Tablet
: 150 mg
Tablet salut selaput lepas lambat: 125 mg, 250 mg, 300 mg
Sirup : 50 mg/5ml, 130 mg/15ml, 150 mg/15 ml
Ampul :10ml, mengandung 24 mg aminofilin setiap mililiternya.
d) Dosis
Kadar terapi teofilin sedikitnya 5-8 g/ml, sedangkan efek toksik mulai terlihat
pada kadar 15g/ml dan lebih sering pada dosis diatas 20 g/ml. Dosis aminofilin
diberikan 6 mg/kgBB diberikan secara infus selama 20-40 menit. Setelah itu untuk
efek yang optimalkan dipertahankan dengan pemberian infuse 0,5 mg/kgBB/jam
untuk dewasa normal dan bukan perokok. Untuk anak-anak dan orang dewasa
perokok memerlukan dosis 0,8-0,9 mg/kgBB/jam. Teofilin oral bagi orang dewasa
adalah 400 mg/hari (Louisa, 2007).
e) Efek samping
Efek samping amino filin sendiri yaitu (Deglin, 2005):
a) Sistem Saraf Pusat : gugup, ansietas, sakit kepala, insomnia, kejang
b) Kardiovaskular
: takikardia, palpitasi, aritmia, angina pektoris
c) Gastro Intestinal : mual, muntah, anoreksia, kram.
f) Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi obat ini digunakan pada penyakit asma bronchial, PPOK (Penyakit
Paru Obstruktif Kronik) dan apnea pada bayi prematur. Sedangkan kontraindikasi
pada orang yang memiliki hipersensitifitas terhadap obat ini (Louisa, 2007).
2. Agen Anti Muskarinik (Ipratropium Bromide)
a) Jenis dan Farmakodinamik
Obat ini merupakan jenis antagonis reseptor muskarinik. Ipratropium bromida
adalah antagonis kolinergik asetilkolin pada reseptor kolinergik, yang memblok
asetilkolin di saraf parasimpatetik otot bronkus, menyebabkan stimulasi guanyl
cyclase dan menekan peningkatan cGMP (mediator bronkokonstriksi), sehingga
menimbulkan bronkodilatasi. Aktivitas antimuskarinik pada otot bronkus lebih besar
dibandingkan pada kelenjar secret (Zunilda, 2007).
b) Farmakokinetik
Ipratropium diserap melalui mukosa saluran napas dan langsung bekerja pada
otot bronkus sehingga terlihat efeknya setelah 30-90 menit. Namun, obat yang
tertelan ketika disemprotkan umumnya akan ditemukan kembali di feses (Zunilda,
2007).
c) Sediaan dan dosis
Inhaler 20 mcg/semprot. Inhalation Solution 250 mcg/ml. Dosis yang digunakan
(Pramudianto, 2011) :
1) Inhaler 20-40 mcg, 3-4 kali sehari.
2) Anak s/d 6 th : 20 mcg 3 kali sehari; 6 -12 th : 20-40 mcg 3 kali sehari
3) Inhalation solution: 250 - 500 mcg, 3-4 kali sehari.
4) Anak s/d 6 th : 125-250 mcg, dapat diulang tiap 4-6 jam, dosis maksimum
sehari 1 mg; 6-12 th : 250 mcg
d) Efek samping
Pada orang muda efek samping mulut kering, gangguan miksi, meteorisme
sering terjadi, tetapi tidak membahayakan. Pada orang tua dapat terjadi efek sentral
terutama berupa sindrom demensia. Memburuknya retensi urin pada pasien
hipertrofi
prostat
dan memburuknya
penglihatan
pada
pasien
galukoma,
DAPUS
Deglin, Judith Hopfer, April Hazard Vallerand. 2005. Pedoman Obat untuk Perawat. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Katzung, Bertram G, Susan B. Masters, dan Anthony J. Trevor. 2014. Farmakologi Dasar
dan Klinik. Jakarta : EGC.
Louisa, Melva dan Hedi R. Dewanto. 2007. Xantin : Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.
Pramudianto, A. & Evaria. 2011. MIMS Petunjuk Konsultasi, Edisi 11, Jakarta : UBM
Medica Asia Pte Ltd.
Zunilda. 2007. Agonis dan Antagonis Muskarinik : Farmakologi dan Terapi ed. 5. Jakarta :
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.