protein yang meregulasi uptake dari trasnferrin. Konsentrasi dari TfR


tidak dipengaruhi oleh anemia yang disebabkan karena penyakit infeksi.

Tanda klinis anemia


Umumnya penderita anemia :
Pucat pada telapak tangan, conjungtiva, dan lidah
Mudah lelah dan kehilangan nafsu makan
Glossitis, angular stomatis, cheilosis pada mulut
Pallor pada kulit
Kuku mengalami koilonychia (spoon-shaped nails)
Observasi biofisik dapat dilakukan untuk seseorang yang anemia. Observasi dilakukan
dengan mangamati lidah, bibir bawah, dan kuku lalu dibandingkn dengan color chart.
Mudah dan cepat untuk dilakukan namun sulit untuk membedakan seseorang yang kadar
Hbnya diantara 9-11 g/dl, Hanya dapat menilai jika anemia sudah parah.
Sumber :
World Health Organization. 2015. The Global Prevalence of Anaemia 2011.
WHO: Geneva
Jelliffe, et.al. 1999. Community Nutritional Assessment. New York: Oxford
University Press
Gibson, Rosalind S. 2005. Principles of Nutritional Assessment 2nd Ed. New
York:
Oxford University

I Dewa Nyoman Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta :EGC


5. Marasmus
Marasmus adalah seseorang yang menunjukkan wasting yang sangat parah, secara prinsip
disebabkan oleh diet yang tidak adekuat (jelliffe, 1989)
Signifikansi Public Health (WHO,1999)
- Mild
: kurang dari 10%
- Moderate : 10 19%
- High
: 20 - 29%
- Very high : lebih dari 29%
Pengukuran antropometri marasmus

Lingkar Lengan Atas (Mid-Upper Arm Circumference, MUAC)


Digunakan pada anak usia 6-59 bulan
Lingkar lengan atas merupakan indicator yang baik untuk menilai massa otot dan
digunakan untuk merepresentasikan kurus (wasting)
Wasting dikatakan severe (marasmus) apabila LiLA < 115 mm (WHO) atau < 110 mm

(NCHS).
Berat Badan menurut Umur (BB/TB)
Dikatakan severe (marasmus) apabila Z-score BB/TB < -3 (WHO) atau < 70%
(NCHS).

Uji Laboratorium marasmus

Creatinine-height index (CHI)


Pada anak yang marasmus, terjadi metabolism protein somatic yang menyebabkan
reduksi ukuran dan status metabolic protein otot. Hasil akhir katabolisme protein
menghasilkan kreatinin yang dikeluarkan melalui urin.
CHI

(%)

Nilai CHI:
60%-80% mengindikasikan kehilangan massa otot tingkat moderate; <60%
mengindikasikan kehilangan massa otot tingkat parah (severe).
CHI merupakan uji laboratorium yang paling sering digunakan untuk menilai derajat
penurunan massa otot pada anak yang menderita marasmus. Pada individu tersebut
akan terdapat penurunan CHI sebagai hasil dari hilangnya lean body mass untuk
menjaga kadar serum protein.
Tanda Klinis Marasmus
Tanda klinis marasmus dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu constant sign dan
occasional sign
a

Constant sign
- Growth retadartion terjadi retardasi ekstrem, kehilangan berat badan lebih
terlihat dibandingkan tinggi badan. Anak yang marasmus biasanya memiliki berat
badan 60 persen di bawah standar BB/U

Wasting of muscle and subcutaneous dapat dideteksi dengan inspeksi klinis dan
palpasi. Lengan terlihat sangat kurus, kulitnya longgar dan LiLa nya sangat kecil.

Selain itu wajahnya terlihat tua atau sering disebut dengan monkey face.
Occasional sign
- Perubahan rambutkadang warna rambut abnormal, berwarna light-brown
- Berhubungan dengan defisiensi vitamin angular stomatitis dan keratomalasia
- Berhubungan dengan infeksi penyokong dehidrasi akibat infeksi diare, oral
monoliasis (sariawan), dan tanda pada dada (tanda TBC)
Sumber :
Gibson R.S. 2005. Principles of Nutritional Assessment 2 nd Edition. USA;
Oxford University Press.

Syaiful, Ilp. 2008. Masalah Gizi di Indonesia dan Program Perbaikan Gizi
Masyarakat.
6. Obesitas
Pengukuran antropometri Obesitas
Pengukuran IMT
Merupakan tahap awal menilai obesitas dan cara yang paling berguna untuk menilai
tingkat keparahan obesitas.
Kelemahan: overestimate tingakat adipositas sesungguhnya dari individu yang
memiliki massa otot lebih tinggi (misalnya atlet) dan underestimate adipositas pada
individu yang memiliki aktivitas fisik sedenter dengan massa lemak yang sedikit atau
yang biasa disebut sarcopenic obesity.
Sarcopenic obesity obesitas dengan IMT yang normal atau rendah namun memiliki

persentase lemak tubuh yang tinggi


Pengukuran lemak tubuh
Dikatakan obesitas, apabila:
- Wanita: >30%
- Pria: > 25 %
Lingkar perut (Waist circumference, WC)
Digunakan untuk menilai obesitas sentral. Obesitas sentral/visceral ini dapat terjadi
tanpa obesitas keseluruhan, bahkan dengan IMT yang normal.

Metode Klinikal
Metode PSG untuk obesitas dapat dilakukan dengan klinikal yang dilihat dengan
kemunculan komorbiditas.

BMI

Waist Circumference

Classification

Low

High

Very High

Comorbidities

Overweight

present
3

Obesity I

Obesity II

Obesity III

Keterangan:
1. Diberi nasihat umum pada berat badan ideal dan gaya hidup sehat
2. Diet dan aktivitas fisik
4. Diet dan aktivitas fisik, disertai obat-obatan
Sumber: National Institute for Health and Care Excellence. 2014 Obesity Identification, assessment and
management. Diakses di http://www.nice.org.uk/

Tanda klinis pada anak obesitas


-

kepala relatif lebih kecil dibandingkan dengan tubuhnya/bagian dada pada bayi
Bentuk pipi lebih tembam, hidung dan mulut relatif lebih kecil, memiliki dagu

ganda
Pada dada terjadi pembesaran payudara yang meresahkan pada laki-laki
Kelamin pada anak laki-laki relatif lebih kecil, sedangkan wanita tidak jelas

adanya kelainan
Pubertas pada anak laki-laki lebih cepat sehingga pertumbuhan kerangka lebih
cepat berakhir sehingga tinggi saat dewasa relatif lebih pendek

Metode Biokimia
-

Isotope dilution (hidrometri)


Digunakan untuk mengukur total body water, yang akan digunakan untuk menghitung
estimasi FFM atau fat free mass. Air yang diberi deuterium di berikan kepada
responden, kemudian sampel dari urin, saliva, atau darah dianalisis dengan alat

isotope ratio mass spectrometry


MRI
Digunakan untuk melihat volum (bukan massa) dari jaringan adiposa tubuh. Citra dar
jaringan adiposa tubuh terlihat dengan analisis emisi dan absorpsi energy dari
gelombang elektromagnetik.
Sumber :
Jelliffe. 1989. Community Nutritional Assessment. United States: Oxford University.

Ross, A.C., B. Caballero, R.J. Cousins, K.L. Tucker, et al. 2014. Modern
Nutrition in Health and Disease 11 th Edition. China: Lappincott
Willians & Wilkins

7. Defisiensi vitamin A
Gejala
Mild deficiency: peningkatan kerentanan terhadap penyakit infeksi (gangguan diferensiasi
pada sel imun, reduksi sintesis RBP karena infeksi).
Tanda defisiensi vitamin A juga ditemukan pada mereka yang menderita KEK terlepas dari
apakah asupan vitamin A adekuat. Hal ini disebabkan karena gangguan sintesis RBP
sehingga vitamin A tidak dapat dimobilisasi.
Signifikansi PH
Indikator
Night-blindness
Bitot Spots
Corneal Xerosis
Corneal Scars

Prevalensi Minimum (%)


>1
>0,5
>0,01
>0,05

Metode PSG
Dietary methods dengan melihat pola konsumsi ibu. Yaitu dengan melihat praktik
menyusui dan menyapih yang dilakukan sang ibu dan derajat penggunaan makanan kaya
retinol selama kehamilan, laktasi, dan usia dini.
Tes Rabun Senja, jika untuk anak-anak tes yang dilakukan dengan menggunakan
permainan, yaitu:
- Back to back yaitu 2 orang saudara (kakak-adik) berdiri saling membelakangi,
masing-masing memegang batu dan stick, selanjutnya mereka melangkah
sebanyak 5 kali dan berbalik badan, kakak harus memegang salah satu dari benda
-

yang dipegang kemudian adiknya harus memegang benda yang sama.


Match the stick yaitu seorang kakak memegang tiga buah stick ditangannya,
salah satunya lebih kecil dibandingkan dengan stick yang lainnya, kakaknya
berjalan 10 langkah dari adiknya dan meletakkan stick pada tangan kanan dan
kirinya serta yang satu lagi diletakkan didepannya kemudian adiknya harus
menunjuk stick yang terpendek.

Sumber :

World Health Organization. 2014. Xerophthalmia and night blindness for the
assessment of clinical vitamin a deficiency in individuals and populations.
WHO: Geneva
World Health Organization. 2011. Serum retinol concentrations for determining the
prevalence of vitamin A deficiency. WHO: Geneva
Gibney MJ, S.A. Lanham-New, A Cassidy, HH Vorster. 2009. Introduction to Human
Nutrition. UK: Wiley-Blackwell
Jelliffe. 1989. Community Nutritional Assessment. United States: Oxford University.

8. Stunting
Penilaian antropometri untuk stunting
Indeks

Kategori

PB/U atau TB/U

Gizi
Sangat pendek
Pendek

<-3 SD
-3 SD sampai dengan <-2

Normal

SD
-2SD sampai dengan 2

Tinggi

SD
>2 SD

Anak

umur

0-60

bulan

Status Ambang Batas (Z-Score)

Signifikansi PH stunting
<20% Prevalensi rendah
20-29% prevalensi medium
30-39% prevalensi tinggi
>40% prevalensi sangat tingg

Hal yang mempengaruhi pertumbuhan (ecological)


A. Internal : Genetik, Obstetrik, Jenis kelamin individual
B. Eksternal
Diet

Fetus (diet maternal, kalori-protein, iodin)

Bayi (asi atau susu formula)

Anak-anak (kalori-protein, iodin, zinc, vit. D, asam folat)

Obat-obatan
-

Alkohol, tembakau, obat-obatan aditif

Lingkungan
-

Iklim, perumahan yang kumuh

Penyakit
-

Endoktin; hormon pertumbuan pituitary


Infeksi; akut dan kronik, bacterial, viral, dan parasitic
Penyakit parah; kanker
Psychological; deprivasi emosi

Sumber :
World Health Organization. 2010. Nutrition Landscape Information System: Interpretation
Guide. WHO: Geneva
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1995/ MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Wells J.C.K., M.S. Fewtrell. 2006. Measuring Body Composition. Arch Dis Child,
91(7):612-617.
Harvard
T.H.
Chan.
Measuring
obesity.
(online)
Available
at:
https://www.hsph.harvard.edu/obesity-prevention-source/obesity-definition/howto-measure-body-fatness/. Accessed: Sept 7, 2016

9. Dampak banjir terhadap status gizi


Berdasarkan hasil penelitian kohort Rodriguez-Llanes et al. (2011) prevalensi
stunting sebesar 38.7% pada komunitas yang terkena banjir dan 23.0% pada komunitas
non-bajir, prevalensi underweight sebesar 20.9% pada komunitas yang terkena banjir dan
13.1% pada non-banjir. Berdasarkan hasil survey populasi Rodriguez-Llanes et al. (2016)
prevalensi wasting pada anak-anak yang terkena banjir tahun 2006 dan 2008 adalah 51.6%
dan 41.4% pada anak-anak yang terkena banjir hanya pada tahun 2008, dan 21.2% pada

anak-anak yang berdomosili di wilayah yang tidak terkena banjir. Bencana banjir yang
berulang mempengaruhi status gizi anak
Banjir sangat berpengaruh terhadap kegiatan mata pencaharian seperti pertanian
(rusaknya lahan pertanian), peternakan (ternak hilang karena banjir), dan fishing (rusaknya
peralatan untuk melaut) yang selanjutnya akan mempengaruhi kesehatan gizi anak pada
anak-anak yang tinggal di komunitas yang terkena banjir (flooded communities).
Kerusakan lahan dan keseluruhan dan kerawanan pangan menjadi alasan yang paling
memungkinkan gizi kurang dialami pada anak-anak di populasi yang terkena banjir. Untuk
itu, diperlukan strategi mitigasi yang baik untuk mereduksi dampak awal banjir terhadap
mata pencaharian dari populasi yang rentan, dan pada saat yang bersamaan, terdapat
kebutuhan yang urgent akan respond bantuan untuk mengembalikan sumber penghidupan
pada mata pencaharian yang paling terpengaruh.

Sumber :
Rodriguez-Llanes JM., et al. 2011. Child malnutrition and recurrent flooding
in rural eastern India: a community-based survey. BMJ Open, 1(2):
e000109
Rodriguez-Llanes JM., et al. 2016. Looking upstream: enhancers of child
nutritional status in post-flooded rural settings. PeerJ, : e1741

10. Hubungan Malnutrisi dengan sosial ekonomi


Dampak malnutrisi terhadap ekonomi
Berdasarkan beberapa penelitian di beberapa negara, malnutrisi kronis pada anakanak menyebabkan rendahnya kognitif pada anak-anak tersebut seperti kurang mampunya
membaca, menulis kalimat simpel, atau mengerjakan aritmatik dasar. Kemampuan ini
merupakan permasalahan kognitif yang berhubungan dengan malnutrisi, yang dapat
berdampak pada pengurangan penghasilan saat mereka berusia dewasa dan nantinya akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara. Gizi yang buruk pada saat ini dapat
mengembangkan krisis pada negara berkembang dan juga menjadi penghalang pada
rencana menghapuskan kematian anak-anak (Lobe, 2013).
Akibat dari malnutrisi dapat memberi beban kepada ekonomi nasional.
Contohnya di Kamboja malnutrisi membebani perekonomian nasional sebesal $400 juta

setiap tahunnya atau mengurangi 2,5% dari GDP. Hal lain seperti defisiensi mikronutrien,
perilaku pemberian ASI, dan kondisi kehamilan yang tidak baik yang berhubungan dengan
asupan zat gizi juga merugikan dari segi ekonomi suatu negara (menjadi beban ekonomi di
Kamboja). Hal ini diakibatkan pemerintah perlu mengadakan intervensi lebih untuk dapat
meningkatkan status gizi masyarakatnya (Bagriansky J, 2014).
Dampak status sosial-ekonomi terhadap status gizi
Berdasarkan penelitian Saaka dan Osman (2013), SES mempengaruhi akses
terhadap makanan yang selanjutnya akan berhubungan dengan variasi diet yang
dikonsumsi dan keamanan pangan rumah tangga.
Kualitas diet (zat gizi mikro) yang lebih tinggi berhubungan dengan SES yang
lebih tinggi, diet padat energy yang rendah akan zat gizi lebih sering dikonsumsi oleh
mereka yang berasal dari SES yang lebih rendah. Gandum utuh, daging merah tanpa
lemak (lean), ikan, produk susu rendah lemak dan buah-buahan dan sayur-sayuran segar
cenderung untuk dikonsumsi oleh kelompok SES yang lebih tinggi. SES yang lebih tinggi
mengonsumsi buah dan sayur dengan kuantitas yang lebih banyak dan lebih bervariasi.
Meskipun kualitas diet dipengaruhi oleh SES, terdapat bukti yang sedikit yang
mengindikasikan SES mempengaruhi asupan energy total (zat gizi makro)

Sumber :
Darmon N, A. Drewnowski. 2008. Does social class predict diet quality? Am J Clin Nutr,
87(5): 1107-1117
Saaka M, SM. Osman. 2013. Does Household Food Insecurity Affect the Nutritional Status
of Preschool Children Aged 6-36 Months?

Anda mungkin juga menyukai