Oleh :
KLP III/A3A
Dosen Pengampu :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya-Nya sehingga pada Mata
Kuliah Pharmacovigillance dapat ditempuh dan penyusunan makalah dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
banyak membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan makalah kewirausahaan
diantaranya:
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Soap
2.2 Cara Menentukan Adr, Kategori, Perhitungan Dan Pelaporan
2.2.1 Penentuan ADR
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi ADRs adalah bahwa
sering kali sulit untuk membuktikan suatu obat mempunyai hubungan penyebab
dengan gejala yang dialami pasien. Sering kali ADRs tampak seperti penyakit
yang lain dan banyak gejala yang terkait dengan ADRs muncul pada pasien yang
sehat, namun adanya dugaan bahwa suatu obat menyebabkan ADRs telah cukup
untuk melakukan suatu tindakan. Beberapa pasien mungkin dapat membedakan
sendiri suatu ADRs dari gejala-gejala lain yang mereka alami. Namun di dalam
mengidentifikasi apakah suatu gejala termasuk ADRs atau bukan merupakan
keterampilan yang perlu dimiliki oleh farmasis (Aslam dkk, 2003).
Pada kasus dijelaskan bahwa pemberian sefotaksim dikaitkan dengan
kemungkinan reaksi obat yang merugikan seperti reaksi hipersensitivitas, pruritis,
trombositopenia dan peningkatan transaminase hati. Reaksi-reaksi ini biasanya
diklasifikasikan sebagai reaksi idiosinkratik yang tidak berhubungan langsung
dengan konsentrasi obat tetapi mungkin karena fenotipe biasa. Tes genetik untuk
mengidentifikasi semua pasien yang berisiko mengalami efek samping sebelum
resep dapat menyebabkan obat yang berharga disimpan (Anna K, 2013).
Mayoritas Obat yang diidentifikasi menyebabkan Drug-induced subacute lupus
erythematosus (DISCLE) dan keterlibatan kulit, reaksi hipersensitivitas. Lupus
eritematosus kulit subakut yang diinduksi sefotaksim pada pediatrik adalah entitas
yang jarang, Namun beberapa literatur baru-baru ini telah melaporkan bahwa
sefalosporin menyebabkan lupus eritematosus subakut yang diinduksi obat dan
telah terlihat dengan cefipime.
2.2.2 Kategori ADR
ADRs pada umumnya diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu tipe A dan tipe
B (Lee, A, 2001). Reaksi tipe A (augmented) merupakan reaksi yang muncul
secara berlebihan dimana reaksi ini terkait dengan dosis obat, sedangkan reaksi
tipe B (bizarre) merupakan reaksi yang aneh dan tidak terkait sama sekali dengan
dosis (Aslam dkk, 2003).
1) Reaksi tipe A
Reaksi tipe A merupakan aksi farmakologis yang normal tetapi meningkat.
Reaksi ini dapat diprediksi melalui pengetahuan tentang farmakologi obat
dan tergantung dosis. Frekuensi terjadinya cukup sering, namun jarang
sekali menimbukan efek yang serius. Melalui pengurangan dosis biasanya
sudah dapat menghilangkan ADRs. Contohnya hipogklikemia dengan
sulfonilurea dan hipotensi ortostatik dengan obat antihertensi. Beberapa
reaksi tipe A timbul dari efek farmakologi obat, seperti efek antikolinergik
dengan antihistamin dan tricyclic antidepresants.
2) Reaksi tipe B
Reaksi tipe B merupakan reaksi yang tidak terduga, tidak diharapkan dari
efek farmakologi obat dan bersifat idiosinkranik. Reaksi ini berkaitan
dengan sistem metabolisme obat dan sistem imun tubuh penderita. Reaksi
ini lebih jarang terjadi dibandingkan reaksi tipe A, namun sering kali
menimbulkan efek yang lebih serius dan bahkan dapat menyebabkan
kematian. Reaki seperti ini sangat sulit untuk bisa diramalkan dan hanya
terjadi pada individu yang rentan terhadap reaksi tersebut. Reaksi ini
sering disebabkan oleh mekanisme imunologi dan farmakogenetik. Reaksi
imunologi contohnya syok anafilaksis dengan penicillin, anemia apalastik
dengan kloramfenikol, hipertermia maligna dengan anastetik.
Berdasarkan pada kasus, prognosis lesi kulit eritematosus pasien secara
bertahap membaik dari garis dasar setelah berhenti mengkonsumsi cefotaxime.
Hasil temuan dari Histopatologi dan serologis menunjukkan adanya antibodi
Ro/SS-A dan korelasi riwayat pengobatan sebelumnya dan diagnosis banding
dibuat dari Drug-induced subacute lupus erythematosus (DISCLE). Maka dari itu,
dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami ADR reaksi tipe B.
2.2.3 Perhitungan ADR
Scale
No Pertanyaan/Question Ya/ Tidak Tidak Skor
Yes /No Diketahui
1 Apakah ada laporan efek samping obat yang 1 0 0 0
serupa?
2 Apakah efek samping obat terjadi setelah 2 -1 0 2
pemberian obat yang dicurigai?
3 Apakah efek samping obat membaik setelah 1 0 0 1
obat dihentikan atau obat antagonis khusus
diberikan?
4 Apakah efek samping obat terjadi berulang 2 -1 0 0
setelah obat diberikan kembali?
5 Apakah ada alternative penyebab yang dapat -1 2 0 0
menjelaskan kemungkinan terjadinya efek
samping obat?
6 Apakah efek samping obat muncul kembali -1 1 0 0
ketika plasebo diberikan?
7 Apakah obat yang dicurigai terdeteksi di 1 0 0 0
dalam darah atau cairan tubuh lainnya dengan
konsentrasi yang toksik?
8 Apakah efek samping obat bertambah parah 1 0 0 0
ketika dosis obat ditingkatkan atau bertambah
ringan ketika obat diturunkan dosisnya?
9 Apakah pasien pernah mengalami efek 1 0 0 0
samping obat yang sama atau dengan obat
yang mirip sebelumnya?
10 Apakah efek samping obat dapat dikonfirmasi 1 0 0 1
dengan bukti yang obyektif?
Total 4
(Possible)
Naranjo Probability Scale
Score Category
9+ Highly probable
5 -8 Probable
1–4 Possible
0 Doubtful
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kejadian DISCLE pada populasi pediatrik cukup tidak biasa,
pengobatan standar untuk obat yang menginduksi SCLE, untuk pasien ini
terutama penghentian obat yang bertanggung jawab. Namun, Dokter harus
meninjau riwayat pengobatan masa lalu sebelum meresepkan dan
identifikasi individu yang rentan untuk SCLE yang diinduksi obat dapat
difasilitasi di masa depan dengan penggunaan biomarker dan kemampuan
untuk memprediksi efek samping berdasarkan prinsip farmakogenomik
klinis. Namun demikian, genotipe HLA harus menjadi rutinitas masa
depan di klinik sebelum Terapi Obat untuk mencegah potensi efek
samping serius (SAE) dan reaksi obat yang merugikan (ADR) karena obat
yang diinduksi SCLE.
3.2 SARAN
1. Diharapkan kejadian ADR tidak terulang kebali, sehingga pengobatan
dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA