Anda di halaman 1dari 13

SUB KELAS TERAPI

Hormon tiroid dan anti tiroid


KELAS TERAPI
Hormon, obat endokrin lain dan kontraseptik
Dosis PEMBERIAN OBAT
Untuk pengobatan hipertiroidisme : dosis awal lazim dewasa : 300-450 mg sehari :
untuk pasien hipertiroidisme parah mungkin memerlukan dosis awal 600-1200 mg sehari : Secara
umum jika suatu saat kontrol gejala telah terpenuhi, terapi dilanjutkan sesuai dosis awal selama 2
bulan. Dosis pemeliharaan propiltiourasil sangat bervariasi tapi secara umum berkisar dari satu
pertiga sampai dua pertiga dosis awal. Untuk pengobatan krisis tirotoksik, dosis lazim propiltiourasil
adalah 200 mg setiap 4-6 jam pada hari pertama, jika suatu saat gejala telah terpenuhi, dosis terapi
diturunkan secara bertahap sampai tingkat dosis pemeliharaan. Untuk pengobatan hipertiroidisme
pada anak, dosis lazim awal adalah 50-150 mg sehari untuk anak 6-10 tahun dan 150-300 mg atau
150 mg/m2 setiap hari untuk anak 10 tahun atau lebih. Dosis pemeliharaan ditandai
dengan respon pasien. Untuk pengobatan hipertiroidisme pada bayi, dosis yang direkomendasikan
adalah 5-10mg/kg setiap hari
FARMAKOLOGI
Walaupun bergantung pada kondisi fisiologis dan patologis pasien, namun keadaan eutiroid pada
terapi dengan propiltiourasil (PTU) umumnya baru dapat terkapsulai setelah terapi selama 2–4
bulan. PTU diabsorpsi dengan cepat dari saluran pencernaan. Pada pemberian per
oral, konsentrasi puncak dalam serum terkapsulai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian. PTU
terkonsentrasi dalam kelenjar tiroid, dan karena efek kerjanya lebih ditentukan oleh kadarnya dalam
kelenjar tiroid dibandingkan dengan kadarnya dalam plasma, maka hal ini menyebabkan
perpanjangan atau prolongasi aktivitas antitiroidnya. Oleh sebab itu interval dosis dapat 8 jam atau
lebih, bahkan dapat diberikan dalam dosis tunggal harian. Fraksi terikat protein dari PTU cukup
besar, yaitu sekitar 70-80%, dan sebagian besar terionisasi pada pH fisiologis normal. Akibatnya,
transport lintas plasenta dan distribusi ke dalam air susu tidak sebesar obat antiroid lain, misalnya
metimazol. Waktu paruh plasma sekitar 1-2 jam. Waktu paruh eliminasi kemungkinan akan
bertambah apabila terdapat gangguan fungsi hati atau ginjal. Kurang dari 10% PTU yang
diekskresikan dalam bentuk senyawa`asal (tak berubah), sebagian besar (lebih dari 50%)
mengalami metabolisme hepatik yang ekstensif melalui reaksi glukuronidasi.
STABILITAS PENYIMPANAN
Stabil disimpan dalam suhu kamar, antara 15-30�C. Hindarkan dari lembab dan cahaya matahari
langsung.

Kontra Indikasi
Blocking replacement regiment tidak boleh diberikan pada masa kehamilan dan menyusui
Efek Samping
Efek Samping yang paling sering terjadi adalah ruam kulit, urtikaria, pigmentasi kulit,
dan kerontokan rambut. Efek Samping lain yang agak umum antara
lain nyeri sendi, demam, sakit kepala, nyeri tenggorokan, mual, muntah, dan kurang nafsu makan.
Efek Samping yang jarang terjadi tetapi berakibat serius pada terapi dengan PTU
adalah agranulositosis atau leukopenia (turunnya jumlah sel darah putih di dalam darah), yang
ditandai antara lain dengan lesi infeksi pada tenggorokan, saluran cerna, dan kulit disertai rasa
lemah dan demam. Di samping itu juga dapat terjadi trombositopenia (penurunan trombosit) yang
berakibat pada kecenderungan perdarahan.
INTERAKSI MAKANAN
Kadar PTU serum dapat berkurang apabila diberikan bersama dengan makanan.

INTERAKSI OBAT
PTU dapat menurunkan efek antikoagulan (blood thinner) senyawa-senyawa turunan kumarin,
misalnya warfarin (Coumadin). Oleh sebab itu, dosis warfarin harus disesuaikan apabila diberikan
bersama dengan PTU, dan monitoring efek warfarin terhadap penggumpalan darah perlu dilakukan
(risiko interaksi Kategori D: pertimbangkan modifikasi terapi). PTU dapat mengurangi
efek Natrium Iodida. Untuk mengatasinya, hentikan pemberian antitiroid (PTU) 3-4 hari sebelum
pemberian natrium iodida (risiko interaksi Kategori X: hindarkan kombinasi)
PENGARUH ANAK
Tidak ada data

PENGARUH HASIL LAB


Tidak ada data
PENGARUH KEHAMILAN
Faktor risiko D
PENGARUH MENYUSUI
PTU dapat masuk ke dalam air susu ibu. PTU membahayakan bayi yang sedang disusui oleh Ibu
yang mengonsumsi PTU. Oleh sebab itu pemberian PTU pada Ibu menyusui harus diawasi dengan
5eksama.

PARAMETER MONITORING
Konsentrasi TSH (Thyroid Stimulating Hormone) dalam serum, waktu protrombin, tes
fungsi liver, tes darah lengkap
BENTUK SEDIAAN
Tablet 50 mg dan 100 mg
PERINGATAN
Sifat hepatotoksisitasnya diperkirakan lebih kuat dibandingkan dengan obat-obat antitiroid tiourea
lainnya (misalnya karbimazol dan metimazol), sehingga sering menimbulkan gangguan fungsi hati
asimptomatik. Harus diberikan dengan hati-hati dan dengan dosis yang lebih rendah pada penderita
gangguan fungsi ginjal. . Bila ada tanda hipersensitivitas, pengawasan harus dilakukan dengan ketat
untuk mendeteksi agranulositosis, antara lain pasien harus melaporkan bila ada nyeri tenggorokan.
Bila ada neutropenia, obat harus dihentikan.
KASUS TEMUAN
Tidak ada data
INFORMASI PASIEN
Tidak ada data

MEKANISME AKSI
Hormon-hormon tiroid, yaitu tiroksin (T4 ) dan triiodotironin (T3), disintesis dengan jalan
mereaksikan molekul Iodium dengan senyawa protein prekursor hormon tiroid yang disebut
tiroglobulin. Reaksi ini berlangsung dengan katalisator enzim tiroperoksidase. Propiltiourasil (PTU)
bekerja menghambat kerja enzim tiroperoksidase sehingga sintesis T4 dan T3 terhambat. PTU juga
menghambat kerja enzim 5′-deiodinase (tetraiodotironin 5′ deiodinase) yang mengkonversi T4
menjadi T3. Karena T3 lebih kuat daya hormon tiroidnya dibandingkan T4, maka hal ini juga akan
mengurangi aktivitas hormon-hormon tiroid secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Martindale : The Complete Drug Reference 35th edition 2. BNF 54th ed. (electronic version) 3.
Propylthiouracil Drug Information Provided by Lexi-Comp. accessed on line at 27th May 2009 from
http://www.merck.com/mmpe/lexicomp/propylthiouracil.html 4. Informatorium Obat Nasional
Indonesia 2000. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan, 2000. 5. The International Pharmacopoeia, Fourth edition, 2008. WHO Department of
Essential Medicines and Pharmaceutical Policies

1. FARMAKOLOGI HORMON TIROID DAN ANTI TIROID


2. 3. HORMON TIROID
3. 4.  Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher,
tepat dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus, sehingga bentuknya
menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu.  Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak
terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, dokter dapat merabanya dengan
mudah dan suatu benjolan bisa tampak dibawah atau di samping jakun.  Kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroid.  Hormon Tiroid adalah hormon yang mengendalikan
kecepatan metabolisme tubuh.
4. 5.  Hormon Tiroid terdapat dalam 2 bentuk : a) Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang
dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan
metabolisme tubuh. b) Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk
aktif, yaitu tri-iodo-tironin (T3). Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif,
sedangkan 20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.
5. 6. FUNGSI HORMON TIROID Meningkatkan metabolisme sel dan penggunaan oksigen,
mendorong sintesa protein dalam sel, pertumbuhan sel, perkembangan otak / SSP
distimulasi kerja jantung dan sirkulasi darah, peristaltik lambung dan usus diperkuat.
6. 7. MEKANISME KERJA HORMON TIROID  Hormon tiroid masuk ke dalam sel, dan T3
berikatan dengan reseptor di inti. T4 juga dapat berikatan, tetapi tidak terlalu erat. Terdapat 2
reseptor hormon tiroid, hTRα dan hTRβ. Selain itu, seperti dinyatakan di atas, sebagian
besar T4 dalam darah diubah menjadi T3, dan dalam hal ini T4 adalah suatu prohormon
untuk T3. Kompleks hormone tiroid-reseptor kemudian berikatan dengan DNA dan
meningkatkan ekspresi gen-gen tertentu. mRNA yang terbentuk mencetuskan pembentukan
berbagai enzim yang mengubah fungsi sel. Riset mengenai pengikatan membuktikan bahwa
2 kompleks T3 reseptor berikatan dengan DNA atau satu kompleks T3-reseptor dan satu
dari sejumlah thyroid receptor auxiliary proteins (TRAPs) juga dapat berikatan dengan
elemen respons tiroid (tiroidresponse element, TRE) dalam gen yang sesuai. TRAPs
mencakup reseptor asam retinoat dan reseptor-reseptor ini memperkuat pengikatan. Namun
peran faali mereka masih perlu ditentukan.
7. 8. • Pada umumnya T3 bekerja lebih cepat dan 3-5 kali lebih kuat daripada T4. Hal ini
disebabkan karena hormon terikat kurang erat dengan protein plasma tetapi lebih erat
dengan reseptor hormon tiroid.
8. 9. • INDIKASI : Hipertiroidisme • KONTRAINDIKASI : Hipersensisitif terhadap Propiltiourasil,
blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
9. 10. ANTI TIROID
10. 11. Zat-zat yang berkhasiat untuk menekan produksi hormon tiroid. Khususnya digunakan
pada keadaan hiperfungsi kelenjar tersebut, yang sering kali disertai dengan peningkatan
sekresi tiroksin. PENGERTIAN
11. 12. Anti tiroid berfungsi sebagai penghambat sintesis hormon tiroid. FUNGSI ANTI TIROID
12. 13. MEKANISME KERJA ANTI TIROID Antitiroid menghambat sintesis hormon tiroid dengan
jalan menghambat proses pengikatan ion antitiroid juga menghambat proses penggabungan
dari gugus yodotirosil untuk membentuk yodotironin. Cara kerjanya dapat dijelaskan dengan
adanya hambatan terhadap enzim peroksidase sehingga oksidasi ion yodida dan gugus
yodotirosil terganggu.
13. 14. • INDIKASI : Antitiroid digunakan untuk pengobatan hipertiroidisme, baik untuk
mengatasi gejala klinik sambil menunggu remisi spontan, maupun sebagai persiapan
operasi. Selain itu, obat ini juga dapat di- pakai dalam kombinasi dengan yodium
radioaktif,dengan tujuan mempercepat timbulnya perbaikan klinis sementara menunggu efek
terapi yodium radioaktif. Efek terapi biasanya baru tampak setelah masa laten yang agak
panjang, dari beberapa hari sampai 1-2 minggu. • KONTRANDIKASI : Hipersensitivitas
14. 15. DAFTAR PUSTAKA • Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi dasar & klinik. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. • FKUI. 2012. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI. • Neal, Michael J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Jakarta: Erlangga.
Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher manusia. Fungsinya ialah
mengeluarkan hormon tiroid. Antara hormon yang terpenting ialah Thyroxine (T4)
dan Triiodothyronine (T3). Hormon-hormon ini mengawal metabolisma (pengeluaran tenaga)
manusia.
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus, satu di sebelah kanan dan satu lagi disebelah kiri.
Keduanya dihubungkan oleh suatu struktur ( yang dinamakan isthmus atau ismus. Setiap lobus
berbentuk seperti buah pir. Kelenjar tiroid mempunyai satu lapisan kapsul yang tipis
dan pretracheal fascia. Pada keadaan tertentu kelenjar tiroid aksesoria dapat ditemui di sepanjang
jalur perkembangan embriologi tiroid.
Struktur ismus atau isthmus yang dalam bahasa Latin ertinya penyempitan merupakan
struktur yang menghubungkan lobus kiri dan kanan. Posisinya kira-kira setinggi cincin trakea 2-3
dan berukuran sekitar 1,25 cm. Anastomosis di antara kedua arteri thyroidea superior terjadi di sisi
atas ismus, sedangkan cabang-cabang vena thyroidea inferior ber-anastomosis di bawahnya. Pada
sebahagian orang dapat ditemui lobus tambahan berupa lobus piramidal yang menjulur dari ismus
ke bawah
Darah ke kelenjar tiroid dibekalkan oleh arteri superior thyroid yang merupakan cabang
pertama arteri external carotid(ECA). Arteri ini menembusi pretracheal fascia sebelum sampai ke
bahagian superior pole lobe kelenjar tiroid. Saraf laryngeal terletak berhampiran (di belakang)
arteri ini, jadi jika dalam pembedahan tiroidektomi, kemungkinan besar saraf ini terpotong jika
tidak berhati-hati.
Kelenjar tiroid juga dibekalkan oleh arteri inferior thyroid yang merupakan cabang
daripada thyrocervical trunk (cabang daripada arteri subclavian). Dalam 3% populasi manusia,
terdapat satu lagi arteri ke kelenjar tiroid, iaitu arteri thyroid ima.
Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat menyerap iodin atau
yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin ini akan bergabung dengan asam
amino tirosin yang kemudian akan diubah menjadi T3 (triiodotironin) dan T4 (triiodotiroksin).
Dalam keadaan normal pengeluaran T4 sekitar 80% dan T3 15%. Sedangkan yang 5% adalah
hormon-hormon lain seperti T2.
T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan kalori menjadi tenaga (ATP = adenosin
tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif daripada T4. T4 yang tidak aktif itu diubah menjadi T3 oleh enzim
5-deiodinase yang ada di dalam hati dan ginjal. Proses ini juga berlaku di organ-organ lain seperti
hipotalamus yang berada di otak tengah.
Hormon-hormon lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah TRH (thyroid releasing
hormon) dan TSH (thyroid stimulating hormon). Hormon-hormon ini membentuk satu sistem aksis
otak (hipotalamus dan pituitari)- kelenjar tiroid. TRH dikeluarkan oleh hipotalamus yang
kemudian merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan
merangasang tiroid untuk mengeluarkan T3 dan T4. Oleh kerena itu hal yang mengganggu jalur
di atas akan menyebabkan produksi T3 dan T4
Kelenjar tiroid mengatur metabolisme basal dari tubuh (sel tubuh). Letaknya di bagian depan
leher dan mempunyai bentuk seperti huruf H. Kelenjar tiroid mempunyai fungsi sebagai berikut.
(1) Metabolisme
Metabolisme berkaitan penggunaan makanan yang diserap oleh tubuh. Bahan makanan akan
dibakar menjadi panas dan energi untuk aktivitas.Terlalu aktif atau kurang aktif kelenjar ini akan
menyebabkan perubahan fisis dalam berat badan. Tiroid memproduksi tiroksin yaitu hormon yang
meningkatkan laju dari aktivitas hampir di seluruh reaksi kimia dalam sel-sel tubuh.
(2) Pertumbuhan dan perkembangan
Tiroid memproduksi hormon yang berpengaruh pada pertumbuhan tulang. Di samping itu,
juga mengontrol tingkat kalsium dengan kalsitonin—hormon yang mengatur pergerakan kalsium ke
dalam tulang. Kerja tiroid berlawanan dengan kerja dari hormon paratiroid yang bersifat
meningkatkan pembongkaran kalsium dari tulang. Efek dari hormon pertumbuhan dari kelenjar
pituitari tidak berarti tanpa adanya tiroksin.
(3) Pengeringan kulit
Tiroid juga mengontrol kesehatan kulit. Kurang aktifnya tiroid akan menyebabkan kulit
menjadi kering. Lapisan paling luar dari kulit akan menjadi kering, sel-sel mati, dan akan selalu dari
lapisan pertumbuhan. Jika laju sel-sel yang diganti abnormal, akan terjadi kekeringan. Defisiensi dan
dari fungsi tiroid langsung mengontrol laju ini.
(4) Kolesterol
Tiroid mempunyai pengaruh pada tingkat kolesterol dalam tubuh. Kolesterol adalah bahan
seperti lemak yang ditemukan dalam banyak jaringan dan merupakan komponen yang menyebabkan
penyumbatan arteri. Jika tingkat kolesterol terlalu tinggi, hal ini dapat menyebabkan arteriosklerosis
atau pengerasan arteri.
 Penyakit kelenjar tiroid
Antara orang-orang yang berisiko menghadapi masalah penyakit kelenjar tiroid ialah:
 Perempuan
 Genetik
 Mengidapi sakit pituitari atau endokrin yang lain
 Usia lebih 60 tahun
 Merokok
Ada dua jenis penyakit tiroid yang utama:
1. Hipertiroidisme / Tirotoksikosis
Hipertiroidisme adalah terjadinya produksi hormon thyroid yang berlebihan. Hal ini
mengakibatkan aktifitas metabolik meningkat, berat badan menurun, gelisah, tremor, diare,
frekuensi jantung meningkat dan pada hipertiroidisme berlebihan gejalanya adalah toksisitas
hormon. Hipertiroidisme berlebihan dapat menyebabkan goiter eksoftalmik (penyakit Grave).
Gejalanya berupa pembengkakan jaringan di bawah kantong mata, sehingga bola mata menonjol.
Dalam kes hyperthyroidism / thyrotoxicosis, hormon tiroid T3 dan T4 didapati lebih tinggi
daripada orang biasa. Antara penyebab penyakit ini ialah :
 Grave's disease. Antibodi di dalam badan menyebabkan tiroid membesar dan
mengeluarkan lebih hormon. Selalunya semua (atau sebahagian besar) sel tiroid orang yang
menghidapi penyakit ini mengeluarkan hormon berlebihan
 Thyroiditis (tiroid bengkak). Selalunya keadaan ini boleh elok sendiri
 Toxic nodule goitre. Terlalu banyak iodin di dalam makanan
Tanda-tanda orang yang menghidapi hipertiroidisme:
 Bengkak di leher
 Cirit birit
 Degupan jantung bertambah, sentiasa berdebar-debar
 Gementar dan gelisah, terketar-ketar
 Haid tidak teratur, kurang atau tidak datang
 Kesuburan turun
 Penumpuan kurang
 Mata menjadi besar (bulging)
 Angin yang tidak menentu
 Kejang otot
 Oesteoporosis (kereputan tulang)
 Pengeluaran peluh banyak, bertambah. Kulit lembap
 Suhu badan naik, tak tahan panas
 Rambut tidak kuat
 Sukar bernafas
 Sukar tidur
 Tekanan darah naik
 Turun berat badan walaupun selera naik
 Lemah
Hipotiroidisme : Orang yang menghidap hypothyroidism pula tidak mempunyai hormon tiroid
yang cukup. Hipotiroidisme adalah penurunan produksi hormon thyroid. Hal ini mengakibatkan
penurunan aktifitas metabolik, konstipasi, letargi, reaksi mental melambat dan peningkatan
simpanan lemak. Pada orang dewasa, kondisi ini menyebabkan miksedema, yang ditandai dengan
adanya akumulasi air dan musin di bawah kulit, sehingga terlihat penampakan edema. Sedangkan
pada anak kecil, hipotiroidisme mengakibatkan retardasi mental dan fisik.

2.1.1 Biosintesis
Kelenjar tiroid memproduksi hormone tiroid, yang akan disimpan sebagai reisdu asam
amino dari triglobulin. Triglobulin merupakan glikoprotein yang menempati sebagian besar folikel
koloid kelenjar tiroid. Secara garis besar, sintesis, penyimpanan, sekresi, dan konversi hormone
tiroid terdiri dari beberapa tahap :
(a) Ambilan (uptake) ion yodida (I’) oleh kelenjar
Yodium dari makanan mencapai sirkulasi dalam bentuk yodida. Pada keadaan normal
kadarnya dalam darah sangat rendah ( 0,2 – 0,4 µg/dL ), tetapi kelenjar tiroid mampu menyerap
yodida cukup kuat, sehingga yodida dalam kelenjar mencapai 20-50 kali, bahkan bila kelenjar
terangsang mencapai 100 kali dari kadar plasma. Mekanisme transport yodida ke kelenjar
dihambat beberapa ion, missal tiosianat dam perklorat. System transport yodida ini dipicu hormone
tirotropin dari adenohipofisis ( hyroid-stimulating hormone , TSH ), yang diatur oleh mekanisme
autoregulasi. Karenanya bila simpanan yodium di kelenjar rendah ambilan yodida akan dipicu dan
sebaliknya pemberian yodida akan menekan mekanisme di atas.
(b) Mekanisme yang sama dijumpai pula pada alat lain misalnya kelenjar ludah, mukosa
lambung, kulit kelenjar mamae, dan plasenta yang dapat mempertahankan kadar yodida
10-50 kali lebih tinggi dari dalam darah
(c) Oksidasi yodida dan yodinasi gugus tirosil pada triglobulin
Oksidasi yodinasi menjadi bentuk aktifnya perantarai tiroid peroksidase, enzim yang
mengandung heme, dan menggunakan H2O2 sebagai oksidan. Enzim ini berada di membran sel
dan terkonsentrasi di permukaan paling atas dari kelenjar. Reaksi ini menghasilkan residu
monoyodotirosil (MT) dan diyodotirosil (DIT) dalam triglobulin, tepat sebelum penyimpanan
ekstraselularnya di lumen folikel kelenjar. Reaksi tersebut dirangsang TSH.
(d) Penggabungan residu yodotirosin, antara lain menghasilkan yodotironin
Tahap berikutnya, pembentukan triyodotironin dari residu monoyodotirosil dan
diyodotirosil. Reaksi oksidasi ini juga dikkatalisasi oleh ensim tiroid peroksidase. Kecepatan
pembentukan tirosin dipengaruhi kadar TSH dan tersedianya yodida. Telah diketahui bahwa
terdapat hubungan antara jumlah tiroksin dan triyodotironin yang terbentuk di dalam kelenjar dan
tersedianya jumlah yodida atau kedua yodotirosin; missal pada tikus, bila terjadi defisiensi yodium
pada kelenjartiroid, rasio tiroksin/triyodotironin akan menurun dari 4:1 menjadi 1:3. Karena T3
merupakan bentuk transkripsi aktif yodotironin dan hanya mengandung sekitar tiga per empat
bagian yodium yang tersedia hanya sedikit berpengaruh terhadap jumlah hormone tiroid yang
keluar dari kelenjar.
(e) Resorpsi koloid troglobulin dari lumen ke dalam sel
(f) Proteolisis triglobulin dan pengeluaran atau sekresi tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3) ke
aliran darah
(e) Resorpsi; (e) proteolisis koloid ; dan (f) sekresi hormone tiroid. Karena T3 dan T4
disintesis dan disimpan sebagai bagian dari trglobulin, maka untuk sekresinya diperlukan proses
proteolisis. Proses ini dimulai dari endositosis koloid dari lumen folikel pada permukaan sel,
dengan bantuan resptor triglobulin, yakni megalin. Triglobulin harus dipecah dahulu menjadi
beberapa asam amino agar hormone tiroid dapat dilepaskan, proses ini dibantu oleh TSH. Pada
saat triglobulin terhidrolisis, monoyodotirosin dan diyodotirosin juga dilepaskan tetapi tetap
berada dalam kelenjar; sedangkan yodium yuang dilepaskan sebagai yodida akan tergabung lagi
denghan protein. Molekul triglobulin dibentuk oleh 300 residu karbohidrat dan 5500bresidu asam
amino dan hanya 2-5 di antaranya adalah T4; dengan demikian untuk melepaskan hormone tiroid,
molekul triglobulin harus dipecah menjadi gugus-gugus asam amino. Mekanisme ini dipicu oleh
hormone tirotropin.
(g) Recycling yodium di antara sel-sel tiroid melalui deyodinasi dari mono- dan diyodotirosin
dan penggunaan kembali ion yodida (I’)
(h) Konversi (T4) menjadi (T3) di jaringan perifer dan dalam kelenjar tiroid
Konversi tiroksin menjadi triyodotironin di jaringan perifer. Pada keadaan normal produksi
tirosin (T4) sehari antara 70-90 µg, sedangkan triyodotironin (T3) 15-30 µg. meski T3 diproduksi
kelenjar tiroid, sekitar 80% T3 di sirkulasi adala hasil metabolism T4 yang terjadi melalui
sekuensial monodeyodinaso di jaringan perifer. Sebgaian besar konversi T4 menjadi T3 di luar
kelenjar, yakni di dalam hati. Kerenanya bila tiroksin diberikan pada pasien hipotiroid dengan
dosis yamg dapat menormalkan tiroksin plasma, kadar T3 plasma juga akan mencapai normal.
Hampir semua jaringan perifer menggunakan T3 yang berasal dari hormone tiroid yang disirkulasi,
kecuali otak dan adenohipofisis. Pada keadaan normal sekitar 41% T4 akan dikonversi menjadi
T3, kira-kira 38% menjadi rT3 (reverse T3) yang tidak aktif dan 21% dimetabolisme melalui jalur
lain, antara lain melalu konjugasi d hati dan dieksresi melalui empedu. Kadar T4 plasma yang
normal berkisar antara 4,5 sampai 11 µg/dL, sedangkan T3 hanya sekitar sperseratusnya (60-180
µg/dL).
Konversi di atas dikatalisasi oleh enzim yodotironin 5’-deyodinase, dengan 3 tipe isozim.
Isozim tipe I 5’-deyodinase (D1) ditemukan di hati. Ginjal, dan di kelenjar dan berperan pada
pembentukan T3 yang berada pada sirkulasi, dan digunakan oleh hamper semua jaringan. Isozim
D1 ini dapat dihambat oleh banyak hal, antara lain keadaan malnutrisi, glukokortikoid,
penghambat reseptor-β ( missal: propranolol dosis tinggi ), obat antitiroid propiltiorasil, asam
lemak dan amiodaron.

Hormon Tiroid
Transport dan Metabolisme Hormon Thyroid
Hormon thyroid yang bersirkulasi dalam plasma terikat pada protein plasma, yaitu: globulin
pengikat tiroksin (thyroxine-binding globulin, TBG), prealbumin pengikat tiroksin (thyroxine-
binding prealbumin, TBPA) dan albumin pengikat tiroksin (thyroxine-binding albumin, TBA).
Kebanyakan hormon dalam sirkulasi terikat pada protein-protein tersebut dan hanya sebagian kecil
saja (kurang dari 0,05 %) berada dalam bentuk bebas.
Hormon yang terikat dan yang bebas berada dalam keseimbangan yang reversibel. Hormon yang
bebas merupakan fraksi yang aktif secara metabolik, sedangkan fraksi yang lebih banyak dan terikat
pada protein tidak dapat mencapai jaringan sasaran.
Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG merupakan protein pengikat yang paling spesifik.
Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap protein pengikat ini dibandingkan
dengan triiodotironin. Akibatnya triiodotironin lebih mudah berpindah ke jaringan sasaran. Faktor
ini yang merupakan alasan mengapa aktifitas metabolik triiodotironin lebih besar.
Perubahan konsentrasi TBG dapat menyebabkan perubahan kadar tiroksin total dalam
sirkulasi. Peningkatan TBG, seperti pada kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi, hepatitis, sirosis
primer kandung empedu dan karsinoma hepatoselular dapat mengakibatkan peningkatan kadar
tiroksin yang terikat pada protein. Sebaliknya, penurunan TBG, misalnya pada sindrom nefrotik,
pemberian glukokortikoid dosis tinggi, androgen dan steroid anabolik dapat menyebabkan
penurunan kadar tiroksin yang terikat pada protein.
Hormon-hormon thyroid diubah secara kimia sebelum diekskresi. Perubahan yang penting
adalah deiodinasi yang bertanggung jawab atas ekskresi 70 % hormon yang disekresi. 30 % lainnya
hilang dalam feses melalui ekskresi empedu sebagai glukuronida atau persenyawaan sulfat. Akibat
deiodinasi, 80 % T4 dapat diubah menjadi 3,5,3’-triiodotironin, sedangkan 20 % sisanya diubah
menjadi reverse 3,3’,5’-triiodotironin (rT3) yang merupakan hormon metabolik yang tidak aktif.
Pada keadaan normal, yodium disirkulasi terdapat dalam berbagai bentuk, sekitar 95% sebagai
yodium organic dan hamper 5% sebagai yodida. Sebagian besar ( 90%-95%) yodium organic
berada dalam bentuk tiroksin, dan hanya sebagian kecil (5%) berada di triyodotironin.
Dalam darah hormone tiroid terikat kuat pada berbagai protein plasma, dalam bentuk ikatan
non kovalen. Sebagian besar hormone ini terikat pada thyroxine-binding globulin (TBG), T3
ikatannya sangat lemah dan mudah terlepas kembali, karenanya T3 mula kerjanya lebih cepat dari
T4, tiroksin juga terikat transtiretin (thyroxine-binding prealbulmin), suatu retinol-binding protein,
yang kadarnya lebiuh tinggi dari TBG dan terutama mengikat tiroksin. Adanya ikatan hormone
tiroid dengan protein plasma, menyebabkan tidak mudahnya hormone ini di metabolism dan
dieksresi, sehingga masa paruhnya cukup panjang.
Hanya sedikit tiroksin yang terikat albumin dan hampir tidak mempunyai peran fisiologik,
kecuali pada famial dysalbuminemic hyperthyroxinemia. Sindroma ini merupakan kelainan
autosomal yang dominan, ditandai dengan meningkatnya afinitas albumin terhadap tiroksin akibat
terjadinya mutasi gen albumin.
Besarnya aktivitas biologic hormone tiroid ditentukan oleh jumlah hormone tiroid bebas dalam
plasma. Jumlah ini antara lain tyergantung dari jumlah TBG plasma. Selain jumlah hormone tiroid
bebas di plasma dalam batas normal, tidak akan timbul gejala hipofungsi atau hiperfungsi tiroid.
Ikatan hormone tiroid dengan protein plasma dalam memproteksi hormone ini dari proses
metabolism dan eksresi, sehingga masa-paruhnya dalam sirkulasi panjang. Hanya sekitar 0,03%
tiroksin dan 0,3% triyodotironin dari total hormon tersebut berada dalama keadaan bebas.
Aktivitas metabolic hormone tiroid hanya dapat dilakukan oleh hormone yang bebas. Karena
afinitas pengikatannya dengan protein plasma tinggi, maka adanya perubahan kadar protein
plasma atau afinitas ikatannya, akan mempengaruhi kadar total hormone dalam serum. Beberapa
obat dan berbagai kondisi oatologik dan fisilogik, misalnya peningkatan kadar estrogen plasma
pada kehamilan atau terapi dengan estrogen atau penggunaan kontrasepsi hormonal oral, dapat
meningkatkan peningkatan tiroid dengan protein plasma dan kadar proteinnya. Karena
adenohipofisis hanya diengaruhi dan meregulasi hormone tiroid yang bebas, maka keadaan di atas
hanya sedikit mempengaruhi perubahan kadar hormone bebas dalam sirkulasi. Karenanya tes
laboratorium yang hanya mengukur kadar hormone total secara keseluruhan dapat menyesatkan
diagnosis.Tabel di bawah, memperlihatkan berbagai factor yang dapat mempengaruhi pengikatan
hormone tiroid dengan TBG

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hormon Tiroid


Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid
hormone, TH) adalah klasifikasi hormon yang
mengacu pada turunan senyawa asam amino
tirosina yang disintesis oleh kelenjar tiroid dengan
menggunakan yodium. Terdapat dua jenis
hormon dari klasifikasi ini yaitu tetra-iodotironina
dan tri-iodotironina. Kedua jenis hormon ini
mempunyai peran yang sangat vital di dalam
metabolisme tubuh.
Istilah hormon tiroid juga sering digunakan
untuk merujuk pada asupan senyawa organik pada terapi hormonal berupa levotikroksin, atau isoform
terkait; meskipun terhadap dua hormon tiroid yang lain yaitu CT, dan PTH

Hormon tiroid merupakan pengendali utama metabolisme dan pertumbuhan dengan,deiodinasi tetra-
iodotironina yang memicu respirasi pada kompleks I rantai pernapasan mitokondria,yang menjadi salah
satu faktor laju metabolisme basal; dan modulasi transkripsi genetik melalui pencerap tri-
iodotironina yang terdapat pada inti sel.Pentingnya peran TH mulai dikenali pada abad ke 19 saat sebuah
kasus pembesaran kelenjar tiroid dengan simtoma hipertiroidisme mengakibatkan gagal jantung,
exophthalmos dan percepatan laju metabolisme basal. Studi lebih lanjut yang kemudian dilakukan,
memberikan pengetahuan bahwa kedua hormon tiroid T4 dan molekulnya yang lebih reaktif, yaitu T3
mempunyai efek pleiotropik. Konversi T4 menjadi T3, pada plasma darah disebut monodeiodinasi, terjadi
oleh enzim ID-I yang banyak terdapat pada hati dan ginjal, dan ID-2 yang terdapat pada otak, hipofisis dan
jaringan adiposa cokelat. Kedua jenis enzim deiodinase tersebut mengandung senyawa Selenium, dengan
glukokortikoid sebagai senyawa promoter.

Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara :


1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein
2. Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.
Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu eleman yang
terdapat di dalam makanan dan air. Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormon
tiroid. Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan
didaur-ulang untuk kembali menghasilkan hormon tiroid.
Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid.
Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan thyrotropin-releasing
hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH). Sesuai
dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid. Jika jumlah
hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam
jumlah yang lebih sedikit; jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa
mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini disebut mekanisme umpan balik.

B. Pembentukan Hormon Kelenjar Tiroid


1. Tirosin adalah suatu asam amino yang disintesis oleh sel – sel tubuh dalam jumlah yang cukup. Molekul
– molekul tirosin yang diambil dari plasma kemudian masuk ke dalam koloid dan terikat pada molekul
tiroglobulin. Tiroglobulin disintesis oleh reticulum endoplasma sel folikel yang kemudian disekresikan ke
dalam koloid secara eksositosis. Hormone tiroksin yang dihasilkan adalah hasil iodinisasi molekul tirosin
yang terikat pada tiroglobulin. Untuk dapat melakukan iodinisasi, diperlukan molekul iodium yang aktif.
2. Molekul iodium aktif berasal dari iodide yang diambil melalui proses transport aktif yang memerlukan
energi.

Proses pengambilan iodida secara aktif tersebut dikenal dengan proses idodida trapping. Iodide yang telah
ditangkap akan dioksidasi oleh enzim peroksida menjadi iodium aktif sebelum berkonjugasi dengan gugus
terminal tirosin-tiroglobulin. Proses ini menggunakan suatu simporter atau pompa iodida yang disebut
simporter NA+/I- (NIS) yang mengangkut Na+ dan I- ke dalam sel melawan gradient elektrokimia untuk I.

3. Iodinisasi tiroglobulin/organic binding


Gugus tirosin yang menempel pada tiroglobulin di dalam koloid segera mengikat molekul – molekul iodium
(iodinisasi) :
1) 1 molekul iodium + tirosin-globulin à monoiodotirosin (MIT)
2) 2 molekul iodium + tirosin-tiroglobulin à diiodotirosin (DIT)
Proses iodinisasi tiroglobulin-tirosin ini dikatalisis oleh enzim peroksidase tiroid dan dapat dihambat oleh
zat – zat kimia seperti tiourea dan propiltiourasil

4. Kondensasi oksidatif
1 molekul MIT + 1 molekul DIT à 1 molekul triiodotironin (T3) + alanin
1 molekul DIT + 1 molekul MIT à 1 molekul reverse triiodotironin (rT3) + alanin
1 molekul DIT + 1 molekul DIT à 1 molekul tetraiodotironin (T4) + alanin
Sintesis hormone kelenjar tiroid di atas dirangsang oleh TSH. Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata
– rata senyawa beriodium adalah 23% MIT, 33% DIT, 35% T4, dan 7% T3. Sedangkan RT3 dan komponen
lain hanya terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit.

Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk:


1. Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan
terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
2. Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-iodo-tironin (T3).
Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon
aktif, sedangkan 20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar
tiroid sendiri.
Perubahan dari T4 menjadi T3 di dalam hati dan organ
lainnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu.
Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein tertentu
di dalam darah dan hanya aktif jika tidak terikat pada
protein ini. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah
hormon tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar
kecepatan metabolisme tetap stabil.

C. Fungsi Hormon Tiroid


1. Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena
peningkatan konsusmsi oksigen dan produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan
testis. Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi.
T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit
jumlahnya dalam darah. T4 dapat diubah menjadi T3 setelah dilepaskan darifolikel kelenjar.
2. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang.
3. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
4. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah
irama jantung.
5. Merangsang penbentukan sel dalam darah.
6. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai komp[ensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen
akibat metabolisme.
7. Bereaksi terhadap antagonis insulin.
Tirokalsitonin mempuyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium
serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium I tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi
kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum rendah akan menekan pengeluaran
tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin.
Faktor tamabahan adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di lambung.
Agar kelenjar tiroid berfungsi secara normal, maka berbagai faktor harus bekerjasama secara benar:
1) hipotalamus
2) kelenjar hipofisa
3) hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan T4 menjadi T3 di dalam
hati serta organ lainnya).
 Tiroid mengeluarkan tiga hormon penting, yaitu:
1) Triodotironin
2) Tiroksin
3) Kalsitonin
Triodotironin dan Tiroksin mengatur laju metabolisme dengan cara mengalir bersama darah dan
memicu sel untuk mengubah lebih banyak glukosa.
Jika Tiroid mengeluarkan terlalu sedikit Triodotironin dan Tiroksin, maka tubuh akan merasa
kedinginan, letih, kulit mengering dan berat badan bertambah. Sebaliknya jika terlalu banyak, tubuh akan
berkeringat, merasa gelisah, tidak bisa diam dan berat badan akan berkurang.

D. Mekanisme Kerja Hormon Tiroid


Mekanisme Kendali yang Teliti
Sebuah sistem
Saat cukup hormon tiroid telah dihasilkam, hipotalamus menghentikan yang sangat maju dan
pembentukan hormon pelepas tiroid. teratur telah diciptakan
untuk mengatur jumlah
tiroksin yang dilepaskan. Pelepasan tiroksin terjadi lagi sebagai hasil rantai perintah sekumpulan sel tak
sadar yang disusun dalam hirarki yang amat tertib.

Saat tiroksin dilepaskan, otak sistem hormonal


- hipotalamus -mengirimkan sebuah perintah (TRH,
hormon pelepas tiroid) ke kelenjar tiroid. Kelenjar
tiroid, sebagai titik akhir rantai perintah ini, segera
menanggapi dengan melepaskan tiroksin dan
menyebarkannya ke seluruh tubuh melalui darah.

Saat tiroksin dibutuhkan, hipotalamus


mengirimkan perintah ke kelenjar pituitari
(TRH). Kelenjar pituitari yang menerima perintah ini
memahami bahwa kelenjar tiroid harus
diaktifkan. Kelenjar pituitari segera mengirimkan
perintah ke kelenjar tiroid (TSH). Sesuai dengan
perintah yang diterima, kelenjar tiroid segera menghasilkan tiroksin, dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
lewat aliran darah.
Saat jumlah tiroksin dalam darah naik di atas normal, hormon tiroksin mempengaruhi kelenjar pituitari
dan terkadang langsung ke hipotalamus: kelenjar ini mengurangi kepekaan kelenjar pituitari terhadap
hormon TRH.
Fungsi hormon TRH adalah mengaktifkan kelenjar pituitari agar mengirimkan perintah (berbentuk
hormon TSH) ke kelenjar tiroid. Perintah ini adalah titik kedua dalam rantai perintah produksi hormon
tiroksin.

Sistem ini dirancang begitu rumit sehingga kelebihan tiroksin mengambil tindakan amat cerdas agar
sumber-sumber yang menghasilkan hormon ini tak membuat terlalu banyak, serta campur tangan dan
menghambat rantai perintah yang dibangun untuk menghasilkan dirinya. Dengan cara ini, saat tiroksin di
dalam darah meningkat di atas normal, produksinya otomatis dihentikan
Empat dari Sepuluh Ribu Molekul
Jumlah tiroksin yang dilepaskan ditentukan oleh sistem menakjubkan yang telah kami gambarkan di
atas. Namun, di samping semua ini, ada sistem menakjubkan lainnya yang menjaga agar jumlah tiroksin
dalam darah mantap di masa genting.
Molekul tiroksin dilepaskan oleh kelenjar tiroid ke dalam darah dan harus segera menempel ke
molekul yang dirancang khusus untuk mengangkutnya dalam darah. Saat menempel pada molekul ini,
molekul tiroksin tak dapat menjalankan fungsinya. Dari ribuan molekul tiroksin, hanya sedikit yang beredar
bebas dalam darah. Hanya sekitar empat dari sepuluh ribu molekul tiroksin yang mempengaruhi keepatan
metabolisme dalam sel.

Setelah molekul tiroksin bebas memasuki sel-sel yang dituju, molekul tiroksin lainnya yang
melepaskan diri dari molekul pembawanya menggantikan. Molekul-molekul pembawa bekerja sebagai
tangki penyimpanan untuk memastikan bahwa tersedia cukup tiroksin bila dibutuhkan.
Kita telah melihat betapa cermat pengelolaan keseimbangan jumlah tiroksin yang dibutuhkan untuk
mempengaruhi sel-sel ini dan masalah-masalah kesehatan yang timbul jika jumlah itu naik atau turun.
Keseimbangan yang teliti ini melibatkan kadar empat molekul bebas dari sepuluh ribu molekul tiroksin
terikat.

E. Tanda-tanda Orang yang Kelebihan dan Kekurangan Hormon Tiroid


Hormon tiroid berfungsi menstimulasi metabolisme dari sel-sel tubuh. Tapi ada kalanya jumlah
hormon ini tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Apa saja tanda-tanda kelebihan dan kekurangan hormon
tiroid?

Tiroid adalah kelenjar yang terletak di leher bagian depan yang berbentuk seperti kupu-kupu dan
seringkali mudah untuk diraba. Gangguan yang terjadi pada kelenjar ini bisa akibat ukurannya atau
produksi hormonnya yang tidak seimbang.

Produksi hormon yang tidak seimbang ini bisa diakibatkan oleh kelebihan hormon tiroid (hipertiroid)
atau kekurangan hormon tiroid (hipotiroid). Gangguan hormonal ini bisa terjadi seumur hidup, meski pada
saat-saat tertentu kadar hormonnya bisa kembali normal tapi tidak ada yang tahu penyebab gangguan
hormon tersebut muncul kembali.

Gangguan tiroid lebih banyak dialami oleh perempuan dibanding laki-laki (bisa sampai 5-7 kali lipat)
dan mewakili sebagian besar penyakit endokrin atau yang berhubungan dengan hormon.

Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki hipotiroid atau hipertiroid biasanya dilakukan tes darah
dengan mengetahui jumlah dari hormon T3 (triiodothyronine), T4 (thyroxine) dan TSH (Thyroid Stimulating
Hormone).

Anda mungkin juga menyukai