Disusun oleh
Nama : Wahyuni futri
Nim : 2020E1C060
Kelas : 4C
B. Dasar Teori
Obat yang termasuk golongan obat stimulansia pada umumnya ada dua mekanismeyaitu:
memblokade sistem penghambatan dan meninggikan perangsangan sinaps. Sensasiyang
ditimbulkan akan membuat otak lebih jernih dan bisa berpikir lebih fokus. Otak
menjadilebih bertenaga untuk berpikir berat dan bekerja keras, namun akan muncul
kondisi aroganyang tanpa sengaja muncul akibat penggunaan zat ini. Pupil akan
berdilatasi(melebar). Nafsumakan akan sangat ditekan. Hasrat ingin pipis juga akan
ditekan. Tekanan darah bertendensiuntuk naik secara signifikan. Secara mental, pengguna
akan mempunyai rasa percaya diriyang berlebih dan merasa lebih senang. (Sunaryo,
1995).
Obat stimulansia ini bekerja pada sistem saraf dengan meningkatkan transmisi
yangmenuju atau meninggalkan otak. Stimulan dapat meningkatkan denyut jantung, suhu
tubuhdan tekanan darah. Pengaruh fisik lainnya adalah menurunkan nafsu makan, pupil
dilatasi, banyak bicara, agitasi dan gangguan tidur. Bila pemberian stimulan berlebihan
dapatmenyebabkan kegelisahan, panik, sakit kepala, kejang perut, agresif, dan paranoid.
Bila pemberian berlanjut dan dalam waktu lama dapat terjadi gejala tersebut diatas dalam
waktulama pula. Hal tersebut dapat menghambat kerja obat depresan seperti alkohol,
sehinggasangat menyulitkan penggunaan obat tersebut. (Pendi, 2009).
1. Penggolongan Obat
Xanthin merupakan alkaloid yang bersifat basa lemah, biasanya diberikan dalam
bentuk garam rangkap. Untuk pemberian oral dapat diberikan dalam bentuk basa
bebas atau bentuk garam, sedangkan untuk pemberian parenteral perlu sediaan dalam
bentuk garam.
Kafein
Disebut juga tein, merupakan kristal putih yang larut dalam air dengan
perbandingan1:46. Kafein-Na benzoat dan kafein sitrat, berupa senyawa putih, agak
pahit, larut dalam air.Yang pertama tersedia dalam ampul 2mL mengandung 500mg
untuk suntikan IM, sedangkankafein sitrat terdapat dalam bentuk tablet 60 dan 120
mg untuk pemakaian oral. (Farmakologi dan Terapi, 2008).
Teofilin
Berbentuk kristal putih, pahit, dan sedikit larut dalam air. Di Indonesia,
teofilintersedia dalam berbagai bentuk sediaan untuk penggunaan oral, yaitu kapsul
atau kapsullunak teofilin 130 mg; tablet teofilin 150 mg: tablet salut selaput lepas
lambat berisi teofilin125 mg, 250 mg, dan 300 mg: sirup atau eliksir yang berisi
teofilin sebanyak 50 mg/5mL,130mg/15mL, dan 150mg/15mL. Teofilin juga tersedia
dalam kombinasi tetap denganefedrin untuk asma bronkial. Aminofilin merupakan
garam teofilin untuk penggunaan IV,tersedia dalam ampul 10mL mengandung 24 mg
aminofilin setiap mililiternya. (Farmakologi dan Terapi, 2008).
Metilxantin cepat diabsorpsi setelah pemberian oral, rektal atau parenteral. Sediaan
bentuk cair atau tablet tidak bersalut akan diabsorpsi secara cepat dan lengkap.
Absorpsi juga berlangsung lengkap untuk beberapa jenis sediaan lepas lambat.
Absorpsi teofilin dalam bentuk garam yang mudah larut, misalnya teofilin Na glisinat
atau teofilin kolin tidak lebih baik.
Saat ini tersedia teofilin lepas lambat, yang dibuat sedemikian rupa agar dosis
teofilindapat diberikan dengan interval 8, 12 atau 24 jam. Ternyata sediaan ini
bervariasi kecepatanmaupun jumlah absorpsinya antar pasien; khususnya akibat
pengaruh adanya makanan danwaktu pemberian.
Larutan teofilin yang diberikan sebagai enema diabsorpsi lebih lengkap dan
cepat,sedangkan sediaan supositoria diabsorpsi lambat dan tidak menentu. Pemberian
teofilin IMharus dihindarkan karena menimbulkan nyeri setempat yang lama.
4. Farmakodinamika Obat
Bila diminum lebih dari 10 cangkir kopi dapat berupa debar jantung,
gangguanlambung, tangan gemetar, gellisah, ingatan berkurang dan sukar tidur.
Toksisitas Obat
Pada manusia, kematian akibat keracunan kafein jarang terjadi. Gejala yang biasanya
paling mencolok pada penggunaan kafein dosis berlebihan ialah muntah dan kejang.
Kadar
kafein dalam darah pascamati ditemukan antara 80 μg/mL sampai lebih dari 1
mg/mL. Walaupun dosis letal akut kafein pada orang dewasa. antara 5-10 gr, namun
reaksi yang tidakdiinginkan telah terlihat pada penggunaan kafein 1 g (15 mg/kgBB)
yang menyebabkan kadar dalam plasma di atas 30 μg/mL. Gejala permulaan berupa
sukar tidur, gelisah dan eksitasi yang dapat berkembang menjadi delirium ringan.
Gangguan sensoris berupa tinitus dankilatan cahaya sering dijumpai. Otot rangka
menjadi tegang dan gemetar sering puladitemukan takikardia dan ekstrasistol,
sedangkan pernapasan menjadi lebih cepat.
Kejang lokal atau umum dapat pula terjadi, kadang-kadang tanpa didahului gejala
keracunan. Kejang ini terjadi bila kadar dalam obat plasma melebihi 40 μg/mL,
namun demikian kejang dan kematian dapat pula terjadi pada kadar
25 μg/mL. Kejang akibat keracunan metilxantin biasanya dapat diatasi dengan
diazepam, walaupun pada beberapakasus serangan kejang tidak dapat diatasi dengan
diazepam IV, fenitonin dan fenobarbital.Bayi prematur relatif lebih tahan terhadap
keracunan teofilin; kadar obat dalam plasma sampai 80 μg/mL hanya menimbulkan
gejala keracunan yang berupa takikardi. (Farmakologi dan Terapi, 2008).
ASMA BRONKIAL. Senyawa teofilin merupakan salah satu obat yang diperlukan
pada serangan asma yang berlangsung lama (status asmatikus).
Salah satu bronkodilator yang paling efektif ialah teofilin. Selain itu
teofilindigunakan sebagai profilaksis terhadap serangan asma.
Pada pasien asma, diperlukan kadar terapi teofilin sedikitnya 5-
8 μg/mL, sedangkanefek toksik mulai terlihat pada kadar 15 μg/mL dan lebih sering
pada kadar diatas 20 μg/mL.
Karena itu pada pengobatan asma diusahakan kadar teofilin dipertahankan kira-kira
10μg/mL. Karena variasi yang cukup besar dalam kecepatan eliminasi teofilin maka
dosis perlu ditentukan secara individual berdasarkan pemantauan kadarnya dalam
plasma. Selain iturespon individual yang juga cukup bervariasi menyebabkan teofilin
perlu diawasi penggunaanya dalam Therapeutic Drug Monitoring. Untuk mengatasi
episode spasme bronkus hebat dan status asamtikus, perlu diberikan aminofilin IV
dengan dosis muat (loading dose) 6 mg/kgBB yang ekuivalen dengan teofilin 5
mg/kgBB. Obat ini diberikansecara infus selama 20-40 menit. Bila belum tercapai
efek terapi dan tidak terdapat tandaintoksikasi, maka dapat ditambahkan dosis 3
mg/kgBB dengan infus perlahan-lahan.Selanjutnya efek yang optimal dapat
dipertahankan dengan pemberian infus aminofilin 0,5mg/kgBB/jam untuk dewasa
normal dan bukan perokok. Anak dibawah 12 tahun dan orangdewasa perokok
memerlukan dosis lebih tinggi yaitu 0,8-0,9 mg/kgBB/jam. Dengan dosis
inidiharapkan dapat dipertahankan kadar terapi teofilin. Dosis pemeliharaan ini
harusditurunkan pada pasien dengan penurunan/gangguan perfusi hati. Tanpa
mengetahui besarnyakadar obat dalam plasma, pemberian infus tidak boleh melebihi
6 jam. Menurut Hendeles danWeinberger dosis awal teofilin oral bagi orang dewasa
adalah 400 mg/hari, yang dapatditambahkan 25% dengan interval 3 hari sehingga
dicapai dosis maksimum kira-kira 13mg/kgBB/hari pada orang dewasa dan 24
mg/kgBB/hari pada anak umur 1-9 tahun. Sebagai petunjuk penyesuaian dosis harus
diperhatikan gejala intoksikasi yaitu mual, muntah, sakitkepala; respon klinik dan
kadar teofilin dalam plasma.
APNEA PADA BAYI PREMATUR. Pada byi prematur sering terjadi episode
apneayang berlangsung lebih dari 15 detik yang disertai bradikardi. Hal ini dapat
menimbulkanhipoksemia berulang dan gangguan neurologis, yang mungkin
berhubungan dengan penyakitsistemik yang cukup berat. Berbagai penelitian
menunjukkkan bahwa pemberian teofilin oralatau IV dapat mengurangi lamanya
apnea. Untuk itu teofilin cukup diberikan dlaam dosisyang mencapai kadar plasma 3-
5 μg/ml yaitu 2,5-5 mg/kgBB dan selanjutnya dipertahankandengan dosis 2mg/kgBB
per hari.
C. Pelaksanaan Praktikum
- Alat :
a. Spuit 1 cc
b. Sonde oral/jarum oral
c. Beker glass
d. Sarung tangan
e. Aquarium
f. Stop watch
- Bahan :
a. Larutan CMC Na dalam air 1 %
b. Sediaan tonikum bayer
c. Minuman berenergi
- Hewan Percobaan :
a. Mencit jantan galur swiss Webster
2. Cara Kerja