Nama Kelompok :
Ni Komang Pande Pusparini (171200180)
Ni Putu Fiska Aristianti (171200181)
Ni Luh Gede Indra Dewi Sanjayanti (171200182)
Ni Luh Manik Hertalani Wahyuni (171200183)
Ni Made Duwik Cahyani (171200184)
Dosen Pengampu :
DENPASAR
2019
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi.............................................................................................................................2
I. Tujuan Praktikum.......................................................................................................3
3.1 Alat………………………………………………………………………………...12
3.2 Bahan………………………………………………………………………………12
V. SOAP…………………………………………………………………………………..14
VI. PEMBAHASAN………………………………………………………………………19
VII. KESIMPULAN……………………………………………………………………….23
Daftar Pustaka
2
PEPTIC ULCER DISEASE (PUD) / TUKAK LAMBUNG
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui Definisi PUD.
2. Mengetahui Klasifikasi PUD.
3. Mengetahui Patofisiologi PUD.
4. Mengetahui Tatalaksana PUD (Farmakologi & Non-Farmakologi).
5. Dapat menyelesaikan kasus terkait PUD secara mandiri dengan
menggunakan metode SOAP.
3
Tukak yang terjadi pada lambung.
80% kasus berhubungan dengan infeksi H. pylori dan penggunaan
NSAIDs. Pada pasien dengan gastric ulcer biasanya sekresi asam
normal atau berkurang. (Kasper, 2005)
b. Duodenal ulcer :
Tukak yang terjadi pada usus halus
100% kasus berhubungan dengan infeksi bakteri H. Pylori.
Kemungkinan infeksi H. pylori menyebabkan .meningkatnya sekresi
asam yang diamati pada pasien dengan duodenal ulcer (Kasper, 2005)
II.3 Etiologi
Etiologi yang pasti belum diketahui. Ada dua pendapat yang ekstrim,
apakah penyakit ini adalah suatu kelainan setempat atau merupakan bagian
dari suatu kelainan sistemik dimana tukak hanya merupakan tanda/ gejala
(Simadibrata, 2001). Tukak peptik terjadi karena pengeluaran asam-pepsin
oleh H. Pylory, NSAID atau faktor-faktor lain yang menyebabkan
ketidakseimbangan pertahanan mukosal lambung. Lokasi tukak
menghubungkan dengan jumlah faktor-faktor etiologi. Tukak dapat terjadi di
perut bagian manapun seperti bagian distal, antrum dan duodenum (Berardy
dan Lynda, 2005).
II.4 Patofisiologi
Kondisi fisiologis pada individu sehat terjadi keseimbangan antara
sekresi asam lambung dan pertahanan mukosa saluran cerna. Pada PUD,
terjadi ketika keseimbangan antara faktor agresif (asam lambung, pepsin,
garam empedu, H.pylori, dan NSAID) dan mekanisme pertahanan mukosa
terganggu seperti aliran darah mukosa, lendir, sekresi bikarbonat mukosa
(dapat menetralkan pH lambung sehingga pepsin dapat rusak), restitusi sel
mukosa, dan pembaharuan sel epitel.
Stress dan makanan dapat memicu pelepasan asetilkolin, gastrin dan
histamin yang akan berikatan dengan reseptornya, sehingga dapat
mengaktifkan pompa H+ /K+ ATPase dan akan mensekresikan asam (H+) ke
4
lumen lambung, kemudian H+ akan berikatan dengan Cl- sehingga
membentuk asam lambung (HCI). Sekresi asam dibawah pengaturan basal.
Basal Acid Output (BAO) mengikuti ritme sirkadian yaitu terjadi
peningkatan sekresi asam lambung pada malam hari dan menurun pada pagi
hari, Maximal Acid Output (MAO) dan adanya stimulasi dari makanan.
Ketiga faktor tersebut berbeda tiap individu dalam mempengaruhi sekresi
asam tergantung status psikologis, umur, jenis kelamin dan status kesehatan.
Peningkatan rasio antara BAO:MAO hipersekresi basal pada pasien ZES.
(Truter, I. 2009).
Pepsinogen merupakan bentuk inaktif dari pepsin yang disekresi oleh
selchief di bagian fundus pada lambung. Pengubahan menjadi bentuk aktif
yaitu pepsin pada pH asam (optimal pH 1,8-3,5) dan dikembalikan menjadi
aktif pada pH 4 kemudian akan rusak pada pH 7. Pepsin berperan dalam
aktivitas proteolitik bentuk ulkus.
Sebagian besar Gastric Ulcer terjadi karena asam lambung dan pepsin,
H.pylori. (Helicobacter Pylori), NSAID, atau faktor lain yang mengganggu
pertahanan mukosa normal dan mengganggu proses penyembuhan.
Hipersekresi asam merupakan faktor independen yang memberikan kontribusi
terhadap gangguan integritas mukosa. Infeksi H.pylori dapat menyebabkan
gastritis kronik yang menginfeksi semua individu, kemudian berkembang
menjadi PUD, kanker gastrik (kurang dari 1%) dan MALT. Pada pasien DU
biasanya sekresi asam meningkat dimana sekitar 2/3 kasus tukak lambung
akibat dari infeksi H.pylori, sedangkan pasien dengan GU ringan biasanya
memiliki tingkat sekresi asam normal atau berkurang dapat terjadi dimana saja
diperut, meskipun sebagian besar terletak di lengkung kecil (Lesser curvature)
dan mukosa lambung bagian antral.
5
berupa ketidak nyamanan yang tidak jelas, perut terasa penuh, atau
kram.
2. Rasa sakit yang khas pada waktu malam yang dapat membangunkan
pasien saat tidur, khususnya pada jam 12 malam sampai pukul 3 dini hari
3. Keparahan dari rasa sakit akibat tukak bervariasi pada masing-masing
pasien, dan bisa terjadi musiman untuk jangka waktu tertentu.
4. Perubahan karakter nyeri dapat menunjukan adanya komplikasi
5. Rasa sakit dapat disertai dengan mulas, kembung dan bersendawa.
6. Mual, muntah dan anorexia, lebih umum terjadi pada pasien dengan GU
dari pada DU, tetapi bisa juga tanda-tanda ulkus terkait komplikasi.
Tanda PUD
1. Penurunan berat badan berkaitan dengan mual,muntah dan anorexia.
2. Komplikasi, termasuk perdarahan pada ulkus, perforasi, penetrasi,
atau obstruksi.
II.7 Diagnosis
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk diagnosis tukak peptik
yaitu seperti endoskopi dengan biopsi dan sitologi, pemeriksaan dengan
barium, radiologi pada abdomen, analisis lambung, pemeriksaan
laboratorium (kadar Hb, Ht, dan pepsinogen darah), dan melena (Priyanto
& Lestari, 2009). Diagnosis tukak peptik ditegakkan berdasarkan:
1. Pengamatan klinis
6
2. Hasil pemeriksaan penunjang (radiologi dan endoskopi)
3. Hasil biopsi untuk pemeriksaan CLO (Compylobacter Like
Organism), histopatologi kuman H. Pylori
(Tarigan, 2006)
1. Non invasif : Serologi (IgG, IgA anti Hp, urea breath test)
2. Invasif/endoskopi : Tes urease (CLO, histopatologi, kultur
mikrobiologi, Polymerase chain reaction)
(Rani & Fauzi, 2006)
7
pengobatan yang paling tepat untuk penyakit tukak peptik tergantung pada
penyebabnya. Terapi yang paling efektif umumnya untuk mengobati atau
menghilangkan penyebab yang mendasari terjadinya tukak. Secara umum,
penatalaksanaan terapi pada tukak peptik adalah sebagai berikut:
Farmakologi
1) Proton Pomp Inhibitor (PPI)
Lansoprazole
Indikasi : Tukak Lambung, tukak duodenum, refluk esophagus
Mekanisme:Menekan sekresi asam lambung denganmenghambat
sistemenzim hidrogen/ kalium Adenosin Triphosphatase(H +/K+
ATPase), yang bekerja dalam ‘proton pump’ dari sel parietal
lambung dan selanjutnya menghambat sekresi HCl
Efek Samping : Trombositopenia, glositis, diare, eosinophilia
Pantoprazole
Indikasi :Terapi jangka pendek gaster dan terapi intestinal
Mekansme : Menekan sekresi asam lambung denganmenghambat
sistemenzim hidrogen/ kalium Adenosin Triphosphatase(H +/K+
ATPase), yang bekerja dalam ‘proton pump’ dari sel parietal
lambung dan selanjutnya menghambat sekresi HCl.
Efek Samping : Gangguan fungsi hati, trombositopenia, nefritis,
reaksi sensitifitas kulit.
Esomeprazole
Indikasi :Terapi refluk esophagitis erosif, terapi simtomayik
GERd, kombinasi terapi dengan antibakteri yang cocok untuk
penyembuhsn H.pylori.
Mekanisme : Menekan sekresi asam lambung denganmenghambat
sistemenzim hidrogen/ kalium Adenosin Triphosphatase(H +/K+
ATPase), yang bekerja dalam ‘proton pump’ dari sel parietal
lambung dan selanjutnya menghambat sekresi HCl.
Efek samping : Nefritis, eksaserbasi vitiligo pada kulit.
Omeprazole
Indikasi :terapi Jangka pendek lukak doedenal dan yang tidak
memberi respon terhadap antagonis reseptor H2. Terapi janga
pendek tukak lambung. Refluk esofagitiserosif atau ulseratif.
Terapi jangka panjang sindromZollinger-Ellison
8
Mekanisme : menekan sekresi asam lambung denganmenghambat
sistemenzim hidrogen/ kalium Adenosin Triphosphatase(H +/K+
ATPase), yang bekerja dalam ‘proton pump’ dari sel parietal
lambung.
Efek Samping : Sakit kepala , diare , dan ruam kulit, pruritus ,
pusing, kelelahan ,sembelit , mual dan muntah , perut kembung ,
sakit perut , arthralgia , dan myalgia , urtikaria , dan mulut
kering . hipersensitivitas , mengantuk , dan vertigo , depresi.
Rabeprazole
Indikasi :Tukak duodenum aktif, tukak lambung jinak
Mekanisme : Menekan sekresi asam lambung denganmenghambat
sistemenzim hidrogen/ kalium Adenosin Triphosphatase(H +/K+
ATPase), yang bekerja dalam ‘proton pump’ dari sel parietal
lambung dan selanjutnya menghambat sekresi HCl.
Efek Samping : Sakit kepala, diare, mual, Nefritis, neuropsikiatri
Non Farmakologi
1) Istirahat
9
Secara umum pasien tukak dianjurkan pengobatan rawat jalan, bila
kurang berhasil atau ada komplikasi baru dianjurkan rawat inap.
Penyembuhan akan lebih cepat dengan rawat inap walaupun
mekanismenya belum jelas, kemungkinan oleh bertambahnya jam
istirahat, berkurangnya refluks empedu, stress dan penggunaan
analgesik. Stress dan kecemasan memegang peran dalam peningkatan
asam lambung dan penyakit tukak (Tarigan, 2006).
2) Diet
Diet Makanan lunak apalagi bubur saring, makanan yang mengandung
susu tidak lebih baik daripada makanan biasa, karena makanan halus
akan merangsang pengeluaran asam. Cabai, makanan merangsang,
makanan mengandung asam dapat menimbulkan rasa sakit pada
beberapa pasien tukak dan dispepsia non tukak, walaupun belum dapat
dibuktikan keterkaitannya (Tarigan, 2006)
3) Pantang Merokok
4) Merokok menghalangi penyembuhan tukak gaster kronik,
menghambat sekresi bikarbonat pankreas, menambah keasaman
bulbus duodenum, menambah refluks duogenogastrik akibat relaksasi
sfingter pilorus sekaligus meningkatkan kekambuhan tukak (Tarigan,
2006)
Tanda-tanda
Ada
Alarm
Pemeriksaan
Endoskopi
11
5. Laptop dankoneksi internet.
III.2 Bahan
1. Text
2. Book
3. Data nilai normal laboratorium.
IV. Studi Kasus
Tn NW MRS (UGD) 20 Agustus 2019, sore hari. Usia pasien 59 Tahun.
Riwayat penyakit terdahulu Nyeri bagian kaki dan bengkak, Hiperurisemia,
Dislipidemia dengan riwayat pengobatan terdahulu Na-Diclofenac, Zyloric,
Lipitor, tidak ada riwayat alergi obat. Pada pasien dilakukan pemeriksaan
endoskopi atas dan bawah. Pemakaian obat di rumah sakit adalah sebagai
berikut
12
Kreatinin 0,6 – 1,1 (mg/dL) 0,87 (mg/dL) Normal
BUN 6-20 (mg/dL) 16,8 (mg/dL) Normal
Asam Urat 3,4 – 7 (mg/dL) 8,5 (mg/dL) Tinggi
Kolesterol <200 (mg/dL) 283 (mg/dL) Tinggi
Total
TG <195 (mg/dL) 212 (mg/dL) Tinggi
(Trigliserida)
HDL <40 (mg/dL) 62,5 (mg/dL) Baik
LDL <77, 3 (mg/dL) 155,4 (mg/dL) Borderline
Gula Puasa 59 – 150 (mg/dL) 81 (mg/dL) Normal
Gula 2 jam >125 (mg/dL) 118 (mg/dL) Normal
PP
Dif
Eo 1-2% -
Ba 0-1% -
Stab 3-5% 4% Stab. Dbn
Seg 54-66% 82% Seg. Tinggi
Lym 25-33% 12% Lym. Rendah
Mo 3-7% 2% Mo. dbn
V. SOAP
I.1 Metode SOAP Kasus
PHARMACEUTICAL CARE
PATIENT PROFILE
Tn. / Ny. NW
JenisKelamin : Laki-Laki Tgl. MRS(UGD): 20 Agustus 2019
Usia : 59 tahun Tgl. KRS :
Tinggi badan : ideal
Berat badan : ideal
Presenting Complaint : pasien diare kurang lebih 2 minggu terakhir dengan frekuensi
diare 3-4 kali per hari. Pasien mengeluh perut kembung, dalam fesesnya terdapat
darah, feses tidak mengandung lender, feses cair dan terdapat ampas.
13
Diagnosakerja :
Diagnosa banding :
14
No Further Information Required Alasan
Untuk memberikan terapi obat yang
Apakan ada riwayat penggunaan obat tepat
1.
sebelumnya ? Jawaban pasien: Ada, Na
Diklopenak, ziloric, lipitor
Untuk ketepatan pemberian terapi
2. Apakah ada riwayat penyakit ? Jawaban pasien: Ada, Hiperurisemia,
Dislipidemia
Untuk mengetahui penyebab dari
tukak
3. Bagaimana pola hidup pasien ? Jawaban pasien: suka makanan
pedas, tidak merokok, Peminum
alcohol
PHARMACEUTICAL PROBLEM
Subjective (symptom)
Pasien diare kurang lebih 2 minggu terakhir dengan frekuensi diare 3-4 kali per
hari, selain itu pasien mengeluh perut kembung, dalam fesesnya terdapat darah,
feses tidak mengandung lender, feses cair dan terdapat ampas .
Objective (signs)
Suhu : (20/8 = 36,2 0C), (21/9 = 36,2 0C)
RR : (20/8 = 18 x/menit)
15
Nadi : (20/8 = 80 x/menit), (21/8 = 88 x/menit)
TKD : (20/8= 110/70 mmHg), (21/8 = 120/80 mmHg)
Kolesterol : 283 mg/dL
Tg : 212 mg/dL
Asam urat : 8,5 mg/dL
Leukosit : 11,66 x109/ L
LDL : 155,4 mg/dL
Gula darah puasa : 81 mg/dL
Gula darah 2 jam : 118 mg/dL
BUN : 16,8 mg/dL
Kreatinin : 0,87 mg/dL
Natrium : 139 mg/dL
Kalium : 3,63 mg/dL
Plan
16
1 . Dyslipidemia dengan menggunakan terapi Lipitor tetap diberikan dengan dosis 20
mg
2 . Diare dimana pengobatannya gagal dan diganti dengan terapi loperamid. Dengan
dosis awal diminum 2 tablet diminum 1-2x/hari, ini digunakan untuk diare non
spesifik. Sedangkan untuk diare kronik 2-4 tablet/hari
3 . Asam urat penggunaan Ziloric tetab diberikan dengan dosis 1x100 mg pada malam
hari
4 . PUD dimana pasien ditandai dengan adanya feses berdarah atau adanya alarm sign
sehingga perlu diterapi dengan omeprazole dimana dosisnya untuk dewasa yaitu
20mg/40mg dalam 1 hari selama 4 minggu (MIMS)
Monitoring
Efektivitas
1. Loperamid dapat menghentikan diare
2. Lipitor menurunkan kadar kolesterol
3. Omeprazole unutk mengatasi PUD
4. Zyloric untuk menurunkan kadar asam urat
5. Na Diklopenak untuk mengatasi nyeri
Efek samping
1. Loperamid : sembelit, nyeri perut ringan, ruam kulit/gatal ringan
2. Lipitor : kram, nyeri otot, masalah fungsi hati
3. Omeprazole : demam, sakit perut, mual, muntah, diare ringan
17
4. Zyloric : demam, ruam kulit, anemia
5. Na Diklopenak : mual, sembelit, diare
VI. PEMBAHASAN
Asessment
Berdasarkan pengobatan pasien Tn NW sebelumnya pada tabel diatas
didapat DRP (Drug Related Problem) yang di klasifikasikan menurut
Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) yaitu pada diagnosis peptic ulcer
disease(PUD) yang dialami pasien P1.5 ada indikasi terapi obat yang tidak
diresepkan yaitu pasien menderita peptic ulcer disease namun tidak didiagnosa
dan tidak diresepkan obat untuk terapi PUD tersebut dan M1.4 ada indikasi yang
tidak diterapi yaitu PUD tidak mendapatkan terapi yang seharusnya. Pada pasien
penderita PUD untuk pemilihan terapi guidelines dengan obat golongan PPI.
18
Dalam penangan indikasi yang belum memperoleh terapi dapat diberikan
terapi dengan penggunaan salah satu obat golongan PPI yaitu Omeprazole dengan
indikasi terapi jangka pendek tukak doedenal dan yang tidak memberi respon
terhadap antagonis reseptor H2. Terapi jangka pendek tukak lambung. Refluk
esofagitiserosif atau ulseratif. Terapi jangka panjang sindromZollinger-Ellison.
Dengan mekanisme kerjanya menekan sekresi asam lambung denganmenghambat
sistemenzim hidrogen atau kalium Adenosin Triphosphatase(H+/K+ ATPase), yang
bekerja dalam ‘proton pump’ dari sel parietal lambung. Terdapat efek samping
pada penggunaan obat ini yaitu sakit kepala, diare, dan ruam kulit, pruritus,
pusing, kelelahan, sembelit, mual dan muntah, perut kembung, sakit perut,
arthralgia, dan myalgia, urtikaria, dan mulut kering, hipersensitivitas, mengantuk,
dan vertigo, depresi.
Pada penangan diare yang diderita pasien terdapat DRP untuk penggunaan
Entrostop sebagai terapi diare dengan M1.1 Obat tidak efektif atau pengobatan
gagal, dan P1.1 Pemilihan obat tidak tepat. Penggunaan entrostop untuk terapi
diare kurang efektif dalam pengobatannya sehingga dapat diganti dengan
penggunaan loperamid dengan dosis awal 2 tablet diminum 1-2x per hari, ini
digunakan untuk diare non spesifik. Sedangkat apabila diare kronik dapat
diberikan 2-4 tablet per harinya. Loperamid memiliki cara kerja dengan
memperlambat gerak usus dan membuat feses menjadi lebih padat.(MIMS,2016).
Oleh karena itu lebih disarankan untuk terapi menggunakan Loperamid karena
lebih efektif.
Plan
Planning dari kasus ini setelah menganalisa kasus terkait dengan kondisi
pasien dan menentukan assessment, ditentukan plan untuk penatalaksaan terapi
farmakologi dan non farmakologi. Berdasarkan Assessment yang telah dinyatakan
diatas, maka plan terbaik yang dapat ditempuh yaitu
1. Dyslipidemia dengan menggunakan terapi Lipitor tetap diberikan dengan
dosis 20 mg. Lipitor mengandung Atorvastatin yang termasuk obat golongan
hipolipidemia golongan statin atau HMG CoA reductase inhibitor.
Atorvastatin menurunkan jumlah kolesterol dalam tubuh dengan cara
menghambat enzim yang bertugas memproduksi kolesterol di hati. Dengan
19
demikian, jumlah kolesterol jahat dalam darah akan turun, sehingga
menurunkan risiko kolesterol menempel serta menyumbat pada pembuluh
darah arteri (aterosklerosis). Pengobatan dengan atorvastatin harus diiringi
dengan gaya hidup sehat, meliputi olahraga secara rutin, menjaga berat badan
ideal, dan berhenti merokok. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil
pengobatan terbaik. (Adam,S et al, 2015)
3. Asam urat penggunaan Ziloric tetab diberikan dengan dosis 1x100 mg pada
malam hari. Zyloric mengandung allopurinol. Allopurinol digunakan untuk
mengobati asam urat kronis (arthritis gout). Kondisi ini disebabkan oleh asam
urat terlalu banyak dalam darah. Obat ini bekerja dengan mengurangi asam
urat yang diproduksi oleh tubuh. Obat ini, tidak menyembuhkan asam urat,
tetapi akan membantu mencegah serangan gout. Namun, obat ini dapat
bekerja hanya setelah dikonsumsi secara teratur selama beberapa bulan.
Allopurinol akan membantu mencegah serangan gout hanya selama terus
untuk mengonsumsinya.
4. PUD dimana pasien ditandai dengan adanya feses berdarah atau adanya alarm
sign sehingga perlu diterapi dengan omeprazole dimana dosisnya untuk
dewasa yaitu 20mg/40mg dalam 1 hari selama 4 minggu (MIMS)
20
3) Berhenti merokok
4) Mencoba sering makan makan yang rendah kalori
5) Hindari obat NSAID
6) Rubah gaya hidup (life style), pertahankan diet dan hindari makan dan minum
yang dapat memengaruhi mukosa lambung
Monitoring
Efektivitas
1. Loperamid dapat menghentikan diare
2. Lipitor menurunkan kadar kolesterol
3. Omeprazole unutk mengatasi PUD
4. Zyloric untuk menurunkan kadar asam urat
5. Na Diklopenak untuk mengatasi nyeri
Efek samping
Pasien harus diberi tahu tentang tanda-tanda dari setiap efek samping umum
yang mungkin terjadi. Pemberian informasi tentang efek samping dan efek
merugikan menurunkan ketidak tepatan pasien dengan mengurangi rasa takut
dan memungkinkan suatu penanganan masalah dengan cara yang lebih sesuai.
1. Loperamid : sembelit, nyeri perut ringan, ruam kulit/gatal ringan
2. Lipitor : kram, nyeri otot, masalah fungsi hati
3. Omeprazole : demam, sakit perut, mual, muntah, diare ringan
4. Zyloric : demam, ruam kulit, anemia
5. Na Diklopenak : mual, sembelit, diare
VII. KESIMPULAN
21
lambung. Helicobacter pylori diketahui sebagai penyebab utama tukak lambung.
2. PUD dibagi menjadi 2 berdasarkan letak ulcer yaitu Gastric ulcer (Tukak yang
terjadi pada lambung) dan Duodenal ulcer (Tukak yang terjadi pada usus halus).
3. Stress dan makanan dapat memicu pelepasan asetilkolin, gastrin dan histamin
yang akan berikatan dengan reseptornya, sehingga dapat mengaktifkan pompa
H+ /K+ ATPase dan akan mensekresikan asam (H+) ke lumen lambung,
kemudian H+ akan berikatan dengan Cl- sehingga membentuk asam lambung
(HCI).
DAFTAR PUSTAKA
22
Anonim. (2016). MIMS Petunjuk Konsultasi, Edisi 16. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer. Hal. 65-73.
Berardy, R.R, dan Lynda, S.W., 2005, Peptic Ulcer Disease dalam Pharmacotherapy a
Phatophysiologic Approach, Sixth Edition, McGraw-Hill, Medical
Publishing Division by The McGra-Hill Companies
Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, longo DL, Jameson JL. Harrison’s
manual of medicine 16th ed. New York: McGraw-Hill; 2005.
Katzung, B. G., dan Trevor, A. J., 1994, Buku Bantu Farmakologi, diterjemahkan oleh
Staf Pengajar, Laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran dan
Universitas Sriwijaya, Cetakan I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lacy, C. F., Armstrong, L., Golgman, M. P., Lance, L. L., 2008, Drug Information
Handbook, 17th ed., Lexi-Copm Inc., New York.
Neal, M. J. 2007. At a Glance Farmakologi Medis (Edisi kelima, 30–31). diterjemahkan
oleh Surapsari, J. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Priyanto, A., & Lestari, S. 2009. Endoskopi Gastroenterologi (77–79). Jakarta: Salemba
Medika
Rani, A. A., & Fauzi, A. 2006. Infeksi Helicobacter pylori dan Penyakit Gastro-
duodenal. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K., & S. Setiati
(Eds.), Ilmu Penyakit Dalam Jilid I (IV, 329–331). Jakarta: FKUI
Sanusi, I. A. 2011. Tukak Lambung. In A. A. Rani, M. S. K., & A. F. Syam (Eds.), Buku
Ajar Gastroenterologi (328–345). Jakarta: Interna Publishing.
Simadibrata. 1993. Tukak Peptik (Ulkus Peptikum). Dalam: Soeparman (Ed).Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Tarigan, P. 2006. Tukak Gaster. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K., & S.
Setiati (Eds.), Ilmu Penyakit Dalam Jilid I (IV, 338–341). Jakarta: FKUI.
Truter, I. 2009. Peptic ulcer disease. SA Pharmaceutical Journal, (February), 10–15.
Wilson, L.M dan Lindseth,G.M,2005, Pathophysiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Volome 1 Edisi 6, Silvia Anderson dan Lorain Carty Wilson
( Editor), diterjemahkan oleh Peter Anugrah ,EGC, Jakarta
23