Anda di halaman 1dari 17

Kata pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan dan kesehatan kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan
makalah ini. Tak lupa pula kami berterimakasih kepada pembimbing kami yang telah
memberikan ilmu dalam mata kuliah ini.

Dalam makalah ini kami membahas tentang “REGIMEN DOSIS OBAT


TEOFILIN”. Saya selaku penyusun makalah ini berharap supaya makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat dipergunakan dalam perkuliahan.

Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca supaya
makalah ini bisa menjadi lebih baik.

Penulis

Januari, 2019
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang ………………………………………………….......................... i

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Regimen Dosis………………...…………………..........................…1

Pengertian teofilin........................................…………………………………….2

Dosis obat teofilin…………………………………..3

Fase ADME teofilin……………………………………......5

Hubungan konsentrasi vs respon…………………………………………...6

Interaksi obat...............................................................................................7

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau
memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.

Karna seperti yang telah kita ketahui, hal yang pertama kali kita lakukan
jika kita sedang sakit atau ada bagian tubuh, anggota tubuh, atau ada yang tidak
beres dengan tubuh kita pasti kita akan buru-buru kedokter dan mencari obat untuk
mengobati sakit yang kita derita.

Namun apakah kita tahu bagaimana cara obat bekerja didalam tubuh kita
itu? Oleh karenanya paling tidak, kita harus tahu dulu bagaimana sebenarnya
perjalanan panjang obat di dalam tubuh, sampai kemudian menimbulkan efek yaitu
mengurangi rasa cemas, menghilangkan rasa sakit, menyembuhkan penyakit dan
membuat rasa nyaman, atau bahkan membuat “fly” alias terbang ke angkasa. Selain
manfaatnya, tentu kita juga harus tahu akibat buruknya jika mengkonsumsi diluar
aturan dari yang ditentukan.

Oleh karena itu kita harus selalu memperhatikan bagaimana obat itu
bekerja, dosis yang harus kita konsumsi, efek dari pemakaian obat tersebut, dan
keadaan dari obat itu sendiri apakah masih dalam keadaan baik atau sudah tidak
layak untuk digunakan. Sehingga kita akan terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan sepertihalnya over dosis, atau malah menimbulkan kekebalan bagi
penyakit yang kita derita atau bahkan dapat menimbulkan kematian bila salah
dalam mengkonsumsi obat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teofilin?
2. Bagaimana regimen dosis pada teofilin?
3. Bagaimana fase ADME obat teofilin dalam tubuh?
4. Bagaimana interaksi obat teofilin dengan obat lain?
BAB II

ISI1

A. PENGERTIAN TEOFILIN
Teofilin disebut juga dengan dimetilksantinderivat dari tea yang memiliki
efek merelaksasi otot bronkhi dan menstimulasi pusat pernafasan, diuretika dan
menstimulasi sistem saraf pusat. Termaksud golongan xantin dan memiliki struktur
dan sifat yang mirip denga coffein. Gambar 1.1 menunjukan struktur teofilin
(Goodman & Gilman, 2006).

Gambar 1.1 rumus bangun teofilin (Goodman & Gilman, 2006)


Aktivitas bronkodilatasi teofiflin dimulai dengan penghambat aktivitas
fosfodiesterase. Dimana dijelaskan bahwa enzim fosfodiesterase menghambat
CAMP dan GAMP menjadi 5’AMP DAN 5’GMP. Sehingga konsentrasi CAMP
dan CGMP dalam6 darah menjadi meningkat. Peningkatan CAMP akan memicu
protein kinase A untuk menurunkan hidrolisis fosfa tidil inositol, meningkatkan
pertukaran Na/Ca (menurunkan kalsium intraseluler), dan fosforilasi kanal kalium,
hal ini mengakibatkan bronkodilatasi (Goodman % Gilman, 2006). Gambar 1.2
menjelaskan bagaimana mekanisme aksi teofilin secara lebih jelas.
Gambar 1.2 mekanisme aksi molekular teofilin
Penggunaan teofilin dibanding obat lain sangat terbatas mengingat banyak
efek samping yang dihasilkan oleh teofilin jika dibandingkan obat lain. Akan tetapi
teofilin memiliki harga yang sangat murah karenanya penggunaan teofilin di
negara berkembang masih sangat luas.
Teofilin etilendiamid atau aminofilin merupakan bentuk garam dari teofilin,
karenanya bersifat larut dalam air sehingga bisa dibuat injeksi, karena kalau
teofilin sendiri bersifat sukar larut dalam air.

B. DOSIS TEOFILIN

Untuk terapi asma akut, setiap 0,5 mg/kg teofilin sebagai dosis muatan akan
meninkatkan serum teofilin sekitar 1 mcg/ml. Jika serum teofilin dapat tercapai
dengan segera setelah pemberian dosis muatan.

Teofilin memiliki indek terapi yang sempit. Kadar plasma teofilin sangat
berhubungan dengan efek terapi dan toksisitasnya. Efek bronkhodilatasi dengan
efek samping yang sangat sedikit tercapai pada konsentrasi 10-20 mg/l. Pada
konsentrasi plasma yang lebih dari 20 mg/l mengakibatkan efek samping yang
tidak diharapkan, dan jika kadar plasma dibawah 35 mg/l akan meningkatkan
resiko terjadinya kejag dan aritmia jantung.

Klirens teofilin dapat dipengaruhi oleh berbagai variabel yang sangat perlu
mendapat perhatian di dalam perhitungan dosis individual. Usia, kebiasaan
merokok, gangguan jantung, dari penyakit lain serta interaksi obat, kesemuannya
berkontribusi mengubah metabolisme teofilin. Faktor-faktor ini sangat diperlukan
dalam penetapan dosis untuk memperoleh dan menjaga konsentrasi plasma dalam
range terapi sehingga dapat dihindari toksisitas.

Terdapat beberapa laporan klinik yang menduga adanya hubungan antara


dosis dan kecepatan eliminasi teofilin pada beberapa pasien, khususnya pada
konsentrasi tertinggi yang masih memberikan efek terapi dan masih terlihat jelas
pada konsentrasi di atas 20 mg/l. Pada pasien-pasien ini, kenaikan dosis sedikit
saja akan memberikan kenaikan kadar obat dalam plasma yang sangat signifikan.
Karena untuk meminimalkan resiko toksisitas, dosis teofilin sebaliknya dinaikan
secara berkala, sedikit demi sedikit, sampai mencapai terapeutik range.
Asma akut berat

Dosis loading pada injeksi aminofilin :

6 mg/kg BB ----> > 10-15’ (dewasa-anak)

3 mg/kg BB ----> >10-15’ (gagal jantung, hati)

Dosis maintenance :

0,5 mg/kg/jam ----> dewasa tidak merokok

0,7 mg/kg/jam ----> anak <12 tahun, perokok

0,2 mg/kg/jam ----> gagal jantung dan hepar

C. PARAMETER YANG HARUS DIMONITOR

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum pasien diberikan


teofilin, pertama berkaitan dengan penetapan dosis teofilin. Misalnya, pertama
riwayat pasien seperti merokok, pengobatan teofilin sebelumnya, penyakit ginjal
dan jantung, penyakit gangguan hepar, atau interaksi obat (makrolida, aquinolon,
dan simetidine).

Kedua, monitor terhadap kadar plasma teofilin, jika pasien telah


mendapatkan teofilin sebelumnya dalam 24 jam terakhir, maka tentukan kadar
plasma sbelum pemberian teofilin i.v. menetapkan kadar teofilin pada jam 1,7 dan
24 setelah pemberian i.v dan setiap 24 jam selama pemberian i.v teofilin.
Memonitor pemberian teofilin oral ketika diberikan dosis oral teofilin, maka kadar
teofilin perlu dimonitor setiap hari.

Ketiga, parameter lain yang juga dimonitor, yaitu denyut nadi dan tekanan
darah setiap 5 kali sehari. Dan tanda-tanda toksisitas diamati setiap hari seperti
mual dan insomnia.

Keempat, biasanya range terapi teofilin berkisar antara 10-20 µg/ml,


walaupun terdapat kecenderungan untuk menurunkan range terapi pada kadar 5-
15 µg/ml. Penurunan ini dapat dipergunakan pada pasien tertentu guna mencegah
munculnya toksisitas.
D. FASE ADME
Absorbsi, secara oral lebih cepat tergantung bentuk sediaannya. Teofilin memiliki
pH > 9,5 dan jika disuntikan dalam darah yang memiliki pH= 7, akan terbentuk
endapan. Maka jika diberikan secara muskularan memberikan rasa sakit. Absorbsi
terjadi di usus kecil bagian atas.
Bentuk sediaan teofilin diantaranya, cair : sirup, elixir lebih cepat dan
lengkap. Tablet tanpa salut, tablet sustained release. Tmax dicapai dalam 1-2 jam
dan konsentrasi efek minimal 5 g/ml, untuk pemeliharaan Tmax dicapai dalam 4-6
jam, pemberian secara rektal baik dalam bentuk supositoria maupun clysma (cair),
absorbsi menyerupai absorbsi oral tapi yang padat, dan absorbsinya tidak menentu.
Distribusi, tergantung sifat fisika kimianya. Lipofil dan hidrofilisitasnya juga
mempengaruhi obat sampai ke jaringan. Distribusi berlangsung cepat, tetapi tidak
terdistribusi dalam lemak. Teofilin tidak begitu kuat diikat oleh protein albumin
kurang lebih hanya 60% saja dan ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan.
Volume distribusi ± 0,45 l/kg ( 0,3-0,7 l/kg). Misal seorang pasien memiliki berat
badan 50 kg, Vd=12 l, jadi Vd kecil, sehingga konsentrasi obat dalam plasma (Cp)
besar, sangat beresiko memberikan efek toksisitas. Distribusi ke organ : jauh
sampai ke plasenta (konsentrasi sama dengan ibunya), masuk dalam saliva 90%
teofilin, jadi bisa diambil dari saliva.
Metabolisme. Pada seorang dewasa sekitar 90% teofilin akan mengalami
metabolisme di hati menjadi metabolit yang tidak aktif, maka jika fungsi hati
menurun akan terjadi penumpukan Cp sehingga akan memperikan efek tinggi dan
dapat mengakibatkan toksisitas. Teofilin terutama mengalami 8-hidrosilasi
menjadi asam 1,3 dimetilluric (sekitar 60-80% dari obat induk), teofilin akan
mengalami N-Demetilasi menjadi 1 metil xanthin (8-24%) dan sisanya menjadi 3
metil xanthin (5-15%). Sebagian kecil teofilin 6 % dapat mengalami N-metilasi
menjadi coffein. Dimana proses 8-hidroksilasi dikendalikan oleh CYP 1A2, akan
tetapi secara in vivo bukan satu-atunya enzim yang bertanggung jawab pada jalur
ini. CPY 2E1 juga dapat menghidroksilasi teofilin dan polimorfisme pada CYP
2E1 dapat mempengaruhi reaksi ini. Pada percobaan tanpa CPYs, xanthin oksidase
diduga memiliki potensi mengkatalisis langkah ini. Meskipun dalam percobaan in
vitro gagal untuk menunjukan keterlibatan dinyataka CYP 3A4 dalam metabolisme
teofilin, percobaan penghangatan dalam mikrosom dan interaksi obat-obat dengan
beberapa obat CYP3A4-berinteraksi menunjukan peran minor untuk gen ini
kandidat dalam produksi 1-metil xanthin dan 3-metil xanthin.
N-demethyllation teofilin dilakukan oleh CPY1A2, dan metabolit 1 metil
xanthin, selanjutnya dimodifikasi oleh XDH. Studi pada relafan sehat menunjukan
bahwa perubahan dalam metabolisme teofilin karena penghangatan XDH oleh
febuxostat, tidak mengubah persyratan dosis atau kadar obat dalam plasma.
Meskipun metabolit asam 1-metillurik sebagian besar dikeluarkan oleh kemih, saat
diberikan teofilin dari plasebo dan saat diberikan bersaam febuxostat dengan
sebagian besar yang dikeluarkan lewat urine adalan 1-metil xanthin. Asam 1-metil
uricataul-metil xanthin memiliki efek farkaologis sehingga tidak ada konsekuensi
klinis dari interaksi ini.
Toksisitas teofilin dapat terjadi ketika metabolisme CPY1A2 terganggu oleh
interaksi obat-obat.pada pasien usia lanjut yang mendapatkan teofin, dan ternyata
mendapatkan juga ciprofloxacin yang merupakan inhibitor CYP1A2,
memunculkan resiko toksisitas dua kali lipat, dibandingkan dengan mereka yang
mendapatkan antibiotik lain.
Perokok dapat menginduksi enzim CYP1A2 dan meningkatkan klirens steofilin.
Penurunan klirens teofilin juga telah dilaporkan terjadi pada perempuan pada
trimester ketiga kehamilan, pada saat kelahiran dan pada hari ke-20 dari siklus
menstruasi namun hal ini tidak selalu konsisten dan mekanismenya juga tidak
diketahui, tetapi mungkin terkait dengan CYP3A4 dan metabolisme hormon.
Teofilin secara endogen dapat dihasilkan saat matabolisme kafein, namun
ini adalah jalur kecil (7-8%)dibandingkan dengan rute utama metabolisme kafein
untuk paraxanthine (70-80%) konfersi teofilin terhadap kafein juga merupakan
reaksi yang cukup kecil,namun pada neonatus rute dimethylation Aktifitas teofilin
belum aktif, dan hidroksilasi berkurang, sehingga ada risiko keracunan kafein
(Caroline, 2012). Tergantung fungsi enzim hati maka sebagai teofilin
dimetabolisme menjadi asam urat.pada neonatus, metabolisme sebagian besar
terjadi di hati menjadi metabolit yang tidak aktif. Teofili (1,3 dimethylxatin)
beubah menjadi Cofein (1,3,7 trimetilxantin) dan konsentrasi tinggi di dalam
sistem saraf pusat, dimana perubahan ini sama dengan orang dewasa. Pada pasien
neonatus yang mengalami apnue, dapat diberikan dosis kecil (5-10ug/ml). Dimana
di ketahuidosis efektif berkisar antara 5-15µg/ml). Gambar 80 berikut
menunjukan bagaimana proses metabolisme teofilin (Cariline, 2012).
Eksresi. Pada prokok akan menyebabkan kecepatan metabolisme meningkat,
sehingga eliminasi obat juga akan meningkat, hal ini mengakibatkan klirens obat
meningkat, sehingga (Cp) konsentrasi obat dalam plasma mnurun dan efek obat
akan menurun (Caroline, 2012). Berikut adalah beberapa faktor yang
mengakibatkan eliminasi teofilin berubah. Pertama, penyakit gangguan hepar.
Pasien dengan sirosis, hepatitis akut dan cholestatis akan mengakibatkan
menurunnya klirens teofilin. Terdapat hubungan antara menurunnya mtabolisme
hepatik dan serum albumin dan konsentrasi bilirubin pada pasien sirosis (sutarno,
2000). Kedua, penyakit gangguan jantung. Pasien dengan gangguan jantung akan
menurunkan klirens teofilin, yang juga berakibat menurunnya kecepatan aliran
darah ke hepar. Ketiga, demam penyakit akut berhubungan dengan demam telah
dilaporkan dapat memperpanjang t1/2 teofilin. Jika demam tinggi dan terus
menerus seharusnya dosis diturunkan. Keempat, diet, diet tinggi protein, rendah
karbohidrat berhubungan dengan metabolisme teofilin dan meningkatnya aktifitas
enzim hepar (Sutarno, 2000).
E. HUBUNGAN KONSENTRASI VS RESPON
Hubungan antara konsentrasi obat dengan respon pada teofilin sangat bagus,
dimana jika konsentrasi obat kecil. begitu juga sbaliknya jika konsentrasi obat
besar maka kemungkinan resiko toksisitas juga sangat bagus. Jadi efek
bronkodilatis proposional dengan konsentrasi obat 5-20 µg/ml (Sutarno, 2000).
Toksisitas terjadi jika konsentrasi dalam obat plasma > 20 µg/ml. Pasien yang
mengalami kerusakan hepar dan kegagalan jantung atau beusia lebih 55 tahun
memiliki risiko toksisitas yang lebi besar, karena diprlukan monitoring kadar
obat dalm plasma untuk mencegah toksisitas (David etal., 2000). Dimana jika
konstrasi obat< 15 µg/ml, maka efek samping yang muncul jarang. Konsentrasi
teofilin untuk mengontrol asam = 10-20 µg/ml. Jika konsentrasi teofilin > 10
µg/ml,maka efek lemah terhadap bronkokontriksi. Dan jika konsentrasi teofilin
> 15 µg/ml, maka efek memblok bronkokontriksi, yang selangkapnya dapat
dilihat pada gambar 81 (David etal., 2000).

Tabel 32 berikut akan menjelaskan mengenai regimen dosis terhadap infus


aminofilin disesuaikan dengan kondisi pasien (Ristchel & Kearns, 2009).

Tabel 32. Regimen Dosis Infus Aminofilin

Kondisi pasien Kec. Infus (mg/kg/jam)


Neonatus 0,13
Bayi 2-6 bulan 0, 4
6-11 bulan 0,7
Anak 1-9 tahun 0,8
>9 tahun 0,6
Dewasa perokok 0,6
Dewasa tidak perokok 0,4
Decompordis 0,2
Cor pulmanale 0,2
Disfungsi liver 0,2
F. INTERAKSI OBAT
Berikut tabel 33. Menjelaskan tentang berbagai mekanisme interaksi teofilin
dengan obat lain (Stockley, 2012).
Tabel 33 interaksi teofilin dengan obat lain dan mekanismenya (stockley 2012)

Interaksi teofilin Mekanisme


Acyclovir AUC teofilin yang meningkat sebesar 45%
(189,9274,9 µg.h/ml) dan clearance total tubuh
berkurang sebesar 30%, ketika aksilovir
ditambahkan.Mekanismenya diduga aciclovir
abolisme oksidatif teofilin, sehingga teofilin
terakumulasi.
Allopurinol Efek teofilin dapat meningkat, dikarenakan
Allopurinol,merupakan inhibitor xanthine oxsidase,
dapat memblok konversi meltixanthine ke asam
metiluric, tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap
teofilin. Diduga juga bahwa allopurinol menghambat
metabolisme oksidasi teofilin sehingga kadar teofilin
meningkat.
Aminoglutetimid Dapat meningkatkan eliminasi teofilin sehingga
kadar plasma serum rendah dan efeknya juga
menurun. Diduga disebabkan sifat induktor enzim
dari aminogluetimid, yang dapat meningkatkan
metabolisme teofilin. Sehingga diperlukan
monitoring terhadap efek teofilin dan peningkatan
dosis.
Amiodaron Peningkatan kadar plasma teofilin dan toksisitasnya.
Mekanisme pastinya belum jelas, tetapi diduga
melalui penurunan kecepatan metabolisme teofilin.
Benzimidazol Peningkatan kadar plasma teofilin, jika tidak
dilakukan penyesuaian dosis. Diduga disebabkan
karena penghambatan metabolisme teofilin di hepar.
Efek samoing mual dan munth.
Barbital Penurunan kadar teofilin dalam darah. Disebabkan
karena barbital merupakan induktor enzim sehingga
meningkatkan metabolisme teofilin dihepar.
Bronkhodilator Terjadinya hipokalemia, apalagi setelah pemberian
agonis beta perentral dan nebulizer, sehingga diperlukan
monitoring kadar kalium darah.
Beta bolokers Dapat menurunkan klirens teofilin, melalui
penghambatan metabolisme di hepar melalui reaksi
dimetilasi dan hidroksilasi. Dan yang terpenting
jangan diberikan beta boloker non selektif karena
dapat menyebabkan bronkospasma.
Cofein Dapat meningkatkan kadar plasma teofilin. Diduga
karena adanya kopetisi metabolisme karena melalu
jalur yang sama, sehingga terjadi akumulasi kadar
obat di dalam plasma.
Ditiazem, Menurunkan metabolisme teofilin di hepar melalui
verapamil penghambatan enzim sitokrom P450, sehingga kadar
teofilin dalam plasma meningkat. Sebaiknya,
Nifedipin merubah metabolisme teofilin di hepar dan
meningkatkan volume distribusinya sehingga kadar
teofilin dalam plasma menurun.
Carbamazepin Penurunan kadar teofilin maupun carbamazepin
dalam serum, disebabkan karen peningkatan
metabolisme di hepar dan klirens hepatik, ada dugaan
bahwa teofilin juga dapat menurunkan absorbsi
carbamazepin
Kontrasepsi oral Menurunkan klirens kreatinin serum, walaupun
toksisitas jarangt dilaporkan. Estrogen diduga dapat
menghambat metabolisme teofilin segingga klirens
hepatiknya bisa menurun.
Kortikosteroid Beberapa kasus dapat terjadi peningkatan kadar
teofilin dalam plasma bebera menyebabkan
toksisistas tetapi mekanismenya belum diketahui.
Disulfiram Terjadi peningkatan teofilin dalam plasma.
Disulfiram dapat menurunkan klirens teofilin,
melalui penghambatan metabolisme di hepar melalui
reaksi demetilasi dan hidroksilasi.karenanya
diperlukan penurunan dosis teofilin.
Eritromisin Dapat meningkatkan kadar teofilin, melalui
penghambatan metabolisme di hepar, sehingga dosis
teofilin harus diturunkan.
H2 blocker Dapat meningkatkan kadar teofilin dan
memungkinkan terjadi toksisitas, simetidin
merupakan inhibitor enzim sehingga menghambat
metabolisme teofilin khususnya melalui N-Metilasi.
Akan tetapi famotidin dan ranitidin bukan inhibitor
enzim sehingga belum diketahui bagaimna
mekanismenya.
Indrocilamide Meningkatkan kadar teofilin di plasma sehingga
dosis teofilin harus diturunkan. Mekanisme aksinya
belum diketahui dengan jelas.
Loperamid Menunda absorpsi teofilin pada sediaan teofilin
sustained release, diduga karena loperamid
menghambat peristaltik usus.
Pentoksifilin Meningkatkan kadar plasma teofilin, mekanismenya
belum diketahui, sehingga diperlukan monitor kadar
teofilin dalam plasma.
Fenilpropanolamin Menurunkan kliren teofilin sehingga kadar teofilin
plasma meningkat, dan memungkinkan terjadinya
toksisitas.
Propafenon Diduga propafenon menghambat metabolisme
teofilin, sehingga kadar teofilin dalam plasma
meningkat dan terjadi toksisitas teofilin.
Perokok/penghisap Perokok atau penghisap ganja, mengandung hidro-
ganja karbon polisiklik, yang mana brtindak sebagai
induktor enzim, sehingga mampu meningkatka
klirens teofilin. Reaksi metabolisme melalui N-
demethylation and 8-hydroxylation teofilin dipacu,
sehingga kadar teofilin dalam plasma menurun dan
diperlukan peningkatan dosis.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
 Teofilin etilendiamid atau aminofilin merupakan bentuk garam dari
teofilin, karenanya bersifat larut dalam air sehingga bisa dibuat
injeksi, karena kalau teofilin sendiri bersifat sukar larut dalam air.
 Teofilin memiliki indek terapi yang sempit. Kadar plasma teofilin
sangat berhubungan dengan efek terapi dan toksisitasnya. Efek
bronkhodilatasi dengan efek samping yang sangat sedikit tercapai
pada konsentrasi 10-20 mg/l. Pada konsentrasi plasma yang lebih
dari 20 mg/l mengakibatkan efek samping yang tidak diharapkan, dan
jika kadar plasma dibawah 35 mg/l akan meningkatkan resiko
terjadinya kejag dan aritmia jantung.
 Asma akut berat
Dosis loading pada injeksi aminofilin :

6 mg/kg BB ----> > 10-15’ (dewasa-anak)

3 mg/kg BB ----> >10-15’ (gagal jantung, hati)

Dosis maintenance :

0,5 mg/kg/jam ----> dewasa tidak merokok


0,7 mg/kg/jam ----> anak <12 tahun, perokok
0,2 mg/kg/jam ----> gagal jantung dan hepar
DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar farmakokinetik klinik

Anda mungkin juga menyukai