Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
kasih pada Ibu apt. Debi Meilani, S,Si., M.Si. selaku dosen mata kuliah Ilmu
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
diharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
kepada pasien maka maslah terkait obat seperti penggunaan obat tanpa indikasi,
indikasi yang tidak terobati, dosis obat terlalu tinggi, dosis subterapi, serta
Jenis informasi yang diberikan apoteker pada pasien yang mendapat resep
baru meliputi nama dan gambaran obat, tujuan pengobatan, cara dan waktu
penggunaan, saran ketaatan dan pemantauan sendiri, efek sam[ing dan efek
Selain itu, diskusi penutup juga diperlukan untuk mengulang kembali dan
serius yang dapat terjadi pada semua tingkat umur, dapat mempengaruhi
kualitas hidup pasien serta menimbulkan dampak ekonomi yang cukup besar.
melakukan screening resep untuk mengetahui ada atau tidaknya DRP, serta
obat dapat diatasi dan pasien dapat mengerti tentang pengobatannya yang
1.2. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
1.3. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
kondisi, yaitu: (a) adanya kejadian tidak diinginkan yang dialami pasien, kejadian
atau ekonomi; dan (b) adanya hubungan antara kejadian tersebut dengan terapi
terapi obat adalah perbaikan kualitas hidup pasien melalui pengobatan atau
pasien, dan indikasi yang belum tertangani. Apabila kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi atau outcome pasien tidak tercapai maka hal ini dapat dikategorikan
dan pengalaman pasien akibat atau diduga akibat terapi obat sehingga
dipecahkan.Dalam hal ini pasien sudah mengalami DRP misalnya dosis terlalu
besar sehingga dosis harus disesuaikan dengan kondisi pasien. DRP potensial
adalah DRP yang kemungkinan besar dapat terjadi dan akan dialami oleh pasien
apabila tidak dilakukan pencegahan, misalnya pasien apabila diberikan suatu obat
2.2 Komponen-Komponen DPRs
1. Kejadian atau resiko yang tidak diharapkan yang dialami oleh pasien. Kejadian
sosiokultural pasien.
2. Ada hubungan atau diduga ada hubungan antara kejadian yang tidak
diharapkan yang dialami oleh pasien dengan terapi obat. Hubungan ini meliputi
tersebut.
dengan terapi non obat,minum beberapa obat padahal hanya satu terapiobat
Kasus yang mungkin terjadi: obat tidak efektif, alergi, adanya resiko
kontraindikasi, resisten terhadap obat yang diberikan, kombinasi obat yang tidak
respon yang diinginkan, jangka waktu terapi yang terlalu pendek,pemilihan obat,
Penyebab yang sering terjadi: dosis salah, frekuensi tidak tepat, jangka
7. Kepatuhan
pasien tidak menuruti rekomendasi yang diberikan untuk pengobatan, pasien tidak
mengambil obat yang diresepkan karena harganya mahal, pasien tidak mengambil
beberapa obat yang diresepkan secara konsisten karena merasa sudah sehat
kategori :
1. Karakter klinis dari penyakit atau kondisi pasien, meliputi: umur, seks, etnis,
ras, sejarah sosial, status kehamilan, status kekebalan, fungsi ginjal, hati dan
2. Obat lain yang dikonsumsi pasien, berkaitan dengan terapi obat pada saat ini
dan masa lalu, alergi obat, profil toksisitas, adverse drug reaction, rute dan cara
Data dapat diperoleh dari beberapa sumber misalnya pasien sendiri, orang
yang merawat pasien, keluarga pasien, medical record, profil pasien dari farmasis,
data laboratorium, dokter, perawat dan profesi kesehatan lainnya (Cipolle et al.,
1998).
dan memecahkan Drug Related Problems (DRPs), walaupun hal tersebut tidak
kualitas hidup pasien serta berdampak juga terhadap ekonomi dan social
(DRPs) adalah kejadian suatu kondisi terkait dengan terapi obat yang secara nyata
2.4 Klasifikasi DRPs
obat-hasil laboratorium.
Pharmaceutical Care Network Europe (The PCNE Classification V5.01)
Pasien mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki seperti efek samping
atau toksisitas.
memperoleh obat yang salah (atau tidak memperoleh obat) untuk penyakit dan
kondisinya. Masalah pemilihan obat antara lain: obat diresepkan tapi indikasi
tidak jelas, bentuk sediaan tidak sesuai, kontraindikasi dengan obat yang
Masalah pemberian dosis obat berarti pasien memperoleh dosis yang lebih
diresepkan.
Klasifikasi DRP :
1. Indikasi
untuk penggunaan obat), tetapi tidak menerima obat untuk indikasi tersebut.
Keadaan yang ditemukan pada DRP adalah suatu keadaan ketika pasien
perlunya terapi tambahan antara lain ialah untuk mengatasi kondisi sakit pasien
sinergis, dan terapi untuk tujuan preventif atau profilaktif. Misalnya, penggunaan
pasien tidak menggunakan obat yang tidak memiliki indikasi yang tepat.DRP
kategori ini dapat menimbulkan implikasi negatif pada pasien berupa toksisitas
atau efek samping, dan membengkaknya biaya yang dikeluarkan diluar yang
mengandung paracetamol.
2. Efektivitas
penulisan obat berlebihan oleh dokter dimana pasien menerima rata-rata 8-10
jenis obat sekaligus sekali kunjungan dokter atau pemberian lebih dari satu obat
untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat. Jumlah
obat yang diberikan lebih dari yang diperlukan untuk pengobatan penyakit dapat
menimbulkan efek yang tidak diinginkan, seperti pemberian puyer pada anak
a) Amoksisillin
b) Parasetamol
c) Gliseril Guaiakolat
d) Deksametason
e) CTM
f) Luminal
penggunaan yang tidak perlu seperti deksametason dan luminal sebaiknya tidak
b. Frekuensi pemberian
Banyak obat harus diberikan pada jangka waktu yang sering untuk
cara pemberian yang tidak tepat misalnya pemberian asetosal atau aspirin
mengiritasi lambung.
satu kurum pengobatan, meskipun gejala klinik sudah mereda atau menghilang
sama sekali. Interval waktu minum obat juga harus tepat, bila 4 kali sehari berarti
tiap enam jam, untuk antibiotik hal ini sangat penting agar kadar obat dalam darah
berada diatas kadar minimal yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit.
terapi sehingga pasien tidak sembuh, atau bahkan dapat memperburuk kondisi
yang terlalu sedikit antara lain ialah kesalahan dosis pada peresepan obat,
frekuensi dan durasi obat yang tidak tepat dapat menyebabkan jumlah obat yang
terhadap beberapa jenis sediaan obat, selain itu cara pemberian yang tidak benar
juga dapat mengurangi jumlah obat yang masuk ke dalam tubuh pasien.
3. Keamanan
dosis terapinya. Hal ini tentu berbahaya karena dapat terjadi peningkatan resiko
efek toksik dan bisa jadi membahayakan Hal-hal yang menyebabkan pasien
menerima obat dalam jumlah dosis terlalu tinggi antara lain ialah kesalahan dosis
pada peresepan obat, frekuensi dan durasi minum obat yang tidak tepat. Misalnya,
b. Pasien mengalami efek obat yang tidak diinginkan (Adverse drug reaction)
karena obat tidak sesuai dengan kondisi pasien, cara pemberian obat yang tidak
benar baik dari frekuensi pemberian maupun durasi terapi, adanya interaksi obat,
dan perubahan dosis yang terlalu cepat pada pemberian obat-obat tertentu.
4. Kepatuhan
nasehat medis atau kesehatan. Kepatuhan pasien untuk minum obat dipengaruhi
5. Pemilihan Obat
ditegakkan dengan benar.Obat yang dipilih untuk mengobati setiap kondisi harus
yang paling tepat dari yang tersedia.Banyak reaksi merugikan dapat dicegah, jika
penyakit dan bahaya obat. Dengan demikian obat yang dipilih haruslah yang
6. Interaksi Obat
Interaksi obat adalah peristiwa dimana kerja obat dipengaruhi oleh obat
lain yang diberikan bersamaan atau hampir bersamaan. Efek obat dapat bertambah
kuat atau berkurang karena interaksi ini akibat yang dikehendaki dari interaksi ini
ada dua kemungkinan yakni meningkatkan efek toksik atau efek samping atau
berkurangnya efek klinik yang diharapkan. Interaksi obat dapat terjadi sebagai
berikut:
a. Obat-Makanan
antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu karena akan membenuk ikatan
diberikan pada saat lambung kosong. Sebaliknya, terapi obat dapat mengubah
b. Obat-Uji Laboratorium
laksatif antrakuinon dapat mempengaruhi uji urin untuk urobilinogen atau oleh
c. Obat-Penyakit
d. Obat-Obat
obat termasuk obat non resep harus dikaji untuk interaksi obat.Apoteker perlu
yang berinteraksi, terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang
sempit.
DRPs Kemungkinan kasus pada DRPs
2. Pasien dengan kronik membutuhkan lanjutan terapi obat
3.Pasien dengan kondisi kesehatan yang membutuhkan kombi
potensiasi
pengobatan
3. Pengobatan pada pasien pengkonsumsi obat,alkohol dan
rokok
reaksi yang merugikan dengan pengobatan lainnya
Obat tidak tepat 1. Pasien di mana obatnya tidak efektif
efektif untuk indikasi pengobatan
Pasien dengan faktor resiko pada kontraindikasi
f. Pasien menerima obat efektif tetapi tidak aman
yang diberikan
Dosis terlalu 1. Pasien menjadi sulit disembuhkan dengan terapi obat yang
rendah digunakan
2. Pasien menerima kombinasi produk yag tidak perlu di
mana single drug dapat memberikan pengobatan yang tepat
Terapi obat berubah sebelum terapetik percobaan
Merugikan digunakan
2. Ketersediaan dari obat dapat menyebabkan interaksi denga
n obat lainatau makanan pasien
3. Efek dari obat dapat diubah oleh substansi makanan pasien
4. Efek dari obat di ubah enzym inhibitor atau induktor dari
obat lain
5. Efek dari obat diubah dengan pemindahan obat dari binding
site oleh obat lain
yang diharapkan
3. Dosis obat meningkat terlalu cepat
4. Obat, dosis, rute, perubahan formulasi yang tidak tepat.
5. Dosis dan interval flexibility tidak tepat
Ketidakpatuhan 1. Pasien tidak menerima aturan pemakaian obat yang tepat
2. Pasien tidak menuruti (ketaatan) rekomendasi yang
diberikan untuk pengobatan
3. Pasien tidak mengambil obat yang diresepkan karena
harganya mahal
karena kurang mengerti.
5. Pasien tidak mengambil beberapa obat yang diresepkan
secara konsisten karena merasa sudah sehat
tugas primer yaitu mengidentifikasi dan menangani DRPs ini agar tercapai
untuk evaluasi
2.6 Kasus
Kasus 1
Riwayat keluarga ada yang menderita diabetes melitus tipe 2. Pengobatan saat ini
kolesterol total 356,34 mg/dL, total trigliserida 5927,4 mg/dL, HDL-c 23,4
mg/dL, TSH 0,94 mIU/L. Urea, kreatininm elektrolit, bilirubin, AST, ALT
kolesterol total 145,9 mg/dL, trigliserida 330,4 mg/dL, HDL-c 27,84 mg/dL.
Penyelesaian
A. Subjek
Hipertensi
Ramipril
Glyburide
Hydrochlorothiazide
B. Objek
terapi hipertensi pasien. Berdasarkan data diatas, kolesterol total dan trigliserida
pasien sangat tinggi sementara kadar HDL-c dibawah normal. Menurut NCEP
(National Cholestrol Education Program) kolesterol total normal < 200 mg/dL,
trigliserida normal < 150 mg/dL, dan HDL-c 35-93 mg/dL. Hal ini
menyebabkan meningkatnya level VLDL dan menurunkan HDL (Rader & Hobbs,
30-50%. Sementara menurut Martin et al. 2009, pasien dengan kadar trigliserida >
hyperlipidemia.
D. Plan
Tujuan terapi yang ingin dicapai dalam pengobatan adalah penurunan kadar
gula darah dan tekanan darah tinggi serta mengurangi resiko pertama atu berulang
dari infark miokardiak, angina, gagal jantung, stroke iskemia, dan kejadian lain
1.Terapi hiperlipidemia
a. Fenofibrate
sebesar 300 mg per hari dan dapat ditingkatkan menjadi 400 mg perhari. Dosis
b. Rusovastatin
Dosis inisial yang biasa digunakan yaitu 20 mg per hari. Range dosis 5 – 40 mg
per hari dan tidak lebih dari 40 mg perhari. Obat sebelum atau setelah makan.
2. Terapi hipertensi
a. Ramipril
Dosis pemeliharaan yaitu 2,5-5 mg per hari diminum pagi sebelum atau setelah
makan.
b. Hidrochlortiazide
Dosis yang biasanya digunakan yaitu 12,5 mg per hari diminum pagi sebelum
a. Glyburide
Dosis pemeliharaan yaitu 1,25 – 20 mg per hari diminum segera sebelum makan.
b. Metformin
kasus ini menerima 6 macam obat dalam pengobatannya. Walaupun dokter tetap
melakukan follow up terhadap pasien tersebut, analisis DRP tetap harus dilakukan
untuk mencegah pasien mengalami kegagalan terapi dan kejadian DRP yang dapat
merugikan pasien. Adapun analisis DRP antara lain: indikasi tanpa obat, obat
tanpa indikasi, ketidaktepatan pemilihan obat, kelebihan dosis obat, interaksi obat,
Dari data hasil laboratorium dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya
Ketidaktepatan pemilihan obat pada pasien artinya ada pemberian obat yang
tidak efektif, seperti produk obat tidak efektif berdasarkan kondisi medisnya atau
menurunkan kadar kolesterol total dan LDL dan merupakan terapi utama untuk
agen hipolipidemik lain untuk mencapai tujuan terapi yang lebih agresif. Oleh
sebab itu, Fenofibrate ditambahkan karena memiliki kemampuan menurunkan
kadar VLDL.
hati, meningkankan asupan LDL oleh reseptor LDL, dan menstrimulasi transpor
balik sehingga meningkatkan HDL. Fibrat utamanya digunakan pada pasien yang
hyperlipidemia, terutama jika HDL rendah. Kombinasi golongan statin dan fibrat
yaitu dengan intervensi pola hidup dan metformin. Bila belum maksimal maka
obat kedua dapat ditambahkan agar HbA1C pasien < 7%, konsensus
glyburide dan metformin sebagai antidiabetes melitus tipe 2 dinilai cukup tepat.
darah optimal. ACEi merupakan terapi pilihan karena dapat mencegah progresi
Dalam kasus ini hanya terdapat data jenis kelamin dan usia pasien, tidak
dicantumkan berapa dosis yang digunakan dan juga tidak tersedia data berat badan
pasien. Penilaian apakah dosis yang diberikan oleh dokter kurang atau berlebih
sangat sulit dilakukan, kerena perhitungan dosis tidak dapat dilakukan. Namun,
apabila dokter memberikan dosis obat-obat tersebut dalam jumlah dan range dosis
lazimnya maka dapat dikatakan tidak terjadi kekurangan dan kelebihan dosis obat.
Mengingat kondisi organ pasien dalam keadaan baik (dilihat dari data
laboratorium dan pernyataan dokter mengenai pemeriksaan fisik) maka tidak perlu
5. Interaksi obat
6. Efek samping
lipid. Kegagalan terapi dalam suatu pengobatan dapat disebabkan oleh faktor
terapi yang dia lakukan, dosis yang tidak sesuai, dan pasien menggunakan obat
lain tanpa sepengetahuan dokter. Kegagalan terapi juga dapat disebabkan oleh
petugas kesehatan yang tidak memberitahu cara penggunaan obat dengan benar.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
dikehendaki.
2. Terdapat dua komponen penting dalam DRPs yaitu Kejadian atau resiko yang
tidak diharapkan yang dialami oleh pasien dan ada hubungan atau diduga ada
hubungan antara kejadian yang tidak diharapkan yang dialami oleh pasien
g. Kepatuhan
4. Data yang penting mengenai pasien dapat digolongkan dalam tiga kategori:
berikut :
a. Menentukan klasifikasi permasalahan terapi obat yang terjadi
untuk evaluasi
3.2 SARAN
kedepannya agar penyusun dapat menyajikan karya tulis yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
York.
Cipolle, R., Strand, L.M., Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care, McGraw-
543.
PCNE. 2006. Classification for Drug Related Problems V5.01. Europe:
Rovers, J.P., Currie, J.D., Hagel, H.P., McDonough, R.P., Sobotka, J.L. Eds.,
Strand, MD, Morley, PC, Cipolle, RJ, Ramsey, R, Lamsam, GD 1990, ‘Drug-