Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

PENGUJIAN AKTIVITAS STIMULANSIA OBAT

Disusun oleh
Nama : Wahyuni futri
Nim : 2020E1C060
Kelas : 4C

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2022
A. Tujuan Praktikum

Setelah menyelesaikan praktikum ini maka :

1. Mahasiswa mampu mengenal, mempraktekkan dan membandingkan efek tonik


senyawa tonikum dan minuman berenergi menggunakan metode Forced Swimming
Test.

B. Dasar Teori

Obat yang termasuk golongan obat stimulansia pada umumnya ada dua mekanismeyaitu:
memblokade sistem penghambatan dan meninggikan perangsangan sinaps. Sensasiyang
ditimbulkan akan membuat otak lebih jernih dan bisa berpikir lebih fokus. Otak
menjadilebih bertenaga untuk berpikir berat dan bekerja keras, namun akan muncul
kondisi aroganyang tanpa sengaja muncul akibat penggunaan zat ini. Pupil akan
berdilatasi(melebar). Nafsumakan akan sangat ditekan. Hasrat ingin pipis juga akan
ditekan. Tekanan darah bertendensiuntuk naik secara signifikan. Secara mental, pengguna
akan mempunyai rasa percaya diriyang berlebih dan merasa lebih senang. (Sunaryo,
1995).

Obat stimulansia ini bekerja pada sistem saraf dengan meningkatkan transmisi
yangmenuju atau meninggalkan otak. Stimulan dapat meningkatkan denyut jantung, suhu
tubuhdan tekanan darah. Pengaruh fisik lainnya adalah menurunkan nafsu makan, pupil
dilatasi, banyak bicara, agitasi dan gangguan tidur. Bila pemberian stimulan berlebihan
dapatmenyebabkan kegelisahan, panik, sakit kepala, kejang perut, agresif, dan paranoid.
Bila pemberian berlanjut dan dalam waktu lama dapat terjadi gejala tersebut diatas dalam
waktulama pula. Hal tersebut dapat menghambat kerja obat depresan seperti alkohol,
sehinggasangat menyulitkan penggunaan obat tersebut. (Pendi, 2009).

1. Penggolongan Obat

Xanthin merupakan alkaloid yang bersifat basa lemah, biasanya diberikan dalam
bentuk garam rangkap. Untuk pemberian oral dapat diberikan dalam bentuk basa
bebas atau bentuk garam, sedangkan untuk pemberian parenteral perlu sediaan dalam
bentuk garam.

Kafein

Disebut juga tein, merupakan kristal putih yang larut dalam air dengan
perbandingan1:46. Kafein-Na benzoat dan kafein sitrat, berupa senyawa putih, agak
pahit, larut dalam air.Yang pertama tersedia dalam ampul 2mL mengandung 500mg
untuk suntikan IM, sedangkankafein sitrat terdapat dalam bentuk tablet 60 dan 120
mg untuk pemakaian oral. (Farmakologi dan Terapi, 2008).
Teofilin

Berbentuk kristal putih, pahit, dan sedikit larut dalam air. Di Indonesia,
teofilintersedia dalam berbagai bentuk sediaan untuk penggunaan oral, yaitu kapsul
atau kapsullunak teofilin 130 mg; tablet teofilin 150 mg: tablet salut selaput lepas
lambat berisi teofilin125 mg, 250 mg, dan 300 mg: sirup atau eliksir yang berisi
teofilin sebanyak 50 mg/5mL,130mg/15mL, dan 150mg/15mL. Teofilin juga tersedia
dalam kombinasi tetap denganefedrin untuk asma bronkial. Aminofilin merupakan
garam teofilin untuk penggunaan IV,tersedia dalam ampul 10mL mengandung 24 mg
aminofilin setiap mililiternya. (Farmakologi dan Terapi, 2008).

Pentoksifilin (1-(5-oksoheksil)-3,7 dimetilxantin)

Di Amerika Serikat digunakan untuk klaudikasio intermiten pada penyakit


pembuluharteri yang bersifat oklusif kronis. Pada uji klinis, pentoksifilin terbukti
memperpanjang jaraktempuh berjalan sebelum mulai timbul gejala klaudikasio:
ditemukan juga bukti langsung penambahan aliran darah pada kaki yang mengalami
iskemia. Perbaikan klinis ini terutamadisebabkan oleh perbaikan fleksibilitas sel
darah merah yang semula subnormal, penurunankadar fibrinogen dalam plasma dan
penurunan viskositas darah. Respons klinik terhadap pemberian pentoksifilin secara
kronis, tidak berhubungan dengan perubahan resistensi periferdan denyut jantung:
obat ini juga tidak bertindak sebagai vasodilator. Hasil terapi yangmenguntungkan
baru terlihat 2 minggu sesudah pengobatan. Dosis pentoksifilin yaiitu 3 x400 mg
sehari per oral. (Farmakologi dan Terapi, 2008).

2. Farmakokinetika Obat (ADME)

Metilxantin cepat diabsorpsi setelah pemberian oral, rektal atau parenteral. Sediaan
bentuk cair atau tablet tidak bersalut akan diabsorpsi secara cepat dan lengkap.
Absorpsi juga berlangsung lengkap untuk beberapa jenis sediaan lepas lambat.
Absorpsi teofilin dalam bentuk garam yang mudah larut, misalnya teofilin Na glisinat
atau teofilin kolin tidak lebih baik.

Sediaan teofilin parenteral atau rektal ternyata tetap menimbulkan keluhan


nyerisaluran cerna, mual dan muntah. Rupanya gejala ini berhubungan dengan kadar
teofilindalam plasma. Keluhan saluran cerna yang disebabkan oleh iritasi setempat
dapatdihindarkan dengan pemberian obat bersama makanan, tetapi akan terjadi
penurunan absorpsiteofilin.
Dalam keadaan perut kosong, sediaan teofilin bentuk cair atau tablet tidak
bersalutdapat menghasilkan kadar puncak plasma dalam waktu 2 jam, sedangkan
kafein dalam waktu 1 jam.

Saat ini tersedia teofilin lepas lambat, yang dibuat sedemikian rupa agar dosis
teofilindapat diberikan dengan interval 8, 12 atau 24 jam. Ternyata sediaan ini
bervariasi kecepatanmaupun jumlah absorpsinya antar pasien; khususnya akibat
pengaruh adanya makanan danwaktu pemberian.

Pada umumnya adanya makanan dalam lambung akan memperlambat


kecepatanabsorpsi teofilin tetapi tidak mempengaruhi derajat besarnya absorpsi.

Dari penelitian didapatkan bahwa bioavailabilitas sediaan lepas lambat


tertentumenurun akibat pemberian bersama makanan sedang penelitian lain
mendapatkan yangsebaliknya. Absorpsi juga dapat menurun bila pasien dalam
keadaan berbaring atau tidur.Faktor-faktor ini yang menyebabkan kadar teofilin
dalam darah sukar bertahan dalamkeadaan konstan sepanjang hari. Juga sulit
mendapatkan kadar konstan untuk pengobatanasma kronis. Untunglah diketahui
bahwa serangan asma biasanya paling berat menjelang pagihari sehingga dapat diatur
pemberian regimen dosis teofilin untuk mengatasi keadaantersebut.

Larutan teofilin yang diberikan sebagai enema diabsorpsi lebih lengkap dan
cepat,sedangkan sediaan supositoria diabsorpsi lambat dan tidak menentu. Pemberian
teofilin IMharus dihindarkan karena menimbulkan nyeri setempat yang lama.

Metilxantin didistribusikan ke seluruh tubuh, melewati plasenta dan masuk ke air


susuibu. Volume distribusi kafein dan teofilin ialah antara 400 dan 600 mL/kg; pada
bayi prematur nilai ini lebih tinggi. Derajat ikatan protein teofilin ternyata lebih besar
daripadakafein. Dalam kadar terapi ikatan teofilin dengan protein kira-kira 60% tetapi
pada bayi barulahir dan pada pasien sirosis hati ikatan protein ini lebih rendah (40%).

Eliminasi metilxantin terutama melalui metabolisme dalam hati. Sebagian


besardiekskresi bersama urin dalam bentuk asam metilurat atau metilxantin. Kurang
dari 20%teofilin dan 5% kafein akan ditemukan di urin dalam bentuk utuh. Waktu
paruh plasmakafein antara 3-7 jam, nilai ini akan menjadi 2 kali lipat pada wanita
hamil tua atau wanitayang menggunakan pil kontrasepsi jangka panjang. Sedangkan
waktu paruh plasma teofilin pada orang dewasa 8-9 jam dan pada anak muda kira-
kira 3,5 jam. Pada pasien sirosis hatiatau edema paru akut, kecepatan eliminasi sangat
bervariasi dan berlangsung lebih lambat, pernah dilaporkan lebih dari 60 jam. Pada
bayi prematur, kecepatan eliminasi teofilin dankafein sangat menurun; waktu paruh
kafein rata-rata 50 jam, sedangkan teofilin pada berbagai penelitian berkisar antara
20-36 jam. (Farmakologi dan Terapi, 2008)
3. Struktur Obat

Nama Kimia : 1,3,7-trimethylxanthine


Rumus Molekul : C8H10N4O2 (anhydrous)
Berat Molekul : 194,19
Pemerian : Serbuk putih atau putih,berkilauan bentuk jarum berkilau, tidak berbau
dan rasa pahit. Netral terhadap lakmus,
Kelarutan : Sedikit larut dalam air dan dalam alkohol, praktis larut dalam kloroform,
sedikitlarut dalam eter.
Kadar Bahan Aktif : Kafein mengandung tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih
dari101,0% C8H10N4O2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
Titik lebur : 235°-237,5°
(The US Pharmacopeia, 1970)

4. Farmakodinamika Obat

Teofilin, kafein dan teobromin mempunyai efek farmakologi sama yang


bermanfaatsecara klinis. Obat-obat ini menyebabkan relaksasi otot polos, terutama
otot polos bronkus,merangsang SSP, otot jantung, dan meningkatkan diuresis.
Teobromin tidak bermanfaatsecara klinis karena efek farmakologisnya rendah.

Xantin merangsang SSP, menimbulkan diuresis, merangsang otot jantung,


danmerelaksasi otot polos terutama bronkus. Intensitas efek xantin terhadap berbagai
jaringan ini berbeda, dan dapat dipilih senyawa xantin yang tepat untuk tujuan terapi
tertentu dengansedikit efek samping. (Farmakologi dan Terapi, 2008).

5. Efek Samping Obat dan Toksisitas Obat

Efek Samping Obat

Bila diminum lebih dari 10 cangkir kopi dapat berupa debar jantung,
gangguanlambung, tangan gemetar, gellisah, ingatan berkurang dan sukar tidur.

Toksisitas Obat
Pada manusia, kematian akibat keracunan kafein jarang terjadi. Gejala yang biasanya
paling mencolok pada penggunaan kafein dosis berlebihan ialah muntah dan kejang.
Kadar
kafein dalam darah pascamati ditemukan antara 80 μg/mL sampai lebih dari 1
mg/mL. Walaupun dosis letal akut kafein pada orang dewasa. antara 5-10 gr, namun
reaksi yang tidakdiinginkan telah terlihat pada penggunaan kafein 1 g (15 mg/kgBB)
yang menyebabkan kadar dalam plasma di atas 30 μg/mL. Gejala permulaan berupa
sukar tidur, gelisah dan eksitasi yang dapat berkembang menjadi delirium ringan.
Gangguan sensoris berupa tinitus dankilatan cahaya sering dijumpai. Otot rangka
menjadi tegang dan gemetar sering puladitemukan takikardia dan ekstrasistol,
sedangkan pernapasan menjadi lebih cepat.

Intoksikasi yang fatal lebih sering dijumpai pada penggunaan teofilin


dibandingdengan kafein. Keracunan teofilin biasanya terjadi pada pemberian obat
berulang secara oralmaupun parenteral. Aminofilin IV harus disuntikkan perlahan-
lahan, selama 20-40 menituntuk menghindari gejala keracunan akut, misalnya sakit
kepala, palpitasi, pusing, mual,hipotensi dan nyeri prekordial. Suntikan 500 mg IV
yang cepat dapat menyebabkan kematiankarena aritmia jantung. Gejala keracunan
lain berupa takikardi, gelisah hebat, agitasi danmuntah. Gejala ini biasanya
berhubungan dengan kadar teofilin dalam plasma yang melebihi
20 μg/mL

Kejang lokal atau umum dapat pula terjadi, kadang-kadang tanpa didahului gejala
keracunan. Kejang ini terjadi bila kadar dalam obat plasma melebihi 40 μg/mL,
namun demikian kejang dan kematian dapat pula terjadi pada kadar
25 μg/mL. Kejang akibat keracunan metilxantin biasanya dapat diatasi dengan
diazepam, walaupun pada beberapakasus serangan kejang tidak dapat diatasi dengan
diazepam IV, fenitonin dan fenobarbital.Bayi prematur relatif lebih tahan terhadap
keracunan teofilin; kadar obat dalam plasma sampai 80 μg/mL hanya menimbulkan
gejala keracunan yang berupa takikardi. (Farmakologi dan Terapi, 2008).

6. Indikasi Klinis Obat

ASMA BRONKIAL. Senyawa teofilin merupakan salah satu obat yang diperlukan
pada serangan asma yang berlangsung lama (status asmatikus).

Dalam mengatasi status asmatikus diperlukan berbagai tindakan termasuk


penggunaan oksigen, aspirasi mukus bronkus, pemberian obat simpatomimetik,
bronkodilator, ekspektoran dan sedatif.

Salah satu bronkodilator yang paling efektif ialah teofilin. Selain itu
teofilindigunakan sebagai profilaksis terhadap serangan asma.
Pada pasien asma, diperlukan kadar terapi teofilin sedikitnya 5-
8 μg/mL, sedangkanefek toksik mulai terlihat pada kadar 15 μg/mL dan lebih sering
pada kadar diatas 20 μg/mL.
Karena itu pada pengobatan asma diusahakan kadar teofilin dipertahankan kira-kira
10μg/mL. Karena variasi yang cukup besar dalam kecepatan eliminasi teofilin maka
dosis perlu ditentukan secara individual berdasarkan pemantauan kadarnya dalam
plasma. Selain iturespon individual yang juga cukup bervariasi menyebabkan teofilin
perlu diawasi penggunaanya dalam Therapeutic Drug Monitoring. Untuk mengatasi
episode spasme bronkus hebat dan status asamtikus, perlu diberikan aminofilin IV
dengan dosis muat (loading dose) 6 mg/kgBB yang ekuivalen dengan teofilin 5
mg/kgBB. Obat ini diberikansecara infus selama 20-40 menit. Bila belum tercapai
efek terapi dan tidak terdapat tandaintoksikasi, maka dapat ditambahkan dosis 3
mg/kgBB dengan infus perlahan-lahan.Selanjutnya efek yang optimal dapat
dipertahankan dengan pemberian infus aminofilin 0,5mg/kgBB/jam untuk dewasa
normal dan bukan perokok. Anak dibawah 12 tahun dan orangdewasa perokok
memerlukan dosis lebih tinggi yaitu 0,8-0,9 mg/kgBB/jam. Dengan dosis
inidiharapkan dapat dipertahankan kadar terapi teofilin. Dosis pemeliharaan ini
harusditurunkan pada pasien dengan penurunan/gangguan perfusi hati. Tanpa
mengetahui besarnyakadar obat dalam plasma, pemberian infus tidak boleh melebihi
6 jam. Menurut Hendeles danWeinberger dosis awal teofilin oral bagi orang dewasa
adalah 400 mg/hari, yang dapatditambahkan 25% dengan interval 3 hari sehingga
dicapai dosis maksimum kira-kira 13mg/kgBB/hari pada orang dewasa dan 24
mg/kgBB/hari pada anak umur 1-9 tahun. Sebagai petunjuk penyesuaian dosis harus
diperhatikan gejala intoksikasi yaitu mual, muntah, sakitkepala; respon klinik dan
kadar teofilin dalam plasma.

Pemberian larutan aminofilin secara rektal/ supositoria absorpsinya sangat


variabelsehingga cara ini tidak dianjurkan.

Kombinasi dengan agonis ß2- adrenergik misalnya metaproterenol atau


terbutalinternyata meningkatkan efek bronkodilatasi teofilin sehingga dapat
digunakan dosis denganrisiko efek samping yang lebih kecil. Sedangkan kombinasi
dengan efedrin masihkontroversial, ada pendapat yang menyatakan bahwa kombinasi
ini tidak menghasilkan efekyang lebih baik daripada teofilin sendiri, sehingga
kombinasi tetap kedua obat ini dianggapirasional. Penambahan barbiturat dengan
tujuan melawan efek teofilin terhadap SSP,sebenarnya akan menimbulkan resiko
peningkatan kecepatan eliminasi teofilin, selain jugadapat mempengaruhi hasil
pengukuran kadar teofilin plasma. Penggunaan minuman atau obatyang mengandung
kafein selama pengobatan teofilin dilarang untuk menghindarkan :
(1) efekaditif kafein pada SSP, kardiovaskular dan saluran cerna;
(2) pengaruh kafein terhadapeliminasi teofilin, karena keduanya dimetabolisme oleh
enzim yang sama; dan
(3)kemungkinan pengaruh kafein terhadap hasil pene tapan kadar teofilin menurut
cara tertentu.

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (COPD). Teofilin juga


banyakdigunakan pada penyakit ini dengan tujuan yang sama dengan pengobatan
asma. Tetapi,gejala lain menyangkut sistem kardiovaskular akibat penyakit paru
obstruktif kronik inimisalnya hipertensi pulmonal, payah jantung kanan pada
Cor pulmonale, tidak diperbaikioleh teofilin. Teofilin tidak menyebabkan dilatasi
langsung arteri pulmonalis, namun dapatmembantu mengurangi hipoksemia yang
mungkin merupakan penyebab utama terjadinyahipertensi pulmonal.

APNEA PADA BAYI PREMATUR. Pada byi prematur sering terjadi episode
apneayang berlangsung lebih dari 15 detik yang disertai bradikardi. Hal ini dapat
menimbulkanhipoksemia berulang dan gangguan neurologis, yang mungkin
berhubungan dengan penyakitsistemik yang cukup berat. Berbagai penelitian
menunjukkkan bahwa pemberian teofilin oralatau IV dapat mengurangi lamanya
apnea. Untuk itu teofilin cukup diberikan dlaam dosisyang mencapai kadar plasma 3-
5 μg/ml yaitu 2,5-5 mg/kgBB dan selanjutnya dipertahankandengan dosis 2mg/kgBB
per hari.

KEGUNAAN YANG LAIN. Kafein jarang sekali digunakan untuk


pengobatankeracunan obat depresi SSP. Kalau digunakan biasanya diberikan 0,5g
kafein Na benzoat.Sedangkan penggunaan teofilin sudah ditinggalkan.Kombinasi
tetap kafein dengan analgetik misalnya aspirin digunakan untuk pengobatan berbagai
sakit kepala. Hanya sedikit data yang dapat memperkuat indikasi ini.Kafein juga
digunakan dalam kombinasi dengan alkaloid ergot untuk pengobatan migren;
perbaikan ini didasarkan atas kemampuan metilxantin menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah serebral. (Farmakologi dan Terapi, 2008).

C. Pelaksanaan Praktikum

1. Alat dan Bahan

- Alat :

a. Spuit 1 cc
b. Sonde oral/jarum oral
c. Beker glass
d. Sarung tangan
e. Aquarium
f. Stop watch

- Bahan :
a. Larutan CMC Na dalam air 1 %
b. Sediaan tonikum bayer
c. Minuman berenergi

- Hewan Percobaan :
a. Mencit jantan galur swiss Webster

2. Cara Kerja

a. Hewan uji dibagi menjadi 2 kelompok.


b. Kelompok I diberi perlakuan suspensi tonikum bayar dalam 1% CMC-Na dan
diberikan secara peroral.
c. Kelompok II diberi minuman berenergi, perlakuan dilakukan secara peroral.
d. Lakukan perlakuan selama 3 hari secara berturut-turut pada masing-masing
kelompok hewan uji sebelum hewan uji dievaluasi pada hari ke empat.
e. Evaluasi efek tonikum pada setiap kelompok dengan cara :
- Renangkan mencit pada aquarium yang telah disediakan dengan tujuan
untuk memperoleh data waktu lelah.
- Catat waktu lelah mencit. Data waktu lelah diperoleh dari waktu mencit
pertama kali direnangkan hingga hewan uji tidak dapat berenang
lagi/tenggelam.
- Lakukan hal yang sama hingga diperoleh seluruh data dari masing- masing
kelompok.
- Data yang diperoleh dibuat dalam bentuk table dan diolah secara statistik.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Farmakologi dan Terapi. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Goodman, Gilman. 2008. Manual of Pharmacology and Therapeutics. The Mc Graw Hill,USA.
McEvoy. 2011. AHFS Drug Information. American Society of Health System
Pharmacists,Bethesda.
Siswandono dan Bambang Soekardjo. 2000. Kimia Medisinal edisi 2. Airlangga UniversityPress,
Surabaya.
Tjay ,T.H.,Rahardja,K. 2002. Obat-obat penting: Khasiat Penggunaan dan Efek
Sampingnya.Edisi VI. PT Alex Media Komputindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai