Anda di halaman 1dari 11

TUGAS BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA

KAJIAN JURNAL “PERBANDINGAN FARMAKOKINETIKA


TEOPILIN DAN AMINOPILIN PADA MANUSIA”

OLEH:
1. Gede Argham Mahardika (171200165)
2. I Kadek Aditya Putra (171200166)
3. Komang Agus Mahardika (171200167)
4. I Made Pradnyana Putra (171200168)
5. I Nyoman Adi Parawita (171200169)

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Teofilin adalah senyawa yang kurang larut dalam air, tetapi
kelarutannya meningkat pesat setelah penambahan ethylenediamine untuk
membentuk garam aminofilin kompleks. Untuk beberapa obat pada jadwal
dosis telah dirancang secara teliti dan detail studi farmakokinetik pada
sukarelawan dengan kondisi sehat dan pasien dari berbagai kelompok umur
dengan beragam kondisi patologis (Ogilvie, 1978). Sejauh ini sebagian
besar studi ini telah dilakukan dengan aminofilin, tetapi beberapa
eksperimen oral dengan murni teofilin juga telah diterbitkan (Sansom,
Milne & Cooper, 1979; Talseth, Boye & Bredesen, 1979).
Setelah percobaan dosis tunggal dengan C-labelled teofilin dan
aminofilin diberikan secara intravena kepada tiga sukarelawan sehat
Caldwell, Monks & Smith (1978) mengklaim bahwa, ada perubahan yang
signifikan dalam metabolisme teofilin terhadap ethylenediamine. Namun,
dalam praktik klinis perbedaan dibuat antara dua turunannya, Dosis yang
dianjurkan identik dengan jumlah zat aktif.
Beberapa laporan mengenai reaksi alergi terhadap ethylenediamine
telah muncul (White, Douglas & Main, 1978; Petrozzi & Shore, 1976).
Karena ini risiko dan fakta bahwa theophilin murni lebih baik diserap di
saluran pencernaan meskipun kelarutannya rendah. (Hendeles, Weinberger
& Bigley, 1977).
Cukup dipahami bahwa teofilin telah dipilih untuk sebagian besar
riset modern yang berkelanjutan dalam persiapan pengobatan asma jangka
panjang. Formulasi parenteral mengandung theophilin murni atau dengan
garam dan kompleks larut lainnya juga bisa tersedia di masa depan. Karena
itulah dianggap menarik untuk melihat apakah etilendiamin mempengaruhi
keseluruhan farmakokinetik dan pengikatan theophilin ke protein serum.
Percobaan ini menjelaskan serangkaian percobaan cross-over dengan
teofilin dan aminofilin yang diberikan secara intravena atau oral dengan
sukarelawan pada kondisi sehat.
1.2.Tujuan penelitian
1. Mengetahui perbandingan Farmakokinetik teofilin dan aminofilin
setelah pemberian oral dan infus intravena.
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1.Sampel
Oral
- Delapan subyek laki-laki yang sehat mengajukan diri untuk penelitian
ini. Usia mereka adalah antara 24 dan 37 tahun (rata-rata 32 tahun tahun)
dan berat badan mereka berkisar dari 67 hingga 104 kg (rata - rata 80
kg).
Intravena
- Kelompok relawan kedua dipilih berdasarkan kriteria yang diterapkan
dalam penelitian pertama. Usia mereka antara 24 dan 38 tahun (rata-rata
33 tahun) dan berat badan mereka berkisar antara 62 hingga 76 kg (rata-
rata 69 kg).
2.2.Cara perlakuan sampel
Oral
- Subjek penelitian diminta untuk menahan diri dari minum teh, kopi atau
coklat dalam 24 jam sebelum dan selama percobaan.
Intravena
- Subjek penelitian diminta untuk tidak meminum minuman yang
mengandung xantine
2.3.Dosis obat yang diberikan
- Oral
 Diberikan dua tablet mikrokristalin theophilin 125 mg
 Diberikan dua tablet aminofilin 195 mg
- Intravena
 Larutan theophilin steril (5 mg / ml) dengan penambahan larutan
NaCl, 8,42 g / 1 dan 1 M NaOH hingga pH 7,35.
 Aminofilin 30 mg / ml injeksi (NAF-laboratoriene, Oslo)
diencerkan dengan larutan garam steril menjadi 5.9 mg / ml agar
sesuai dengan konsentrasi theophilin.
2.4.Cara analisa data obat dalam darah
- Oral
 Sampel darah diambil setelah subjek meminum tablet dengan 150
ml air dan dikumpulkan pada waktu ke 30 min, 1, 2, 3, 4, 6, and 10
jam.
- Intravena
 Sampel darah diambil( 2 ml) sebelum percobaan dan segera setelah
diinfus dan kemudian setelah 5, 10, 20, 30 menit, 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12
dan 24 jam.
2.5.Cara analisis dan mendapatkan Farmakokinetika
Konstanta eliminasi (kel) dan waktu paruh eliminasi (Ty½) dihitung
secara linear regresi dengan konsentrasi serum pada waktu 4 jam, 6 jam, dan
10 jam. AUC dihitung dari waktu ke 0 sampai 10 jam. Konsentrasi
maksimal(Cmax) dan (Tmax) dapat dilihat pada kurva.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.Monografi obat Aminofilin


Aminofilin adalah obat Bronkodilator. Aminofilin berdasarkan struktur
kimia termasuk golongan xanthin. Aminofilin bekerja dengan memperluas
saluran udara dan mempermudah untuk bernafas.

Gambar 1. Struktur Obat Aminofilin


Indikasi Aminofilin
 Digunakan untuk pengobatan Bronkodilator pada obstruksi jalan
napas reversibel karena asma atau PPOK, dan meningkatkan
kontraktilitas diafragma.
Kontraindikasi: hipersensitifitas terhadap teofilin dan etilendiamin
Dosis dan Cara Pemakaian:
 Pengobatan bronkospasme akut: i.v: dosis awal (pada pasien yang
tidak menerima aminofilin atau teofilin): 5 mg/kg (berdasarkan
aminofilin) diberikan i.v lebih dari 20-30 menit, laju pemberian
tidak boleh melebihi 25 mg/menit (aminofilin).
 Perkiraan i.v. dosis pemeliharaan: berdasarkan infus kontinu, dosis
bolus dapat ditentukan dengan cara mengalikan kecepatan infus per
jam dengan 24 jam dan membaginya dengan jumlah yang diinginkan
dosis/hari.
 Perokok: 0,8 mg/kg/jam.
 Non perokok: 0,5 mg/kg/jam.
 Pasien dan pasien yang lebih tua dengan cor pulmonale: 0,3
mg/kg/jam.
 Pasien dengan gagal jantung kongestif: 0,1-0,2 mg/kg/jam. Dosis
harus disesuaikan menurut pengukuran kadar serum selama 12 jam
pertama untuk periode 24 jam.
 Bronkodilator: oral: awal: 380 mg/hari (setara dengan teofilin 300
mg/hari) dalam dosis terbagi tiap 6-8 jam, dapat meningkatkan dosis
setelah 3 hari, dosis maksimum: 928 mg/hari (setara dengan teofilin
800 mg/hari)
Efek samping: penyakit kardiovaskular, hipertiroidisme, penyakit ulkus
peptikum, dan gangguan kejang.
Peringatan dan atau Perhatian:
 Penyesuaian dosis: karena potensi kejenuhan pembersihan teofilin
pada tingkat serum dalam (atau pada beberapa pasien kurang dari)
kisaran terapeutik, penyesuaian dosis harus dilakukan sedikit demi
sedikit (maksimum: pengurangan 25%).
Bentuk dan Kekuatan Sediaan:
1. Larutan injeksi 25 mg/ml 10 ml dan 20 ml.
2. Tablet 100 mg dan 200 mg.
Penyimpanan dan Stabilitas: Simpan dalam wadah kedap udara.
Terlindung dari cahaya.
(MIMS, 2014 dan ISO, 2012)
BAB IV
INTERPRETASI DATA FARMAKOKINETIKA

4.1.Profil Farmakokinetik Obat amonifolin dan teofilin Secara Posterior dan


Anterior

Tabel 1. Profil farmakokinetik teofilin dan aminofilin pada pemberian oral secara
Posterior dan Anterior

Table 2. Profil farmakokinetik teofilin dan amonifilin pada pemberian intravena


secara Posterior dan Anterior
4.2.Kuva Obat amonifilin dan teofilin dalam darah Secara Posterior dan
Anterior

Gambar 2. Kurva obat amonifilin dan teofilin pada pemberian oral secara
Posterior dan Anterior

Gambar 3. Kurva obat amonifilin dan teofilin pada pemberian intravena secara
Posterior dan Anterior
BAB V
KESIMPULAN
5.1.Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Aslaksen, A., OM Bakke, and T. Vigander. 1981. “Comparative Pharmacokinetics


of Theophylline and Aminophylline in Man.” British Journal of Clinical
Pharmacology 11(3): 269–73.
MIMS, (2014). MIMS Edisi Bahasa Indonesia, Edisi 15 ,BIP Jakarta Indonesia.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2012. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume
47. Jakarta: PT ISFI Penerbitan.

Anda mungkin juga menyukai