Anda di halaman 1dari 119

SURVEI PENGETAHUAN DAN PILIHAN PENGOBATAN

ACNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA KESEHATAN


UNIVERSITAS JEMBER

SKRIPSI

Oleh
Maulina Hari Pradipta
NIM 112210101046

BAGIAN FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2017
SURVEI PENGETAHUAN DAN PILIHAN PENGOBATAN
ACNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA KESEHATAN
UNIVERSITAS JEMBER

SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Farmasi (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Farmasi

Oleh
Maulina Hari Pradipta
NIM 112210101046

BAGIAN FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2017

i
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Mashuri dan Bunda Sunarsih, S.Pd. SD.;
2. Adek Yoga Billhaq dan Adek Latief Ahmad Maulana;
3. Saudara, sahabat, dan teman-teman tersayang;
4. Para guru sejak Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah serta para dosen
di Peguruan Tinggi;
5. Almamater tercinta, Fakultas Farmasi Universitas Jember

ii
MOTTO

If you are walking down the right path and you are willing to keep walking,
eventually you will make progress
(Barack Obama)

Di dalam hidup ini, kita tidak bisa berharap segala yang kita dambakan bisa diraih
dalam sekejap. Lakukan saja perjuangan dan terus berdoa, maka Tuhan akan
menunjukkan jalan selangkah demi selangkah
(Merry Riana)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan) kerjakan dengan sesungguhnya (urusan) yang lain dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap
(terjemahan Surat Al-Insyirah ayat 6-8)

iii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Maulina Hari Pradipta
NIM : 112210101046
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul Survei
Pengetahuan dan Pilihan Pengobatan Acne Vulgaris di Kalangan Mahasiswa Kesehatan
Universitas Jember adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah
saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan
karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai
dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan
paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di
kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 25 Januari 2016


Yang menyatakan,

Maulina Hari Pradipta


NIM 112210101046

iv
SKRIPSI

SURVEI PENGETAHUAN DAN PILIHAN PENGOBATAN


ACNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA
KESEHATAN UNIVERSITAS JEMBER

Oleh
Maulina Hari Pradipta
NIM 112210101046

Pembimbing
Dosen Pembimbing Utama : Antonius Nugraha Widhi P, S.Farm., Apt., M.P.H.
Dosen Pembimbing Anggota : Afifah Machlaurin, S.Farm., Apt., M.Sc.

v
PENGESAHAN

Skripsi berjudul Survei Pengetahuan dan Pilihan Pengobatan Acne Vulgaris di


Kalangan Mahasiswa Kesehatan Universitas Jember telah diuji dan disahkan pada:
hari : Jumat
tanggal : 25 Januari 2016
tempat : Fakultas Farmasi Universitas Jember

Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Anggota

Antonius N.W.P, S.Farm., Apt., M.P.H. Afifah Machlaurin, S.Farm., Apt., M.Sc
NIP. 198309032008121001 NIP. 198501262008012003

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Drs. Wiratmo, M.Sc., Apt. Dwi Koko P, S.Farm., M. Sc., Apt.


NIP. 195910271998021001 NIP. 198504281009121004

Mengesahkan
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Jember,

Lestyo Wulandari, S.Si., Apt., M.Farm.


NIP 197604142002122001

vi
RINGKASAN

Survei Pengetahuan dan Pilihan Pengobatan Acne Vulgaris di Kalangan


Mahasiswa Kesehatan Universitas Jember; Maulina Hari Pradipta, 112210101046,
2017; 101 halaman; Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Acne vulgaris, sering disebut sebagai jerawat atau akne merupakan kondisi
sangat umum dengan melibatkan gangguan dari unit pilosebasea yang mempengaruhi
jutaan orang di seluruh dunia. Meskipun paling sering ditemui pada remaja, akne dapat
bertahan hingga dewasa serta menyebabkan gangguan fisik dan psikis (Singh dan Rao,
2016). Penderita akne di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Tercatat
penderita akne sebanyak 60% pada tahun 2006, 80% pada tahun 2007, dan 90% pada
tahun 2009 (Afriyanti, 2015). Akne biasanya dapat sembuh dengan sendirinya, namun
penderita akne berusaha mengobati dan mengharapkan kesembuhan dengan jangka
waktu yang singkat. Pada kenyataannya pengobatan akne memakan waktu yang cukup
lama (Davey, 2005).
Penderita akne yang mengambil tindakan sendiri untuk mengatasi akne vulgaris
cenderung akan memperparah akne vulgaris sehubungan sebagian besar obat akne yang
beredar mengandung bahan keratolitik dan abrasif serta bahan pembawa yang dapat
menutup pori-pori kulit sehingga merangsang aktivitas kelenjar sebasea (Tjekyan,
2009). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan survei mengenai
pengetahuan dan profil pilihan pengobatan akne di kalangan mahasiswa kesehatan.
Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan desain cross sectional
(potong lintang) terhadap 193 mahasiswa kesehatan Universitas Jember (Fakultas
Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi, Program Studi Ilmu
Keperawatan, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat) angkatan 2012-2015 pada bulan
Juni 2016 sampai Januari 2017. Sampel dipilih menggunakan convenience sampling.
Jumlah sampel diambil secara proporsional sesuai dengan jumlah mahasiswa di
masing-masing fakultas/program studi.

vii
Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden terlebih dahulu dilakukan uji
validitas (face validity dan content validity) serta uji reliabilitas dilihat dari hasil uji
Cronbach alpha () yaitu sebesar 0,794 ( > 0,7) yang berarti kuesioner mempunyai
reliabilitas tinggi.
Kategori pengetahuan akne dibagi menjadi 3, yaitu kategori rendah, sedang,
dan tinggi. Sebagai acuan untuk kategori tersebut, diambil dari nilai rata-rata SD nilai
pengetahuan seluruh responden tersebut yang masuk dalam kategori sedang yaitu
sebesar 17,3 3,6. Sehingga untuk perolehan nilai 14 - 21 termasuk ke dalam kategori
sedang. Hasil nilai rata-rata dari masing-masing fakultas ataupun program studi
menunjukkan bahwa Fakultas Kedokteran menunjukkan nilai rata-rata tertinggi yaitu
sebesar 19,7 3,8 sedangkan Fakultas Farmasi menunjukkan nilai rata-rata terendah
yaitu sebesar 16,5 3,6.
Hasil yang didapatkan dari responden tentang pilihan pengobatan yaitu diambil
dari survei pengobatan yang dilakukan selama 2 minggu terakhir. Dari hasil yang
didapatkan, sebanyak 84 (43,5%) mahasiswa melakukan pengobatan akne, sedangkan
109 (56,5%) mahasiswa tidak melakukan pengobatan akne. Mahasiswa yang
melakukan pengobatan akne dengan meminta bantuan tenaga medis sebanyak 35
(18,1%). Responden yang melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi) sebanyak 49
(25,4%) mahasiswa.

viii
PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Survei Pengetahuan dan Pilihan
Pengobatan Acne Vulgaris di Kalangan Mahasiswa Kesehatan Universitas Jember.
Skripsi ini disusun guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi di Fakultas Farmasi (S1) dan mencapai gelar Sarjana Farmasi.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan motivasi dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Allah SWT, atas izin-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi untuk
mencapai gelar sarjana;
2. Ibu Lestyo Wulandari, S.Si., Apt., M.Farm. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Jember atas persetujuannya untuk memulai skripsi ini;
3. Bapak Antonius Nugraha Widhi Pratama, S.Farm., Apt., M.P.H. selaku Dosen
Pembimbing Utama dan Ibu Afifah Machlaurin, S.Farm., Apt., M.Sc. selaku
Dosen Pembimbing Anggota yang telah memberikan bimbingan, perhatian,
semangat, dan waktunya dalam menyelesaikan skripsi ini;
4. Bapak Drs. Wiratmo, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji I dan Bapak Dwi Koko
Pratoko, S.Farm., M. Sc., Apt. selaku Dosen Penguji II yang telah memberi saran
dan kritik dalam skripsi ini;
5. Ibu Diana Holidah, S.Farm., M.Farm., Apt. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan;
6. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Mashuri dan Bunda Sunarsih, S.Pd. SD. yang
selalu memberikan kasih sayang, pengorbanan, dukungan dan doa yang tidak
pernah putus demi kelancaran pendidikan dan skripsi;
7. Adek-adekku tersayang Yoga Billhaq dan Latief Ahmad Maulana yang selalu
menjadi penyemangat dan menghadirkan keceriaan di hari-hari penulis dalam
menyelesaikan skripsi;

ix
8. Penyemangat terbaik Riza Hasbi Prasetya, S.T. yang tidak pernah bosan memberi
semangat, dukungan, keceriaan, dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi;
9. Sahabat terbaik Ica Evita, Yuni Winarni, Imelda Rosa, Zahrotul Hikmah, Hilda
Maria, Dewi Nima, Imroatul Mufidah, Alela Putri, Lukman Fakhrudi, Pratama
Putra, Maulana Fadil, dan Vivin Triyani. Terimakasih atas canda tawa yang tak
tehitung dan dukungannya selama ini;
10. Guru-guruku dari TK dharma wanita Jarakan, SDN 1 Jarakan, SDN 2 Sukapura,
SMPN 2 Probolinggo, dan SMAN 1 Karangrejo, terimakasih atas ilmu yang
diberikan selama ini;
11. Teman-teman seperjuangan Farmasi angkatan 2011 (ASMEF) atas
kebersamaannya selama ini;
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena
itu saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak
orang dan tentunya dunia kesehatan Indonesia.

Jember, 25 Januari 2017

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. ii
HALAMAN MOTTO ................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iv
HALAMAN PEMBIMBINGAN ................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vi
RINGKASAN ............................................................................................. vii
PRAKATA ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
2.1 Akne................................................................................................ 5
2.1.1 Definisi akne ............................................................................. 5
2.1.2 Epidemiologi ............................................................................. 6
2.1.3 Etiologi ...................................................................................... 6
2.1.4 Patogenesis akne ..................................................................... 10
2.1.5 Penampakan Fisik ................................................................... 13
2.1.6 Klasifikasi akne ....................................................................... 15
2.1.7 Managemen akne .................................................................... 16

xi
2.2 Obat-Obat akne ........................................................................... 18
2.2.1 Pengobatan Topikal................................................................. 18
2.2.3 Pengobatan Oral ...................................................................... 21
2.3 Pengetahuan ................................................................................ 22
2.3.1 Pengertian Pengetahuan .......................................................... 22
2.3.2 Tingkatan Pengetahuan ........................................................... 23
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ................... 24
2.3.4 Pengukuran Pengetahuan ........................................................ 26
2.4 Pendidikan Kesehatan ................................................................ 26
2.4.1 Definisi Pendidikan Kesehatan ............................................... 26
2.4.2 Media Pendidikan Kesehatan .................................................. 27
2.5 Perilaku ......................................................................................... 27
2.5.1 Pengertian Perilaku ................................................................. 27
2.5.2 Perilaku Kesehatan .................................................................. 28
2.6 Kuesioner ..................................................................................... 28
2.6.1 Pengertian Kuesioner .............................................................. 28
2.6.2 Komponen Inti Kuesioner ....................................................... 28
2.6.3 Keunggulan dan Kelemahan Kuesioner .................................. 29
2.6.4 Kriteria Kuesioner yang Baik.................................................. 30
BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................. 32
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 32
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 32
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 32
3.3.1 Populasi Penelitian .................................................................. 32
3.3.2 Sampel Penelitian .................................................................... 33
3.4 Besar Sampel ............................................................................... 34
3.5 Definisi Operasional .................................................................... 36
3.6 Etika Penelitian ........................................................................... 37

xii
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instumen Penelitian .................. 38
3.7.1 Uji Validitas ............................................................................ 39
3.7.2 Uji Reliabilitas ........................................................................ 39
3.8 Pengolahan Data.......................................................................... 41
3.8.1 Skoring Kuesioner Pengetahuan ............................................. 41
3.8.2 Cara Penilaian Pengetahuan .................................................... 41
3.9 Analisis Statistik .......................................................................... 44
3.9.1 Analisis Stastistik Deskriptif ................................................... 44
3.9.2 Analisis Statistik Inferensial ................................................... 44
3.10 Alur Penelitian........................................................................... 45
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 46
4.1 Hasil Pengamatan ....................................................................... 46
4.1.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ....................... 46
4.1.2 Karakteristik Responden ......................................................... 47
4.1.3 Pengetahuan Akne................................................................... 50
4.1.4 Pilihan Pengobatan .................................................................. 52
4.2 Pembahasan ................................................................................. 57
4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................. 58
4.2.2 Prevalensi Akne ...................................................................... 58
4.2.3 Pengetahuan Akne................................................................... 59
4.2.4 Profil Pilihan Pengobatan Akne .............................................. 63
4.2.4.1 Pengobatan akne dengan bantuan tenaga medis ............... 64
4.2.4.2 Pengobatan akne secara swamedikasi ............................... 65
4.2.4.3 Sumber Informasi dan Hasil terapi ................................... 68
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 70
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 70
5.2 Saran ............................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 72

xiii
LAMPIRAN ................................................................................................ 77

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Gradasi akne .........................................................................................15


Tabel 2.2 Algoritma pengobatan akne secara global ...........................................17
Tabel 3.1 Hubungan nilai reliabilitas dengan kategori koefisien reliabilitas .......40
Tabel 3.2 Cara penilaian pengetahuan .................................................................41
Tabel 4.1 Profil responden ditinjau dari fakultas, jenis kelamin, usia, tingkat
semester, dan pekerjaan sambilan .......................................................48
Tabel 4.2 Profil jawaban responden tentang akne ...............................................51
Tabel 4.3 Profil fakultas ditinjau dari nilai rata-rata keseluruhan ........................52

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patogenesis akne ...................................................................... 11


Gambar 2.2 Komedo terbuka ....................................................................... 14
Gambar 2.3 Komedo tertutup....................................................................... 14
Gambar 2.4 Papula dan Pustula ................................................................... 14
Gambar 2.5 Papula ....................................................................................... 14
Gambar 2.6 Nodul dan kista......................................................................... 15
Gambar 2.7 Nodul dan kista......................................................................... 15
Gambar 3.1 Distribusi mahasiswa laki-laki dan perempuan angkatan 2012-
2015 berdasarkan fakultas/program studi ............................... 33
Gambar 3.2 Skema alur penelitian ............................................................... 45
Gambar 4.1 Hasil pilihan pengobatan 193 responden ................................. 53
Gambar 4.2 Responden yang mengetahui kandungan antiakne................... 54
Gambar 4.3 Obat bermerek yang digunakan untuk swamedikasi ................ 54
Gambar 4.4 Bahan alami tunggal yang digunakan dalam swamedikasi ...... 55
Gambar 4.5 Sumber perolehan obat ............................................................. 55
Gambar 4.6 Sumber informasi pengobatan .................................................. 56
Gambar 4.7 Hasil terapi yang dilakukan oleh 84 responden ....................... 56
Gambar 4.8 Pengobatan selanjutnya apabila terapi tidak sembuh ............... 57

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Lembar persetujuan (Informed Consent) ................................ 70


Lampiran B. Lembar kuesioner penelitian ................................................... 71
Lampiran C. Rekapitulasi hasil jawaban 30 responden uji reliabilitas ........ 76
Lampiran D. Hasil uji reliabilitas Cronbach alpha...................................... 78
Lampiran E. Data demografi 193 responden ............................................... 80
Lampiran F. Data pengetahuan 193 responden ............................................ 83
Lampiran G. Pilihan pengobatan 193 responden ......................................... 87
Lampiran H. Dokumentasi penelitian .......................................................... 93

xvii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Acne vulgaris, sering disebut sebagai jerawat atau akne merupakan kondisi
sangat umum dengan melibatkan gangguan dari unit pilosebasea yang mempengaruhi
jutaan orang di seluruh dunia. Meskipun paling sering ditemui pada remaja, akne dapat
bertahan hingga dewasa serta menyebabkan gangguan fisik dan psikis. Bagian yang
bisa mengalami akne adalah wajah, dada, punggung, dan bahu (Singh dan Rao, 2016).
Patogenesis yang paling berpengaruh terhadap timbulnya akne yaitu produksi sebum
yang meningkat, hiperproliferasi folikel pilosebasea, kolonisasi Propionibacterium
acnes, dan proses inflamasi. Penyebab akne yang pasti masih belum diketahui, namun
ada beberapa etiologi yang terlibat perkembangan akne antara lain faktor intrinsik
berupa keturunan dan hormon, serta faktor ekstrinsik berupa stress, cuaca, kosmetik,
makanan, dan obat-obatan. Manifestasi dari akne antara lain komedo, papula, pustula,
nodul, serta kista. (Sitohang dan Wasitatmadja, 2015).
Penderita akne di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Tercatat
penderita akne sebanyak 60% pada tahun 2006, 80% pada tahun 2007, dan 90% pada
tahun 2009 (Afriyanti, 2015). Akne dapat mempengaruhi segala usia, bahkan pada bayi
sekalipun (Eichenfield et al., 2013). Hampir semua remaja menganggap akne adalah
suatu masalah. Sebuah studi menunjukkan bahwa 79% sampai 95% remaja mengalami
akne (Shalita et al., 2011). Sekitar satu dari delapan orang yang berusia 11-30 tahun
mengalami akne di beberapa titik. Pada perempuan, akne yang paling umum terjadi
antara usia 14 sampai 17 tahun, sedangkan pada laki-laki yaitu antara usia 16 sampai
19 tahun. Gejala akne biasanya hilang pada usia sekitar 20-30 tahun (Acne Academy,
2011).
2

Gradasi akne dibagi menjadi 3 jenis, yaitu akne ringan, akne sedang, dan akne berat.
Akne ringan atau yang biasa disebut acne minor dialami oleh 85% remaja. Gangguan
ini masih dianggap sebagai proses fisiologik. Untuk akne berat atau yang biasa disebut
acne major dialami oleh 15% remaja. Hal ini menjadi alasan pendorong mereka untuk
melakukan pengobatan (Widjaja, 2000). Akibat tampilan fisik akne tersebut, akne
berdampak secara psikologis seperti mengubah perasaan sejahtera (rasa nyaman dan
percaya diri) seseorang serta mempengaruhi interaksi dengan lingkungan sosial.
Khususnya pada remaja yang merupakan usia paling mudah dan paling banyak
mengalami akne, dampaknya diperkuat oleh pengaruh teman sebaya yang secara sosial
mensyaratkan norma penampilan. Hal ini juga menjadi alasan seseorang untuk
mengatasi akne mereka (Brown et al., 2010). sebuah penelitian menunjukkan bahwa
citra diri seseorang dipengaruhi oleh penampilan kulit. Dampak psikologis yang paling
signifikan terhadap seseorang yang mengalami akne adalah rendahnya citra diri
tersebut (Ali et al., 2010).
Pengobatan akne dapat dibedakan menjadi 2, yaitu pengobatan non-
farmakologi dan farmakologi. Pengobatan non-farmakologi dapat dilakukan dengan
cara memberikan saran dan nasihat umum untuk mencegah terjadinya keparahan akne,
sedangkan pengobatan farmakologi terdiri dari 2 jenis yaitu secara sistemik dan topikal
(Widjaja, 2000). Akne biasanya dapat sembuh dengan sendirinya, namun penderita
akne berusaha mengobati dan mengharapkan kesembuhan dengan jangka waktu yang
singkat. Pada kenyataannya pengobatan akne memakan waktu yang cukup lama.
Contohnya pada terapi topikal dibutuhkan jangka waktu yang panjang dan antibiotik
sebaiknya diberikan paling sedikit selama 6 bulan (Davey, 2005).
Penderita akne yang mengambil tindakan sendiri untuk mengatasi akne vulgaris
cenderung akan memperparah akne vulgaris sehubungan sebagian besar obat akne yang
beredar mengandung bahan keratolitik dan abrasif serta bahan pembawa yang dapat
menutup pori-pori kulit sehingga merangsang aktivitas kelenjar sebasea (Tjekyan,
2009). Selain bahan-bahan tersebut, penderita harus paham dan mengerti tentang efek
3

samping dari penggunaan obat-obat yang digunakan. Tertulis pada putusan Kepala
Badan POM tahun 2008 bahwa asam retinoat (retinoic acid) yang digunakan dalam
terapi akne masuk ke dalam salah satu dari 1243 jenis bahan yang dilarang
penggunaannya dalam kosmetik. Asam retinoat dapat mengiritasi kulit, berpotensi
sebagai zat karsinogenik, dan berpotensi sebagai zat teratogen pada penggunaan
konsentrasi 0,05% sebanyak dua kali sehari. Sehingga masyarakat diharapkan cermat
dalam memilih, membeli, dan menggunakan kosmetik/obat. Mengingat hal tersebut,
masyarakat diharapkan cermat membaca informasi yang tercantum pada label/kemasan
kosmetik/obat (BPOM, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan survei mengenai
pengetahuan dan profil pilihan pengobatan akne di kalangan mahasiswa kesehatan.
Populasi yang dipilih adalah mahasiswa kesehatan karena pada rentang usia ini akne
masih sering terjadi. Mahasiswa kesehatan sendiri dianggap memiliki pengetahuan
yang lebih baik tentang akne serta cara pengobatan dibandingkan pelajar dan
mahasiswa lainnya. Pengetahuan yang baik juga diperlukan mahasiswa kesehatan
untuk mencapai tindakan pengobatan yang benar agar tercapai tujuan atas pengobatan
yang dilakukan. Sepengetahuan penulis, penelitian seperti ini belum pernah dilakukan
di lingkungan mahasiswa kesehatan Universitas Jember.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah prevalensi akne yang terjadi pada mahasiswa kesehatan
Universitas Jember?
2. Bagaimanakah pengetahuan mahasiswa kesehatan Universitas Jember terhadap
akne?
4

3. Bagaimanakah profil pilihan pengobatan yang dilakukan mahasiswa kesehatan


Universitas Jember terhadap akne?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui prevalensi akne yang terjadi pada mahasiswa kesehatan Universitas
Jember.
2. Mengetahui dan menganalisis pengetahuan mahasiswa kesehatan Universitas
Jember terhadap akne.
3. Mengetahui dan menganalisis profil pilihan pengobatan mahasiswa kesehatan
Universitas Jember terhadap akne.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi pembaca, penelitian ini bermaanfaat untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang akne sehingga dapat digunakan sebagai informasi dalam
pencegahan dan penanganan akne secara tepat.
2. Bagi mahasiswa kesehatan, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
meningkatkan mutu praktek pelayanan kesehatan dalam melakukan managemen
terhadap akne.
3. Bagi penulis sendiri penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan menambah wawasan tentang akne.
4. Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan
untuk penelitian selanjutnya yang bertemakan akne.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Akne
2.1.1. Definisi akne
Acne vulgaris, sering disebut sebagai jerawat atau akne merupakan kondisi
sangat umum dengan melibatkan gangguan dari unit pilosebasea yang mempengaruhi
jutaan orang di seluruh dunia. Akne paling sering ditemukan pada remaja, namun akne
dapat bertahan hingga dewasa serta menyebabkan gangguan fisik dan psikis. Bagian
yang bisa mengalami akne adalah wajah, dada, punggung, dan bahu (Singh dan Rao,
2016). Patogenesis yang paling berpengaruh terhadap timbulnya akne yaitu produksi
sebum yang meningkat, hiperproliferasi folikel pilosebasea, kolonisasi
Propionibacterium acnes, dan proses inflamasi. Penyebab akne yang pasti masih belum
diketahui, namun ada beberapa etiologi yang terlibat dalam perkembangan akne antara
lain faktor intrinsik berupa keturunan dan hormon, serta faktor ekstrinsik berupa stress,
cuaca, polusi, kosmetik, makanan, dan obat-obatan. Manifestasi dari akne antara lain
komedo, papula, pustula, nodul, serta kista. (Sitohang dan Wasitatmadja, 2015).
Unit pilosebasea atau disebut folikel pilosebasea ditemukan di semua
permukaan kulit, kecuali telapak tangan dan telapak kaki. Pada dasarnya, unit
pilosebasea berada di dalam epidermis yang masuk ke dalam dermis dan memiliki
saluran. Saluran tersebut mendukung rambut, melindungi serat rambut, dan menguras
sebum yang dihasilkan oleh kelenjar sebasea yang kemudian dibawa ke permukaan
kulit. Rambut dan sebum merupakan produk dari folikel pilosebasea yang muncul ke
permukaan kulit. Sebum sendiri memiliki kandungan seperti trigliserida, asam lemak
bebas, wax ester, squalene dan sedikit kolesterol. Sekresi sebum meningkat pada saat
memasuki masa pubertas akibat pengaruh hormon androgen dan bersamaan dengan
pembesaran kelenjar sebasea. Laki-laki mensekresi sebum hingga usia 80 tahun,
6

sedangkan pada wanita akan menurun secara signifikan setelah menopause (Webster
dan Rawlings, 2007).

2.1.2. Epidemiologi
Penderita akne di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Tercatat
penderita akne sebanyak 60% pada tahun 2006, 80% pada tahun 2007, dan 90% pada
tahun 2009 (Afriyanti, 2015). Akne mempengaruhi segala usia yang dibagi menjadi
beberapa tipe akne yaitu akne pada bayi baru lahir hingga usia kurang dari enam
minggu (neonatal), akne pada usia enam minggu hingga kurang dari satu tahun
(infantile), akne pada usia satu tahun hingga kurang dari tujuh tahun (mild-childhood),
akne pada usia tujuh tahun hingga usia kurang dari 12 tahun atau wanita pada masa
puber (preadolescent), dan akne pada usia 12 tahun sampai 19 tahun atau wanita pada
masa setelah puber (adolescent) (Eichenfield et al., 2013). Akne paling banyak terjadi
pada masa remaja, yaitu sekitar 79-95% (Singh dan Rao, 2016). Pada perempuan, akne
yang paling umum terjadi antara usia 14 sampai 17 tahun, sedangkan pada laki-laki
yaitu antara usia 16 sampai 19 tahun (Acne Academy, 2011).
Perempuan cenderung lebih berisiko mengalami akne akibat siklus hormonal
(Tan dan Rahardja, 2010). Pada sebuah penelitian menyebutkan bahwa 78%
perempuan mengalami akne sedangkan laki-laki hanya 21,6% dari total 352 mahasiswa
kedokteran di Pakistan (Ali et al., 2010) dan penelitian lain juga menyebutkan 108
perempuan (60%) mengalamai akne sedangkan laki-laki hanya 72 orang (40%)
(Darwish dan Al-Rubaya, 2013).

2.1.3. Etiologi
Penyebab akne yang pasti masih belum diketahui, namun ada beberapa etiologi
yang terlibat perkembangan akne antara lain faktor intrinsik berupa keturunan, dan
7

hormon serta faktor ekstrinsik berupa stress, cuaca, kosmetik, makanan, dan obat-
obatan (Sitohang dan Wasitatmadja, 2015).
a. Hormon
Hormon yang berperan penting terhadap perkembangan dan fungsi dari
kelenjar sebasea antara lain androgen seperti dihidrotestosteron (DHT) dan testosteron,
dehidroepiandrogen sulfat (DHEAS), estrogen, serta hormon pertumbuhan (Webster
dan Rawlings, 2007).
Androgen diproduksi oleh kelenjar gonad dan adrenal. Androgen juga
diproduksi di dalam kelenjar sebasea dari prekursor hormon adrenal, yaitu DHEAS.
Testosteron dan DHT merupakan androgen utama yang berinteraksi dengan reseptor
androgen. Dalam perkembangan akne, hormon androgen akan meningkatkan ukuran
dan sekresi kelenjar sebasea (Webster dan Rawlings, 2007).
Sangat sedikit yang diketahui tentang peran estrogen dalam memodulasi
produksi sebum. Estrogen yang diperlukan untuk menekan produksi sebum lebih besar
daripada untuk menekan ovulasi. Estrogen aktif utama adalah estradiol. Estradiol
dikonversi ke bentuk estrogen lemah membentuk estrone. Mekanisme estrogen yaitu
secara langsung menentang efek androgen secara lokal di dalam kelenjar sebasea,
menghambat produksi androgen oleh jaringan gonad melalui negative feedback loop
pada rilis gonadotropin hipofisis, dan mengatur gen yang berpengaruh negatif terhadap
kelenjar sebasea, hormon pertumbuhan atau produksi lipid (Webster dan Rawlings,
2007).
Hormon pertumbuhan disekresikan oleh kelenjar hipofisis untuk merangsang
produksi IGF. Ada dua bentuk IGF, disebut IGF-1 dan IGF-2. IGF-1 adalah faktor
pertumbuhan yang paling umum. Akne paling umum terjadi pada remaja, karena saat
itu kadar hormon pertumbuhan yang disekresikan (IGF-1) adalah maksimal. Selain itu,
IGF-1 dapat diproduksi secara lokal dalam kulit, dimana ia dapat berinteraksi dengan
reseptor pada kelenjar sebasea untuk merangsang pertumbuhan. Kondisi pertumbuhan
hormon berlebih seperti akromegali terkait dengan seborrhea dan perkembangan akne.
8

Dalam beberapa jaringan, IGF-1 dapat dimediasi oleh androgen (Webster dan
Rawlings, 2007).
b. Genetik
Ada hubungan antara faktor genetik (keturunan) dengan timbulnya akne.
Seorang anak yang menderita akne biasanya diturunkan oleh orang tuanya yang juga
memiliki akne dengan tingkat keparahan yang sama. Mekanisme dari faktor genetik ini
masih belum bisa dipastikan, namun kemungkinan ada beberapa gen yang berperan
seperti sitokrom P450-1A1 dan steroid 2-1-hidroksilase, yang mempengaruhi produksi
androgen pada kelenjar adrenal (Degitz et al., 2007).
c. Kosmetik
Beberapa kosmetik yang berfungsi sebagai pelembab kulit (moisturizer)
biasanya sangat berminyak dan lengket. Karena pada umumnya digunakan untuk tipe
kulit kering di iklim kering. Namun, apabila pelembab (moisturizer) tersebut
diaplikasikan pada kulit tipe berminyak bisa menimbulkan akne, khususnya di negara
tropis seperti Indonesia. Kosmetik yang demikian cenderung menyumbat pori-pori
kulit bersama kotoran dan bakteri. Kosmetik ini disebut kosmetik aknegenik. Selain
pelembab (moisturizer), bedak dasar (foundation), bedak padat (compact powder),
krim penahan sinar matahari (sunscreen) dan krim malam juga bisa menyebabkan
pertumbuhan akne (Tranggono dan Latifah, 2007).
d. Makanan
Susu dipercaya dapat mempengaruhi perkembangan akne. Susu mengandung
plasenta (derivat progesteron) dan prekursor dihidrotestosteron (DHT). Susu juga
mengandung banyak hormon perangsang pertumbuhan yang berpengaruh terhadap
fungsi pilosebasea yaitu IGF-1 yang merangsang sintesis androgen (Davidovici dan
Wolf, 2010). Sebuah studi menyebutkan sebanyak 1.344 responden (7,7%) dari total
17.272 yang mengonsumsi 2-3 gelas susu per hari mendapati munculnya akne (Pappas,
2009).
9

Coklat, makanan berminyak atau berlemak, dan makanan dengan kadar gula
tinggi sudah lama dipercaya sebagai pencetus tumbuhnya akne. Namun, dalam
penelitian di rumah sakit Amerika tidak menemukan efek mengkonsumsi coklat
terhadap pembentukan akne atau produksi sebum. Sebuah studi kecil dengan 16 pasien
akne dan 13 kontrol menyatakan tidak menemukan perbedaan dalam konsumsi
makanan tinggi gula. Oleh karena itu, tidak ada efek antara pembentukan akne akibat
mengkonsumsi coklat, makanan tinggi karbohidrat, makanan tinggi lemak seperti
pizza, junk food, kentang goreng dan makanan tinggi gula (Davidovici dan Wolf,
2010). Bahkan FDA mengharapkan masyarakat lebih bijak dalam menanggapi mitos-
mitos tentang akne, dan meyakinkan bahwa akne tidak disebabkan oleh makanan
karena tidak ada hubungan ilmiah antara keduanya (FDA, 2010).
e. Stress
Pada kondisi stres peluang munculnya akne cenderung lebih meningkat. Stress
merupakan suatu keadaan pada seseorang yang akan akan mengaktifkan hipotalamus
pituitary axis (HPA) sehingga mengingkatkan konsentrasi adrenocorticotropic
hormone (ACTH) dan glukokortikoid yang berkepanjangan. Peningkatan ACTH akan
memicu peningkatan kadar hormon androgen kemudian merangsang peningkatan
produksi sebum dan merangsang keratinosit. Peningkatan sebum dan hiperkeratinosit
akan mengakibatkan timbulnya akne. Kondisi stres juga menyebabkan penderita
memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel
dan timbul lesi meradang yang baru (Latifah dan Kurniawaty, 2015).
f. Cuaca dan polusi
Cuaca adalah keadaan udara pada saat dan wilayah tertentu yang relatif sempit
dan pada jangka waktu yang singkat. Salah satunya adalah cuaca panas. Ketika cuaca
panas, keringat yang keluar akan lebih banyak sehingga sekresi sebum juga meningkat.
Dengan kelembaban yang tinggi maka bakteri akan semakin banyak di permukaan kulit
dan memunculkan akne (Patel et al., 2015).
10

Peningkatan polusi udara selama bertahun-tahun memiliki efek besar pada kulit
manusia, seperti radiasi ultraviolet (UVR), hidrokarbon polisiklik aromatik (PAH),
senyawa organik volatil (VOC), oksida, partikulat (PM), ozon (O3), dan asap rokok.
Fungsi utama kulit manusia adalah bertindak sebagai pelindung biologis, namun
kontak dengan polusi udara yang terlalu lama dan berulang-ulang mungkin dapat
menimbulkan efek negatif yang mendalam pada kulit. Polusi dapat menyebabkan
gangguan parah fungsi normal lipid, DNA dan/atau protein dari kulit manusia melalui
kerusakan oksidatif yang menyebabkan penuaan kulit, kondisi peradangan atau alergi
kulit termasuk akne (Drakaki et al., 2014).
Ada beberapa studi yang menjelaskan bahwa kalangan perokok mendapati akne
dan keparahan akne meningkat seiring bertambahnya jumlah rokok yang dihisap. Dari
226 wanita perokok dewasa, sebanyak 66,3% mengalami akne. Kemungkinan karena
adanya efek hiperkeratinisasi senyawa rokok khususnya nikotin. Nikotin merupakan
agonis asetilkolin (ACH) yang dapat menyebabkan komedogenesis (pembentukan
komedo) melalui stimulasi reseptor nikotinat ACH pada keratinosit epidermis (Drakaki
et al., 2014).
g. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu bisa menginduksi munculnya akne. Obat-obatan yang
paling dikenal sebagai penyebab akne yaitu senyawa terhalogenasi, progestogen, pil
kontrasepsi oral, kortikosteroid, isoniazid, dan litium (Kubba et al., 2009).

2.1.4. Patogenesis akne


Ada empat patogenesis yang paling berpengaruh terhadap timbulnya akne
(Gambar 2.1). Akne muncul dan berkembang sebagai akibat adanya interaksi dari
produksi sebum yang meningkat, hiperproliferasi folikel pilosebasea, kolonisasi
Propionibacterium acnes dan proses inflamasi (Sitohang dan Wasitatmadja, 2015).
11

Gambar 2.1. Patogenesis Akne


Sumber : Nair (2015)

a. Produksi sebum meningkat


Pada individu yang mengalami akne, secara umum ukuran folikel sebasea serta
jumlah lobul tiap kelenjar bertambah. Ekskresi sebum ada di bawah kontrol hormon
androgen. Stimulus hormon androgen kelenjar sebasea mulai berkembang pada
individu usia 7-8 tahun. Hormon androgen berperan pada perubahan sel-sel sebosit
demikian pula sel-sel keratinosit folikular sehingga menyebabkan terjadinya
mikrokomedo dan komedo yang akan berkembang menjadi lesi inflamasi (Sitohang
dan Wasitatmadja, 2015).
Sel-sel sebosit dan keratinosit folikel pilosebasea memiliki mekanisme selular
yang digunakan untuk mencerna hormon androgen, yaitu enzim-enzim 5-reduktase
(tipe 1) serta 3 dan 7 hidroksisteroid dehidrogenase yang terdapat pada sel sebosit
basal. Setelah sel-sel sebosit berdifirensiasi kemudian terjadi ruptur dengan
melepaskan sebum ke dalam duktus pilosebasea. Proses diferensiasi sel-sel sebosit
tersebut dipicu oleh hormon androgen yang akan berikatan dengan reseptornya pada
inti sel sebosit, selanjutnya terjadi stimulasi transkripsi gen dan diferensiasi sebosit
(Sitohang dan Wasitatmadja, 2015).
12

Pada individu akne, secara umum produksi sebum berkaitan dengan respon
yang berbeda dari unit folikel pilosebasea, atau adanya peningkatan hormon androgen,
atau keduanya. Misalnya didapatkan produksi sebum berlebih pada lokasi wajah, dada,
dan punggung, meskipun didapatkan kadar androgen tetap. Pasien akne, baik laki-laki
maupun perempuan akan memproduksi sebum lebih banyak dari individu normal
(Sitohang dan Wasitatmadja, 2015).
b. Hiperproliferasi folikel pilosebasea
Lesi akne dimulai dengan mikrokomedo, yaitu lesi mikroskopis yang tidak
terlihat dengan mata telanjang. Komedo pertama kali terbentuk dimulai dengan
kesalahan deskuimasi panjang folikel, yang dijelaskan pada beberapa laporan tentang
terjadinya deskuimasi abnormal pada pasien akne. Epitel tidak dilepaskan satu per satu
ke dalam lumen sebagaimana biasanya. Penelitian imunohistokimiawi menunjukkan
adanya peningkatan proliferasi keratinosit folikular. Hal ini kemungkinan disebabkan
berkurangnya kadar asam linoleat sebasea. Lapisan granulosum menjadi menebal,
tonofilamen dan butir-butir keratohialin meningkat, kandungan lipid bertambah
sehingga lama-kelamaan menebal dan membentuk sumbatan pada orifisiumfolikel.
Proses ini pertama kali ditemukan pada pertemuan antara duktus sebasea dengan epitel
folikel. Bahan-bahan keratin mengisi folikel sehingga menyebabkan folikel melebar
(Sitohang dan Wasitatmadja, 2015).
Pada akhirnya secara klinis terdapat lesi non-inflamasi (komedo
terbuka/komedo tertutup) atau lesi inflamasi, yaitu bila Propionibacterium acnes
berproliferasi dan menghasilkan mediator-mediator inflamasi (Sitohang dan
Wasitatmadja, 2015).
c. Kolonisasi mikroorganisme di dalam folikel sebaseus
Propionibacterium acnes merupakan mikroorganisme utama yang ditemukan
di daerah infra infundibulum. Propionibacterium acnes dapat mencapai permukaan
kukit dengan mengikuti aliran sebum. Mikroorganisme akan meningkat jumlahnya
13

seiring dengan meningkatnya jumlah trigliserida pada sebum yang merupakan nutrisi
bagi Propionibacterium acnes (Sitohang dan Wasitatmadja, 2015).
d. Inflamasi
Propionibacterium acnes diduga berperan penting menimbulkan inflamasi
pada akne dengan menghasilkan faktor kemotaktik dan enzim lipase yang akan
mengubah trigliserida menjadi asam lemak bebas, serta dapat menstimulasi aktivasi
jalur klasik dan alternatif komplemen (Sitohang dan Wasitatmadja, 2015).

2.1.5. Penampakan Fisik


Akne dianggap keadaan normal pada masa pubertas, tetapi produksi sebum
yang sangat berlebihan mengakibatkan masalah. Seperti kulit wajah yang berminyak,
bahkan kulit kepala pun juga sering berminyak. Hal ini cukup mengganggu, sehingga
mendorong pasien untuk mencari pertolongan. Wajah dan tubuh bagian atas menjadi
yang berminyak merupakan tanda fisik pertama yang perlu diperhatikan. Ada beberapa
bentuk lesi akne yaitu komedo, papula dan pustula, nodul dan kista (Brown dan Burns,
2005)
a. Komedo
Ada dua tipe komedo yaitu komedo terbuka (blackhead) (Gambar 2.2) dan
komedo tertutup (whitehead) (Gambar 2.3). Komedo terbuka adalah folikel rambut
yang tertutup dan melebar, tetapi penyebab dari bercak hitam yang khas itu belum jelas
penyebabnya. Lesi peradangan yang telah sembuh akan meninggalkan banyak bintik
hitam, terutama pada bahu dan tubuh bagian atas. Adanya komedo hitam bersifat
patognomonik (memunculkan gejala atau keluhan). Kerusakan akibat sinar matahari
yang berlebihan bisa juga menyebabkan timbulnya bintik-bintik hitam. Komedo
tertutup lebih mudah diraba daripada dilihat. Komedo ini berupa papula yang sangat
kecil dengan titik atau penonjolan di tengah. Lesi ini paling banyak terdapat di dahi dan
pipi. Sedikit sekali terjadi peradangan atau bahkan tidak ada (Brown dan Burns, 2005).
14

Gambar 2.2. Komedo terbuka Gambar 2.3. Komedo tertutup


Sumber : Zeichner (2013) Sumber : Zeichner (2013)

b. Papula dan Pustula


Papula dan pustula (Gambar 2.4) dikenal sebagai bintik-bintik kecil berwarna
merah atau pustula dengan dasar yang kemerahan dan sering timbul pada sebagian
besar pasien akne. Keluhannya adalah adanya rasa gatal atau sampai terasa sakit.
Papula (Gambar 2.5) cepat sekali timbul bahkan hanya dalam beberapa jam kemudian
biasanya berkembang menjadi pustula, namun akan menghilang setelah beberapa hari.
Seringkali lesi ini bisa muncul kembali di tempat yang benar-benar sama (Brown dan
Burns, 2005).

Gambar 2.4. Papula dan Pustula Gambar 2.5. Papula


Sumber : Goodheart (2009) Sumber : Goodheart (2009)

c. Nodul dan Kista


Semakin bertambahnya keparahan keadaan dan dalamnya peradangan, maka
makin bertambah besarlah lesi yang dapat dilihat dan diraba, yang berakibat pada
terbentuknya nodul dan kista (Gambar 2.6 dan 2.7) yang sangat dalam. Pada
kebanyakan pasien hanya timbul beberapa saja, namun beberapa orang bisa sangat
15

banyak. Keadaan ini disebut dengan istilah Akne Konglobata. Lesi tersebut sangat
sering mengganggu dan juga bertahan jauh lebih lama dibandingkan dengan
kebanyakan kelainan kulit superficial yang lain. Beberapa lesi menjadi kronis, yang
bisa mengakibatkan terbentuknya kista yang permanen (Brown dan Burns, 2005).

Gambar 2.6. Nodul dan Kista Gambar 2.7. Nodul dan Kista
Sumber : Paller dan Mancini (2016) Sumber : Paller dan Mancini (2016)

2.1.6. Klasifikasi akne


Tabel 2.1 Gradasi Akne
Derajat Lesi

Akne ringan Komedo < 20, atau

Lesi inflamasi < 15, atau

Total lesi < 30

Akne sedang Komedo 20-100, atau

Lesi inflamasi 15-50, atau

Total lesi 30-125

Akne berat Kista > 5 atau komedo < 100, atau

Lesi inflamasi > 50, atau

Total lesi >125

Sumber: Sitohang (2015)


Akne vulgaris ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Saat
ini klasifikasi yang digunakan di Indonesia (oleh FKUI/RSCM) untuk menentukan
derajat akne, yaitu ringan, sedang, dan berat. Klasifikasi tersebut diadopsi dari 2nd Acne
16

Round Table Meeting (South East Asia), Regional Consensus on Acne Management,
13 Januari 2003, Ho Minh City-Vietnam (Tabel 2.1) (Sitohang dan Wasitatmadja,
2015).

2.1.7. Managemen akne


Kulit merupakan organ terluas dan yang paling kelihatan dari tubuh manusia
sehingga suatu penampilan kulit yang berbeda akan berpengaruh pada penampilan dan
citra diri seseorang dan selanjutnya akan mempengaruhi orang itu sendiri. Akne
merupakan salah satu penyakit kulit yang dihubungkan dengan faktor psikologis
penderitanya. Faktor psikologis yang berperan termasuk kepribadian, citra diri, harga
diri, konsep diri, penerimaan sosial dan ketidakpuasan akan tubuh. Akne juga
mempengaruhi kesehatan individu secara keseluruhan dan berhubungan langsung
dengan kualitas hidup terutama yang berhubungan dengan perasaan, emosi, hubungan
sosial dan pekerjaan (Andri et al., 2010). Pencegahan akne lebih mudah daripada
pengobatan akne. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar tidak muncul akne yaitu,
membersihkan kulit wajah dengan lembut minimal 2 kali sehari menggunakan
pembersih khusus sesuai jenis kulit dengan air hangat, sebaiknya menghindari
penggunaan pembersih yang membuat kulit mengelupas dan kering karena dapat
memperburuk kondisi akne, menjaga kelembapan kulit, menghindari penyebab
munculnya akne, menghindari penggunaan kosmetik yang dapat menyumbat pori-pori
(kosmetik berbasis minyak), menjaga kebersihan rambut dan menghindari model
rambut yang menutupi wajah (BPOM, 2012). Untuk pengobatan akne sendiri terbagi
menjadi 2 yaitu secara non-farmakologi dan farmakologi.
a. Non-farmakologi
Tujuan dari pengobatan akne yaitu untuk mempercepat penyembuhan,
mencegah pembentukan akne baru, dan mencegah jaringan parut yang permanen.
17

Pengobatan non-farmakologi adalah pengobatan yang dilakukan tanpa menggunakan


obat-obatan. Hal yang bisa dilakukan antara lain: pada saat terkena akne diharapkan
untuk tidak mengalami kondisi stress karena hanya akan memperparah akne, meminta
nasihat kepada tenaga ahli tentang sifat penyakit dan metode pengobatan,
mengusahakan untuk tidak memencet akne karena dapat memperparah akne bahkan
menimbulkan luka yang dapat meninggalkan jaringan parut (scar), menghindari
penggunaan obat aknegenik, minyak rambut dan kosmetik berat, serta rutin mencuci
rutin wajah dengan sabun dan air (Kataria dan Chillar, 2015).

Tabel 2.2 Algoritma Pengobatan Akne Secara Global


Ringan Sedang Berat

Komedo Papula/pustula Papula/pustula Nodul Nodul

Pilihan Retinoid Antibiotik oral Antibiotik oral


pertama Retinoid topikal + + retinoid + retinoid Isotreonin
topikal antibiotik topikal +/- topikal +/- oral
topikal BPO BPO

Alternatif Retinoid
topikal Isotreonin oral Antibiotik
Antibiotik
atau Antibiotik oral atau antibiotik oral dosis
topikal +
asam + retinoid oral + retinoid tinggi +
retinoid topikal
azelat topikal +/- topikal +/- retinoid
atau asam
atau BPO BPO/asam topikal +
azelat
asam azelat BPO
salisilat

Alternatif Anti
untuk Antiandrogen androgen
Antiandrogen
perempuan oral + retinoid oral dosis
Lihat oral + retinoid
Lihat pilihan topikal/asam tinggi +
Pilihan topikal +/-
pertama azelat topikal retinoid
pertama antibiotik oral
+/- antibiotik topikal +/-
+/- antibiotik
topikal antibiotik
topikal

Pemeliharaan Retinoid topikal +/- BPO


Retinoid topikal

Sumber: Sitohang (2015)


18

b. Farmakologi
Dalam pengobatan akne diperlukan kerjasama antara tenaga medis dan pasien.
Tindakan diambil berdasarkan aspek klinis dan gradasi akne (Sitohang dan
Wasitatmadja, 2015). Terapi farmakologi dalam pemeliharaan/pencegahan akne antara
lain (Tabel 2.2).

2.2. Obat-obat Akne


2.2.1. Pengobatan Topikal
Produk topikal memiliki keuntungan karena diaplikasikan langsung ke daerah
yang mengalami akne sehingga mengurangi absorbsi sistemik dan meningkatkan
eksposur unit pilosebasea dalam pengobatan. Perlu diingat bahwa efek samping utama
produk antiakne topikal adalah iritasi kulit. Obat akne topikal tersedia dalam berbagai
sediaan, termasuk krim, gel, lotion, dan larutan (Fox et al., 2016).
a. Retinoid Topikal
Retinoid adalah suatu kelas obat yang merupakan derivat vitamin A. Retinoid
mengontrol pembentukan mikrokomedo, mengurangi pembentukan lesi dan komedo
yang ada, menurunkan produksi sebum dan menormalkan deskuamasi epitel. Retinoid
juga menunjukkan sifat anti-inflamasi. Efek samping yang umum selama beberapa
minggu pertama pengobatan retinoid topikal adalah akne yang memerah. Retinoid
topikal yang paling umum yaitu, tretinoin, adapalene dan tazarotene (Fox et al., 2016).
Tretinoin merupakan agen komedolitik yang digunakan dalam pengobatan akne
dengan mengatur deskuamasi epitel, yang mencegah penyumbatan unit pilosebasea.
Tretionin juga memiliki sifat anti-inflamasi. Tretinoin tersedia dalam konsentrasi
0,025% (krim), 0,01% dan 0,025% (gel), dan 0,05% (larutan) (Webster dan Rawlings,
2007).
Adapalene adalah bentuk sintetis dari retinoid yang menormalkan diferensiasi
sel epitel folikular dan mencegah pembentukan komedo (Fox et al., 2016). Adapalene
19

menunjukkan sifat anti-inflamasi pada lesi akne. Untuk dosis penggunaannya dioleskan
pada area kulit yang mengalami akne, satu kali sehari pada waktu malam sebelum tidur
dan setelah dicuci/dibersihkan (Fox et al., 2016).
Tazarotene adalah sintetis asetilenik yang diubah menjadi asam tazarotenik di
keratinosit. Tazarotene adalah salah satu retinoid baru yang digunakan untuk
pengobatan akne. Obat ini mempengaruhi diferensiasi keratinosit dan proliferasi pada
jaringan epitel dan juga dapat menunjukkan sifat anti-inflamasi. Hal ini dianggap
sebagai pengobatan secondline apabila tidak ada respon membaik pada penggunaan
tretinoin atau adapalene (Fox et al., 2016).
b. Benzoil Peroksida (BPO) Topikal
Benzoil peroksida awalnya bekerja sebagai agen peeling untuk mengobati akne
yang terbukti memiliki aktivitas bakterisidal terhadap Propionibacterium acnes dengan
melepaskan oksigen radikal bebas karena adanya zat pengoksidasi, sehingga merusak
protein bakteri. BPO juga menurunkan jumlah komedo pada kulit. Obat ini digunakan
untuk pengobatan akne tingkat ringan sampai sedang. Meskipun digunakan sebagai
monoterapi selama 6-8 minggu, namun BPO juga sering dikombinasikan dengan
antibiotik topikal untuk mengurangi resistensi dari Propionibacteriuum acnes. Efek
samping utama dari BPO adalah kulit terasa seperti terbakar, kulit kering, eritema, dan
pengelupasan (Fox et al., 2016).
BPO tersedia dalam beberapa jenis formulasi termasuk gel, krim, lotion, sabun
padat, dan cairan pembersih, dengan konsentrasi mulai dari 2,5% sampai 10%.
Penggunaannya dioleskan secara tipis dan merata 1-2 kali sehari pada kulit yang
mengalami akne, lebih baik setelah mencuci muka dengan sabun dan air, serta diawali
penggunaan dengan kekuatan yang lebih rendah (Webster dan Rawlings, 2007).
c. Asam Salisilat Topikal
Asam salisilat secara luas digunakan sebagai agen terapi secara topikal untuk
berbagai penyakit kulit termasuk akne. Konsentrasi asam salisilat sebagai pengobatan
akne mulai dari 0,5% sampai 10%. Asam salisilat sangat efektif karena aktivitas
20

keratolitik untuk menangkal penyumbatan folikel sehingga tidak terbentuk


mikrokomedo. Hal ini dapat terjadi karena kohesi korneosit berkurang, mengakibatkan
penumpahan sel-sel epidermis lebih banyak daripada keratin. Tidak ada kerusakan
pada epidermis yang disebabkan oleh asam salisilat dan telah terbukti tidak ada
perubahan epidermal di bawah stratum korneum. Dosis umum pemakaian obat topikal
asam salisilat adalah 1-2 kali dalam sehari. Pemakaian obat ini tergantung pada jenis
dan keparahan akne (Webster dan Rawlings, 2007).
d. Asam Azelat
Asam azelat memiliki aktivitas bakteriostatik untuk bakteri aerobik dan
anaerobik termasuk Propionibacterium acnes. Asam azelat adalah agen anti
pembentukan keratin dan menunjukkan efek sitostatik antiproliferatif pada keratinosit.
Dosis penggunaannya dioleskan satu kali sehari pada minggu pertama dan dua kali
sehari pada minggu berikutnya di kulit yang mengalami akne (Webster dan Rawlings,
2007).
e. Antibiotik Topikal
Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme (fungi
dan bakteri) yang dapat menghambat atau dapat membasmi/mematikan mikroba jenis
lain, sehingga antibiotik topikal juga memiliki aktivitas terhadap Propionibacterium
acnes. Antibiotik topikal yang paling populer digunakan dalam pengobatan akne
adalah eritromisin dan klindamisin (Fox et al., 2016).
Eritromisin merupakan antibiotik yang dihasilkan oleh suatu strain
Streptomyces erythreus. Eritromisin termasuk antibiotik makrolida yang melekat pada
50S unit ribosom bakteri dan mencegah translokasi, yang diperlukan untuk mensintesis
protein bakteri. Hal ini juga aktif terhadap Propionibacterium acnes dan mampu
mengurangi bakteri tersebut pada permukaan kulit dan di dalam folikel. Klindamisin
diklasifikasikan sebagai antibiotik linkosamid, karena klindamisin turunan semisintetik
dari agen antimikroba linkomisin. Cara kerja klindamisin sama seperti eritromisin (Fox
et al., 2016).
21

2.2.2. Pengobatan Oral


Pengobatan secara peroral diperlukan apabila pengobatan akne yang dilakukan
secara topikal tidak mendapatkan hasil atau pengobatan yang bertujuan terhadap lesi
nodular atau scar akne. Pengobatan secara peroral merupakan pilihan yang lebih
disukai dalam pengobatan lesi inflamasi. Obat-obatan peroral yang paling umum antara
lain, antibiotik oral, agen hormonal (antriandrogen), dan isotretinoin (Fox et al., 2016).
a. Antibiotik Oral
Antibiotik oral yang efektif untuk pengobatan akne sedang sampai berat yaitu
doksisiklin, eritromisin, minosiklin, tetrasiklin, dan trimetoprim/ sulfametoksasol.
Menurut American Academy of Dermatology merekomendasikan untuk menggunakan
doksisiklin dan minosiklin daripada tetrasiklin. Trimetoprim/ sulfametoksazol dan
trimetoprim saja dapat digunakan jika tetrasiklin atau eritromisin tidak dapat
ditoleransi. Dosis yang dianjurkan untuk doksisiklin 50 sampai 100 mg satu sampai
dua kali sehari, eritromisin 250 sampai 500 mg dua sampai empat kali per hari,
minosiklin 50 sampai 100 mg satu sampai dua kali sehari, tetrasiklin 250 sampai 500
mg satu sampai dua kali sehari, dan trimetoprim/sulfametoksasol 160/800 mg dua kali
sehari (Titus dan Hodge, 2012).
b. Antiandrogen Oral
Salah satu faktor dalam pembentukan akne adalah hormon androgen.
Antiandrogen mengurangi produksi sebum yang awalnya disebabkan oleh androgen.
Obat-obat yang tergolong ke dalam antiandrogen antara lain spironolactone,
cyproterone acetate, dan flutamide. Di Amerika Serikat, spironolactone adalah obat
yang paling umum digunakan (Webster dan Rawlings, 2007).
Spironolakton oral dapat menurunkan laju ekskresi sebum sebesar 30% sampai
50%. Dosis yang digunakan 50 sampai 100 mg dua kali sehari. Efek samping dari
spironolaktone termasuk nyeri payudara dan ketidakteraturan menstruasi. Selain itu,
sebaiknya menghindari penggunaan spironolakton pada saat kehamilan karena potensi
kelainan alat kelamin janin laki-laki seperti hipospadia (Webster dan Rawlings, 2007).
22

Siproteron asetat tersedia di banyak bagian dunia, tapi tidak di Amerika Serikat.
Obat ini memiliki aktivitas ganda yaitu berfungsi sebagai progestogen di kontrasepsi
oral dan menghambat langsung reseptor androgen. Dosis penggunaannya 2 sampai 100
mg per hari dan hasilnya berpengaruh pada 75% sampai 90% wanita yang berjerawat.
Siproteron asetat biasanya digunakan sebagai kontrasepsi oral yang dikombinasikan
dengan etinil estradiol (Webster dan Rawlings, 2007).
Flutamida merupakan antagonis non steroid potensial sebagai antiandrogen.
Meskipun paling sering digunakan untuk mengobati kanker prostat, flutamida telah
dilaporkan berkhasiat dalam pengobatan akne. Dosis yang digunakan 250 mg dua kali
sehari dalam kombinasi dengan kontrasepsi oral (Webster dan Rawlings, 2007).
c. Isotretionin Oral
Isotretinoin adalah retinoid sistemik turunan dari vitamin A. Isotretinoin
menyebabkan de-diferensiasi kelenjar sebasea dan mengurangi produksi sebum yang
akan menyebabkan perubahan dalam ekosistem flora bakteri kulit, sehingga
mengurangi Propionibacterium acnes di dalam folikel (Fox et al., 2016). Isotretinoin
oral disetujui FDA sebagai pengobatan akne klasifikasi berat. Obat ini juga bisa
digunakan untuk akne ringan yang tahan terhadap pengobatan. Dosis yang biasa untuk
pengobatan akne adalah 0,5 sampai 1 mg per kg berat badan per hari selama sekitar 20
minggu (Titus dan Hodge, 2012).

2.3. Pengetahuan
2.3.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku
yang didasari pengetahuan bersifat abadi (Sunaryo, 2002). Secara sederhana Maryati
23

menjelaskan tentang pengetahuan yang berarti segala sesuatu yang diketahui manusia
tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan (Maryati dan Suryawati, 2001).
Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri seseorang
terjadi proses yang berurutan yakni awareness, interest, evaluation, trial, dan adaption
(Notoatmodjo, 2007).
Awareness (kesadaran) seseorang dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek). Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek
tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. Evaluation (menimbang-nimbang)
terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Trial (sikap) dimana subyek
mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007).

2.3.2. Tingkatan Pengetahuan


Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif mencakup 6 tingkatan, yaitu
tahu, memahami, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (Sunaryo, 2002).
a. Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat
atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran
bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, dan menyatakan.
b. Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan
dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang
sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.
24

c. Penerapan yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari


pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus,
metode dalam situasi nyata.
d. Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian
lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait
satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat
bagan, membedakan pengertian psikologi dengan fisiologi.
e. Sintesis adalah kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi dari
formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun,
meringkaskan, merencanakan, dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang
telah ada.
f. Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek.
Evaluasi dapat menggunakann criteria yang telah ada atau disusun sendiri.

2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang, yaitu
(Notoatmodjo, 2007):
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu usaha dalam pengembangan pribadi dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
berpengaruh terhadap proses belajar, semakin tinggi pendidikan seeorang semakin
mudah orang tersebut untuk dapat menerima informasi. Pendidikan tinggi seseorang
menyebabkan mereka cenderung mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun
dari media massa. Sehingga semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak
pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya
dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
25

orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan
bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan
tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
b. Mass media / informasi
Informasi yang diperoleh seseorang menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Informasi dapat diperoleh dari media massa yang saat ini tersedia dalam
bermacam-macam bentuk sehingga mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang
inovasi baru. Media massa digunakan sebagai sarana komunikasi dengan berbagai
bentuk seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuan seseorang. Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Segala sesuatu yang ada di sekitar individu disebut lingkungan. Ada lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
e. Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi
maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.
26

f. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Semakin tua semakin
bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan sehingga menambah
pengetahuan.

2.3.4. Pengukuran Pengetahuan


Pengetahuan dapat diukur melalui wawancara atau angket yang
mempertanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau
responden. Tingkatan pengetahuan dapat digunakan sebagai ukuran kedalaman
pengetahuan seseorang yang ingin kita ukur, yaitu (Nursalam, 2008) :
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100%.
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%.
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 56%.

2.4. Pendidikan Kesehatan


2.4.1. Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan perilaku seseorang
yang bersifat dinamis, bukan hanya proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang
lain, melainkan juga karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok, atau
masyarakat sendiri (Mubarak dan Chayatin, 2009).
Pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun masyarakatnya
(Notoatmodjo, 2007).
27

2.4.2. Media Pendidikan Kesehatan


Media pendidikan kesehatan adalah media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan kesehatan karena alat tersebut digunakan untuk mempermudah
penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat yang dituju. Media pendidikan kesehatan
didasarkan cara produksinya dikelompokkan menjadi media cetak, media elektronik,
dan luar ruangan. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan
visual. Media cetak terdiri dari booklet, leaflet, selebaran, flip chart, rubric, poster, dan
foto. Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Adapun
macam media elektronik yaitu televisi, radio, video, dan film. Sedangkan luar ruangan
yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan secara umum melalui media
cetak dan elektronika secara statis, misalnya pameran, banner, TV layar lebar, spanduk,
dan papan reklame (Notoatmodjo, 2007).

2.5. Perilaku
2.5.1. Pengertian Perilaku
Perilaku dapat diberi batasan sebgai suatu tanggapan individu terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar individu tersebut. Secara garis besar,
bentuk perilaku ada dua macam yaitu perilaku pasif (respons internal) dan perilaku
aktif (respons eksternal). Perilaku pasif merupakan perilaku yang sifatnya masih
tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilau ini
sebatas sikap, belum ada tindakan yang nyata. Sedangkan perilaku aktif bersifat
terbuka yaitu perilaku yang dapat diamati langsung, berupa tindakan nyata (Sunaryo,
2002).
28

2.5.2. Perilaku Kesehatan


Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit dan penyakit
sesuai dengan tingkat-tingkat pemberian pelayanan kesehatan yang menyeluruh atau
sesuai dengan tingkat pencegahan penyakit, yaitu (Sunaryo,2002):
a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior)
b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)
c. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)
d. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior)

2.6. Kuesioner
2.6.1. Pengertian Kuesioner
Kuesioner atau angket adalah sebuah alat pengumpulan data yang nantinya data
tersebut akan diolah untuk menghasilkan informasi tertentu (Umar, 2003). Kuesioner
atau angket berisi pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam bentuk kalimat tanya
dengan atau tanpa opsi jawaban (Gulo, 2000).

2.6.2. Komponen Inti kuesioner


Terdapat minimal 4 komponen inti dari sebuah kuesioner. Yang pertama adalah
subjek yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan riset. Yang kedua adalah ajakan
yaitu permohonan dari periset kepada responden untuk turut serta mengisi kuesioner
secara aktif dan obyektif. Yang ketiga yaitu petujuk pengisian kuesioner yang mudah
dimengerti dan tidak menimbulkan makna ganda. Yang keempat adalah pertanyaan
atau pernyataan beserta tempat mengisi jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup,
29

ataupun terbuka. Di dalam kuesioner juga terdapat tempat untuk mengisi identitas
responden (Umar, 2003).

2.6.3. Keunggulan dan Kelemahan Kuesioner


Keunggulan kuesioner dibandingkan instrument pengumpulan data yang lain
antara lain (Gulo, 2000):
a. Kuesioner dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah besar
responden yang menjadi sampel. Banyaknya sampel bisa mencapai ratusan
responden dalam satu kali penelitian. Hal ini akan lebih sulit dilakukan dalam
wawancara, karena akan membutuhkan waktu yang relatif lama.
b. Dalam menjawab pertanyaan melalui kuesioner, responden dapat lebih leluasa
karena tidak dipengaruhi oleh sikap mental hubungan antara peneliti dan
responden. Selain itu responden merasa lebih terjaga kerahasiaannya, karena
identitas responden akan diubah dalam kode angka (anonim).
c. Setiap jawaban dapat dipikirkan masak-masak terlebih dahulu, karena tidak terikat
oleh cepatnya waktu yang diberikan kepada responden untuk menjawab
pertanyaan sebagaimana dalam wawancara. Sehingga responden lebih santai
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan tanpa ada tekanan.
d. Data yang dikumpulkan dapat lebih mudah dianalisis, karena pertanyaan yang
diajukan kepada setiap responden sama. Sehingga mengurangi bias hasil pada
penelitian yang dilakukan.
Kelemahan kuesioner dibandingkan instrument pengumpulan data yang lain
antara lain (Gulo, 2000):
a. Pemakaian kuesioner terbatas pada pengumpulan pendapat atau fakta yang
diketahui responden, yang tidak dapat diperoleh dengan jalan lain. Hal ini bisa
menimbulkan jawaban kuesioner tidak lengkap.
30

b. Sering terjadi kuesioner diisi oleh orang lain (bukan responden yang sebenarnya),
karena dilakukan tidak langsung berhadapan muka antara peneliti dan responden.
c. Kuesioner diberikan terbatas kepada orang yang melek huruf.

2.6.4. Kriteria Kuesioner yang Baik


Ada beberapa kriteria yang dijadikan tolak ukur dalam menilai bahwa kuesioner
yang digunakan sudah layak untuk dijadikan sebuah instrument penelitian, yaitu
(Umar, 2003):
a. Validitas adalah pernyataan sampai sejauh mana data yang ditampung pada suatu
kuesioner dapat mengukur apa yang ingin diukur. Jadi validitas suatu instrumen
berhubungan dengan tingkat akurasi dari suatu alat ukur mengukur apa yang akan
diukur.
b. Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu
hasil pengukuran relatif konsisten apabila alat ukur tersebut digunakan berulang
kali. Pertayaan-pertanyaan yang termuat di dalam kuesioner hendaknya dibuat
sedemikian rupa, sehingga jika diisi berulang kali oleh responden hasilnya masih
relatif konsisten.
c. Sensitivitas dijelaskan sebagai kemampuan suatu instrumen untuk melakukan
diskriminasi. Bila reliabilitas dan validitas suatu instrumen tinggi, atau dengan kata
lain sensitif, perbedaan atas tingkat variasi-variasi karakteristik yang diukur dapat
mempertajam.
d. Obyektivitas mengacu pada terbebasnya data yang diisikan pada kuesioner dari
penilaian yang subyektif, misalnya perasaan responden yang cenderung
mempengaruhi obyektivitas data.
e. Fisibilitas berhubungan dengan teknis pengisian kuesioner, serta penggunaan
sumber daya dan waktu. Ada beberapa pengisian kuesioner yang sederhana, tetapi
ada juga yang memerlukan pemikiran yang lebih rumit, sehingga akan
31

memerlukan waktu, tenaga, bahkan biayaa yang lebih banyak. Kendala-kendala


seperti ini perlu dipertimbangkan terlebih dahulu agar pelaksananya fisibel.
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan desain cross sectional
(potong lintang), yaitu melakukan observasi, pengukuran, dan pengumpulan sesaat atau
satu kali saja dalam satu kali waktu dan tidak ada pengukuran lanjutan terhadap
responden. Observasi dilakukan terhadap suatu populasi, yaitu mahasiswa kesehatan
Universitas Jember. Penelitian ini tidak dilakukan pada seluruh populasi tersebut, tetapi
hanya mengambil sebagian dari populasi tersebut (sampel). Sampel yang diambil harus
bisa dianggap mewakili seluruh populasi tersebut. Pengukuran dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu kuesioner yang sudah
divalidasi.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Universitas Jember. Waktu yang digunakan untuk
mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, dan penentuan sampel dilakukan
pada bulan Juni sampai September 2016. Pengumpulan data, pengolahan data, dan
analisis data dilakukan pada bulan Oktober sampai Januari 2017

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi yang diambil oleh peneliti yaitu semua mahasiswa kesehatan yang ada
di Universitas Jember. Adapun fakultas dan program studi kesehatan yang ada di
Universitas Jember antara lain Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi,
33

Fakultas Farmasi, Program Studi Ilmu Keperawatan, dan Fakultas Kesehatan


Masyarakat. Mahasiswa yang dijadikan populasi yaitu angkatan 2012 sampai dengan
angkatan 2015 yang pada tahun 2016 berjumlah sebanyak 2.974 mahasiswa (BAAK
Universitas Jember, 2016).

800 754
700
Jumlah Mahasiswa

600 535
500 431
400 317 341
300
200 131 159 139
78 89
100
0
Fakultas Fakultas Fakultas Fakultas Program Studi
Kedokteran Kedokteran Gigi Farmasi Kesehatan Ilmu
Masyarakat Keperawatan

Laki-laki Perempuan

Gambar 3.1 Distribusi mahasiswa laki-laki dan perempuan angkatan 2012-2015


berdasarkan fakultas/program studi

3.3.2. Sampel Penelitian


Sampel dipilih menggunakan convenience sampling. Jumlah sampel diambil
secara proporsional sesuai dengan jumlah mahasiswa di masing-masing
fakultas/program studi. Sampel harus memenuhi kriteria inklusi. Kriteria sampel sangat
membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya dari variabel
bebas yang diteliti.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:
a. Bersedia menjadi responden dan bersedia mengisi kuesioner.
34

b. Terdaftar sebagai mahasiswa kesehatan Universitas Jember (Fakultas Kedokteran,


Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi, Program Studi Ilmu Keperawatan, dan
Fakultas Kesehatan Masyarakat).
c. Mahasiswa kesehatan dalam point B adalah mahasiswa yang sedang menempuh
jenjang S1 di Universitas Jember angkatan 2012-2015 pada tahun 2016.
d. Pernah mengalami akne.
Sementara itu, kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu:
a. Mahasiswa yang melakukan pengobatan akne selain terapi farmakologis dan non-
farmakologis seperti bantuan sinar UV, bedah kulit, terapi radiasi, dan lainnya.
b. Mahasiswa yang tidak menjawab bagian pengetahuan pada kuesioner dengan
lengkap.

3.4. Besar Sampel


Dalam penentuan besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan rumus deskriptif kategorik yang bertujuan untuk menggambarkan
proporsi suatu variabel berdasarkan klasifikasi tertentu. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut (Dahlan, 2010):
(Za )2 PQ
n=
d2
(1,96)2 x0,87x0,13
n=
0,052
n = 173,79 (dibulatkan 174)
Keterangan:
n = Jumlah sampel
Z = Deviat baku alfa untuk kesalahan 5% adalah 1,96
35

P = Prevalensi dalam bentuk desimal (diambil rata-rata dari prevalensi akne pada
remaja yaitu 79% - 95% adalah 87% atau 0,87 dalam bentuk desimal) (Shalita
et al., 2011)
Q = 1-P
d = Presisi
Untuk mengantisipasi terjadinya drop out responden, maka peneliti menambahkan 10%
dari jumlah sampel wajib yang diteliti menggunakan rumus berikut:
n
n =
(1 f)
174
n =
(1 0,1)
n = 193,33 (dibulatkan 193)
Keterangan:
n : Besar sampel setelah dikoreksi
f : Perkiraan proporsi drop out (10% 0,1)
Berdasarkan perhitungan besar sampel diatas diperoleh 193 responden dalam
penelitian ini.
Jumlah sampel yang diambil secara proporsional, sesuai dengan jumlah
mahasiswa di masing-masing fakultas/program studi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung besar sampel secara proporsional yaitu:
Nh
nh = xn
N
Keterangan :
nh = Besarnya sampel untuk sub populasi
Nh = Total masing-masing sub populasi
N = Total populasi secara keseluruhan
n = Jumlah sampel
36

Jumlah sampel tiap sub-populasi (Fakultas/Program Studi):


448
Fakultas Kedokteran : 2974 x 193 = 29,073 29 mahasiswa
419
Fakultas Kedokteran Gigi : 2974 x 193 = 27,191 27 mahasiswa
520
Fakultas Farmasi : 2974 x 193 = 33,746 34 mahasiswa
913
Fakultas Kesehatan Masyarakat : 2974 x 193 = 59,250 59 mahasiswa
674
Program Studi Ilmu Keperawatan : 2974 x 193 = 43,740 44 mahasiswa

Total Responden : 193 responden

3.5. Definisi Operasional


Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Survei adalah suatu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan mahasiswa
kesehatan dalam jangka waktu tertentu untuk mendapatkan informasi yang
berhubungan dengan prevalensi.
b. Pengetahuan adalah hasil tahu dari mahasiswa kesehatan yang terjadi melalui proses
sensoris khususnya mata dan telinga terhadap akne.
c. Pilihan pengobatan adalah suatu proses yang dilakukan mahasiswa kesehatan dari
pemilihan jenis obat, pemilihan tempat pembelian obat, informasi yang didapatkan
mahasiswa kesehatan untuk menggunakan obat tersebut, dan pilihan pengobatan
yang dilakukan secara swamedikasi atau dengan bantuan tenaga medis.
d. Akne merupakan gangguan dari unit pilosebasea yang mempengaruhi jutaan orang
di seluruh dunia dan dapat menyebabkan gangguan fisik serta psikis. Bagian yang
bisa mengalami akne adalah wajah, dada, punggung, dan bahu (Singh dan Rao,
2016). Akne muncul karena produksi sebum yang meningkat, hiperproliferasi
folikel pilosebasea, kolonisasi Propionibacterium acnes, dan proses inflamasi
dengan berbagai macam faktor (Sitohang dan Wasitatmadja, 2015).
37

e. Mahasiswa kesehatan Universitas Jember adalah mahasiswa angkatan 2012 sampai


2015 yang belajar di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas
Farmasi, Program Studi Ilmu Kesehatan, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
f. Kuesioner adalah sebuah alat pengumpulan data yang nantinya data tersebut akan
diolah untuk menghasilkan informasi tertentu dimana kuesioner tersebut berisi
pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada mahasiswa kesehatan.
g. Obat bermerek adalah obat yang dibeli secara bebas di apotek dan toko obat oleh
responden, digunakan untuk mengobati akne yang diproduksi oleh perusahaan
farmasi yang telah memilih untuk mematenkan rumus obat dan mendaftarkan nama
dagang atau obat generik dengan nama dagang yang telah habis masa patennya.
h. Bahan alami adalah obat akne yang digunakan responden yang berasal dari bahan
alam misalnya bahan dari tumbuhan (seperti lidah buaya) dan bahan dari hewan
(seperti putih telur) yang diracik sendiri oleh responden tanpa ada capuran bahan
kimia.
i. Dokter umum adalah tenaga medis yang diperkenankan untuk melakukan praktik
medis tanpa harus spesifik memiliki spesialisasi tertentu, hal ini memungkinkannya
untuk memeriksa masalah-masalah kesehatan pasien secara umum termasuk
pengobatan akne untuk segala usia.
j. Dokter spesialis adalah dokter yang membuka tempat praktik sendiri atau tidak yang
mengkhususkan diri dalam suatu bidang ilmu kedokteran tertentu. Dalam hal ini
yaitu dokter yang memiliki spesialisasi di bagian kulit adalah dengan gelar Sp. KK.
k. Klinik kecantikan adalah suatu tempat untuk memberikan jasa pelayanan kecantikan
yang ditangani oleh ahli kecantikan atau dokter spesialis.

3.6. Etika Penelitian


Etika penelitian digunakan untuk melindungi dan menjamin kerahasiaan
responden. Responden akan diberikan lembar pernyataan persetujuan menjadi
38

responden penelitian. Lembar pernyataan ini menyatakan bahwa peneliti akan


menjamin kerahasiaan informasi serta keterangan yang didapatkan dari responden dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Nama responden akan diubah dalam
bentuk kode angka pada saat penyajian data. Kuesioner asli disimpan peneliti hanya
akan diketahui oleh peneliti dan dosen pembimbing.

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian


Instrumen atau alat pengumpul data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data yang terkumpul dengan
menggunakan instrumen tertentu akan dideskripsikan dalam suatu penelitian. Dalam
penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner dalam penelitian
ini memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian,
karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh
kualitas kuesioner yang digunakan. Penggunaan kuesioner dalam penelitian ini
memudahkan dalam pemahaman karena berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data,
sehingga jika kuesioner yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti
valid dan reliabel maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan
yang sesungguhnya di lapangan.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sendiri dengan mengacu
pada beberapa sumber. Langkah-langkah dalam penyusunan kuesioner pertama kali
adalah mengkaji teori-teori tentang suatu konsep dari variabel yang berkaitan dengan
pengetahuan dan pilihan pengobatan akne. Konsep yang telah terbentuk kemudian
dikembangkan menjadi pernyataan dan pertanyaan dalam kuesioner. Tiap-tiap butir
tulisan dalam kuesioner tersebut harus melalui proses validitas dan reliabilitas agar
mendapatkan suatu alat ukur yang valid sebelum disebarkan kepada responden
penelitian.
39

3.7.1. Uji Validitas


Validitas memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan kuesioner dalam
melakukan fungsi sebagai alat ukur penelitian. Kuesioner dikatakan memiliki validitas
yang tinggi apabila mampu mengukur secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya
dari apa yang diukur. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
2 cara penilaian, yaitu content validity dan face validity. Content validity mengacu pada
ketepatan pengukuran didasarkan pada isi (content) instrumen untuk memastikan
bahwa item skala yang digunakan sudah memenuhi keseluruhan isi konsep dan
kesesuaian item. Kuesioner yang telah dibuat dikoreksi terlebih dahulu oleh
pembimbing hingga kuesioner dianggap layak dan valid untuk dijadikan sebuah alat
ukur dalam penelitian. Beberapa hal yang dinilai oleh pembimbing antara lain
pertanyaan dalam kuesioner dan tata bahasa dalam kuesioner.
Face validity mengacu pada ketepatan susunan kata dan kalimat agar responden
paham dan tidak menimbulkan makna ganda dalam penafsiran pernyataan di dalam
kuesioner. Setelah pembimbing menilai bahwa kuesioner telah layak dan valid untuk
dijadikan sebuah alat ukur penelitian, maka kuesioner diuji-cobakan terlebih dahulu
terhadap 30 orang diluar responden penelitian yang memiliki karakteristik sama dengan
sampel penelitian, yaitu mahasiswa kesehatan Universitas Jember angkatan tahun 2012
sampai dengan 2015. Responden tersebut diminta untuk membaca kuesioner dan
mengatakan apakah setiap itemnya masuk akal untuk digunakan sebagai alat ukur.
Kemudian meminta masing-masing responden untuk memilih jawaban dan
menjelaskan mengapa mereka memilih jawaban tersebut.

3.7.2. Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen/kuesioner yang
digunakan cukup dapat dipercaya dan memiliki konsistensi untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data. Uji reliabilitas kuesioner dilakukan dengan 30 responden di luar
40

responden penelitian yang memiliki kriteria inklusi dan dihitung menggunakan metode
uji Cronbach alpha program SPSS versi 22. Setelah memperoleh nilai reliabilitas,
selanjutnya membandingkan dengan kategori koefisien reliabilitas. Hubungan nilai
reliabilitas dengan kategori koefisien reliabilitas ditampilkan dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Hubungan Nilai Reliabilitas dengan Kategori Koefisien Reliabilitas


No. Nilai Reliabilitas Kategori Koefisien Reliabilitas

1. 0,90 - 1,00 Reliabilitas Sangat Tinggi

2. 0,70 - 0,90 Reliabilitas Tinggi

3. 0,40 - 0,70 Reliabilitas Sedang

4. 0,20 - 0,40 Reliaabilitas Rendah

5. < 0,20 Reliabilitas Sangat Rendah

Sumber: Guilford, 1956

Berdasarkan kategori tersebut angka kritis untuk mengukur reliabilitas


instrumen penelitian ini adalah 0,70. Keputusan yang digunakan untuk uji reliabilitas
ini adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai 0, 70 maka seluruh butir pertanyaan reliabel, artinya instrumen layak
dan dapat digunakan.
b. Jika nilai < 0,70 maka seluruh butir pertanyaan tidak reliabel, artinya instrumen
tidak layak dan tidak dapat digunakan.
41

3.8. Pengolahan Data


3.8.1. Skoring kuesioner pengetahuan
Tingkat pengetahuan akne diukur dengan menggunakan kuesioner yang terdiri
dari 15 pertanyaan. Penilaian untuk soal pilihan meliputi: jawaban benar bernilai 1,
jawaban salah bernilai 0, dan jawaban tidak tahu bernilai missing (.). Skor total
maksimal seluruh pertanyaan tentang pengetahuan adalah 30 dan skor minimal seluruh
pertanyaan kuesioner adalah 0. Adapun hasil penentuan kategori tingkat pengetahuan
didasarkan pada hasil nilai rata-rata dari semua responden nilai standar deviasi.

3.8.2. Cara Penilaian Pengetahuan


Tabel 3.2 Cara Penilaian Pengetahuan
NO. Pernyataan B S TT Sumber

1. Acne vulgaris atau yang sering kita sebut


jerawat merupakan gangguan pada kelenjar
1 0 (.) Williams et al., 2012
yang ada di permukaan kulit akibat ekskresi
minyak berlebih

2. Bagian tubuh yang bisa mengalami jerawat adalah

Wajah 1 0 (.) Williams et al., 2012

Leher 1 0 (.) Williams et al., 2012

Dada 1 0 (.) Williams et al., 2012

Telapak tangan 0 1 (.) Williams et al., 2012

Telapak kaki 0 1 (.) Williams et al., 2012

3. Kulit pada bayi masih belum dapat dipengaruhi Eichenfield et al., 2013
0 1 (.)
jerawat
Williams et al., 2012
42

4. Masa remaja adalah yang paling mudah


1 0 (.) Williams et al., 2012
dipengaruhi jerawat

5. Wajah pada orang dewasa bisa mengalami


1 0 (.) Williams et al., 2012
jerawat

6. Lansia awal sudah tidak bisa mengalami jerawat 0 1 (.) Williams et al., 2012

7. Yang merupakan faktor pemicu terbentuknya jerawat adalah

Sitohang dan
Hormon 1 0 (.)
Wasiatmadja, 2015

Keturunan 1 0 (.) Williams et al., 2012

Sitohang dan
Kosmetik 1 0 (.)
Wasiatmadja, 2015

Coklat 0 1 (.) Williams et al., 2012

Susu dan produk terkait seperti yogurt, keju, dll 1 0 (.) Williams et al., 2012

FDA, 2010
Pizza 0 1 (.)
Williams et al., 2012

Polusi 1 0 (.) Williams et al., 2012

Rokok 1 0 (.) Williams et al., 2012

8. Yang merupakan penampakan fisik dari jerawat adalah

Komedo 1 0 (.) Williams et al., 2012

Kista 1 0 (.) Williams et al., 2012

9. Jerawat berdampak negatif secara psikologis 1 0 (.) Williams et al., 2012


43

10. Jerawat tidak dapat mempengaruhi kehidupan


0 1 (.) Williams et al., 2012
sosial

11. Selain obat anti jerawat, menggunakan sabun


antibakteri sangat diperlukan sebagai tambahan 0 1 (.) Williams et al., 2012
agar jerawat cepat sembuh

12. Jerawat sangat dipengaruhi oleh kebersihan


0 1 (.) Williams et al., 2012
kulit

13. Memencet jerawat dapat mempercepat


0 1 (.) BPOM, 2012
penyembuhan jerawat

14. Pengobatan jerawat membutuhkan waktu


1 0 (.) Davey, 2005
panjang

15. Zat-zat yang digunakan sebagai antiakne namun telah dilarang dalam
penggunaannya adalah.

Merkuri 1 0 (.) BPOM, 2007

Sulfur 0 1 (.) BPOM, 2012

BPOM, 2007
Asam retinoat 1 0 (.)
BPOM, 2011

Sitohang dan
Asam salisilat 0 1 (.)
Wasiatmadja, 2015

Keterangan: B = menjawab opsi benar


S = menjawab opsi salah
TT = menjawab opsi tidak tahu

\
44

3.9. Analisis Statistik


Analisis statistik merupakan mengolah data menjadi informasi, sehingga
karakteristik atau sifat-sifat data yang diperoleh dapat dengan mudah dipahami dan
bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan
penelitian. Analisis data dilakukan setelah data terkumpul, terkoreksi kelengkapan dan
kejelasan pengisian kuesioner, tahap koding kuesioner, dan tabulasi. Analisis yang
dilakukan pada penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik
inferensial.

3.9.1. Analisis Statistik Deskriptif


Analisis statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
seperti penyajian data melalui tabel, grafik, diagram, persentase, frekuensi, perhitungan
mean, median atau modus. Responden dikelompokkan berdasarkan fakultas/program
studi. Kemudian data yang didapat dianalisis secara deskriptif yang selanjutnya
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Data yang dianalisis secara deskriptif
yaitu data demografi, pengetahuan, prevalensi mahasiswa kesehatan yang mengalami
akne, dan pilihan pengobatan akne pada mahasiswa kesehatan. Data pilihan pengobatan
antara lain jenis pengobatan, obat yang digunakan, sumber informasi penggunaan obat,
dan tempat memperoleh obat.

3.9.2. Analisis Statistik Inferensial


Analisis statistik inferensial yaitu menganalisis data yang berhubungan dengan
penarikan kesimpulan yang bersifat umum dari data yang telah disusun dan diolah.
Hasil pengelompokan kemudian dianalisis secara analisis statistik parametrik dengan
menggunakan uji one-way ANOVA untuk menggambarkan perbandingan tingkat
45

pengetahuan antara masing-masing fakultas/program studi kesehatan. Penentuan nilai


tabel dilihat dari besarnya tingkat signifikansi (p) sebesar 5% (0,05). Jika nilai
signifikansi > 0,05 maka tidak ada perbedaan pengetahuan dan pilihan pengobatan
antara masing-masing kelompok responden, namun apabila nilai signifikansi < 0,05
menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan dan pilihan pengobatan antara
masing-masing kelompok responden.

3.10. Alur Penelitian

Identifikasi Masalah

Merumuskan Masalah dan Tujuan

Menentukan Sampel

Menyusun Instrumen Penelitian (Kuesioner)

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas kuesioner

Penyebaran dan Pengisian Kuesioner pada Mahasiswa


Kesehatan

Pengolahan dan Analisis Data

Penyajian Data (Hasil dan Pembahasan)

Kesimpulan dan Saran


Gambar 3.2 Skema Alur Penelitian
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


4.1.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Uji validitas kuesioner dilakukan menggunakan face validity dan content
validity. Content validity dilakukan dengan meminta pendapat dari dosen pembimbing
yang memiliki kompetensi dalam bidang yang hendak diteliti. Koreksi dilakukan
hingga pembimbing menilai bahwa indikator-indikator dalam kuesioner yang dibuat
peneliti telah layak dan valid untuk dijadikan sebagai pengumpulan data. Selanjurnya
dilakukan face validity yaitu membagikan kuesioner kepada 30 orang yang memiliki
kriteria sama dengan responden penelitian, yaitu mahasiswa kesehatan Universitas
Jember angkatan tahun 2012-2015. Hasil dari face validity yaitu ada perubahan pada
tampilan pertanyaan di bagian pilihan pengobatan dari sebelumnya yaitu kuesioner
awal pada pertanyaan pilihan pengobatan baik dengan bantuan tenaga medis dan
pengobatan sendiri dijadikan satu tanpa dibuat tabel, sedangkan perubahan pada
kuesioner akhir antara pertanyaan pilihan pengobatan dengan bantuan medis dipisah
dengan pengobatan sendiri dalam bentuk tabel.
Hasil uji reliabilitas dilihat dari hasil uji Cronbach alpha () yaitu sebesar 0,794
( > 0,7) (Lampiran D). Suatu gagasan/konsep yang terkandung dalam kuesioner
dikatakan mempunyai reliabilitas tinggi jika nilai Cronbach alpha berkisar antara 0,70-
0,90 (Tabel 3.1). Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang diuji
adalah valid dan reliabel untuk digunakan dalam penelitian ini.
47

4.1.2. Karakteristik Responden


Data sampel yang dikumpulkan dalam penelitian ini didapat dari hasil
penyebaran kuesioner secara langsung kepada responden mahasiswa kesehatan di
Universitas Jember pada bulan November 2016. Jumlah total sampel yang diperoleh
dari rumus Dahlan (2010) sebanyak 193 responden dan keseluruhannya telah
memenuhi kriteria inklusi, yaitu bersedia menjadi responden penelitian, bersedia
mengisi kuesioner, merupakan mahasiswa kesehatan Universitas Jember (Fakultas
Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, dan Program Studi Ilmu Keperawatan) yang sedang menempung jenjang
S1 angkatan 2012 sampai dengan 2015 pada tahun 2016, dan pernah mengalami akne.
Sebanyak 193 kuesioner yang didapatkan tidak ada yang tereksklusi karena tidak ada
responden yang melakukan pengobatan akne dengan cara selain terapi farmakologis
dan non farmakologis seperti sinar UV, bedah kulit, terapi radiasi, dan lainnya. Semua
responden juga menjawab seluruh pertanyaan yang ada pada bagian pengetahuan yaitu
sebanyak 15 nomor soal dengan 30 point penilaian.
Responden terbanyak dari mahasiswa kesehatan adalah perempuan (162;
83,9%) (Tabel 4.1). Hal ini dikarenakan mayoritas mahasiswa kesehatan di Universitas
Jember adalah perempuan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Administrasi
Akademis Kemahasiswaan (BAAK) Universitas Jember jumlah mahasiswa kesehatan
Universitas Jember angkatan tahun 2012 sampai dengan 2015 dengan jenis kelamin
laki-laki adalah sebanyak 596 (20,0%) dan perempuan 2378 (80,0%) (BAAK
Universitas Jember, 2016).
Tabel 4.1 juga menunjukkan profil responden ditinjau dari fakultas/program
studi, jenis kelamin, usia, tingkat semester, pekerjaan sambilan dan awal mula
mengalami akne. Total 193 mahasiswa yang dijadikan sebagai responden penelitian
terdiri dari 29 (15,0%) mahasiswa Fakultas Kedokteran, 27 (14,0%) mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi, 34 (17,6%) mahasiswa Fakultas Farmasi, 59 (30,6%)
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan 44 (22,8%) mahasiswa Program Studi
48

Ilmu Keperawatan. Kisaran umur responden dalam penelitian ini antara 18 tahun
hingga 23 tahun. Usia terbanyak dari responden dalam penelitian ini adalah 20 tahun
(33,7%) dan 21 tahun (31,1%). Tingkat semester responden paling banyak adalah
semester 3 dan 7.

Tabel 4.1 Profil responden ditinjau dari fakultas, jenis kelamin, usia, tingkat semester,
dan pekerjaan sambilan (n=193)
Karakteristik Jumlah %
Fakultas / Program Studi
Fakultas Kedokteran 29 15,0
Fakultas Kedokteran Gigi 27 14,0
Fakultas Farmasi 34 17,6
Fakultas Kesehatan Masyarakat 59 30,6
Program Studi Ilmu Keperawatan 44 22,8
Jenis Kelamin
Laki-laki 31 16,1
Perempuan 162 83,9
Usia (Tahun)
18 4 2,1
19 44 22,8
20 65 33,7
21 60 31,1
22 17 8,8
23 3 1,6
Tingkat Semester
3 60 31,1
5 56 29,0
7 60 31,1
9 17 8,8
Pekerjaan Sambilan
49

Guru les 5 2,6


Bisnis online 2 1,0
Tidak punya 186 96,4
Pernah Berjerawat
Ya 193 100,0
Tidak 0 0,0
Mulai Berjerawat
SD Kelas V 9 4,7
SD Kelas VI 10 5,2
SMP Kelas VII 39 20,2
SMP Kelas VIII 23 11,9
SMP Kelas IX 21 10,9
SMA Kelas X 37 19,2
SMA Kelas XI 21 10,9
SMA Kelas XII 13 6,7
Kuliah Semester I 8 4,1
Kuliah Semester II 1 0,5
Kuliah Semester III 4 2,1
Kuliah Semester IV 7 3,6

Sebagian kecil mahasiswa memiliki pekerjaan sambilan. Sejumlah lima (2,6%)


mahasiswa menjalankan bisnis online dan dua (1,0%) mahasiswa bekerja sebagai guru
les. Semua responden (100%) pernah mengalami akne. Mayoritas responden
menyatakan bahwa pernah mengalami akne sejak duduk di kelas VII (1 SMP) sebanyak
39 (20,2%) mahasiswa dan kelas X (1 SMA) sebesar 37 (19,2%) mahasiswa.
50

4.1.3. Pengetahuan Akne


Pengetahuan akne diukur berdasarkan nilai yang diperoleh pada bagian
pengetahuan sebanyak 15 soal dengan total nilai yaitu 30. Pertanyaan-pertanyaan yang
ada pada kuesioner tersebut meliputi definisi akne, bagian yang bisa mengalami akne,
usia yang bisa mengalami akne, faktor pemicu terbentuknya akne, penampak fisik
akne, dampak apabila seseorang mengalami akne, zat-zat yang dilarang sebagai anti
akne, dan hal-hal yang bersangkutan dengan keparahan akne. Tabel 4.2 menunjukkan
profil perolehan nilai seluruh responden berdasarkan masing-masing pernyataan.
Kategori pengetahuan akne dibagi menjadi 3, yaitu kategori rendah, sedang,
dan tinggi. Sebagai acuan untuk kategori tersebut, diambil dari nilai rata-rata SD nilai
pengetahuan seluruh responden tersebut yang masuk dalam kategori sedang. Analisis
deskripstif menunjukkan nilai rata-rata SD yaitu sebesar 17,3 3,6, sehingga untuk
nilai di antara 13,7 20,9 yang dibulatkan menjadi 14 - 21 termasuk ke dalam kategori
sedang. Untuk nilai 0 sampai dengan 13 termasuk ke dalam kategori rendah, dan nilai
22 sampai dengan 30 termasuk ke dalam kategori tinggi. Dari total 193 responden
hanya 33 (17,1%) mahasiswa masuk ke dalam kategori pengetahuan tinggi.
Hasil nilai rata-rata dari masing-masing fakultas ataupun program studi
menunjukkan bahwa Fakultas Kedokteran menunjukkan nilai rata-rata tertinggi yaitu
sebesar 19,7 3,8 sedangkan Fakultas Farmasi menunjukkan nilai rata-rata terendah
yaitu sebesar 16,5 3,6 (Tabel 4.3). Berdasarkan nilai yang diperoleh, ada perbedaan
bermakna antara tingkat pengetahuan masing-masing fakultas dan program studi
kesehatan Universitas Jember. Hal ini, dapat dilihat dari nilai p yaitu 0,002 (p < 0,05).
51

Tabel 4.2. Profil Jawaban Responden Tentang Akne


Jumlah Nilai Jawaban
Responden n=193 (100%)
NO. Pernyataan
Salah* n
Benar* n (%)
(%)
1. Definisi akne 167 (86,5) 26 (13,5)
2.a Akne dapat timbul pada wajah 193 (100) 0 (0,0)
2.b Akne dapat timbul pada leher 96 (49,7) 97 (50,3)
2.c Akne dapat timbul pada dada 96 (49,7) 97 (50,3)
2.d Akne dapat timbul pada telapak tangan 120 (62,2) 73 (37,8)
2.e Akne dapat timbul pada telapak kaki 119 (61,7) 74 (38,3)
3. Akne dapat terjadi pada bayi 29 (15,0) 164 (85,0)
4. Akne dapat terjadi pada remaja 191 (99,0) 2 (1,0)
5. Akne dapat terjadi pada dewasa 184 (95,3) 9 (4,7)
6. Akne dapat terjadi pada usia lansia awal 74 (38,3) 119 (61,7)
7.a Hormon merupakan pemicu akne 187 (96,9) 6 (3,1)
7.b Keturunan merupakan pemicu akne 114 (59,1) 79 (40,9)
7.c Kosmetik merupakan pemicu akne 184 (95,3) 9 (4,7)
7.d Coklat merupakan pemicu akne 69 (35,8) 124 (64,2)
7.e Susu merupakan pemicu akne 69 (35,8) 124 (64,2)
7.f Pizza merupakan pemicu akne 69 (35,8) 124 (64,2)
7.g Polusi merupakan pemicu akne 181 (93,8) 12 (6,2)
7.h Rokok merupakan pemicu akne 95 (49,2) 98 (50,8)
8.a Akne bisa muncul dalam bentuk komedo 148 (76,7) 45 (23,3)
8.b Akne bisa muncul dalam bentuk kista 54 (28,0) 139 (72,0)
9. Akne berdampak terhadap psikologis 169 (87,6) 24 (12,4)
10. Akne mempengaruhi kehidupan sosial 119 (61,7) 74 (38,3)
11. Sabun antibakteri pendukung pengobatan akne 18 (9,3) 175 (90,7)
12. Akne dipengaruhi kebersihan kulit 8 (4,1) 185 (95,9)
13. Memencet jerawat 138 (71,5) 55 (28,5)
52

14. Jangka waktu pengobatan akne 102 (52,8) 91 (47,2)


15.a Merkuri adalah zat antiakne 162 (83,9) 31 (16,1)
15.b Sulfur adalah zat antiakne 91 (47,2) 102 (52,8)
15.c Asam retinoat adalah zat antiakne 29 (15,0) 164 (85,0)
15.d Asam salisilat adalah zat antiakne 74 (38,3) 119 (61,7)
*Responden menjawab pertanyaan dengan benar.
** Responden menjawab pertanyaan dengan salah.

Tabel 4.3 Profil fakultas ditinjau dari nilai rata-rata keseluruhan


Fakultas Nilai Rata-Rata SD Nilai p
Fakultas Kedokteran 19,7 3,8
Fakultas Kedokteran Gigi 17,3 3,0
Fakultas Farmasi 16,5 3,6 0,002
Fakultas Kesehatan Masyarakat 16,6 3,4
Program Studi Ilmu Keperawatan 17,5 3,6
Uji one-way ANOVA

4.1.4. Pilihan Pengobatan


Hasil yang didapatkan dari responden tentang pilihan pengobatan yaitu diambil
dari survei pengobatan yang dilakukan selama 2 minggu terakhir. Hasil yang
didapatkan yaitu sebanyak 84 (43,5%) mahasiswa melakukan pengobatan akne,
sedangkan 109 (56,5%) mahasiswa tidak melakukan pengobatan akne. Alur pilihan
pengobatan akne pada mahasiswa kesehatan dijelaskan pada gambar 4.1.
Mahasiswa yang melakukan pengobatan akne dengan meminta bantuan tenaga
medis sebanyak 35 (18,1%). Tenaga medis yang dimaksud adalah dokter umum, dokter
spesialis kulit dan kelamin, serta klinik kecantikan. Hasil survei menyebutkan bahwa
tempat praktik yang paling banyak dikunjungi adalah klinik kecantikan yaitu sebesar
21 (10,9%) mahasiswa. Kebanyakan dari mereka yang meminta bantuan pengobatan
kepada tenaga medis tidak mengetahui kandungan apa yang ada dalam obat akne
53

mereka. Hanya 5 mahasiswa yang mengetahui bahan aktif di dalam obat akne mereka,
antara lain asam salisilat; sulfur; dan tea tree oil (Gambar 4.2).

Total Responden
193 (100,0%)

Tidak Melakukan
Melakukan Pengobatan
Pengobatan
84 (43,5%)
109 (56,5%)

Bantuan Tenaga Medis Swamedikasi


Survei Berhenti
35 (18,1%) 49 (25,4%)

Dokter Umum Obat Bermerek Saja


3 (1,5%) 22 (11,4%)

Obat Bermerek dan


Dokter Spesialis
Bahan Alami
11 (5,7%)
14 (7,3%)

Klinik Kecantikan Bahan Alami Saja


21 (10,9%) 13 (6,7%)

Gambar 4.1 Hasil Pilihan Pengobatan 193 responden


54

2; 6%
2; 6%
1; 3%
Tidak Tahu
Asam Salisilat
Sulfur
Tea Tree Oil

30; 85%

Gambar 4.2 Responden yang mengetahui kandungan antiakne (n=35)

Responden yang melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi) sebanyak 49


(25,4%) mahasiswa. Obat yang digunakan bisa merupakan obat bermerek dan/atau
bahan alami. Berbagai macam obat-obatan yang disebutkan, obat bermerek yang paling
banyak yang dipilih mahasiswa kesehatan dalam mengobati akne adalah Acnes Sealing
Jell sebanyak 12 responden (Gambar 4.3).

PT Galenium Farmasia - Acne Feldin


1; 3% Lotion
12; 33% PT Rohto Laboratories Indonesia -
12; 33% Acnes Sealing Jell
Loria Cosmetics - Loria Acne Lorion

PT Surya Dermato Medica


Laboratories - Mediklin
PT Unilever, Tbk - Ponds Pimple Care
Gel
PT Medikon Prima Laboratories -
2; 6% Verile Acne Gel
2; 5%
4; 11% 1; 3% 2; 6% PT Paragon Technology - Wardah
Acne Perfecting Moisturizer
Lain-lain

Gambar 4.3 Obat Bermerek yang Digunakan Untuk Swamedikasi (n=36)


55

Ada juga mahasiswa yang menggunakan bahan alami sebagai masker antiakne
seperti jeruk nipis, lidah buaya, madu, putih telur, dan lain-lain. Bahan alami yang
paling banyak digunakan yaitu lidah buaya sebanyak 6 responden dan putih telur
sebanyak 9 responden (Gambar 4.4). Swalayan/minimarket dan apotek merupakan
tempat yang paling banyak dipilih responden sebagai sumber perolehan obat, yaitu
sebesar 20 (40,8%) dan 14 (28,5%) responden (Gambar 4.5).

10 9
7
6
5
3
2

0
Jeruk nipis Lidah buaya Madu Putih telur Lain-lain

Gambar 4.4 Bahan Alami Tunggal yang Digunakan dalam Swamedikasi

25
20
20
14
15
10 6
4
5 1 2 2
0

Teman/keluarga Toko obat Warung


Swalayan/Minimarket Buatan sendiri Online
Apotek

Gambar 4.5 Sumber perolehan obat


56

Selanjutnya mengenai tujuh pilihan informasi mahasiswa kesehatan dalam


mengambil langkah pilihan pengobatan akne, yaitu dari teman, iklan, dokter, apotek,
buku kesehatan, internet, dan lain-lain. Sumber informasi yang paling banyak dipilih
dari 84 mahasiswa kesehatan adalah dari teman sebanyak 67 (79,8%) dan internet
sebanyak 27 (32,1%) (Gambar 4.6). Pertanyaan terakhir terhadap 84 mahasiswa
mengenai hasil pengobatan yang mereka lakukan dan tindakan yang dilakukan apabila
pengobatan yang dilakukan mereka tidak sembuh disajikan pada gambar 4.7 dan
gambar 4.8 di bawah ini.

80
67
60

40
27
20 16
11 8
7
1
0

Teman Iklan Apotek Dokter Buku Kesehatan Internet Lain-lain

Gambar 4.6 Sumber Informasi Pengobatan

5; 6%

25; 30%

Sembuh
Membaik
Tidak Sembuh
54; 64%

Gambar 4.7 Hasil Terapi yang Dilakukan oleh 84 Responden


57

8; 9%

Mengulang pengobatan
25; 30% yang sama
Swamedikasi dengan obat
yang lain
27; 32%
Meminta bantuan tenaga
medis yang lain
Dibiarkan
24; 29%

Gambar 4.8 Pengobatan Selanjutnya Apabila Terapi Tidak Sembuh (n=84)

4.2. Pembahasan
4.2.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan Content validity dan Face
validity. Cara ini dilakukan karena instrumen yang digunakan merupakan kuesioner.
Content validity dilakukan untuk memastikan isi kuesioner sudah sesuai dan relevan
dengan tujuan penelitian. Isi kuesioner didiskusikan dengan para pembimbing penulis.
Face validity diperoleh dengan cara menanyakan kejelasan masing-masing butir
pertanyaan dalam kuesioner kepada 30 mahasiswa yang tidak dimasukkan ke dalam
sampel penelitian. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dikatakan valid
karena sudah dianggap mampu mengungkapkan apa yang hendak diukur.
Selain uji validitas terhadap kuesioner, dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas
ini bertujuan untuk mendapatkan kuesioner yang konsisten apabila dijadikan sebagai
alat ukur berkali-kali. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Cronbach
alpha. Uji reliabilitas dilakukan kepada 30 sampel yang sama pada uji face validity.
Hasil jawaban dari 30 sampel pada 15 soal pengetahuan tersebut dihitung
menggunakan program SPSS versi 22. Uji reliabilitas hanya dilakukan pada soal
pengetahuan saja karena konsistensi yang dibutuhkan adalah tentang pengetahuan
58

responden terhadap akne, sedangkan hasil jawaban dari soal pilihan pengobatan
memiliki variasi yang besar. Suatu kuesioner dianggap memiliki reliabilitas yang
tinggi, apabila memiliki nilai reliabilitas () lebih dari 0,7. Hasil dari uji reliabilitas
terhadap 30 orang tersebut adalah 0,794 ( > 0,7), sehingga kuesioner dalam penelitian
ini termasuk memiliki reliabilitas yang tinggi (Lampiran C dan Lampiran D).
Berdasarkan hasil uji tersebut, 30 soal yang diberikan kepada responden, ada 3 soal
yang dihilangkan dalam penilaian reliabilitas karena 30 orang menjawab dengan benar,
sehingga dalam Cronbach alpha tidak ada variasi jawaban. Ketiga soal tersebut adalah
wajah merupakan bagian tubuh yang bisa mengalami akne, masa remaja adalah yang
paling mudah mengalami akne, dan merkuri merupakan zat yang dilarang dalam
penggunaannya sebagai antiakne. Di dalam penilaian reliabilitas hanya ada 27
pertanyaan dan masing-masing pertanyaan tersebut memiliki nilai Cronbach alpha di
atas 0,7.

4.2.2. Prevalensi Akne


Akne merupakan kondisi yang sangat umum terjadi pada jutaan orang di
seluruh dunia dengan melibatkan gangguan unit pilosebasea (Singh dan Rao, 2016).
Untuk mengetahui prevalensi akne yang terjadi respoden diberi pertanyaan Apakah
Anda pernah berjerawat? dan hasilnya 100% pernah mengalami akne. Prevalensi akne
yang terjadi pada penelitian sebelumnya adalah sebesar 68,2% (Tjekyan, 2008). Antara
penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian sebelumnya. Hal ini
mungkin dikarenakan pertanyaan yang diberikan kepada responden penelitian berbeda.
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah Apakah Anda pernah berjerawat? dan
kemungkinan pertanyaan pada penelitian sebelumnya adalah Apakah saat ini Anda
mengalami jerawat?. Selain itu, daerah dalam melakukan penelitian berbeda. Hal ini
memungkinkan bahwa tingkat polusi yang merupakan faktor pencetus terbentuknya
akne pada masing-masing daerah tersebut berbeda.
59

Selanjutnya responden diberi pertanyaan Kapan Anda mulai berjerawat?. Hal


ini bertujuan untuk mengetahui pada usia berapa akne mulai mempengaruhi remaja.
Pada umumnya akne terdapat pada masa remaja, meskipun kadang-kadang dapat
menetap sampai dekade ketiga atau bahkan pada usia yang lebih lanjut. Lesi awal akne
mungkin terlihat pada usia 8-9 tahun (Harahap, 2000). Hasil dari 193 responden, paling
banyak responden mengalami akne untuk pertama kali pada saat duduk di kelas VII
dan kelas X yaitu 39 (20,2%) dan 37 (19,2%) responden. Rata-rata usia anak kelas VII
adalah 12-13 tahun, sedangkan usia anak kelas X adalah 15-16 tahun. Pada rentang usia
13 tahun sampai dengan 16 tahun masih dikategorikan ke dalam usia remaja. Hal ini
sesuai berdasarkan survei yang dilakukan oleh Acne Academy bahwa akne yang paling
umum terjadi pada 11-30 tahun yaitu sebanyak 80% (Acne Academy, 2011). Pada
penelitian lain menyebutkan bahwa 85% remaja mengalami akne dengan tingkat
keparahan tertentu dan paling sering muncul pada usia 15-18 tahun, baik pada laki-laki
ataupun perempuan (Ayudianti dan Indramaya, 2014). Remaja sangat rentan terhadap
akne karena peningkatan kadar hormon androgen pada saat pubertas. Hormon
androgen ini menyebabkan peningkatan ukuran kelenjar sebasea dan jumlah sebum
yang mereka hasilkan (Acne Academy, 2011).

4.2.3. Pengetahuan Akne


Untuk analisis statistic inferensial menggunakan analisis one-way ANOVA
yang menghasilkan nilai rata-rata skor pengetahuan dari yang paling tinggi ke rendah
yaitu mahasiswa Fakultas Kedokteran adalah 19,7 3,8; mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan adalah 17,5 3,6; mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi adalah 17,3
3,0; mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat adalah 16,6 3,4; dan yang terakhir
mahasiswa Fakultas Farmasi adalah 16,5 3,6. Hasil dari nilai pengetahuan tersebut
kemudian dihitung nilai p (signifikansi) untuk melihat apakah ada perbedaan nilai
pengetahuan antara masing-masing fakultas atau program studi mahasiswa kesehatan.
60

Didapatkan nilai p sebesar 0,002 yang berarti bahwa ada perbedaan pengetahuan antar
masing-masing fakultas dan program studi mahasiswa kesehatan Universitas Jember.
Hal ini kemungkinan dapat terjadi akibat berbagai macam faktor, antara lain karena
mata kuliah yang didapatkan berbeda, daya ingat antar masing-masing individu
berbeda, dan pengetahuan yang didapatkan dari masing-masing individu berdeda.
Pada pertanyaan yang terkandung di dalam kuesioner bagian pengetahuan
adalah pertanyaan umum mengenai akne, namun dalam hal ini masih banyak
pertanyaan yang sebagian besar hasil jawaban responden adalah salah. Ada 14 point
pertanyaan yang lebih dari 50% responden mendapati hasil jawabannya bernilai 0 (nol).
Sebanyak 97 (50,3%) responden mengira bahwa leher dan dada adalah bagian
tubuh yang tidak bisa mengalami akne. Pada kenyataannya, akne merupakan gangguan
dari unit pilosebasea di kulit yang berhubungan dengan kelenjar minyak dimana
distribusi akne sesuai dengan kepadatan tertinggi unit pilosebasea seperti wajah, leher,
dada atas, bahu, dan punggung (Williams et al., 2012). Hal ini bisa terjadi,
kemungkinan karena kejadian akne yang mempengaruhi bagian leher dan dada adalah
sedikit.
Terdapat sebanyak 164 (85,0%) yang beranggapan bahwa kulit pada bayi
belum bisa dipengaruhi jerawat. Pada kenyataannya menurut Eichenfield et al. (2013)
akne bisa mempengaruhi pada bayi usia baru lahir hingga 6 minggu (akne neonatal)
yang diperkirakan hingga 20% dari jumlah bayi baru lahir. Sebanyak 119 (61,7%)
responden juga beranggapan bahwa pada orang usia awal lanjut usia (sekitar di atas 45
tahun) sudah tidak bisa mengalami akne. Pada dasarnya ada empat patogenesis yang
paling berpengaruh dalam munculnya dan perkembangan akne, salah satunya adalah
adanya produksi sebum nyang meningkat (Sitohang dan Wasitatmadja, 2015). Sekresi
sebum meningkat pada saat memasuki masa pubertas. Pada laki-laki akan tetap
mensekresi sebum hingga usia 80 tahun sedangkan pada perempuan baru akan
menurun produksinya setelah mengalami menopause (Webster dan Rawlings, 2007).
Menurut Williams et al. (2012) sejumlah 3% laki-laki dan 5% wanita dari 2000 lebih
61

orang dewasa masih memiliki akne pada usia 40-49 tahun. Kurangnya pengetahuan
tentang akne dapat mempengaruhi bayi dan lansia awal adalah karena kejadian akne
yang terjadi pada usia tersebut sangat ditemui di lingkungan sekitar. Selain itu, mereka
beranggapan bahwa pada usia bayi dan lansia awal dalam memproduksi sebum tidak
sebanyak pada usia remaja dan dewasa.
Tanggapan dari 124 (64,2%) responden yaitu coklat dan pizza berpengaruh
pada perkembangan akne. Pada kenyataannya coklat tidak memberikan pengaruh
terhadap perkembangan akne (Williams et al., 2012). Hal ini dapat dapat terjadi karena
mitos yang sudah menyebar yaitu anggapan mengenai mengkonsumsi coklat dan pizza
secara berlebihan akan memunculkan akne.
Selanjutnya adalah faktor pemicu akne berupa rokok. Rokok berpengaruh
terhadap perkembangan akne dan 98 (50,8%) responden beranggapan bahwa tidak ada
hubungan antara akne dengan kedua faktor tersebut. Penelitian terdahulu menunjukkan
tidak ada hubungan antara merokok dan akne, namun sebaliknya penelitian terbaru
telah menunjukkan bahwa terjadi peningkatan akne akibat merokok (Williams et al.,
2012). Terdapat penelitian yang melibatkan 226 wanita dengan hasil 66,3% mengalami
akne akibat rokok. Hal ini karena adanya senyawa dalam rokok (khususnya nikotin)
yang memiliki efek hyper-keratinization sehingga menyebabkan hiperproliferasi
folikel sebasea. Nikotin merupakan agonis asetilkolin (Ach) dan dapat menyebabkan
comedogenesis (pembentukan komedo) melalui stimulasi reseptor nikotinat ACh pada
keratinosit epidermis (Drakaki et al., 2004). Banyaknya responden yang menjawab
bahwa rokok tidak memberikan efek terhadap pembentukan akne, karena banyaknya
teman yang perokok tidak mengalami akne.
Sebanyak 124 (64,2%) menganggap susu tidak memberikan efek pembentukan
akne. Pada kenyataannya susu beserta produk olahan susu meningkatkan risiko
terbentuknya akne (Williams et al., 2012). Plasenta turunan progesteron dan prekursor
dihidrotestosteron (DHT) lainnya ada di dalam susu, termasuk 5-pregnanedione dan
5-androstanedione. Senyawa ini dekat dengan DHT yang merupakan stimulator akne.
62

Susu juga mengandung banyak hormon perangsang pertumbuhan seperti IGF-1 yang
merangsang sintesis androgen. IGF-1 telah dibuktikan untuk merangsang pertumbuhan
folikel rambut dan pertumbuhan sebosit (Davidovici, 2010). Perbedaan asumsi
mahasiswa dengan pengetahuan kemungkinan diakibatkan karena konsumsi susu yang
tidak berlebihan sehingga belum bisa memunculkan akne. Hal lain yang mungkin
terjadi karena selama ini tidak ada mitos yang menyebutkan bahwa susu berpengaruh
terhadap pembentukan akne.
Hanya 18 (9,3%) dari 193 yang beranggap bahwa penggunaan sabun antibakteri
tidak perlu digunakan sebagai terapi tambahan dalam pengobatan akne. Tidak ada bukti
yang jelas bahwa akne disebabkan atau disembuhkan dengan membersihkan wajah
dengan sabun. Sabun antibakteri pembersih wajah mungkin memiliki manfaat terhadap
akne ringan, namun mencuci wajah secara berlebihan dan menggosok untuk
menghilangkan minyak dari permukaan kulit serta menjadikan kulit kering yang akan
merangsang produksi minyak berlebih. Sabun pembersih wajah antibakteri tidak
memberikan manfaat tambahan untuk pasien yang sudah menggunakan obat jerawat
(Williams et al., 2012). Akne juga tidak disebabkan oleh kebersihan yang buruk,
keringat, atau tidak mencuci wajah. Hal-hal tersebut tidak menyebabkan pori-pori pada
wajah tersumbat yang berkontribusi terhadap perkembangan akne (FDA, 2010), namun
hanya 8 (4,1%) responden yang menjawab bahwa akne tidak dipengaruhi oleh
kebersihan kulit. Hal tersebut sangat mungkin terjadi, karena pengaruh akne yang
melekat pada masyarakat adalah mengenai kebersihan kulit wajah.
Pada soal pengetahuan terakhir yaitu zat-zat yang digunakan sebagai antiacne
namun telah dilarang dalam penggunaannya. Sulfur dan asam salisilat merupakan zat
yang masih diperbolehkan dalam penggunaan untuk obat akne, namun merkuri dan
asam retinoat sudah tidak diijinkan penggunaannya dalam pengobatan akne. Sebanyak
164 (85,0%) responden menjawab bahwa asam retinoat boleh digunakan dalam
pengobatan akne. Asam retinoat adalah sebuah retinoid aktif turunan vitamin A dalam
bentuk asam yang dibentuk dari all-trans retinol (retinoid dalam bentuk alkohol). Asam
63

retinoat juga dikenal dengan sebutan tretinoin (all-trans-retinoic acid) yang digunakan
dalam terapi akne. Saat ini telah banyak dilaporkan bahwa penggunaan asam retinoat
memiliki risiko yang berbahaya bagi pemakainya, antara lain potensi sebagai iritan,
potensi sebagai zat karsinogenik, dan potensi sebagai zat teratogen (BPOM, 2011). Hal
ini dijelaskan dalam public warning/peringatan no KH.00.01.432.6081 tentang
kosmetik mengandung bahan berbahaya dan zat warna yang dilarang disebutkan bahwa
Tretionin/retinoic acid/asam retinoat termasuk golongan obat keras sehingga
penggunaannya harus dengan resep dokter. Bahaya penggunaan obat ini dapat
menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, dan teratogenik (BPOM, 2007). Banyak
mahasiswa yang masih belum tahu tentang larangan dalam penggunaan asam retinoat,
karena masih banyak kosmetik yang beredar di masyarakat dengan kandungan asam
retinoat. Hal lain yang mungkin terjadi adalah, kurangnya pengetahuan tentang bahan-
bahan yang dilarang untuk digunakan di dalam kosmetik. Selama ini zat berbahaya
yang paling banyak diteliti adalah merkuri dan hidrokinon.

4.2.4. Profil Pilihan Pengobatan Akne


Profil pilihan pengobatan merupakan suatu proses yang dilakukan mahasiswa
kesehatan dari pilihan pengobatan yang dilakukan secara swamedikasi atau dengan
bantuan tenaga medis. Untuk pilihan pengobatan yang dilakukan dengan bantuan
tenaga medis meliputi dokter umum, dokter spesialis, dan klinik kecantikan. Pilihan
pengobatan yang dilakukan secara swamedikasi meliputi pemilihan obat bermerek,
bahan alami, atau bahkan menggunakan keduanya. Hasil survei diambil dari
pengobatan yang dilakukan selama 2 minggu terakhir. Batas waktu 2 minggu yang
dipilih bertujuan untuk memaksimalkan daya ingat responden terhadap tindakan
pengobatan akne yang dilakukan. Hasil survei menunjukkan sebanyak 84 (43,5%)
mahasiswa melakukan pengobatan akne selama 2 minggu terakhir, sedangkan 109
(56,5%) mahasiswa tidak melakukan pengobatan akne.
64

4.2.4.1 Pengobatan akne dengan bantuan tenaga medis


Sejumlah 35 (100%) responden meminta bantuan tenaga medis yakni dokter
umum, dokter spesialis kulit dan kelamin, serta klinik kecantikan. Klinik kecantikan
paling banyak dikunjungi oleh responden yaitu sebesar 21 (60,0%) responden. Setiap
klinik kecantikan, pasti memiliki strategi khusus dalam menarik konsumen dan
memuaskan hati pelanggan. Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh setiap klinik
kecantikan pun tentu ada. Strategi atau kelebihan bisa terwujud dari pelayanan fasilitas,
harga yang terjangkau, promosi yang menarik dan hasil dari perawatan yang
memuaskan. Hal ini mendorong mahasiswa dalam mengambil pilihan yang rasional
untuk memilih klinik kecantikan mana yang sesuai dengan apa yang mereka butuhkan
(Hidayah dan Imron, 2014). Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Tjekyan (2009) bahwa responden dalam
penelitiannya lebih banyak melakukan pengobatan akne ke dokter spesialis kulit
(11,5%) dibandingkan dengan ke klinik kecantikan (0,4%) (Tjekyan, 2009). Perbedaan
hasil yang dilakukan dengan peneliti selanjutnya adalah populasi yang diteliti berbeda.
Kemungkinan lain yang terjadi adalah perbedaan banyaknya klinik kecantikan dan
dokter spesialis di masing-masing daerah tempat penelitian. Di Jember sendiri, banyak
sekali klinik kecantikan dibandingkan dengan tempat praktik dokter spesialis kulit.
Sebagian besar dari mereka yang meminta bantuan pengobatan kepada tenaga
medis tidak mengetahui kandungan apa yang ada dalam obat akne mereka. Seharusnya
dokter menjelaskan kandungan obat akne kepada pasien. Hal ini mengantisipasi pasien
apabila suatu saat mengalami alergi terhadap kandungan bahan aktif dari obat antiakne
tersebut. Apabila hal ini terjadi, pasien bisa meminta obat anti akne dengan bahan aktif
yang lainnya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit pada bab 4 menyatakan bahwa setiap pasien mempunyai hak
mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan. Untuk
65

itu responden yang melakukan pengobatan akne sebenarnya berhak mendapatkan


informasi atas apa yang diberikan dokter. Hal lain yang mungkin terjadi, karena pasien
sendiri kurang aktif dalam menanyakan kandungan obat yang diberikan kepada
mereka.
Hanya 5 mahasiswa yang mengetahui bahan aktif di dalam obat akne mereka,
antara lain asam salisilat; sulfur; dan tea tree oil (Gambar 4.2). Ketiga bahan tersebut
adalah bahan-bahan kosmetika sebagai antiakne yang tidak dilarang dalam
penggunaannya. Asam salisilat merupakan bahan peeling/keratolitik yaitu bahan yang
merangsang pelembutan dan pengelupasan lapisan luar kulit sehingga sering digunakan
dalam produk kosmetik perawatan kulit berjerawat. Asam salisilat juga berfungsi
sebagai bakteriostatik. Sulfur digunakan dalam krim perawatan kulit untuk mengatasi
berbagai kondisi kulit seperti psoriasis, eksim, dan jerawat. Mekanisme kerjanya belum
diketahui, namun sulfur mempunyai sifat dapat teroksidasi secara perlahan menjadi
asam sulfur yang berfungsi sebagai reduktor lemah dan anti bakterial. Tea tree oil
merupakan minyak esensial yang diperoleh dari destilasi daun Melaleuca alternifolia
dan mempunyai sifat antiseptik yang secara tradisional digunakan untuk mencegah dan
merawat infeksi. Kandungan terpinen-4-ol pada Tea tree oil mempunyai aktifitas
antimikroba yang dapat membunuh bakteri Propionibacterium acnes (BPOM, 2009).

4.2.4.2 Pengobatan akne secara swamedikasi


Mahasiswa yang melakukan pengobatan secara swamedikasi adalah sebanyak
49 (25,4%) mahasiswa dari total 84 responden. Swamedikasi berarti mengobati segala
keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat sederhana yang dibeli bebas di apotek atau
toko obat, atas inisiatif sendiri tanpa nasihat tenaga medis. Mahasiswa lebih banyak
memilih melakukan swamedikasi daripada melakukan pengobatan akne dengan
bantuan tenaga medis. Hal ini sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati
(2015) bahwa mahasiswa lebih sering melakukan praktik swamedikasi karena tingkat
66

pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki. Praktik swamedikasi yang diteliti adalah
sebesar 59,8% yang sedikit naik dibandingkan penelitian sebelumnya yaitu 44%
(Rohmawati, 2015). Penelitian Tjekyan (2009) juga menyebutkan bahwa responden
yang melakukan pengobatan akne terbanyak adalah dengan cara melakukan
pengobatan sendiri yaitu 59,6% (Tjekyan, 2009). Hal ini dikarenakan masyarakat
sudah lebih menyadari kesehatan diri dan keluarganya sehingga dirasakan adanya
kebutuhan informasi yang jelas dan tepat mengenai penggunaan obat-obat yang dapat
dibeli bebas di toko obat atau apotek secara aman dan tepat guna pengobatan sendiri
(Tan dan Rahardja, 2010). Khususnya yang terjadi pada mahasiswa kesehatan yang
dinilai lebih tahu mengenai obat-obat dan penggunaannya secara aman dan tepat.
Keuntungan dalam melakukan swamedikasi juga dinilai lebih hemat daripada harus
melakukan pengobatan dengan bantuan tenaga medis.
Obat-obatan swamedikasi akne yang dipilih bisa merupakan obat bermerek,
bahan alami, ataupun dengan menggunakan keduanya yaitu obat bermerek dan bahan
alami. Sebanyak 49 (25,4%) responden yang melakukan swamedikasi, 22 (11,4%)
responden dari mereka memilih menggunakan obat bermerek saja, 13 (6,7%)
responden memilih menggunakan bahan alami saja, dan sisanya sebanyak 14 (7,3%)
responden menggunakan obat bermerek dan bahan alami. Data tersebut menunjukkan
bahwa pengobatan yang dilakukan secara swamedikasi lebih banyak menggunakan
obat bermerek dibandingkan bahan alami (masker wajah). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Meytia et al. (2013) bahwa para remaja nyaris tidak
mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang dapat bermanfaat sebagai obat, karena
masyarakat pada usia remaja jarang memanfaatkan tanaman sebagai obat. Pengetahuan
masyarakat tentang penggunan tumbuhan sebagai obat didapat dari warisan nenek
moyang dan diwariskan secara turun temurun. Saat ini sepertinya tradisi tersebut mulai
luntur yang diduga akibat kurangnya kepedulian remaja untuk mempelajari jenis-jenis
tanaman obat yang ada di lingkungan. Wanita cenderung lebih memilih dampak instan
meskipun dengan harga yang mahal karena kecantikan adalah suatu hal yang mutlak
67

sangat diinginkan oleh wanita dan cara tradisional seperti lulur dan masker dengan
bahan tradisional sudah tidak digunakan dan dianggap kuno (Hidayah dan Imron,
2014).
Obat bermerek yang digunakan mahasiswa kesehatan antara lain Acne Feldin
Lotion, Acnes Sealing Jell, Loria Acne Lotion, Mediklin, Ponds Pimple Care Gel,
Verile Acne Gel, Wardah Acne Perfecting Moisturizer, Vitacid (asam retinoat),
Sabun Papaya, Sabun Temulawak, Sulfur, Tea Tree Oil, dan produk online. Obat
bermerek yang paling banyak digunakan responden adalah Acnes Sealing Jell yaitu
sebesar 12 responden. Obat akne yang diproduksi oleh PR Rohto Laboratories
Indonesia ini mengandung anti bakteri isopropyl methyl phenol yang membantu
melawan bakteri penyebab jerawat, stearyl glycyrrheatinate menyejukkan kemerahan
pada kulit yang mengalami akne, sulfur dan salicylic acid sebagai keratolitikum yaitu
membantu mengangkat sel kulit mati dan menjaga tekstur kulit, serta vitamin E & B6
sebagai antioksidan yang menjaga kesehatan dan kelembutan kulit. Di dalam Acnes
Sealing Jell sendiri terdapat lambang top brand for teens. Top brand diberikan kepada
merek-merek yang meraih predikat top berdasarkan penilaian yang diperoleh dari hasil
survei berskala nasional.
Bahan alami yang dipilih mahasiswa sebagai pengobatan akne antara lain
bubuk cengkeh, daun jambu, daun teh hijau, jeruk nipis, kunyit, lemon, lidah buaya,
madu, mentimun, putih telur, dan temulawak. Manfaat masker dari bahan alami sendiri
juga tidak diragukan lagi. Penggunaan masker harus secara rutin dan dalam jangka
waktu tertentu, karena dalam proses penyembuhan akne dan mengembalikan warna
kulit seperti semula membutuhkan waktu relatif cukup lama. Masker wajah memiliki
manfaat yaitu memberi kelembaban, memperbaiki tekstur kulit, meremajakan kulit,
mengencangkan kulit, menutrisi kulit, melembutkan kulit, membersihkan pori-pori
kulit, mencerahkan warna kulit, merilekskan otot-otot wajah dan menyembuhkan
jerawat dan bekas jerawat (Putri dan Mapsiyah, 2015). Bahan alami yang paling banyak
dipilih responden dalam mengobati akne yaitu putih telur sebanyak sembilan
68

responden, lidah buaya sebanyak enam responden, dan jeruk nipis sebanyak tiga
responden. Putih telur dari berbagai bangsa unggas menunjukkan kemampuan
menghambat bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Semakin besar konsentrasi
putih telur yang digunakan, maka semakin besar zona hambat pertumbuhan bakteri
yang didapatkan (Chairul, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Widiawati dan Lutfiati (2014) masker lidah buaya merupakan masker yang paling baik
dan efektif sebagai penyembuhan kulit wajah berjerawat. Hasil yang didapatkan dari
penelitian penyembuhan kulit wajah berjerawat dengan masker lidah buaya adalah
pori-pori wajah mengecil, jerawat mengempis, jerawat mengering, jerawat berubah
menjadi kulit mati dan terangkat, kecerahan kulit wajah dan waktu penyembuhan
(Widiawati dan Lutfiati, 2014). Menurut Razak et al. (2013) air perasan buah jeruk
nipis memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan dari Staphylococcus dimana
semakin tinggi konsentrasi air perasan buah jeruk nipis maka daya hambat air perasan
buah jeruk nipis terhadap pertumbuhan kuman semakin baik (Razak et al., 2013).

4.2.4.3 Sumber Informasi dan Hasil Terapi


Sebanyak 84 (43,5%) responden melakukan pengobatan akne selama 2 minggu
terakhir. Responden mendapatkan informasi mengenai pengobatan dari berbagai
sumber, seperti teman, iklan, dokter, apotek, buku kesehatan, internet, dan lain-lain.
Teman adalah sumber informasi yang paling banyak dipilih yaitu 67 (79,8%)
responden. Mahasiswa menghabiskan sebagian waktunya di lingkungan kampus
sehingga mereka tak lepas dari interaksi dan komunikasi dengan teman-temanya,
dalam berinteraksi ini terjadi proses belajar dan bertukar pikiran terhadap hal apapun
sehingga dapat saling mempengaruhi (Susilowati, 2008). Hasil penelitian ini ini tidak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Soedibyo et al. (2013) bahwa sumber
informasi pengobatan terbanyak adalah dari tenaga medis yaitu 43,7% sedangkan
teman hanya sebesar 10,4%. Perbedaan hasil penelitian yang dilakukan dengan
69

Soedibyo et al. karena yang pertama adalah populasi penelitian tidak sama. Soedibyo
et al. menggunakan populasi orang dewasa yang kemungkinan lebih mempercayakan
informasi terhadap tenaga medis. Hal lain yang membedakan hasil penelitian tersebut
adalah penyakit yang dijadikan survei juga berbeda. Soedibyo et al. menggali informasi
tentang hal apa yang dilakukan orang tua terhadap batuk pilek yang diderita anak
mereka, sedangkan penelitian ini adalah bagaimana hal yang dilakukan untuk
mengobati akne yang diderita.
Hasil dari pengobatan yang dilakukan baik dengan bantuan medis atau
swamedikasi, yaitu 25 (29,8%) responden sembuh, 54 (64,2%) membaik, dan 5 (6,0%)
tidak sembuh. Selanjutnya mengamati tanggapan responden mengenai hal apa yang
dilakukan apabila pengobatan yang mereka lakukan tidak sembuh. Sebanyak 25
(29,8%) responden mengulang pengobata\n yang sama, 24 (28,6%) responden
melakukan swamedikasi, 27 (32,1%) melakukan pengobatan dengan meminta bantuan
tenaga medis, dan sisanya sebanyak 8 (9,5%) responden membiarkan akne tersebut
tanpa melakukan pengobatan.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai survei pengetahuan dan pilihan
pengobatan acne vulgaris di kalangan mahasiswa kesehatan Universitas Jember dapat
dibuat kesimpulan sebagai berikut:
a. Prevalensi akne yang terjadi pada mahasiswa kesehatan Universitas Jember
adalah sebesar 100% yang mulai muncul pada usia remaja antara 11-22 tahun.
b. Ada perbedaan yang signifikan mengenai pengetahuan antar mahasiswa
kesehatan Universitas Jember terhadap akne (p=0,002). Mahasiswa Fakultas
Kedokteran memiliki nilai rata-rata skor pengetahuan tertinggi dibandingan
dengan fakultas atau program studi lainnya dan mahasiswa Fakultas Farmasi
memiliki nilai rata-rata skor pengetahuan terendah.
c. Swamedikasi adalah pengobatan yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa
selama 2 minggu terakhir dibandingkan dengan pengobatan dengan bantuan
tenaga medis. Mahasiswa lebih menyukai swamedikasi dengan obat bermerek
dibandingkan dengan obat bahan alami (masker). Mahasiswa yang melakukan
pengobatan dengan bantuan tenaga medis lebih banyak mendatangi klinik
kecantikan dibandingkan dengan dokter umum dan dokter spesialis.

1.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan yaitu:
a. Perlu adanya peningkatan pengetahuan terhadap akne khususnya mahasiswa
Fakultas Farmasi.
b. Perlu memperhatikan obat-obat yang digunakan dalam pengobatan akne untuk
meminimalisir efek samping obat.
71

c. Perlu adanya penelitian tentang sumber perolehan obat untuk swamedikasi


menggunakan obat dari produk online.
DAFTAR PUSTAKA

Acne Academy. 2011. Acne Perceptions Understanding the Perceptions of Acne in


Adolescents. The Acne Perceptions Report. Committed to the future of
dermatology, Galderma. Diakses 31 November 2015.
http://www.acneperceptions.com/images/uploads/general/AP%20Report%20for
%20web.pdf.

Afriyanti, R.N. 2015. Akne Vulgaris Pada Remaja. J Majority. Vol. 4 (6): 102-109.

Ali, G., Mehtab, K., Sheikh, Z.A., Ali, H.G., Kader, S.A., Mansoor, H., et al. 2010.
Beliefs and Perceptions of Acne Among A Sample of Students
From Sindh Medical College Karachi. Journal of the Pakistan Medical
Associaton. Vol. 60 (1): 51-54.

Andri, Kusumawardhani, A., dan Sudharmono, A. 2010. Perasaan Self-Consciouness


dan Rendahnya Harga Diri dan Hubungannya dengan Kualitasb Hidup Pasien
Akne Vulgaris. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol 60 (6): 263-267.

Ayudianti, P. dan Indramaya, D. 2014. Studi Retrospektif: Faktor Pencetus Akne


Vulgaris. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Periodical od
Dermatology and Venerology. Vol. 26 (1) : 41-47.

Badan POM. 2007. Monitoring Efek Samping Obat (MESO). Info POM. Vol. 8 (5): 1-
12.

Badan POM. 2009. Bahan-Bahan Kosmetik Sebagai Antiacne. Info POM. Vol. 4 (10):
2-4.

Badan POM. 2011. Mewaspadai Asam Retinoat dalam Kosmetik. Info POM. Vol. 12
(3): 6-9.

Badan POM. 2012. Seri Swamedikasi Obat Jerawat. Info POM. Hal: 10-11.

Brown, R.G. dan Burns, T. 2005. Lecture Notes on Dermatology. Jakarta: Erlangga.

Brown, R.G., Bourke, J., dan Tim Cunliffe. 2010. Dermatologi Dasar Untuk Praktik
Klinik. Diterjemahkan oleh: Pendit, B.U. Jakarta: EGC.
73

Chairul. 2006. Aktivitas Antimikroba Pada Putiih Telur Dari Beberapa Jenis Unggas
Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor.

Dahlan, M.S. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Darwish, M.A. dan Al-Rubaya, A.A. 2013. Knowledge Beliefs and Psychosocial Effect
of Acne Vulgaris Among Saudi Acne Patients. ISRN Dermatology. (929340): 1-
6.

Davey, P. 2005. At A Glance Medicine. Terjemahan oleh Annisa Rahmalia dan Cut
Novianty. Jakarta: Erlangga

Davidovici, B.B. dan Wolf, R. 2010. The Role of Diet in Acne: Facts and
Controversies. Clinics in Dermatology. Vol. 28: 12-16.

Degitz, K., Placzeck, M., Borelli, C., dan Pledwig, G. 2007. Pathophysiology of Acne.
Journal Department of Dermatology Germany. Vol. 4: 316-323.

Drakaki, E., Dessioniti, C., dan Antoniou, C.V. 2014. Air Pollution and The Skin.
Frontiers in Environmental Science. Vol 2 (11): 1-6.

Eichenfield, L.F., Krakowski, A.C., Piggott, C., Rosso, J.D., Baldwin, H., Friedlander,
S.F., et al. 2013. Evidence-Based Recommendations for the Diagnosis and
Treatment of Pediatric. Official Journal of the American Academy of Pediatric.
Vol 131 (3): 163-186.

FDA. 2010. Facing Facts About Acne. FDA Consumer Health Information. Hal: 1-2

Fox, L., Csongradi, C., Aucamp, M., Plessis, J., dan Gerber M. 2016. Treatment
Modalities for Acne. Molecules MDPI. Vol 21 (1016): 1-20.

Goodheart, H.P. 2009. Photoguide to Common Skin Disorders. Diagnosis and


Management. 3rd edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins.

Gulo, W. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo.

Harahap M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipocrates.


74

Hidayah, N. dan Imron, A. 2014. Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswi Pengguna


Perawatan Wajah di Klinik Kecantikan Kota Surabaya. Paardigma. Vol. 02 (03)
: 1-8.

Kataria, U. dan Chillar, D. 2015. Acne: Etiopathogenesis and Its Management.


International Archives of Integrated Medicine. Vol. 2 (5): 225-231.

Kubba, R., Bajaj, A.K., Thappa, D.M., Sharma, R., Vedamuthy, M., Dhar, S., et al.
2009. Factors Precipitating or Aggravating Acne. Indian Journal od
Dermatology, Venereology and Leprology. Vol. 75 (7): 10-12.

Latifah, S. dan Kurniawaty, E. 2015. Stress dengan Akne Vulgaris. J Majority. Vol. 4
(9): 129-134.

Maryati, K. dan Suryawati, J. 2001. Sosiologi. Jakarta: Erlangga.

Meytia, D., Yulianti, dan Master, J. 2013. Inventarisasi Tumbuhan yang Digunakan
Sebagai Obat Oleh Masyarakat di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan. Lembaga Penelitian Universitas Lampung.

Mubarak, W.I. dan Chayatin, N. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.

Nair, M. dan Peate, I. 2015. Pathophysiology for Nurses at A Glance. USA: John Wiley
& Sons.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metoodologi Penelitian Keperawatan.


Jakarta: Info Medika.

Paller, A.S. dan Mancini, A.J. 2016. Clinical Pediatric Dermatology. A Textbook of
Skin Disorders of Childhood and Adolescence. 5th ed. Canada: Elsevier Inc.

Pappas, A. 2009. The Relationship of Diet and Acne. Dermatology-Endocrinology. Vol


1 (5): 262-267.

Patel, S.D., Shah, S., dan Shah, N. 2015. A Review on Herbal Drugs Acting Against
Acne Vulgaris. Journal of Prahmaceutical Science and Biosscientific Research
(JPSBR). Vol. 5 (2): 165-171.
75

Razak, A., Djamal, A., dan Revilla, G. 2013. Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk
Nipis (Citrus aurantifolia s.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
Aureus Secara In Vitro. Jurnal Kesehatan Andalan. Vol. 2 (1) : 5-8.

Rohmawati, A. 2016. Swamedikasi di Kalangan Mahasiswa Kesehatan dan Non


Kesehatan di Universitas Jember. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Jember

Shalita, A.R., Del Rosso, J.Q., dan Webster G. 2011. Acne Vulgaris. USA: CRC Press.

Singh, R dan Rao, N. 2016. Acne and Scars. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers.

Sitohang, I.B. dan Wasitatmadja, S.M. 2015. Akne Vulgaris. dalam Menaldi, S.L (Ed).
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

Soedibyo, S., Yulianto, A., dan Wardhana. 2013. Profil Pengunaan Obat Batuk Pilek
Bebas Pada Pasien Anak di Bawah Umur 6 Tahun. Sari Pediatri. Vol 14 (6) :
398-404

Susilowati. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


Mahasiswa. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Sebelas Maret.

Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Tan, H.T. dan Rahardja, K. 2010. Obat-Obat Sederhana Untuk Gangguan Sehari-Hari.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Titus, S. dan Hodge, J. 2012. Diagnosis and Treatment of Acne. American Family
Physician. Vol. 86 (8): 734-740.

Tjekyan, R.M.S. 2009. Kejadian dan Faktor Resiko Acne Vulgaris. Media Medika
Indonesiana. Vol. 43 (1): 37-43.

Tranggono, R.I. dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Umar, H. 2003. Metode Riset Bisnis Panduan Mahasiswa Untuk Melakukan Riset.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit


76

Webster, G.F. dan Rawlings, A.V. 2007. Acne and Its Therapy. New York: Informa
Healthcare USA Inc.

Widiawati, W. dan Lutfiati, D. 2014. Perbedaan Hasil Penyembuhan Kulit Wajah


Berjerawat Antara Masker Lidah Buaya Dengan Masker Non Lidah Buaya. E-
Journal. Vol. 03 (01) : 217-25.

Widjaja, E.S. 2000. Rosasea dan Akne Vulgaris. dalam Harahap, M. (Ed). Ilmu
Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.

Williams, H., Dellavalle, R. P., dan Garner, S. 2012. Acne Vulgaris. Lancet:
Nottingham.

Zeichner, J.A. 2013. Acneiform Eruptions in Dermatology: A Differential Diagnosis.


New York: Springer Science & Business Media.
77

LAMPIRAN A. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : ..
NIM : ..
Kode Resp. : .. (diisi peneliti)

Menyatakan bersedia untuk dijadikan subjek dalam penelitian dengan judul


Survei Pengetahuan dan Pilihan Pengobatan Acne Vulgaris di Kalangan
Mahasiswa Kesehatan Universitas Jember yang dilakukan oleh:
Nama : Maulina Hari Pradipta
NIM : 112210101046
Fakultas : Farmasi
Prosedur penelitian ini tidak akan memberikan dampak dan risiko apapun
terhadap saya dan keluarga saya. Selain itu, saya telah memahami bahwa data yang
saya berikan akan direkam/disimpan secara anonim dan hanya diketahui oleh peneliti
serta dosen pembimbing peneliti. Saya tidak akan menuntut terhadap segala
kemungkinan yang akan terjadi dalam penelitian ini. Segala informasi atau jawaban
yang saya berikan dalam penelitian tersebut merupakan jawaban murni berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman saya serta saya berikan tanpa unsur paksaan atau tekanan
dari siapapun dan pihak manapun.
Demikian surat pernyataan persetujuan ini saya sampaikan dengan sadar dan
tanpa ada paksaan siapapun.
Jember,....2016

Tanda Tangan
78

LAMPIRAN B. Lembar Kuesioner Penelitian

LEMBAR KUESIONER
Judul : Survei Pengetahuan dan Pilihan Pengobatan Acne Vulgaris di
Kalangan Mahasiswa Kesehatan Universitas Jember
Kode Resp. : . . . . . . . . . . . . . . . .(diisi peneliti)

A. DATA DEMOGRAFI
1. Umur : .. tahun
2. Jenis kelamin* : Laki-laki Perempuan
3. Fakultas* :
Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Gigi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi
Program Studi Ilmu Keperawatan
4. Semester* : Tiga (III) Lima (V) Tujuh (VII) Sembilan (IX)
5. Apakah Anda memiliki pekerjaan sambilan selain menjadi mahasiswa?
Ya.. Tidak
*) Berilah tanda () pada pilihan Anda

B. PENDAHULUAN
1. Apakah Anda pernah berjerawat?
Ya Tidak
2. Anda mulai berjerawat saat duduk di .
Kelas V Kelas VI Kelas VII Kelas VIII
Kelas IX Kelas X Kelas XI Kelas XII
Semester I Semester II Semester III Semester IV
*) Berilah tanda () pada pilihan Anda
79

C. PENGETAHUAN JERAWAT
Berilah tanda () pada pilihan Anda
NO. Pernyataan Benar Salah Tidak
Tahu
1. Acne vulgaris atau yang sering kita sebut jerawat
merupakan gangguan pada kelenjar yang ada di permukaan
kulit akibat ekskresi minyak berlebih
2. Bagian tubuh yang bisa mengalami jerawat adalah
Wajah
Leher
Dada
Telapak tangan
Telapak kaki
3. Kulit pada bayi masih belum dapat dipengaruhi jerawat
4. Masa remaja adalah yang paling mudah dipengaruhi jerawat
5. Wajah pada orang dewasa bisa mengalami jerawat
6. Usia lansia awal sudah tidak bisa mengalami jerawat
7. Yang merupakan faktor pemicu terbentuknya jerawat adalah
Hormon
Keturunan
Kosmetik
Coklat
Susu dan produk terkait seperti yogurt, keju, es krim, dll
Pizza
Polusi
Rokok
8. Yang merupakan penampakan fisik dari jerawat adalah
Komedo
Kista
9. Jerawat berdampak negatif secara psikologis
80

10. Jerawat tidak dapat mempengaruhi kehidupan sosial


11. Selain obat anti jerawat, menggunakan sabun antibakteri
sangat diperlukan sebagai tambahan agar jerawat cepat
sembuh
12. Jerawat sangat dipengaruhi oleh kebersihan kulit
13. Memencet jerawat dapat mempercepat penyembuhan
jerawat
14. Pengobatan jerawat membutuhkan waktu panjang
15. Zat-zat yang digunakan sebagai antiacne namun telah dilarang dalam
penggunaannya adalah.
Merkuri
Silfur
Asam retinoat
Asam salisilat

D. PILIHAN PENGOBATAN
Berilah tanda () pada pilihan Anda
1. Apakah 2 minggu terakhir Anda melakukan pengobatan jerawat?
Ya (Jika Ya lanjut ke no.2) Tidak (Jika Tidak berhenti di sini)
2. Bagaimana cara Anda mengobati jerawat? (Pilih salah satu yang paling dilakukan)
Meminta bantuan tenaga medis seperti dokter dan klinik kecantikan (lanjut ke
tabel 1)
Melakukan pengobatan sendiri (lanjut ke tabel 2)
Lain-lain .. (Survei berhenti di sini)

Tabel 1. Pengobatan dengan bantuan tenaga medis


1. Tenaga medis mana yang Anda datangi?
Dokter umum Dokter spesialis kulit dan kelamin
Klinik kecantikan Lain-lain ..
81

2. Dari mana Anda mendapatkan informasi tentang pengobatan jerawat yang


dilakukan dengan meminta bantuan tenaga medis? (Jawaban boleh lebih
dari 1)
Teman/keluarga Iklan Dokter Apotek
Buku kesehatan Internet Lain-lain ..
3. Apakah Anda tahu kandungan krim antiacne yang diberikan?
Ya (Jika Ya sebutkan).. Tidak
4. Bagaimanakah hasil pengobatan yang anda lakukan?
Sembuh Membaik Tidak sembuh
5. Jika pengobatan jerawat yang Anda lakukan tidak sembuh, apa yang akan
dilakukan?
Membeli obat atau meracik bahan tradisional (swamedikasi)
Pergi ke klinik/dokter umum/dokter spesialis kulit dan kelamin yang
sama
Pergi ke klinik/dokter umum/dokter spesialis kulit dan kelamin yang lain

Tabel 2. Pengobatan sendiri


1. Apakah Anda menggunakan obat jerawat yang dijual bebas (seperti tablet,
krim, gel, larutan antiacne)?
Ya (Jika Ya, sebutkan merk dan bentuk sediaannya)..
Tidak
2. Apakah Anda membaca label (kandungan, indikasi, dan efek samping) pada
kemasan obat sebelum mengkomsumsinya?
Ya Tidak
3. Apakah Anda menggunakan bahan alami (seperti masker lidah buaya)
sebagai pengobatan?
Ya (Jika Ya, sebutkan bahan yang digunakan)..
82

Tidak
4. Dengan melakukan pengobatan sendiri terhadap jerawat, dari mana Anda
mendapatkan informasi tentang pengobatan tersebut? (Jawaban boleh lebih
dari 1)
Teman/keluarga Iklan Dokter Apotek
Buku kesehatan Internet Lain-lain ..
5. Dari mana Anda mendapatkan obat jerawat tersebut?
Teman/keluarga Toko obat Warung Swalayan/mini market
Buatan sendiri Online Apotek Lain-lain
6. Bagaimanakah hasil pengobatan yang Anda lakukan?
Sembuh Membaik Tidak sembuh
7. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak sembuh, apa yang Anda lakukan?
Tetap menggunakan obat atau bahan yang sama
Mencoba membeli obat atau menggunakan bahan yang lain
Meminta bantuan tenaga medis (seperti klinik kecantikan dan dokter)
Dibiarkan saja

---Terima Kasih Atas Partisipasi Anda---


83

Lampiran C. Rekapitulasi Hasil Jawaban 30 Responden Uji Reliabilitas


Kode No. Soal
Total
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 12
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 12
3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 11
4 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 11
5 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
6 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 11
7 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 11
8 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 10
9 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 5
10 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 8
11 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 8
12 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 10
13 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 8
14 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 13
15 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14
16 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 11
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 13
18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 11
19 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 14
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14
21 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 10
22 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 8
23 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 9
24 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 9
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
26 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 8
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 13
28 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 8
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 13
30 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 9
84

Kode No. Soal


Total
Resp 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 7
2 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 9
3 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 9
4 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 9
5 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 9
6 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 6
7 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 7
8 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 8
9 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 7
10 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 8
11 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 6
12 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 6
13 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 5
14 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 9
15 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 11
16 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 13
17 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 11
18 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 10
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
21 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 4
22 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 8
23 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 6
24 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 7
25 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
26 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 7
27 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 11
28 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 10
29 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 9
30 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 10

Keterangan : 0 = jawaban salah


1 = jawaban benar
85

Lampiran D. Hasil Uji Reliabilitas Cronbach Alpha

RELIABILITY
/VARIABLES=Soal_1 Soal_2 Soal_3 Soal_4 Soal_5 Soal_6 Soal_7 Soal_8
Soal_9 Soal_10 Soal_11 Soal_12 Soal_13 Soal_14 Soal_15 Soal_16
Soal_17 Soal_18 Soal_19 Soal_20 Soal_21 Soal_22 Soal_23 Soal_24
Soal_25 Soal_26 Soal_27 Soal_28 Soal_29 Soal_30
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE CORR
/SUMMARY=TOTAL.

Reliability
Warnings

Each of the following component variables has zero variance and is removed from the
scale: Soal_2, Soal_8, Soal_27
The determinant of the covariance matrix is zero or approximately zero. Statistics based on
its inverse matrix cannot be computed and they are displayed as system missing values.

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

,794 ,759 27
86

Item-Total Statistics

Corrected Item- Squared Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance if Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted

Soal_1 15,50 19,638 ,000 . ,798


Soal_3 15,73 17,582 ,487 . ,778
Soal_4 15,73 18,271 ,305 . ,788
Soal_5 15,53 18,602 ,383 . ,786
Soal_6 15,53 18,602 ,383 . ,786
Soal_7 16,03 17,757 ,404 . ,783
Soal_9 15,60 18,317 ,383 . ,785
Soal_10 16,10 18,576 ,217 . ,793
Soal_11 15,50 19,776 -,061 . ,799
Soal_12 16,13 16,809 ,700 . ,766
Soal_13 15,47 20,051 -,233 . ,801
Soal_14 16,17 17,454 ,544 . ,775
Soal_15 15,83 18,006 ,342 . ,786
Soal_16 15,80 18,648 ,192 . ,794
Soal_17 15,47 19,637 ,020 . ,796
Soal_18 16,23 19,978 -,121 . ,807
Soal_19 15,50 19,569 ,031 . ,797
Soal_20 16,10 18,024 ,356 . ,785
Soal_21 15,53 19,292 ,118 . ,795
Soal_22 16,00 19,931 -,107 . ,811
Soal_23 16,27 17,857 ,531 . ,778
Soal_24 16,20 17,476 ,568 . ,775
Soal_25 15,73 18,478 ,251 . ,791
Soal_26 15,90 17,334 ,499 . ,777
Soal_28 15,87 16,878 ,621 . ,770
Soal_29 16,10 17,128 ,591 . ,772
Soal_30 15,70 17,528 ,524 . ,777
87

Lampiran E. Data Demografi 193 Responden

Frequencies
Statistics

Jenis_ Pekerjaan_ Pernah_ Mulai_


Umur kelamin Fakultas Semester sambilan berjerawat berjerawat

N Valid 193 193 193 193 193 193 193

Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 20,26 1,84 3,32 5,35 1,00 5,32
Std. Deviation 1,025 ,368 1,366 1,947 ,000 2,574
Minimum 18 1 1 3 1 1
Maximum 23 2 5 9 1 12

Frequency Table
Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 18 4 2,1 2,1 2,1

19 44 22,8 22,8 24,9

20 65 33,7 33,7 58,5

21 60 31,1 31,1 89,6

22 17 8,8 8,8 98,4

23 3 1,6 1,6 100,0


Total 193 100,0 100,0

Jenis_kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 31 16,1 16,1 16,1

perempuan 162 83,9 83,9 100,0

Total 193 100,0 100,0


88

Fakultas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid fakultas kedokteran 29 15,0 15,0 15,0

fakultas kedokteran gigi 27 14,0 14,0 29,0

fakultas farmasi 34 17,6 17,6 46,6

fakultas kesehatan
59 30,6 30,6 77,2
masyarakat

program studi ilmu


44 22,8 22,8 100,0
keperawatan

Total 193 100,0 100,0

Semester

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid semester 3 60 31,1 31,1 31,1

semester 5 56 29,0 29,0 60,1

semester 7 60 31,1 31,1 91,2

semester 9 17 8,8 8,8 100,0

Total 193 100,0 100,0

Pekerjaan_sambilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Bisnis online 5 2,6 2,6 2,6

Guru Les 2 1,0 1,0 3,6

Tidak 186 96,4 96,4 100,0

Total 193 100,0 100,0

Pernah_berjerawat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 193 100,0 100,0 100,0
89

Mulai_berjerawat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kelas 5 9 4,7 4,7 4,7

Kelas 6 10 5,2 5,2 9,8

Kelas 7 39 20,2 20,2 30,1

Kelas 8 23 11,9 11,9 42,0

Kelas 9 21 10,9 10,9 52,8

Kelas 10 37 19,2 19,2 72,0

Kelas 11 21 10,9 10,9 82,9

Kelas 12 13 6,7 6,7 89,6

Semester 1 8 4,1 4,1 93,8

Semester 2 1 ,5 ,5 94,3

Semester 3 4 2,1 2,1 96,4

Semester 4 7 3,6 3,6 100,0

Total 193 100,0 100,0


90

Lampiran F. Data Pengetahuan 193 Responden

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Total_jawaban 193 8 26 17,35 3,603


Valid N (listwise) 193

Count Column N %

Soal_1 Salah 26 13,5%

Benar 167 86,5%

Total 193 100,0%


Soal_2 Salah 0 0,0%
Benar 193 100,0%
Total 193 100,0%
Soal_3 Salah 97 50,3%
Benar 96 49,7%
Total 193 100,0%
Soal_4 Salah 97 50,3%
Benar 96 49,7%
Total 193 100,0%
Soal_5 Salah 73 37,8%
Benar 120 62,2%
Total 193 100,0%
Soal_6 Salah 74 38,3%
Benar 119 61,7%
Total 193 100,0%
Soal_7 Salah 164 85,0%
Benar 29 15,0%
Total 193 100,0%
Soal_8 Salah 2 1,0%
Benar 191 99,0%
Total 193 100,0%
Soal_9 Salah 9 4,7%
Benar 184 95,3%
Total 193 100,0%
91

Soal_10 Salah 119 61,7%


Benar 74 38,3%
Total 193 100,0%
Soal_11 Salah 6 3,1%
Benar 187 96,9%
Total 193 100,0%
Soal_12 Salah 79 40,9%
Benar 114 59,1%
Total 193 100,0%
Soal_13 Salah 9 4,7%
Benar 184 95,3%
Total 193 100,0%
Soal_14 Salah 124 64,2%
Benar 69 35,8%
Total 193 100,0%
Soal_15 Salah 124 64,2%
Benar 69 35,8%
Total 193 100,0%
Soal_16 Salah 124 64,2%
Benar 69 35,8%
Total 193 100,0%
Soal_17 Salah 12 6,2%
Benar 181 93,8%
Total 193 100,0%
Soal_18 Salah 98 50,8%
Benar 95 49,2%
Total 193 100,0%
Soal_19 Salah 45 23,3%
Benar 148 76,7%
Total 193 100,0%
Soal_20 Salah 139 72,0%
Benar 54 28,0%
Total 193 100,0%
Soal_21 Salah 24 12,4%
Benar 169 87,6%
Total 193 100,0%
92

Soal_22 Salah 74 38,3%


Benar 119 61,7%
Total 193 100,0%
Soal_23 Salah 175 90,7%
Benar 18 9,3%
Total 193 100,0%
Soal_24 Salah 185 95,9%
Benar 8 4,1%
Total 193 100,0%
Soal_25 Salah 55 28,5%
Benar 138 71,5%
Total 193 100,0%
Soal_26 Salah 91 47,2%
Benar 102 52,8%
Total 193 100,0%
Soal_27 Salah 31 16,1%
Benar 162 83,9%
Total 193 100,0%
Soal_28 Salah 102 52,8%
Benar 91 47,2%
Total 193 100,0%
Soal_29 Salah 164 85,0%
Benar 29 15,0%
Total 193 100,0%
Soal_30 Salah 119 61,7%

Benar 74 38,3%

Total 193 100,0%

Kategori Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1,00 33 17,1 17,1 17,1

2,00 133 68,9 68,9 86,0

3,00 27 14,0 14,0 100,0


Total 193 100,0 100,0
93

Descriptives
Total_jawaban

95% Confidence
Interval for Mean

Std. Std. Lower Upper


N Mean Deviation Error Bound Bound Min Max

fakultas kedokteran 29 19,66 3,782 ,702 18,22 21,09 10 26


fakultas kedokteran gigi 27 17,37 3,015 ,580 16,18 18,56 13 24
fakultas farmasi 34 16,50 3,553 ,609 15,26 17,74 8 24
fakultas kesehatan
59 16,61 3,363 ,438 15,73 17,49 11 23
masyarakat
program studi ilmu
44 17,48 3,644 ,549 16,37 18,59 8 22
keperawatan
Total 193 17,35 3,603 ,259 16,84 17,86 8 26

ONEWAY ANOVA
Total_jawaban

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 211,682 4 52,921 4,363 ,002


Within Groups 2280,359 188 12,130
Total 2492,041 192
94

Lampiran G. Pilihan Pengobatan 193 Responden

Frequencies
Pengobatan jerawat 2 minggu terakhir

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid Iya 84 43,5 43,5 43,5

Tidak 109 56,5 56,5 100,0

Total 193 100,0 100,0

Cara responden mengobati jerawat

Valid Cumulative
Freq Percent Percent Percent

Valid Dengan bantuan tenaga


35 18,1 41,7 41,7
medis

Swamedikasi 49 25,4 58,3 100,0

Total 84 43,5 100,0


Missing System 109 56,5
Total 193 100,0

Informasi pengobatan dari teman

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid 0 17 8,8 20,2 20,2

Iya 67 34,7 79,8 100,0

Total 84 43,5 100,0


Missing System 109 56,5
Total 193 100,0

Informasi pengobatan dari iklan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid 0 68 35,2 81,0 81,0


Iya 16 8,3 19,0 100,0
95

Total 84 43,5 100,0


Missing System 109 56,5
Total 193 100,0

Informasi pengobatan dari apotek

Frequency Percent Valid Percent

Valid 0 77 39,9 91,7

Iya 7 3,6 8,3

Total 84 43,5 100,0


Missing System 109 56,5
Total 193 100,0

Informasi pengobatan dari dokter

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid 0 73 37,8 86,9 86,9

Iya 11 5,7 13,1 100,0

Total 84 43,5 100,0


Missing System 109 56,5
Total 193 100,0

Informasi pengobatan dari buku kesehatan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid 0 76 39,4 90,5 90,5

Iya 8 4,1 9,5 100,0

Total 84 43,5 100,0


Missing System 109 56,5
Total 193 100,0

Informasi pengobatan dari internet

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
96

Valid 0 57 29,5 67,9 67,9

Iya 27 14,0 32,1 100,0

Total 84 43,5 100,0


Missing System 109 56,5
Total 193 100,0

Informasi pengobatan lain-lain

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 83 43,0 98,8 98,8

Iya 1 ,5 1,2 100,0

Total 84 43,5 100,0


Missing System 109 56,5
Total 193 100,0

Tenaga medis yang didatangi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Dokter umum 3 1,6 8,6 8,6

Dokter spesialis kulit dan


11 5,7 31,4 40,0
kelamin

Klinik kecantikan 21 10,9 60,0 100,0


Total 35 18,1 100,0
Missi System
158 81,9
ng
Total 193 100,0

Responden mengetahui kandungan obat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 158 81,9 81,9 81,9

Asam salisilat 1 ,5 ,5 82,4


97

Sulfur 2 1,0 1,0 83,4

Tea tree (oil) 1 ,5 ,5 83,9

Tea tree oil 1 ,5 ,5 84,5

Tidak 30 15,5 15,5 100,0

Total 193 100,0 100,0


98

Responden melakukan swamedikasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 144 74,6 74,6 74,6

Acne feldin (lotion) 1 ,5 ,5 75,1

Acnes (gel) 12 6,2 6,2 81,3

Asam retinoat 1 ,5 ,5 81,9

Klindamicin (gel) 1 ,5 ,5 82,4

Loria (cair) 2 1,0 1,0 83,4

Mediklin (gel) 2 1,0 1,0 84,5

Papaya (sabun) 1 ,5 ,5 85,0

Ponds (krim) 1 ,5 ,5 85,5

Produk online 4 2,1 2,1 87,6

Sulfur (cair) 3 1,6 1,6 89,1

Tea tree (oil) 1 ,5 ,5 89,6

Temulawak (sabun) 1 ,5 ,5 90,2

Tidak 13 6,7 6,7 96,9

Verile (gel) 4 2,1 2,1 99,0

Wardah (krim) 2 1,0 1,0 100,0

Total 193 100,0 100,0

Responden membaca label

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Iya 32 16,6 65,3 65,3

Tidak 17 8,8 34,7 100,0

Total 49 25,4 100,0


Missing System 144 74,6
Total 193 100,0
99

Responden menggunakan bahan alami

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 144 74,6 74,6 74,6

Bubuk cengkeh 1 ,5 ,5 75,1

Daun jambu 1 ,5 ,5 75,6

Daun teh hijau 1 ,5 ,5 76,2

Jeruk nipis 3 1,6 1,6 77,7

Kunyit 1 ,5 ,5 78,2

Lemon 1 ,5 ,5 78,8

Lidah buaya 6 3,1 3,1 81,9

Madu 2 1,0 1,0 82,9

Mentimun 1 ,5 ,5 83,4

Putih telur 9 4,7 4,7 88,1

Temulawak 1 ,5 ,5 88,6

Tidak 22 11,4 11,4 100,0

Total 193 100,0 100,0

Sumber perolehan obat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Teman/keluarga 1 ,5 2,0 2,0

Toko obat 2 1,0 4,1 6,1


Warung 4 2,1 8,2 14,3

Swalayan/minimarket 20 10,4 40,8 55,1

Buatan sendiri 2 1,0 4,1 59,2

Online 6 3,1 12,2 71,4

Apotek 14 7,3 28,6 100,0

Total 49 25,4 100,0


Missi System
144 74,6
ng
Total 193 100,0
100

Hasil pengobatan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid Sembuh 25 13,0 29,8 29,8

Membaik 54 28,0 64,3 94,0

Tidak sembuh 5 2,6 6,0 100,0

Total 84 43,5 100,0


Missing System 109 56,5
Total 193 100,0

Apabila pengobatan yang dilakukan tidak sembuh

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Mengulang pengobatan yang


25 13,0 29,8 29,8
sama

Melakukan swamedikasi
24 12,4 28,6 58,3
dengan obat yang berbeda

Meminta bantuan tenaga


27 14,0 32,1 90,5
medis yang lain

Dibiarkan 8 4,1 9,5 100,0

Total 84 43,5 100,0


Missi System
109 56,5
ng
Total 193 100,0

Descriptives
Fakultas

95% Confidence
Interval for Mean

Std. Std. Lower Upper Minim


N Mean Deviation Error Bound Bound um Maximum

Dengan bantuan
35 3,29 1,545 ,261 2,76 3,82 1 5
tenaga medis
Swamedikasi 49 3,45 1,444 ,206 3,03 3,86 1 5
Total 84 3,38 1,480 ,161 3,06 3,70 1 5
101

Lampiran H. Dokumentasi Penelitian

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Fakultas Farmasi Fakultas Kedokteran

Fakultas Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi

Anda mungkin juga menyukai