http://www.informasiobat.com/propiltiourasil
NAMA GENERIK
Propiltiourasil
NAMA KIMIA
6-propil-2-sulfanil-pirimidin-4-on 2,3-dihidro-6-propil-2-
tiooksopirimidin-4(1H)-on 2-merkapto-6-propilpirimidin-4-ol .
STRUKTUR KIMIA
C7H10N2OS
GB STRUKTUR KIMIA
281
SIFAT FISIKOKIMIA
Serbuk kristal putih, agak krem, atau tak berwarna, tidak berbau, rasa
pahit. Sangat sukar larut dalam air, kloroform, dan eter, sedikit larut
dalam etanol, larut dalam larutan ammonia atau alkali hidroksida. Titik
lebur 218-221�C;
KELAS TERAPI
Hormon, obat endokrin lain dan kontraseptik
FARMAKOLOGI
Walaupun bergantung pada kondisi fisiologis dan patologis pasien,
namun keadaan eutiroid pada terapi dengan propiltiourasil (PTU)
umumnya baru dapat tercapai setelah terapi selama 2–4 bulan. PTU
diabsorpsi dengan cepat dari saluran pencernaan. Pada pemberian per
oral, konsentrasi puncak dalam serum tercapai dalam waktu 1-2 jam
setelah pemberian. PTU terkonsentrasi dalam kelenjar tiroid, dan karena
efek kerjanya lebih ditentukan oleh kadarnya dalam kelenjar tiroid
dibandingkan dengan kadarnya dalam plasma, maka hal ini menyebabkan
perpanjangan atau prolongasi aktivitas antitiroidnya. Oleh sebab itu
interval dosis dapat 8 jam atau lebih, bahkan dapat diberikan dalam dosis
tunggal harian. Fraksi terikat protein dari PTU cukup besar, yaitu sekitar
70-80%, dan sebagian besar terionisasi pada pH fisiologis normal.
Akibatnya, transport lintas plasenta dan distribusi ke dalam air susu tidak
sebesar obat antiroid lain, misalnya metimazol. Waktu paruh plasma
sekitar 1-2 jam. Waktu paruh eliminasi kemungkinan akan bertambah
apabila terdapat gangguan fungsi hati atau ginjal. Kurang dari 10% PTU
yang diekskresikan dalam bentuk senyawa`asal (tak berubah), sebagian
besar (lebih dari 50%) mengalami metabolisme hepatik yang ekstensif
melalui reaksi glukuronidasi.
STABILITAS PENYIMPANAN
Stabil disimpan dalam suhu kamar, antara 15-30�C. Hindarkan dari
lembab dan cahaya matahari langsung.
KONTRA INDIKASI
Blocking replacement regiment tidak boleh diberikan pada masa
kehamilan dan menyusui
EFEK SAMPING
Efek samping yang paling sering terjadi adalah ruam kulit, urtikaria,
pigmentasi kulit, dan kerontokan rambut. Efek samping lain yang agak
umum antara lain nyeri sendi, demam, sakit kepala, nyeri tenggorokan,
mual, muntah, dan kurang nafsu makan. Efek samping yang jarang terjadi
tetapi berakibat serius pada terapi dengan PTU adalah agranulositosis
atau leukopenia (turunnya jumlah sel darah putih di dalam darah), yang
ditandai antara lain dengan lesi infeksi pada tenggorokan, saluran cerna,
dan kulit disertai rasa lemah dan demam. Di samping itu juga dapat
terjadi trombositopenia (penurunan trombosit) yang berakibat pada
kecenderungan perdarahan.
INTERAKSI MAKANAN
Kadar PTU serum dapat berkurang apabila diberikan bersama dengan
makanan.
INTERAKSI OBAT
PTU dapat menurunkan efek antikoagulan (blood thinner) senyawa-
senyawa turunan kumarin, misalnya warfarin (Coumadin). Oleh sebab
itu, dosis warfarin harus disesuaikan apabila diberikan bersama dengan
PTU, dan monitoring efek warfarin terhadap penggumpalan darah perlu
dilakukan (risiko interaksi D: pertimbangkan modifikasi terapi). PTU
dapat mengurangi efek Natrium Iodida. Untuk mengatasinya, hentikan
pemberian antitiroid (PTU) 3-4 hari sebelum pemberian natrium iodida
(risiko interaksi X: hindarkan kombinasi)
PENGARUH ANAK
Tidak ada data
PENGARUH KEHAMILAN
Faktor risiko D
PENGARUH MENYUSUI
PTU dapat masuk ke dalam air susu ibu. PTU membahayakan bayi yang
sedang disusui oleh Ibu yang mengonsumsi PTU. Oleh sebab itu
pemberian PTU pada Ibu menyusui harus diawasi dengan seksama.
PARAMETER MONITORING
Konsentrasi TSH (Thyroid Stimulating Hormone) dalam serum, waktu
protrombin, tes fungsi liver, tes darah lengkap
BENTUK SEDIAAN
Tablet 50 mg dan 100 mg
PERINGATAN
Sifat hepatotoksisitasnya diperkirakan lebih kuat dibandingkan dengan
obat-obat antitiroid tiourea lainnya (misalnya karbimazol dan metimazol),
sehingga sering menimbulkan gangguan fungsi hati asimptomatik. Harus
diberikan dengan hati-hati dan dengan dosis yang lebih rendah pada
penderita gangguan fungsi ginjal. . Bila ada tanda hipersensitivitas,
pengawasan harus dilakukan dengan ketat untuk mendeteksi
agranulositosis, antara lain pasien harus melaporkan bila ada nyeri
tenggorokan. Bila ada neutropenia, obat harus dihentikan.
KASUS TEMUAN
Tidak ada data
INFORMASI PASIEN
Tidak ada data
MEKANISME AKSI
Hormon-hormon tiroid, yaitu tiroksin (T4 ) dan triiodotironin (T3),
disintesis dengan jalan mereaksikan molekul Iodium dengan senyawa
protein prekursor hormon tiroid yang disebut tiroglobulin. Reaksi ini
berlangsung dengan katalisator enzim tiroperoksidase. Propiltiourasil
(PTU) bekerja menghambat kerja enzim tiroperoksidase sehingga sintesis
T4 dan T3 terhambat. PTU juga menghambat kerja enzim 5'-deiodinase
(tetraiodotironin 5' deiodinase) yang mengkonversi T4 menjadi T3.
Karena T3 lebih kuat daya hormon tiroidnya dibandingkan T4, maka hal
ini juga akan mengurangi aktivitas hormon-hormon tiroid secara
keseluruhan.