PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Seiring dengan proses diatas, faktor antifibrotik juga
dilepaskan, termasuk interferon- dan interferon- yang
diproduksi oleh leukosit dan fibroblas, sedangkan interferon diproduksi oleh limfosit T. Interferon berfungsi
menghambat sintesis kolagen dan fibronektin oleh fibroblas.
Interferon juga menghambat diferensiasi fibroblas. Maturasi
skar berakhir dengan dengan regresi stimulasi sitokin dan
stimuli angiogenik, menghasilkan skar yang hiperemis dan
contracted. Scar remodelling terjadi pada 6-12 bulan
selanjutnya, dengan skar yang terbentuk mendekati 70-80%
tensile strength kulit normal. Fase inflamasi yang
memanjang mengakibatkan peningkatan aktifitas sitokin.
Resiko pembentukan keloid meningkat seiring dengan
aktifitas sitokin yang berkepanjangan (Butler et al, 2008).
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN KLINIS
Keloid biasanya terjadi pada individu yang memiliki predisposisi
setelah terjadinya trauma kulit. Memiliki ukuran yang melebihi
bentuk awal luka dan tidak memiliki kecenderungan regressi . Dan
sering menyebabkan keluhan yang berarti seperti : nyeri dan
gatal.Sebaliknya scar hipertrophi ukurannya tidak melebihi ukuran
luka awal, dan sering mengalami regressi spontan dan jarang
mengalami rekurens setelah dilakukan eksisi.
Manifestasi klinis keloid berupa plak atau nodul kenyal, berwarna
merah atau merah muda (sering disertai telangiektasis), biasanya
gatal dan nyeri, yang tidak dapat pulih secara spontan dan
ukurannya makin lebar seiring dengan waktu (Harting et al, 2008).
Tanda karakteristik keloid adalah skar tebal berwarna merah di area
sternal. Lee dkk melaporkan bahwa dari 28 pasien keloid; 86%
mengeluh gatal dan 46% mengeluh nyeri, gatal terutama pada tepi
lesi sedangkan nyeri pada bagian tengah lesi (Lee et al, 2004).
GAMBARAN KLINIS
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis Hipertrofik skar berupa peninggian kulit
dengan bentuk tidak teratur, berbatas tegas, berwarna
merah muda sampai keunguan, kadang hiperpigmentasi,
tampak licin dan tidak berambut, serta teraba keras. Lesi
tumbuh lambat dan jarang terjadi ulserasi dan keganasan,
kecuali pada pasca luka bakar yang lama (Assad,
1999).Hipertrofik skar cenderung mengalami regresi
spontan dalam 18 bulan, tetapi dapat kambuh pasca terapi
(Burton, 1998). Hipertrofik skar biasanya asimtomatik,
tetapi dapat juga terasa gatal dan nyeri pada saat tumbuh.
Dapat terjadi di seluruh kulit, tetapi lebih sering di daerah
predileksi, yaitu dada, punggung bagian atas, bahu, cuping
telinga, dagu, leher, dan tungkai bawah.
MANAJEMEN
- Pencegahan keloid dan scar hipertrophi merupakan strategi terapi yang terbaik.
Pasien-pasien dengan predisposisi untuk berkembangnya pembentukan scar yang
berlebihan hendaknya menghindari tindakan pembedahan yang tidak penting,
khususnya pada bagian tubuh yang beresiko tinggi untuk terjadinya keloid.
- Penanganan keloid yang paling sering digunakan dan paling sering dilaporkan
efikasinya adalah injeksi kortikosteroid intralesi, bedah eksisi, cryotherapy,
laser, radiasi dan silicone gel sheeting. Beberapa metode penanganan keloid
lain lebih jarang digunakan namun secara efikasi cukup efektif adalah:
imiquimod topikal dan antimetabolit (5-fluorouracil dan bleomisin).
- Dasar terapi
Hipertrofik Skar yang digunakan ialah dengan mengkoreksi
pembentukan dan degradasi kolagen yang abnormal, memanipulasi proses
penyembuhan luka, serta menghambat respons inflamasi. Terapi JPH dapat
berupa eksisi, bedah beku, kortikosteroid topikal atau intralesi, radioterapi,
tekanan secara mekanik, gel silikon, interferon, 5-fluorourasil, laser vaskular,
serta terapi kombinasi.Terapi kombinasi yang banyak digunakan adalah terapi
bedah eksisi dengan penyuntikan kortikosteroid intralesi, radiasi, bedah beku,
laser, 5-luorourasil, dan tekanan mekanik atau bedah beku dengan penyuntikan
kortikosteroid intralesi
MANAJEMEN