Kematian
Cara kematian
Cara kematian mengacu pada cara bagaimana penyebab kematian
muncul menurut hukum:
• Natural (wajar)
• Un Natural (Tidak wajar):
• Accident (kecelakaan)
• Suicide (bunuh diri)
• Homicide (pembunuhan)
• Undetermined (tidak dapat ditentukan)
Dolinak D, Matshes E, Lew E. Forensic pathology. Amsterdam: Elsevier Academic Press; 2005.
Natural
• Dikatakan “Natural” ketika individu mati sebagai akibat dari proses
penyakit yg alami, tanpa adanya pengaruh dari luka, keracunan obat,
ataupun faktor lingkungan dan faktor non-natural lainnya.
Dolinak D, Matshes E, Lew E. Forensic pathology. Amsterdam: Elsevier Academic Press; 2005.
Accident
• Sebuah kejadian yg terjadi secara kebetulan / dari penyebab yg tidak
diketahui, tanpa adanya niatan; kejadian yg tidak disengaja dan
biasanya tiba” dan tidak terduga yg mengakibatkan kehilangan atau
cedera.
• Jika tidak ditemukan bukti terjadi upaya pembunuhan individu
tersebut, cara kematiannya umumnya dan pantasnya dinyatakan
sebagai sebuah kecelakaan
Dolinak D, Matshes E, Lew E. Forensic pathology. Amsterdam: Elsevier Academic Press; 2005.
Suicide
• Tindakan mengambil kehidupan sendiri secara sukarela.
• Cara kematian dengan bunuh diri dinyatakan ketika seseorang dengan
sengaja mengambil nyawanya sendiri atau, melalui satu atau
serangkaian tindakan yg disengaja, sangat meningkatkan
kemungkinan bahwa dia mati.
Dolinak D, Matshes E, Lew E. Forensic pathology. Amsterdam: Elsevier Academic Press; 2005.
Homicide
• Pembunuhan manusia yg dilakukan oleh manusia lainnya.
• Pembunuhan dapat disebabkan oleh suatu tindakan disengaja.
• Definisi tentang pembunuhan adalah bahwa seseorang (atau banyak
orang) membunuh orang lain.
• Merupakan tugas sistem pengadilan untuk menentukan apakah
pembunuhan telah dilakukan. Penyidik kematian medicolegal tidak
memiliki peran dalam menentukan bersalah / tidak.
Dolinak D, Matshes E, Lew E. Forensic pathology. Amsterdam: Elsevier Academic Press; 2005.
Undetermined
• Kurangnya informasi mengenai keadaan kematian untuk menentukan
cara kematian setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh
• Cth: menemukan hanya tulang yang tidak dapat ditentukan penyebab
kematiannya.
Dolinak D, Matshes E, Lew E. Forensic pathology. Amsterdam: Elsevier Academic Press; 2005.
Sebab kematian
• Penyebab kematian adalah cedera, penyakit, atau kombinasi dari
keduanya yang memulai deretan gangguan fisiologis yang, tidak
peduli seberapa singkat atau panjangnya, mengakibatkan
penghentian fatal kehidupan individu.
• Sebab kematian harus spesifik secara etiologis
• Dapat dibagi 2: immediate dan proximate
• Immediate: penyakit / cedera yg hadir pada saat kematian yg menyebabkan
kematian orang tersebut
• Proximate: proses, cedera, atau peristiwa penyakit sebagai awal mula yang
menyebabkan serangkaian peristiwa yang tak terputus selama waktu yang
tidak terbatas yang akhirnya menyebabkan kematian individu
Dolinak D, Matshes E, Lew E. Forensic pathology. Amsterdam: Elsevier Academic Press; 2005.
Mekanisme kematian
• Proses fisiologis dan/atau biokimia di mana kematian terjadi.
• Contoh mekanisme kematian adalah Cardiac Tamponade yang
dihasilkan dari hemoperikardium akibat infark miokard yang pecah.
• Mekanisme kematian lainnya termasuk exsanguination, gagal ginjal,
dan dysrhtymia jantung
Dolinak D, Matshes E, Lew E. Forensic pathology. Amsterdam: Elsevier Academic Press; 2005.
Traumatologi
Penyebab Trauma
• Trauma Fisik
• Suhu: tinggi (luka bakar), dingin (frost bite)
• Listrik, petir
• Perubahan tekanan udara
• Radiasi
• Akustik
• Trauma Mekanik
• Kekerasan tumpul: luka lecet, memar, robek, patah tulang dan
perdarahan
• Kecepatan rendah
• Kecepatan tinggi: Tembakan senjata api (LTM , LTK)
• Kekerasan tajam: luka tusuk, iris, bacok
• Trauma Kimiawi
• Asam atau basa kuat
• Non asam dan basa kuat
Kekerasan Tumpul
• Trauma tumpul dapat terjadi akibat: benturan, traksi,
torsio dan kekuatan oblik (geseran)
• Kekuatan trauma benda tumpul: ringan (tamparan)
sampai kuat (pukulan dengan kekuatan penuh)
• Dampak trauma tumpul:
• Mikrotrauma
• Tidak ada luka
• Nyeri tekan
Subjektif (berdasarkan ambang nyeri masing-masing individu)
• Nyeri
• Eritema
• Edema
• Kontusio, memar
• Abrasi
• Laserasi
• Fraktur
Simpson’s Forensic Medicine. 13th ed.
2011.
Simpson’s Forensic Medicine. 13th ed. 2011.
Memar
perubahan warna pada kulit
akibat adanya ekstravasasi darah ke
jaringan subkutan dan kulit,
disebabkan pecahnya pembuluh
darah
• Kontusio: kebocoran darah ke
jaringan yang ada di rongga tubuh
• Hematoma: kumpulan darah di
bawah kulit yang bisa diraba
• Petechiae: memar kecil < 2mm dan
bisa berubah dan bergabung
Pada korban mati: memar yang muncul sebelum mati bisa dibedakan
dengan lebam mayat dengan cara menyayat kulit → sayatan pada lebam
mayat akan bersih saat dialiri air, sedangkan pada memar akan tetap ada
(merah hitam)
• Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik.
• Simpson’s Forensic Medicine. 13th ed. 2011.
Simpson’s Forensic Medicine. 13th ed. 2011.
Abrasi (Luka Lecet/Gores)
= luka pada lapisan kulit tapi tidak menembus seluruh lapisan
epidermis, diakibatkan kontak kulit dengan permukaan yang kasar atau
adanya kekuatan geseran (menyeret, bergerak)
Ciri-ciri diatas dapat dijumpai pada kasus pembunuhan yang disertai perkelahian.
Tetapi bila tanpa perkelahian maka lokasi luka biasanya pada daerah fatal dan
dapat tunggal.
Luka tangkis
• Merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan
umumnya ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari-jari
tangan, punggung lengan bawah dan tungkai.
• Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk
melihat interaksi antara pisau-kain-tubuh melihat letak/lokasi
kelainan, bentuk robekan, adanya partikel besi (reaksi biru berlin
dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi), serat kain dan
pemeriksaan terhadap bercak darahnya.
Deskripsi Luka
Yang perlu dideskripsikan: 8. Apa yang keluar dari luka
1. Regio (bagian tubuh) 9. Daerah sekitarnya
2. Lokasi (koordinat)
3. Jenis luka Deskripsi luka memar dan lecet
4. Bentuk luka cukup 1 – 5
5. Ukuran
6. Tepi luka (dinding luka)
7. Sudut luka
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja T. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum. Sebuah pengantar. 2008.
Bila seseorang mati karena luka Deskripsi anak peluru:
tusuk atau luka tembak, harus
dideskripsikan pula: 1. Bentuk
1. Saluran luka: panjang, arah & 2. Terbuat dari logam …. Warna ….
besar sudut terhadap kulit, 3. Panjang
mengenai apa saja
4. Diameter basis
2. Ketinggian luka (SPESIFIK
UNTUK LUKA TEMBAK): jarak 5. Berat
tumit-luka diukur 6. Jumlah & arah jalur: alur
memperkirakan sikap & posisi memutar kemana (kanan/kiri),
korban terhadap pelaku pada
waktu interaksi, yang kelak ada cacat/tidak
digunakan untuk mengontrol 7. Beri tanda tangan di basis dan
jalannya rekonstruksi kirim ke lembaga balistik setelah
difoto
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja T. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum. Sebuah pengantar. 2008.
Derajat/Kualifikasi Luka
• Salah satu yang harus diungkapkan dalam kesimpulan VeR
• Derajat luka berkaitan dengan jenis pengaiayaan yang dilakukan
pelaku & berat-ringannya ancaman hukuman maksimum yang dapat
dibebankan
• Dokter telah diberi patokan batasan luka ringan (derajat satu) &
luka berat (derajat tiga) berdasarkan ketentuan KUHP
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja T. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum. Sebuah pengantar. 2008.
Luka Ringan (Derajat Satu)
https://iditabanan.org/visum-et-repertum
• 3. Luka berat / luka derajat III / luka golongan A
menurut KUHP pasal 90, yaitu:
• Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya maut
• Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban selamanya
• Hilangnya salah satu panca indra korban
• Cacat besar
• Terganggunya akan selama > 4 minggu
• Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu
https://iditabanan.org/visum-et-repertum
Toksikologi
Toksikologi
• Toksikologi adalah ilmu yg mempelajari mengenai sumber, sifat, serta kelainan yg
didapatkan ada korban yg meninggal.
• Racun adalah zat yg bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yg dalam
dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan
kematian
Sumber:Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Penggolongan
Berdasarkan Sumber - Racun dari tumbuh-tumbuhan: Opium (dari papaver somniferum), kokain,
kurare, aflatoksin (dari aspergilus niger)
- Racun dari hewan: Toksin ular / laba-laba / hewan laut
- Racun dari mineral: Arsen, timah hitam
- Racun dari sintetik: Heroin
Berdasarkan Organ - Hepatotoksik
Tubuh - Nefrotoksik
Berdasarkan - Contoh: Racun yg mengikat gugus -SH (Sufidril) Pb, yg berpengaruh pd
Mekanisme Kerja ATP-ase, yg membentuk met-Hb (nitrat dan nitrit)
Berdasarkan Racun - Di alam bebas: Gas racun di alam
Berada - Di rumah tangga: Deterjen, desinfektan, insektisida, pembersih (cleners)
- Di pertanian: Insektisida, herbisida, pestisida
- Di industri dan laboratorium: Asam dan basa kuat, logam berat
- Di makanan: CN dalam singkong, toksin botulinus, bahan pengawet, zat aditif
- Di obat: Hipnotik, sedatif, dll
Sumber:Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Penggolongan
Berdasarkan Cara Lokal:
Kerja - H2SO4, HNO3, NaOH, KOH, golongan halogen (fenol, lisol, dan senyawa
logam)
- menimbulkan reaksi perangsangan, peradangan atau korosif
menimbulkan rasa nyeri hebat dan dapat menyebabkan kematian akibat
syok neurogenik.
Sistemik:
- Barbiturat, alkohol, morfin thd SSP, digitalis, oksalat thd jantung, CO thd Hb
darah.
Lokal dan Sistemik:
- Asam karbol menyebabkan erosi lambung dan sebagian yg diabsorbsi akan
menimbulkan depresi SSP
Sumber:Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Toksikologi Zat
• Carbon Monoxide Poisoning
• Carbon monoxide (CO) poisoning is probably the most common toxic condition to be
met with in routine forensic pathology.
• Causes of carbon monoxide poisoning
• Motor vehicle exhaust gases
• Domestic appliances
• Structural fires
• Industrial processes
• Incomplete combustion
• The autopsy in carbon monoxide poisoning
• colour of the skin, especially in areas of post mortem hypostasis
• The classical ‘cherry pink’ colour of carboxyhaemoglobin is usually evident if the
saturation of the blood exceeds about 30 per cent
• Blood analysis
Knights Forensic Pathology 4th edition (2016)
• Organophosphorus Poisoning
• Paraquat poisoning
• The autopsy in paraquat poisoning
• There may be ulceration around the lips and mouth from escape of paraquat
concentrate
• The mucosa of the mouth may be reddened or desquamated, and the oesophagus
may show worse changes, including casts of shed epithelium.
• The stomach may show erosion and patchy haemorrhages, or may be unremarkable
• The liver may show pallor or mottled fatty change to the naked eye. It is unusual for
any gross charges to be visible.
• Other organs show no specific changes, apart from the lungs; the kidneys may reveal
cortical pallor if there is renal failure
• Toxicology interpretation
• A fatal outcome is usually associated with plasma paraquat concentrations greater
than 0.2 mg/l at 24 h after ingestion and 0.1 mg/l at 48 h after ingestion.
• Paraquat is excreted over a long period and can be detected in urine at autopsy
many days after ingestion.
• Concentrations in excess of 0.07 mg/l have been found 26 days later
• Keracunan akut :
• Racun yg ditelan cepat menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian
timbul dalam beberapa menit
• Pada interval antara menelan racun sampai kematian ditemukan gejala-gejala
dramatis, mengeluh terasa terbakar pada kerongkongan dan lidah, sesak nafas,
hipersalivasi, mual muntah, sakit kepala, vertigo, fotofobi, tinitus, pusing, dan
kelelahan
• Bisa juga ditemukan sianosis pada wajah, busa keluar dari mulut, nadi cepat dan
lemah, pernafasan cepat dan tidak teratur, pupil dilatasi dan refleks
melambat,udara nafas berbau amandel, muntahan tercium bau amandel, dan
saat menjelang kematian timbul kedut otot dan kejang dg inkotinensia urin dan
alvi
• Bila racunnya diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran bernafas, mual,
muntah, sakit kepala, salivasi, lakrimasi, iritasi mulut dan kerongkongan, pusing
dan kelemahan ekstremitas, dapat kejang dan koma hingga meninggal
• Keracunan kronik :
• Korban pucat, berkeringat dingin, pusing, rasa tidak enak dalam
perut, mual dan kolik, rasa tertekan pada dada, dan sesak nafas
• Bisa menyebabkan goiter dan hipotiroid
Keracunan Arsen
• Sering digunakan untuk membunuh orang lain, kadang bisa
juga karena meminum/ memakan minuman dan makanan yg
terkontaminasi dg arsen
• Kematian dengan arsen sering tidak menimbulkan kecurigaan
karena gejala keracunan akutnya menyerupai gejala gangguan
GI tract yang hebat sehingga sering salah diagnosa sebagai
suatu penyakit
• AsH3 (arsin) adalah golongan arsen yg paling berbahaya. Dia
tidak berwarna dan baunya seperti bawang
• Biasanya yang digunakan untuk membunuh As2O3 (racun
tikus). Bentuknya bubuk berwarna putih/ kristal, jernih, tidak
ada rasa dan tidak berbau, serta dalam larutan dia tidak
berwarna. Bentuk kristal > mudah larut dibanding bubuk
• Sumber :
• Industri dan pertanian ( penyemprot buah-buahan, insektisida, pembunuh lalat, racun
tikus, cat)
• Tanah
• Air yg terkontaminasi
• Bir
• Kerang ( keong, kepiting, ikan)
• Tembakau ( asapnya mengandung arsen)
• Obat-obatan( carbarsone, tryparsamide)
Blood sample
Using needle
• Femoral vein
• Jugular vein
• Except from cardiac
Keracunan Barbiturat
• Long acting: barbitone, phenobarbitone, phenytoin. Msih digunakan
untuk epilepsi
• Intermediate acting: amylobarbitone, sodium amytal,
pentobarbitone, allobarbitone, butobarbitone and pentobarbitone.
• Short-acting: hexobarbitone, cyclobarbitone, secobarbital and
thiopentone.
Tanda dan Gejala
• Terjadi bila yang masuk >10x takaran hipnotik, tp ada juga yang bilang 15-
20x
• Gejala bahaya timbul jika diminum PO 5 gram barbital, atau 1 gram luminal
atau amytal, atau 0,5 gram nembutal atau seconal
• takaran mematikan bagi orang dewasa 50-70 grain (1 gr=4,8 grain), tetapi
dapat pula dengan takaran 125,200 atau 300 grain
30-40 mg% penciutan lapang pandang, ↓ ketajaman penglihatan, dan pemanjangan waktu reaksi
30-50 mg% Keterampilan mengemudi mulai turun, lebih jelas pada 150mg%
80 mg% Ggg penglihatan 3dimensi, kedalaman pandangan, ggg pendengaran serta ↓ kemampuan
pemusatan perhatian, konsentrasi, asosiasi dan analisa.
200 mg% Ggg bnyak bicara, refleks menurun, inkoordinasi otot2 kecil, kadang2 nistagmus dan sering
terdapat pelebaran PD kecil
250-300 mg% Penglihatan kabur, tdk dpt mengenali warna, konjungtiva merah, dilatasi pupil, diplopia, sukar
memusatkan pandangan, nistagmus.
Bila kadar tambah meningkat timbul : tremor tangan dan bibir, bicara kacau, keterampilan
menurun, inkoordinasi otot dan otot tonus muka menghilang
400-500 mg% Aktivitas tonus otot menghilang sama sekali, timbul stupor atau koma, pernafasan perlahan dan
dangkal, suhu tubuh menurun.
KELAINAN DAN KERACUNAN ALKOHOL KRONIK
Saluran cerna Kelainan selaput lendir mulut, kerongkongan dan lambung berupa gastritis kronik
dgn aklorhidia, gastritis erosif hemoragik akut, pangkreatitis hemoragik, tumor
ganas mulut dan kerongkongan dan dapat timbul malabsopsi
Hati Penimbunan lemak pada sel hati, kadar SGOT, trigliserid dan as.urat meningkat.
Dpt timbul hepatitis alkololik kemudian sirosis dan hepatoma
Jantung Kardiomiopati alkoholik dgn payah jantung kiri/kanan dgn distensi pembuluh balik
leher, nadi lemah dan edem perifer.
Muskuloskeleta Miopati alkoholik
l
Saraf Polineuritis/ neuropati perifer akibat degenerasi serabut saraf dan mielin
Nutrisi Mengalami ggg akibat kebiasaan makan tidak baik shg timbul kelainan dgn gejala
spt defisiensi B1, B6, asam riboflavin dan nikotinat.
Sebab dan mekanisme kematian KERACUNAN
ALKOHOL
• Akibat gagal hati dan ruptur varises esofagus akibat hipertensi portal.
• Bisa akibat secara sekunder oleh pneumonia dan TBC.
• Pada peminum alkohol yg jatuh dlm keadaan mabuk dpt
menyebabkan memar korteks serebri, hematom subdural akut atau
kronik.
• Depresi pusat pernafasan terjadi pada kadar alkohol otak >450mg%
PEMERIKSAAN KERACUNAN ALKOHOL
• bau alkohol keluar dari udara • Kelainan pada korban mati tidak khas
pernafasan (mungkin ditemukan gejala asfiksia) :
• Kadar alkohol urin seluruh organ ada tanda pembendungan,
• Kadar alkohol darah darah lebih encer, berwarna hitam gelap.
Mukosa lambung ada tanda
pembendungan, kemerahan, dan tanda
inflamasi tapi kadang tidak ada kelainan.
• Organ2 termasuk otak dan darah berbau
alkohol
• Histopatologi : edem dan pelebaran PD
otak dan selaput otak, degenerasi bengkak
keruh pada parenkim organ dan inflamasi
organ sal cerna
PEMERIKSAAN LAB KERACUNAN ALKOHOL
• Diagnosis pasti dengan pemeriksaan kuantitatif kadar alkohol darah
• Kadar alkohol dr udara ekspirasi dan urin merupakan pilihan kedua
• Pada korban meninggal dpt ditambah pemeriksaan kadar alkohol otak,hati
atau organ lain atau cairan tubuh seperti cairan serebrospinal.
• Pemeriksaan kadar alkohol dlm darah dan urin yg cukup sederhana adalah
teknik modifikasi mikrodifusi (conway) dengan reagen antie : warna
kuning kenari menunjukkan hasil negatif, warna kuning kehijauan kadar
etanol sekitar 80mg%, warna hijau kekuningan sekitar 300mg%
Bitter
• Pengambilan dan pengiriman • Orang mati:
bahan (orang hidup): • Seperti orang hidup.
• Secepatnya (sebelum tindakan • Sebagian jaringan organ, contoh:
terapi), jenis dan jumlah bahan • Hati 100 gram (dugaan keracunan
tergantung cara masuknya racun insektisida)
dan dugaan jenis racun. • Seluruh empedu (dugaan
• Umumnya: urin, keracunan morfin)
muntahan/bilasan lambung, • Darah yang diencerkan 1:5 utk
periksa Met-Hb (dugaan
darah, rambut, tinja keracunan Na nitrit)
• Dikemas di botol tanpa pengawet • Disertakan hasil autopsi.
masuk ke kotak tertutup
segel beri label. • Jika menggali mayat dalam
kuburan: hanya organ-organ
• Sertakan bahan pada TKP sbg tubuh ttt dan isi lambung , tanah
pembanding kirim ke lab tepat dibawah lambung dan
secepatnya jika lama beri tanah norma (utk pembanding).
pengawet
Surat Keterangan Kematian
Surat keterangan kematian
Surat keterangan u/ keperluan penguburan identitas jenazah,
tempat, dan waktu meninggal
• Surat keterangan (laporan) kematian
• Harus diisi sebab kematian kematian secara klinik (hanya untuk pelaporan
ke dinas kesehatan)
• Lama menderita sakit hingga meninggal dunia
• Jenazah dibawa keluar negeri adanya penyakit menular harus
dicantumkan
Prosedur pembuatan akta kematian
• Bedasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 tahun
2008, bahwa pencatatan kematian di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dilakukan pada Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil tempat terjadinya kematian.
• Jika warga yang meninggal di Rumah sakit, syaratnya harus
melampirkan surat keterangan kematian dari dokter, surat pengantar
pelaporan kematian dari RT/RW kemudian dibawa ke kelurahan. Di
kelurahan, pemohon akan mengisi formulir F-2.29, kemudian akan
mendapatkan surat pelaporan kematian. Kemudian pemohon ke
kecamatan untuk melakukan pemrosesan pencoretan Kartu Keluarga.
• Jika warga yang meninggal di rumah, pengurusan akta kematian
dilengkapi dengan surat keterangan kematian dari Puskesmas setempat
sebagai pengganti surat kematian dari RS. Pengurusan ini juga
menyertakan fotokopi Kartu Keluarga baru (baik dipisah ataupun tidak
tergantung yang meninggal kepala keluarga atau anggota keluarga),
fotokopi identitas pelapor, fotokopi identitas dua orang saksi dimana
saksi tersebut hadir di Disdukcapil setempat.