OLEH:
1. Gede Argham Mahardika (171200165)
2. I Kadek Aditya Putra (171200166)
3. Komang Agus Mahardika (171200167)
4. I Made Pradnyana Putra (171200168)
5. I Nyoman Adi Parawita (171200169)
2.1.Sampel
Oral
- Delapan subyek laki-laki yang sehat mengajukan diri untuk penelitian
ini. Usia mereka adalah antara 24 dan 37 tahun (rata-rata 32 tahun tahun)
dan berat badan mereka berkisar dari 67 hingga 104 kg (rata - rata 80
kg).
Intravena
- Kelompok relawan kedua dipilih berdasarkan kriteria yang diterapkan
dalam penelitian pertama. Usia mereka antara 24 dan 38 tahun (rata-rata
33 tahun) dan berat badan mereka berkisar antara 62 hingga 76 kg (rata-
rata 69 kg).
2.2.Cara perlakuan sampel
Oral
- Subjek penelitian diminta untuk menahan diri dari minum teh, kopi atau
coklat dalam 24 jam sebelum dan selama percobaan.
Intravena
- Subjek penelitian diminta untuk tidak meminum minuman yang
mengandung xantine
2.3.Dosis obat yang diberikan
- Oral
Diberikan dua tablet mikrokristalin theophilin 125 mg
Diberikan dua tablet aminofilin 195 mg
- Intravena
Larutan theophilin steril (5 mg / ml) dengan penambahan larutan
NaCl, 8,42 g / 1 dan 1 M NaOH hingga pH 7,35.
Aminofilin 30 mg / ml injeksi (NAF-laboratoriene, Oslo)
diencerkan dengan larutan garam steril menjadi 5.9 mg / ml agar
sesuai dengan konsentrasi theophilin.
2.4.Cara analisa data obat dalam darah
- Oral
Sampel darah diambil setelah subjek meminum tablet dengan 150
ml air dan dikumpulkan pada waktu ke 30 min, 1, 2, 3, 4, 6, and 10
jam.
- Intravena
Sampel darah diambil( 2 ml) sebelum percobaan dan segera setelah
diinfus dan kemudian setelah 5, 10, 20, 30 menit, 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12
dan 24 jam.
2.5.Cara analisis dan mendapatkan Farmakokinetika
Konstanta eliminasi (kel) dan waktu paruh eliminasi (Ty½) dihitung
secara linear regresi dengan konsentrasi serum pada waktu 4 jam, 6 jam, dan
10 jam. AUC dihitung dari waktu ke 0 sampai 10 jam. Konsentrasi
maksimal(Cmax) dan (Tmax) dapat dilihat pada kurva.
BAB III
METODE PENELITIAN
Tabel 1. Profil farmakokinetik teofilin dan aminofilin pada pemberian oral secara
Posterior dan Anterior
Gambar 2. Kurva obat amonifilin dan teofilin pada pemberian oral secara
Posterior dan Anterior
Gambar 3. Kurva obat amonifilin dan teofilin pada pemberian intravena secara
Posterior dan Anterior
BAB V
KESIMPULAN
5.1.Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA