Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI DAN KIMIA KLINIK

PRAKTIKUM VI
(HEMATOLOGI)

Hari, Tangal Praktikum: Sabtu, 13 Juli 2019


Kelas : A2B

Dosen Pengampu : I Gusti Putu Agus Ferry Sutrisna Putra, STT.,

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI

DENPASAR

2019
PRAKTIKUM VI
HEMATOLOGI
A. Tujuan Praktikum
1. Pemeriksaan Hemoglobin
Mahasiswa mampu melakukan penetapan nilai Hb dengan menggunakan metode
hemiglobinsianida
2. Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah)
Mahasiswa mampu menetapkan nilai LED (Laju Endap Darah)
3. Pemeriksaan Hematokrit (HCT)
Mahasiswa mampu melakukan penetapan nilai hematocrit dengan menggunakan
metode mikrohematokrit.
B. Prinsip Praktikum
1. Pemeriksaan Hemoglobin
Hemoglobin merupakan pigmen merah yang ada didalam eritrosit. Hemoglobin
terdiri dari beberapa rantai molekul yang mengandung besi. Satuan SI untuk Hb adalah
milimol/liter (mmol/L). Satuan ini sebenarnya digunakan untuk struktur kimia spesifik
pada Hb. Jika satuan ini yang digunakan, maka lebih tepat menggunakan istilah Hb
(Fe) dibandingkan dengan Hb saja (Dwicandra dkk, 2017).
Pada darah yang diencerkan dengan larutan pengencer Drabklin, akan terjadi
hemolisis eritrosit dan konversi Hb menjadi hemoglobinsianida (sianmet Hb). Larutan
yang terbentuk selanjutnya akan diperiksa dengan menggunakan spektrofotometer
(atau colorimeter) yang absorbansinya sebanding dengan kadar Hb didalam darah.
Metode fotometrik hemoglobinsianida merupakan metode estimasi kadar Hb yang
paling akurat. Kalau fasilitas tersedia, metode ini yang sebaiknya digunakan
(Dwicandra, 2017).
2. Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah)
Darah ditampung didalam tabung-tabung panjang berskala (dengan antikoagulan)
yang diposisikan tegak. Eritrosit akan mengendap didasar tabung, dan terpisah dengan
lapisan plasma diatasnya. Tinggi kolom plasma yang diukur 1 jam sesudahnya, akan
menunjukkan laju pengendapan eritrosit atau laju pengendapan darah (LED)
(Dwicandra, 2017).
3. Pemeriksaan Hematokrit (HCT)
Apabila darah dicentrifuge, sel – sel yang lebih berat (Eritrosit) akan turun kedasar
tabung, sedangkan sel – sel yang lebih ringan (Leukosit dan Trombosit) berada diatas
sel – sel yang berat tadi.
C. DASAR TEORI
Darah adalah suatu jaringan ikat khusus dengan materi ektrasel cair yang disebut
plasma. Sekitar lima liter didorong oleh kontraksi ritmis jantung pada gerakan rata-rata
orang dewasa dalam satu arah di dalam system sirkulasi tertutup. Unsur berbentuk yang
beredar dalam plasma adalah erittrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan
trombosit (Mescher, 2010).
Terdapat dua kelas sel yang tersebar di seluruh plasma darah, yaitu sel darah merah
yang mengangkut oksigen, dan sel darah putih yang berfungsi dalam pertahanan tubuh.
Meskipun sel darah merah berukuran sangat kecil, sel itu mengandung sekitar 250 juta
molekul hemoglobin, sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung
besi. Baru-baru ini para penelitian telah menemukan bahwa hemoglobin juga berikatan
dengan molekul gas nitrat oksida (NO) selain dengan O2. Ketika sel darah merah lewat
melalui hamparan kapiler paru-paru, insang, atau organ respirasi lainnya, oksigen akan
berdifusi ke dalam eritrosit dan hemoglobin akan berikatan dengan O2 dan NO.
hemoglobin akan membongkar muatannya dalam kapiler sirkuit sistemik. Di sana O2 akan
berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. NO akan merelaksasikan dinding kapiler, sehingga dapat
mengembang.hal tersebut mungkin berperan dalam membantu mengirimkan O2 ke sel
(Campbell, 2004).
1. Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein utama tubuh manusia yang berfungsi sebagai
pen-gangkut oksigen ke jaringan dan media trans-port karbondioksida dari jaringan
tubuh keparu-paru, pengangkutan oksigen berdasarkan atas interaksi kimia antara
molekul oksigen dan heme, suatu cincin tetrapirol porfirin yang mengandung besi
(ferro), kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat da-rah
berwarna merah. Hemoglobin mengikat 2 proton untuk setiap 4 molekul oksigen
yang dilepaskan sehingga hemoglobin merupakan bufer utama dalam darah
(Tarwoto, 2008).
Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena
kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Hasil pemeriksaan kadar
hemoglobin juga dapat dipengaruhi oleh peralatan pemeriksaan yang dipergunakan.
Antara cara sahli yang sederhana dengan cara yang lebih modern dengan alat
fotometer tentu akan ada perbedaan hasil yang ditampilkan. Namun demikian WHO
telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis
kelamin (WHO dalam Arisman, 2002).
Tabel 1. Batas kadar hemoglobin

Kekurangan hemoglobin dapat menyebabkan anemia, ditandai dengan gejala


kelelahan, sesak napas, pucat dan pusing. Kelebihan hemoglobin menyebabkan
terjadinya kekentalan darah jika kadarnya sekitar 18-19 gr/ml, dan dapat
mengakibatkan stroke. Kadar hemoglobin juga dipengaruhi oleh tersedianya
oksigen pada tempat tinggal, misalnya Hb meningkat pada orang yang tinggal di
tempat yang tinggi dari permukaan laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi
pasien (berdiri, berbaring) (Evelyn, 2000).
Pemeriksaan hemoglobin merupakan salah satu pemeriksaan darah rutin yang
paling sering dilakukan oleh setiap laboratorium. Pemeriksaan kadar hemoglobin
dapat ditentukan dengan beberapa metode, yaitu metode Sahli, metode
sianmethemoglobin dengan cara manual dan otomatis (wirawan, 2011)
2. Hematokrit
Hematokrit adalah nilai yang menunjukan persentase zat padat dalam darah
terhadap cairan darah. Dengan demikian, bila terjadi perembesan cairan darah
keluar dan pembuluh darah, sementara bagian padatnya tetap dalam pembuluh
darah, akan membuat persentase zat padat darah terhadap cairannya naik sehingga
kadar hematokritnya juga meningkat (Hardjoeno, H. 2007).
Untuk pemeriksaan hematokrit darah tidak boleh dibiarkan menggumpal
sehingga harus diberi antikoagulan. Setelah tabung tersebut diputar dengan
kecepatan dan waktu tertentu, maka eritrosit akan mengendap (Sadikin, M. 2002).
Penetapan hematokrit dengan cara mikro menggunakan tabung mikrokapiler.
Metode ini paling sering digunakan karena hasil penentuannya tidak memerlukan
waktu yang lama dan darah yang digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan
metode makro. (Gandasoebrata, R. 2007)
Nilai hematokrit adalah konsentrasi (dinyatakan dalam persen) eritrosit dalam
100 mL darah lengkap. Nilai hematokrit akan meningkat (hemo-konsentrasi)
karena peningkatan kadar sel darah atau penurunan volume plasma darah, misalnya
pada kasus DBD. Sebaliknya nilai hematokrit akan menurun (hemodilusi) karena
penurunan seluler darah atau peningkatan kadar plasma darah, seperti pada anemia.
Rentang nilai normal hematocrit:
 Pria: 40% - 50 % SI unit : 0,4 - 0,5
 Wanita : 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0,45
(Kementerian Kesehatan RI, 2011)
3. Laju Endapan Darah(LED)
LED adalah kecepatan eritrosit mengendap dalam pipet westergren. Pada
peradangan, kecepatan meningkat, karena perubahan pada komponen plasma yang
terjadi selama proses inflamasi. Protein plasma yang terlibat dalam peningkatan
LED disebut protein fase akut, terutama dilepaskan oleh hati. LED khususnya
digunakan untuk membantu aktivitas berbagai penyakit inflamasi. .(Isbister, 2000)
Penentuan nilai LED secara umum telah digunakan dalam pengobatan klinik,
menegakkan diagnosis, mengetahui penyakit secara dini dan memantau perjalanan
penyakit seperti tuberkolosa dan reumati. Peningkatan kecepata pengendapan
berhubungan langsung dengan beratnya penyakit.(Isbister, 2000)
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode
Wintrobe dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua
metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam
batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan
metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat
nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali
panjang pipet Wintrobe. Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih
menyukai metode Westergreen daribada metode Wintrobe. Selain itu, International
Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk
menggunakan metode Westergreen. (Azhar, 2009). Nilai normal dari laju endap
darah antara lain:
1. Pada pria: < 15mm/jam
2. Pada wanita: < 20mm/jam
(Kementerian Kesehatan RI, 2011)
D. ALAT DAN BAHAN
 Pemeriksaan Hemoglobin
1. Spektrofotometer
2. Kuvet
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Pipet darah (pipet Sahli) 0,2 Ml
 Pemeriksaan Hematokrit (HCT)
1. Pipet hematokrit
2. Tabung Mikrokapiler
3. Centrifuge mikrohematokrit
4. Plastisin
 Pemeriksaan LED
1. Tabung-LED Westergren
2. Penyangga tabung Westergren
3. Tabung reaksi
4. Spuit berskala 5 mL
5. Pipet berskala 5 mL
6. Timer
Bahan
 Pemeriksaan Hemoglobin
1. Larutan pengencer Drabkin
2. Sampel darah
3. Aquadest
 Pemeriksaan Hematokrit (HCT)
1. Sampel darah
 Pemeriksaan LED
1. NaCl 0,85%
2. Spesimen darah
E. Cara Kerja
 Pemeriksaan Hemoglobin

Dibuat larutan blanko sebanyak 2500 µL dengan menggunakan larutan drabkin

Dibuat larutan sampel sebanyak 3 larutan dengan cara mencampurkan 2500 µL


larutan drabkin dengan 10 µL spesimen darah

Larutan sampel yang sudah dibuat kemudian akan di vortex selama 1 menit, lalu
didiamkan selama 5 menit

Dimasukkan larutan sampel kedalam spektrofotometer dan kemudian baca


absorbansinya dengan panjang gelombang 540 nm

 Pemeriksaan Hematokrit (HCT)


Tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikro hematokrit dengan
darah.

Ujung satu ditutup dengan plastisin

Tabung kapiler itu dimasukkan kedalam centrifuge khusus (centrifuge


mikrohematokrit) dengan kecepatan 12000 rpm.
Putar sebentar

Bacalah nilai hematokrit

 Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)

Diambil larutan NaCl 85% sampai tanda batas 150 nm dengan menggunakan tabung
westergren lalu memasukkan kedalam tabung reaksi

Diambil sampel darah sampai tanda batas 200 nm menggunakan tabung westergren
lalu masukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi larutan NaCl 85% dan diaduk
hingga homogen

Kemudian pipet larutan sampai tanda batas 200 nm

Dimasukkan tabung westergren pada penyangganya, kemudian didiamkan selama 1


jam

Setelah 1 jam, ukur penurunan sampel darah yang digunakan


F. Perhitungan
1. Pemeriksaan Hemoglobin
Nilai Faktor Absorbansi
36 0.330
Nilai Hemoglobin
= Faktor x Absorbansi
= 36 x 0.330 = 11.9 gr/dL
2. Pemeriksaan Hematokrit
= 37%
3. Pemeriksaan LED
b. Perhitungan
LED = Titik akhir – titik awal
= 46 mm – 0 mm
= 46 mm/jam
G. Pembahasan
Hematology berasal dari bahasa Romawi hemat yang berarti darah dan ology yang
berarti belajar atau mempelajari. Hematology adalah ilmu yang mempelajari aspek
anatomi , fisiologi dan patologi darah. Komponen darah terdiri plasma dan unsur-unsur
pembentuk darah yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit (Nurcholiset al., 2013).
1. Pemeriksaan Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein utama tubuh manusia yang berfungsi sebagai
pen-gangkut oksigen ke jaringan dan media trans-port karbondioksida dari
jaringan tubuh keparu-paru, pengangkutan oksigen berdasarkan atas interaksi
kimia antara molekul oksigen dan heme, suatu cincin tetrapirol porfirin yang
mengandung besi (ferro), kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin
membuat da-rah berwarna merah. (Tarwoto, 2008).
Pada praktikum kali ini, digunakan metode cyanmethemoglobin dimana
Hemoglobin diubah menjadi cyanmethemoglobin dalam larutan yang berisi
larutan kalium ferfisi anida dan kalium sianida. Absorbansi larutan diukur pada
panjang gelombang nm atau filter hijau. Larutan drabkin yang dipakai pada cara
ini mengubah menjadi cyanmethemoglobin.
Sampel yang digunakan adalah sampel darah yang ditaruh pada tabung yang
bertutup ungu. Tabung yang memiliki tutup ungu merupakan tabung yang sudah
berisi EDTA, dimana larutan EDTA memiliki fungsi sebagai bahan anti
pembekuan darah dan digunakan untuk mengencerkan darah setelah diambil agar
tidak terjadi penggumpalan (sebagai antikoagulan). Setelah itu, pada tabung reaksi
yang berskala panjang akan ditambahkan larutan Drabkin. Fungsi dari larutan
Drabkin adalah untuk mengubah hemoglobin, oxyhemoglobin, methemoglobin
dan karboxymoglobin menjadi cyanmethemoglobin. Setelah itu, pada tabung yang
sudah mengandung larutan Drabkin, akan ditambahkan sampel darah dan
kemudian akan sampel tersebut akan di vortex. Larutan sampel divortex dengan
tujuan untuk memisahkan hemoglobin dari eritrosit sehingga kadar hemoglobin
didalam darah dapat diketahui dengan pasti.
Pada praktikum kali ini, pemeriksaan hemoglobin dilakukan dengan
menggunakan alat spektrofotometer. Metode yang digunakan adalah metode
spektrofotometri, dimana metode ini akan menggunakan cahaya untuk
mengetahui kadar hemoglobin didalam darah. Pada spektrofotometer cahaya
dibagi menjadi dua, yaitu cahaya absorban dan cahaya transmittan. Cahaya
absorban merupakan cahaya yang diam pada kuvet yang sudah mengandung
sampel. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan didalam nilai
absorbansi karena akan memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel (Rizkiany,
2011). Sedangkan cahaya transmittan merupakan cahaya yang melewati kuvet
yang sudah mengandung sampel.
Faktor yang digunakan pada praktikum kali ini adalah 36. Untuk hasil yang
didapatkan pada hasil praktikum adalah pada absorbansi sampel didapatkan nilai
sebesar 0.330. Setelah dilakukan perhitungan, didapat hasil kadar hemoglobin
pada sampel darah laki laki adalah sebesar 11.9 g/dL. Menurut literature, rentang
normal kadar haemoglobin adalah sebagai berikut:

Berdasarkan tabel di atas, dapat dikatakan bahwa kadar haemoglobin pada


sampel tersebut di bawah rentang normal. Nilai hemoglobin yang rendah belum
tentu menandakan bahwa sampel yang digunakan merupakan sampel dari
seseorang yang menderita anemia, karena dalam menentukan seseorang menderita
anemia ada beberapa panel tes yang harus dilakukan. Karena itu, penyebab kadar
hemoglobin rendah pada sampel kali ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa
factor seperti keakuratan pemipetan dan human eror.
2. Pemeriksaan Hematokrit
Hematokrit adalah nilai yang menunjukan persentase zat padat dalam darah
terhadap cairan darah. Dengan demikian, bila terjadi perembesan cairan darah
keluar dan pembuluh darah, sementara bagian padatnya tetap dalam pembuluh
darah, akan membuat persentase zat padat darah terhadap cairannya naik sehingga
kadar hematokritnya juga meningkat (Hardjoeno, H. 2007).
Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum penetapan kadar hematokrit
dengan metode mikrohematokrit. Pada metode mikrohematokrit, sampel darah
(vena atau kapiler) dimasukkan dalam sebuah tabung kapiler sekali pakai yang
mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang
digunakan ada dua macam, yaitu tabung yang dilapisi ammonium heparin
biasanya pada ujung tabung berwarna merah, dan tabung tanpa antikoagulaan
yang biasanya berwarna biru (Riswanto. 2013).
Pada praktikum kali ini digunakan darah vena dengan antikoagulan EDTA.
Fungsi penggunaan antikoagulan EDTA adalah agar hematokrit darah tidak
menggumpal pada saat pemeriksaan(Sadikin, M. 2002). Rentang nilai normal
hematocrit:
• Pria: 40% - 50 % SI unit : 0,4 - 0,5
• Wanita : 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0,45
(Kementerian Kesehatan RI, 2011)
Dari hasil praktikum penentuan nilai Hematokrit dengan metode
mikrohematokrit didapatkan hasil 37%. Hal ini menunjukan bahwa kadar
hematokrit pada sampel darah laki – laki tersebut di bawah rentang normal.
Menurut Riswanto (2013), kadar hematokrit akan menurun ketika terjadi
penurunan hemokonsentrasi karena penurunan kadar seluler darah atau
peningkatan kadar plasma darah, antara lain saat terjadinya anemia. Tetapi dalam
hal ini, tidak dapat ditentukan bahwa laki – laki tersebut memang mengalami
anemia.
3. Pemeriksaan LED
Laju endap darah (LED) atau laju sedimentasi eritrosit (erithrosyte
sedimentation rate/ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit (dalam darah yang
telah diberi antikoagulan) jatuh ke dasar sebuah tabung vertical dalam waktu
tertentu dan dinyatakan dalam satuan mm/jam.
Pada praktikum pemeriksaan LED kali ini dilakukan dengan metode
westergreen. Pada metode westergreen ini digunakan perbandingan volume darah
yang telah dicampur antikoagulan EDTA dengan volume NaCl 85% yaitu 200 ml
: 50 ml ( 4:1 ) .Pencampuran darah dengan EDTA bertujuan menghindari lisisnya
darah karena EDTA dapat mencegah trombosit menggumpal, sehingga EDTA
sangat baik digunakan sebagai antikoagulan pada hitung trombosit.
(Gandasoebrata R, 2010). Penggunaan NaCl tersebut digunakan untuk
pengenceran tanpa mempengaruhi komposisi darah. Kemudian campuran darah
dan NaCl ini di pipet ke dalam pipet westergreen dengan volume 200 ml dan di
posisikan tegak lurus di rak westergreen selama 60 menit.
Setelah 1 jam, barulah dibaca skala pipet westergreen tersebut dengan melihat
tinggi plasma yang terpisah dengan sel darah. Batas pembacaannya yaitu mulai
dari skala nol (atas) tingginya plasma hingga batas pertemuan sel darah yang
mengendap.( Riswanto,2013 ). Berdasarkan literature, nilai normal laju endapan
darah adalah sebagai berikut:
 Pria adalah < 15 mm/jam
 Wanita adalah < 20 mm/jam
(Kementerian Kesehatan RI, 2011)
Pada praktikum, didapat hasil laju endapan darah(LED) adalah sebesar 46
mm/jam. Hasil yang didapatkan ini sudah dapat digolongkan sebagai nilai LED
yang tinggi karena nilai LED pada sampel darah laki – laki tersebut yang berada
di atas nilai normal. Laju endap darah yang sangat tinggi itu dapat disebabkan oleh
peradangan, interleukin yang berasal dari granulosit-granulosit yang rusak,
merangsang sel hati untuk meningkatkan produksi fibrinogen. Kadar fibrinogen
dalam darah akan naik dan fibrinogen membentuk suatu lapisan tipis di sekeliling
eritrosit, sehingga eritrosit akan kehilangan muatan listrik negative(Santi, 2012).
Faktor terpenting pemeriksaan laju endap darah adalah tabung harus benar-
benar tegak lurus. Perubahan dan menyebabkan kesalahan sebesar 30%. Selain itu
selama pemeriksaan rak tabung tidak boleh bergetar atau bergeser. Panjang
diameter bagian dalam tabung laju endap darahjuga mempengaruhi hasil
pemeriksaan (Herdirman, 2004).
Selain itu, menurut Santi (2012) factor – factor yang mempengaruhi laju
endapan darah adalah sebagai berikut:
a. Jumlah eritrosit
b. Viskositas darah
c. Muatan eritrosit
d. Waktu
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan yaitu:
1. Hasil perhitungan pada penetapan kadar hemoglobinn adalah sebesar 11.9 gr/dL
sehingga dapat dikatakan di bawah rentang normal. Hasil perhitungan pada penetapan
kadar hematokrit(HCT) adalah sebesar 37% sehingga dapat dikatakan di bawah rentang
normal. Hasil perhitungan pada penetapan laju endapan darah(LED) adalah sebesar 46
mm/jam sehingga dapat dikatakan di atas normal.
2. Kadar hematokrit yang rendah dapat disebabkan oleh penurunan hemokonsentrasi
karena penurunan kadar seluler darah atau peningkatan kadar plasma darah, antara lain
saat terjadinya anemia.
3. Laju endapan darah yang sangat tinggi itu dapat disebabkan oleh peradangan,
interleukin yang berasal dari granulosit-granulosit yang rusak
4. Factor terpenting yang mempengaruhi praktikum kali ini adalah factor mekanik dan
teknis seperti human eror, keakuratan pemipetan.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.


Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Campbel,neil A. , jane B reece, Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III.
Erlangga : Jakarta.
Dwicandra, N.M.O., Sutema, I.A.M.P. 2017. Petunjuk Praktikum Patologi dan Kimia Klinik.
Denpasar: Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali.
Evelyn C. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Cetakan 23. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Gandasoebrata, R. (2007). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat
Gandasoebrata, R. (2010). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat
Herdiman T. Pohan, 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi LED. Penerbit Dian Rakyat.
Jakarta
Hardjoeno H dkk. 2007. Interprestasi hasil tes laboratorium diagnostik. Hasanuddin University
Press (LEPHASS): Makassar.
Isbister J. P,2000. Hematologi Klinik Pendekatan Berorientasi Masalah. Editor Kartini Agnes dkk,
Penerbit Hipokrates, Jakarta
Jurnah M, Arif D, Bahar M, Burhanuddin. Uji hematologi pasien terduga demam berdarah dengue
indikasi rawat inap. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. 2011;
17(3):139–42.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta:
Departemen Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mescher, Anthony L. 2010. Histology dasar junqueira. EGC: Jakarta.
Nurcholiset, A., Aziz, M. dan Muftuch. 2013. Ekstrasi Fitur Roudness untukMenghitung Jumlah
Eritrosit dalam Citra Sel Darah Ikan. Jurnal EECIS. Vol. 7(1).
Riswanto, 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Jogjakarta : Alfa media & Kanal
Medika
Rizkiany, H.N. 2011. Pendahuluan Spektrofotometer. Bogot: Institut Pertanian Bogor.
Santi Kurnia, Maya Ni Wayan, AP Santa Ngurah Agung Anak, Hadi Fathol (2012). Perbedaan
Hasil Pemeriksaan Laju Endap DarahDengan Anti koagulan EDTA Terhadap Variasi Suhu
16°C, 20°CDAN 27°C Metode Westergren.
Sadikin MH, 2002. Biokimia Darah Edisi ke-1. Jakarta, Penerbit Wijaya Medika
Tarwoto & Wartomeh, (2008), Keperawatan medikal bedah: gangguan sistem hema-tologi, Trans
Info Media Jakarta, pp. 9-21.
Wirawan R., (2011). Pemeriksaan laborato-rium hematologi, FKUI, Jakarta. pp 25-42

Anda mungkin juga menyukai