Anda di halaman 1dari 2

Parut Hipertrofik :

Parut hipertrofik adalah kondisi kulit yang ditandai dengan akumulasi kelebihan jaringan
parut di daerah lokal. Biasanya muncul hanya pada daerah kulit yang telah baru-baru ini
terluka atau dioperasi. Predileksi lesi dapat timbul dimana pun. Parut hipertrofik berbeda dari
keloid yang tumbuh tanpa batas. Parut hipertrofik hanya muncul di bekas luka atau
pembedahan. Bekas luka yang tebal dan lebih gelap dari wilayah kulit di sekitarnya. Parut
hipertrofik meninggi, lesi biasanya berwarna lebih gelap dari kulit di sekitarnya, tetapi tetap
dalam parameter luka. Parut hipertrofik bisa terasa gatal, sangat terlihat dan
dapat menyebabkan masalah dengan ketatnya dan mobilitas kulit. Besar parut masih sesuai
dengan lukanya, tidak pernah melewati batas tepi luka dan pada suatu saat akan mengalami
fase maturasi. Parut hipertrofik juga dapat sembuh secara spontan dalam 12-18 bulan
meskipun tidak komplit (Breman, 2010).

Dermatofibroma
Dermatofibroma adalah tumor jinak kulit berupa nodula yang rata, dengan perabaan keras di
atas permukaan kulit. Biasanya disebabkan karena hiperplasia jaringan ikat histiosit dan
jaringan pembuluh darah. Penyakit ini terjadi lebih sering pada wanita dengan faktor yang
berperan akibat trauma seperti luka tusuk, garukan, atau gigitan serangga. Dermatofibroma
sering berlokasi tungkai, telapak kaki, punggung, bahkan dapat seluruh permukaan tubuh.
Efloresensi dermatofibroma adalah nodula lentikular sampai numular, permukaan licin
mengkilat, warna coklat kekuning-kuningan dengan perabaan keras (Siregar, 2005).

Asal : Jaringan ikat


Tempat predileksi : badan dan ekstremitas
Gambaran klinis : nodus, kadang-kadang bertangkai, datar bewarna kecoklatan, perabaan
keras
Keloid :
Parut melampaui batas tepi luka tetapi jarang meluas sampai ke jaringan subkutan, aktif dan
menunjukkan tanda-tanda radang seperti kemerahan, gatal, dan nyeri ringan.
Asal : jaringan ikat, umumnya karena trauma dan bakat
Tempat predileksi : daerah deltoid, dada, punggung, ekstremitas
Gambaran klinis keras, tak teratur, berbatas tegas, coklat dan keputihan
Keloid adalah pertumbuhan jaringan ikat padat hiperproliferatif jinak
akibat respon penyembuhan luka abnormal. Keloid terjadi karena sintesis dan penumpukan
kolagen yang berlebihan dan tidak terkontrol pada kulit yang sebelumnya terjadi trauma dan
mengalami penyembuhan luka (Sjamsoe, 2005; Siregar, 2005). Keloid berbeda dengan skar
hipertrofik karena keloid menyebar melewati garis batas luka awal, menginvasi kulit normal
disekitarnya, tumbuh mirip pseudotumor dan cenderung rekuren setelah eksisi. (Thomson,
2001).
Keloid dapat muncul pada daerah dada, bahu, punggung, leher belakang, dan daun
telinga. Lebih sering muncul pada orang kulit hitam, Hispanik, dan Asia, dan jarang dijumpai
pada Kaukasian. Pada wanita lebih sering dijumpai dari pada pria. Keloid lebih sering
muncul pada decade ketiga. Walaupun sering muncul pada daerah yang terkena trauma,
namun dapat muncul secara spontan (Jansen, 2012).
Penanganan keloid merupakan tantangan bagi dermatolog, terutama karena respon
terhadap pengobatan yang bervariasi. Berbagai metoda terapi telah dilakukan untuk
mengobati keloid. Metoda terapi keloid yang banyak digunakan saat ini adalah
kortikosteroid, pembedahan, radiasi, laser dan silicone gel sheets. Beberapa metoda lain,
masih dalam taraf eksperimen, seperti interferon, bleomisin dan 5-fluorouracil. Keloid sering
timbul kembali walaupun telah diterapi dengan berbagai teknik. Sampai saat ini pun,
belumada baku emas penanganan keloid (Robles, 2007; Urioste et al., 1999; Espana, 2011;
Cho, 2010). Oleh karena itu, pemahaman mendasar tentang patogenesis, berbagai metoda
penanganan dan pencegahan kekambuhan keloid penting untuk dimiliki oleh dokter yang
akan menangani kondisi ini.

HartyngM, Hicks MJ,


L e v y M L . D e r m a l h y p e r t r o p h i e s . I n : Wo l ff K , e t a l , e d i t o r. Fitzpatricks
dermatology in general medicine. 7
th
Edition. New York: Mc. Graw Hill, 2008. h.553-4

Wolff, K., Goldsmith, L., Katz, S., Gilchrest, B., Paller, A., & Leffell, D. F. (2008). Dermatology in
general medicine. New York.

Harting, M., Hicks, M. J., & Levy, M. L. (2008). Dermal hypertrophies. In : Wolff K, et al,
editor. Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th Edition. New York: Mc. Graw Hill, 2008. h.553-4

Anda mungkin juga menyukai