Kontra Indikasi
Blocking replacement regiment tidak boleh diberikan pada masa kehamilan dan menyusui
Efek Samping
Efek Samping yang paling sering terjadi adalah ruam kulit, urtikaria, pigmentasi kulit,
dan kerontokan rambut. Efek Samping lain yang agak umum antara
lain nyeri sendi, demam, sakit kepala, nyeri tenggorokan, mual, muntah, dan kurang nafsu makan.
Efek Samping yang jarang terjadi tetapi berakibat serius pada terapi dengan PTU
adalah agranulositosis atau leukopenia (turunnya jumlah sel darah putih di dalam darah), yang
ditandai antara lain dengan lesi infeksi pada tenggorokan, saluran cerna, dan kulit disertai rasa
lemah dan demam. Di samping itu juga dapat terjadi trombositopenia (penurunan trombosit) yang
berakibat pada kecenderungan perdarahan.
INTERAKSI MAKANAN
Kadar PTU serum dapat berkurang apabila diberikan bersama dengan makanan.
INTERAKSI OBAT
PTU dapat menurunkan efek antikoagulan (blood thinner) senyawa-senyawa turunan kumarin,
misalnya warfarin (Coumadin). Oleh sebab itu, dosis warfarin harus disesuaikan apabila diberikan
bersama dengan PTU, dan monitoring efek warfarin terhadap penggumpalan darah perlu dilakukan
(risiko interaksi Kategori D: pertimbangkan modifikasi terapi). PTU dapat mengurangi
efek Natrium Iodida. Untuk mengatasinya, hentikan pemberian antitiroid (PTU) 3-4 hari sebelum
pemberian natrium iodida (risiko interaksi Kategori X: hindarkan kombinasi)
PENGARUH ANAK
Tidak ada data
PARAMETER MONITORING
Konsentrasi TSH (Thyroid Stimulating Hormone) dalam serum, waktu protrombin, tes
fungsi liver, tes darah lengkap
BENTUK SEDIAAN
Tablet 50 mg dan 100 mg
PERINGATAN
Sifat hepatotoksisitasnya diperkirakan lebih kuat dibandingkan dengan obat-obat antitiroid tiourea
lainnya (misalnya karbimazol dan metimazol), sehingga sering menimbulkan gangguan fungsi hati
asimptomatik. Harus diberikan dengan hati-hati dan dengan dosis yang lebih rendah pada penderita
gangguan fungsi ginjal. . Bila ada tanda hipersensitivitas, pengawasan harus dilakukan dengan ketat
untuk mendeteksi agranulositosis, antara lain pasien harus melaporkan bila ada nyeri tenggorokan.
Bila ada neutropenia, obat harus dihentikan.
KASUS TEMUAN
Tidak ada data
INFORMASI PASIEN
Tidak ada data
MEKANISME AKSI
Hormon-hormon tiroid, yaitu tiroksin (T4 ) dan triiodotironin (T3), disintesis dengan jalan
mereaksikan molekul Iodium dengan senyawa protein prekursor hormon tiroid yang disebut
tiroglobulin. Reaksi ini berlangsung dengan katalisator enzim tiroperoksidase. Propiltiourasil (PTU)
bekerja menghambat kerja enzim tiroperoksidase sehingga sintesis T4 dan T3 terhambat. PTU juga
menghambat kerja enzim 5′-deiodinase (tetraiodotironin 5′ deiodinase) yang mengkonversi T4
menjadi T3. Karena T3 lebih kuat daya hormon tiroidnya dibandingkan T4, maka hal ini juga akan
mengurangi aktivitas hormon-hormon tiroid secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Martindale : The Complete Drug Reference 35th edition 2. BNF 54th ed. (electronic version) 3.
Propylthiouracil Drug Information Provided by Lexi-Comp. accessed on line at 27th May 2009 from
http://www.merck.com/mmpe/lexicomp/propylthiouracil.html 4. Informatorium Obat Nasional
Indonesia 2000. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan, 2000. 5. The International Pharmacopoeia, Fourth edition, 2008. WHO Department of
Essential Medicines and Pharmaceutical Policies
2.1.1 Biosintesis
Kelenjar tiroid memproduksi hormone tiroid, yang akan disimpan sebagai reisdu asam
amino dari triglobulin. Triglobulin merupakan glikoprotein yang menempati sebagian besar folikel
koloid kelenjar tiroid. Secara garis besar, sintesis, penyimpanan, sekresi, dan konversi hormone
tiroid terdiri dari beberapa tahap :
(a) Ambilan (uptake) ion yodida (I’) oleh kelenjar
Yodium dari makanan mencapai sirkulasi dalam bentuk yodida. Pada keadaan normal
kadarnya dalam darah sangat rendah ( 0,2 – 0,4 µg/dL ), tetapi kelenjar tiroid mampu menyerap
yodida cukup kuat, sehingga yodida dalam kelenjar mencapai 20-50 kali, bahkan bila kelenjar
terangsang mencapai 100 kali dari kadar plasma. Mekanisme transport yodida ke kelenjar
dihambat beberapa ion, missal tiosianat dam perklorat. System transport yodida ini dipicu hormone
tirotropin dari adenohipofisis ( hyroid-stimulating hormone , TSH ), yang diatur oleh mekanisme
autoregulasi. Karenanya bila simpanan yodium di kelenjar rendah ambilan yodida akan dipicu dan
sebaliknya pemberian yodida akan menekan mekanisme di atas.
(b) Mekanisme yang sama dijumpai pula pada alat lain misalnya kelenjar ludah, mukosa
lambung, kulit kelenjar mamae, dan plasenta yang dapat mempertahankan kadar yodida
10-50 kali lebih tinggi dari dalam darah
(c) Oksidasi yodida dan yodinasi gugus tirosil pada triglobulin
Oksidasi yodinasi menjadi bentuk aktifnya perantarai tiroid peroksidase, enzim yang
mengandung heme, dan menggunakan H2O2 sebagai oksidan. Enzim ini berada di membran sel
dan terkonsentrasi di permukaan paling atas dari kelenjar. Reaksi ini menghasilkan residu
monoyodotirosil (MT) dan diyodotirosil (DIT) dalam triglobulin, tepat sebelum penyimpanan
ekstraselularnya di lumen folikel kelenjar. Reaksi tersebut dirangsang TSH.
(d) Penggabungan residu yodotirosin, antara lain menghasilkan yodotironin
Tahap berikutnya, pembentukan triyodotironin dari residu monoyodotirosil dan
diyodotirosil. Reaksi oksidasi ini juga dikkatalisasi oleh ensim tiroid peroksidase. Kecepatan
pembentukan tirosin dipengaruhi kadar TSH dan tersedianya yodida. Telah diketahui bahwa
terdapat hubungan antara jumlah tiroksin dan triyodotironin yang terbentuk di dalam kelenjar dan
tersedianya jumlah yodida atau kedua yodotirosin; missal pada tikus, bila terjadi defisiensi yodium
pada kelenjartiroid, rasio tiroksin/triyodotironin akan menurun dari 4:1 menjadi 1:3. Karena T3
merupakan bentuk transkripsi aktif yodotironin dan hanya mengandung sekitar tiga per empat
bagian yodium yang tersedia hanya sedikit berpengaruh terhadap jumlah hormone tiroid yang
keluar dari kelenjar.
(e) Resorpsi koloid troglobulin dari lumen ke dalam sel
(f) Proteolisis triglobulin dan pengeluaran atau sekresi tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3) ke
aliran darah
(e) Resorpsi; (e) proteolisis koloid ; dan (f) sekresi hormone tiroid. Karena T3 dan T4
disintesis dan disimpan sebagai bagian dari trglobulin, maka untuk sekresinya diperlukan proses
proteolisis. Proses ini dimulai dari endositosis koloid dari lumen folikel pada permukaan sel,
dengan bantuan resptor triglobulin, yakni megalin. Triglobulin harus dipecah dahulu menjadi
beberapa asam amino agar hormone tiroid dapat dilepaskan, proses ini dibantu oleh TSH. Pada
saat triglobulin terhidrolisis, monoyodotirosin dan diyodotirosin juga dilepaskan tetapi tetap
berada dalam kelenjar; sedangkan yodium yuang dilepaskan sebagai yodida akan tergabung lagi
denghan protein. Molekul triglobulin dibentuk oleh 300 residu karbohidrat dan 5500bresidu asam
amino dan hanya 2-5 di antaranya adalah T4; dengan demikian untuk melepaskan hormone tiroid,
molekul triglobulin harus dipecah menjadi gugus-gugus asam amino. Mekanisme ini dipicu oleh
hormone tirotropin.
(g) Recycling yodium di antara sel-sel tiroid melalui deyodinasi dari mono- dan diyodotirosin
dan penggunaan kembali ion yodida (I’)
(h) Konversi (T4) menjadi (T3) di jaringan perifer dan dalam kelenjar tiroid
Konversi tiroksin menjadi triyodotironin di jaringan perifer. Pada keadaan normal produksi
tirosin (T4) sehari antara 70-90 µg, sedangkan triyodotironin (T3) 15-30 µg. meski T3 diproduksi
kelenjar tiroid, sekitar 80% T3 di sirkulasi adala hasil metabolism T4 yang terjadi melalui
sekuensial monodeyodinaso di jaringan perifer. Sebgaian besar konversi T4 menjadi T3 di luar
kelenjar, yakni di dalam hati. Kerenanya bila tiroksin diberikan pada pasien hipotiroid dengan
dosis yamg dapat menormalkan tiroksin plasma, kadar T3 plasma juga akan mencapai normal.
Hampir semua jaringan perifer menggunakan T3 yang berasal dari hormone tiroid yang disirkulasi,
kecuali otak dan adenohipofisis. Pada keadaan normal sekitar 41% T4 akan dikonversi menjadi
T3, kira-kira 38% menjadi rT3 (reverse T3) yang tidak aktif dan 21% dimetabolisme melalui jalur
lain, antara lain melalu konjugasi d hati dan dieksresi melalui empedu. Kadar T4 plasma yang
normal berkisar antara 4,5 sampai 11 µg/dL, sedangkan T3 hanya sekitar sperseratusnya (60-180
µg/dL).
Konversi di atas dikatalisasi oleh enzim yodotironin 5’-deyodinase, dengan 3 tipe isozim.
Isozim tipe I 5’-deyodinase (D1) ditemukan di hati. Ginjal, dan di kelenjar dan berperan pada
pembentukan T3 yang berada pada sirkulasi, dan digunakan oleh hamper semua jaringan. Isozim
D1 ini dapat dihambat oleh banyak hal, antara lain keadaan malnutrisi, glukokortikoid,
penghambat reseptor-β ( missal: propranolol dosis tinggi ), obat antitiroid propiltiorasil, asam
lemak dan amiodaron.
Hormon Tiroid
Transport dan Metabolisme Hormon Thyroid
Hormon thyroid yang bersirkulasi dalam plasma terikat pada protein plasma, yaitu: globulin
pengikat tiroksin (thyroxine-binding globulin, TBG), prealbumin pengikat tiroksin (thyroxine-
binding prealbumin, TBPA) dan albumin pengikat tiroksin (thyroxine-binding albumin, TBA).
Kebanyakan hormon dalam sirkulasi terikat pada protein-protein tersebut dan hanya sebagian kecil
saja (kurang dari 0,05 %) berada dalam bentuk bebas.
Hormon yang terikat dan yang bebas berada dalam keseimbangan yang reversibel. Hormon yang
bebas merupakan fraksi yang aktif secara metabolik, sedangkan fraksi yang lebih banyak dan terikat
pada protein tidak dapat mencapai jaringan sasaran.
Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG merupakan protein pengikat yang paling spesifik.
Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap protein pengikat ini dibandingkan
dengan triiodotironin. Akibatnya triiodotironin lebih mudah berpindah ke jaringan sasaran. Faktor
ini yang merupakan alasan mengapa aktifitas metabolik triiodotironin lebih besar.
Perubahan konsentrasi TBG dapat menyebabkan perubahan kadar tiroksin total dalam
sirkulasi. Peningkatan TBG, seperti pada kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi, hepatitis, sirosis
primer kandung empedu dan karsinoma hepatoselular dapat mengakibatkan peningkatan kadar
tiroksin yang terikat pada protein. Sebaliknya, penurunan TBG, misalnya pada sindrom nefrotik,
pemberian glukokortikoid dosis tinggi, androgen dan steroid anabolik dapat menyebabkan
penurunan kadar tiroksin yang terikat pada protein.
Hormon-hormon thyroid diubah secara kimia sebelum diekskresi. Perubahan yang penting
adalah deiodinasi yang bertanggung jawab atas ekskresi 70 % hormon yang disekresi. 30 % lainnya
hilang dalam feses melalui ekskresi empedu sebagai glukuronida atau persenyawaan sulfat. Akibat
deiodinasi, 80 % T4 dapat diubah menjadi 3,5,3’-triiodotironin, sedangkan 20 % sisanya diubah
menjadi reverse 3,3’,5’-triiodotironin (rT3) yang merupakan hormon metabolik yang tidak aktif.
Pada keadaan normal, yodium disirkulasi terdapat dalam berbagai bentuk, sekitar 95% sebagai
yodium organic dan hamper 5% sebagai yodida. Sebagian besar ( 90%-95%) yodium organic
berada dalam bentuk tiroksin, dan hanya sebagian kecil (5%) berada di triyodotironin.
Dalam darah hormone tiroid terikat kuat pada berbagai protein plasma, dalam bentuk ikatan
non kovalen. Sebagian besar hormone ini terikat pada thyroxine-binding globulin (TBG), T3
ikatannya sangat lemah dan mudah terlepas kembali, karenanya T3 mula kerjanya lebih cepat dari
T4, tiroksin juga terikat transtiretin (thyroxine-binding prealbulmin), suatu retinol-binding protein,
yang kadarnya lebiuh tinggi dari TBG dan terutama mengikat tiroksin. Adanya ikatan hormone
tiroid dengan protein plasma, menyebabkan tidak mudahnya hormone ini di metabolism dan
dieksresi, sehingga masa paruhnya cukup panjang.
Hanya sedikit tiroksin yang terikat albumin dan hampir tidak mempunyai peran fisiologik,
kecuali pada famial dysalbuminemic hyperthyroxinemia. Sindroma ini merupakan kelainan
autosomal yang dominan, ditandai dengan meningkatnya afinitas albumin terhadap tiroksin akibat
terjadinya mutasi gen albumin.
Besarnya aktivitas biologic hormone tiroid ditentukan oleh jumlah hormone tiroid bebas dalam
plasma. Jumlah ini antara lain tyergantung dari jumlah TBG plasma. Selain jumlah hormone tiroid
bebas di plasma dalam batas normal, tidak akan timbul gejala hipofungsi atau hiperfungsi tiroid.
Ikatan hormone tiroid dengan protein plasma dalam memproteksi hormone ini dari proses
metabolism dan eksresi, sehingga masa-paruhnya dalam sirkulasi panjang. Hanya sekitar 0,03%
tiroksin dan 0,3% triyodotironin dari total hormon tersebut berada dalama keadaan bebas.
Aktivitas metabolic hormone tiroid hanya dapat dilakukan oleh hormone yang bebas. Karena
afinitas pengikatannya dengan protein plasma tinggi, maka adanya perubahan kadar protein
plasma atau afinitas ikatannya, akan mempengaruhi kadar total hormone dalam serum. Beberapa
obat dan berbagai kondisi oatologik dan fisilogik, misalnya peningkatan kadar estrogen plasma
pada kehamilan atau terapi dengan estrogen atau penggunaan kontrasepsi hormonal oral, dapat
meningkatkan peningkatan tiroid dengan protein plasma dan kadar proteinnya. Karena
adenohipofisis hanya diengaruhi dan meregulasi hormone tiroid yang bebas, maka keadaan di atas
hanya sedikit mempengaruhi perubahan kadar hormone bebas dalam sirkulasi. Karenanya tes
laboratorium yang hanya mengukur kadar hormone total secara keseluruhan dapat menyesatkan
diagnosis.Tabel di bawah, memperlihatkan berbagai factor yang dapat mempengaruhi pengikatan
hormone tiroid dengan TBG
BAB II
PEMBAHASAN
Hormon tiroid merupakan pengendali utama metabolisme dan pertumbuhan dengan,deiodinasi tetra-
iodotironina yang memicu respirasi pada kompleks I rantai pernapasan mitokondria,yang menjadi salah
satu faktor laju metabolisme basal; dan modulasi transkripsi genetik melalui pencerap tri-
iodotironina yang terdapat pada inti sel.Pentingnya peran TH mulai dikenali pada abad ke 19 saat sebuah
kasus pembesaran kelenjar tiroid dengan simtoma hipertiroidisme mengakibatkan gagal jantung,
exophthalmos dan percepatan laju metabolisme basal. Studi lebih lanjut yang kemudian dilakukan,
memberikan pengetahuan bahwa kedua hormon tiroid T4 dan molekulnya yang lebih reaktif, yaitu T3
mempunyai efek pleiotropik. Konversi T4 menjadi T3, pada plasma darah disebut monodeiodinasi, terjadi
oleh enzim ID-I yang banyak terdapat pada hati dan ginjal, dan ID-2 yang terdapat pada otak, hipofisis dan
jaringan adiposa cokelat. Kedua jenis enzim deiodinase tersebut mengandung senyawa Selenium, dengan
glukokortikoid sebagai senyawa promoter.
Proses pengambilan iodida secara aktif tersebut dikenal dengan proses idodida trapping. Iodide yang telah
ditangkap akan dioksidasi oleh enzim peroksida menjadi iodium aktif sebelum berkonjugasi dengan gugus
terminal tirosin-tiroglobulin. Proses ini menggunakan suatu simporter atau pompa iodida yang disebut
simporter NA+/I- (NIS) yang mengangkut Na+ dan I- ke dalam sel melawan gradient elektrokimia untuk I.
4. Kondensasi oksidatif
1 molekul MIT + 1 molekul DIT à 1 molekul triiodotironin (T3) + alanin
1 molekul DIT + 1 molekul MIT à 1 molekul reverse triiodotironin (rT3) + alanin
1 molekul DIT + 1 molekul DIT à 1 molekul tetraiodotironin (T4) + alanin
Sintesis hormone kelenjar tiroid di atas dirangsang oleh TSH. Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata
– rata senyawa beriodium adalah 23% MIT, 33% DIT, 35% T4, dan 7% T3. Sedangkan RT3 dan komponen
lain hanya terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit.
Sistem ini dirancang begitu rumit sehingga kelebihan tiroksin mengambil tindakan amat cerdas agar
sumber-sumber yang menghasilkan hormon ini tak membuat terlalu banyak, serta campur tangan dan
menghambat rantai perintah yang dibangun untuk menghasilkan dirinya. Dengan cara ini, saat tiroksin di
dalam darah meningkat di atas normal, produksinya otomatis dihentikan
Empat dari Sepuluh Ribu Molekul
Jumlah tiroksin yang dilepaskan ditentukan oleh sistem menakjubkan yang telah kami gambarkan di
atas. Namun, di samping semua ini, ada sistem menakjubkan lainnya yang menjaga agar jumlah tiroksin
dalam darah mantap di masa genting.
Molekul tiroksin dilepaskan oleh kelenjar tiroid ke dalam darah dan harus segera menempel ke
molekul yang dirancang khusus untuk mengangkutnya dalam darah. Saat menempel pada molekul ini,
molekul tiroksin tak dapat menjalankan fungsinya. Dari ribuan molekul tiroksin, hanya sedikit yang beredar
bebas dalam darah. Hanya sekitar empat dari sepuluh ribu molekul tiroksin yang mempengaruhi keepatan
metabolisme dalam sel.
Setelah molekul tiroksin bebas memasuki sel-sel yang dituju, molekul tiroksin lainnya yang
melepaskan diri dari molekul pembawanya menggantikan. Molekul-molekul pembawa bekerja sebagai
tangki penyimpanan untuk memastikan bahwa tersedia cukup tiroksin bila dibutuhkan.
Kita telah melihat betapa cermat pengelolaan keseimbangan jumlah tiroksin yang dibutuhkan untuk
mempengaruhi sel-sel ini dan masalah-masalah kesehatan yang timbul jika jumlah itu naik atau turun.
Keseimbangan yang teliti ini melibatkan kadar empat molekul bebas dari sepuluh ribu molekul tiroksin
terikat.
Tiroid adalah kelenjar yang terletak di leher bagian depan yang berbentuk seperti kupu-kupu dan
seringkali mudah untuk diraba. Gangguan yang terjadi pada kelenjar ini bisa akibat ukurannya atau
produksi hormonnya yang tidak seimbang.
Produksi hormon yang tidak seimbang ini bisa diakibatkan oleh kelebihan hormon tiroid (hipertiroid)
atau kekurangan hormon tiroid (hipotiroid). Gangguan hormonal ini bisa terjadi seumur hidup, meski pada
saat-saat tertentu kadar hormonnya bisa kembali normal tapi tidak ada yang tahu penyebab gangguan
hormon tersebut muncul kembali.
Gangguan tiroid lebih banyak dialami oleh perempuan dibanding laki-laki (bisa sampai 5-7 kali lipat)
dan mewakili sebagian besar penyakit endokrin atau yang berhubungan dengan hormon.
Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki hipotiroid atau hipertiroid biasanya dilakukan tes darah
dengan mengetahui jumlah dari hormon T3 (triiodothyronine), T4 (thyroxine) dan TSH (Thyroid Stimulating
Hormone).