Anda di halaman 1dari 9

ABORTUS

No. ICD-10 :
No. ICPC-2 :
Tingkat Kompetensi :

PENDAHULUAN
Perdarahan merupakan faktor penyebab tertinggi kematian ibu di Indonesia yang terdiri
dari abortus (50%), plasenta previa (25%), solusio plasenta (10%), ruptur uteri (10%),
kehamilan ektopik (5%). Saat ini abortus menjadi salah satu masalah yang cukup serius,
dilihat dari tingginya angka yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Kurang lebih terjadi
20 juta kasus abortus tiap tahun didunia dan 70.000 wanita meninggal karena abortus tiap
tahunnya. Angka kematian ibu membuat indonesia menempati urutan ketiga tertinggi di
Asian.
Menurut WHO persentasi kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi sekitar 15-40%
angka kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan hamil dan 60-75% sebelum usia
kehamilan 12 minggu. Di Indonesia diperkirakan 2%- 2,5% juga mengalami keguguran
setiap tahun sehingga secara nyata dapat menurunkan angka kelahiran menjadi 1,7
pertahun.

TUJUAN PEMBELAJARAN

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah menyelesaikan modul ini, maka dokter mampu menguatkan kompetensinya pada
penyakit Aborsi.

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah menyelesaikan modul ini, maka dokter mampu:


1. Menganalisis data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis masalah kesehatan pasien.
2. Mengembangkan strategi untuk menghentikan sumber penyakit, patogenesis dan
patofisiologi, akibat yang ditimbulkan serta risiko spesifik secara selektif.
3. Menentukan penanganan penyakit baik klinik, epidemiologis, farmakologis, diet, olah
raga atau perubahan perilaku secara rasional dan ilmiah.
4. Memilih dan menerapkan strategi pengelolaan yang paling tepat berdasarkan prinsip
kendali mutu, kendali biaya, manfaat dan keadaan pasien serta sesuai pilihan pasien.
5. Mengidentifikasi dan menerapkan pencegahan penyakit dengan melibatkan pasien,
anggota keluarga dan masyarakat untuk mencegah kekambuhan.
DEFINISI
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan, dengan batas usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang
dari 500 gram.
Jenis dan derajat abortus :
a. Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi perdarahan
pervaginam ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan.
b. Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam dimana serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri.
c. Abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri masih
ada yang tertinggal.
d. Abortus komplit adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu.

ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
1. Faktor genetik. Translokasi parenteral keseimbangan genetik
a. Mendelian
b. Multifaktor
c. Robertsonian
d. Resiprokal
2. Kelainan kongenital uterus
a. Anomali ductus Mulleri
b. Septum Uterus
c. Uterus bikornis
d. Inkompetensi servis uterus
e. Mioma uteri
f. Sindroma Asherman
3. Autoimun
a. Aloimun
b. Mediasi imunitas humoral
c. Mediasi imunitas seluler
4. Defek Fase Luteal
a. Faktor endokrin eksternal
b. Antibodi antitiroid hormon
c. Sinteis LH yang tinggi
5. Infeksi
6. Hematologik
7. Lingkungan

PETA KONSEP

Faktor Maternal Faktor Janin Faktor Ayah

Abortus

Pemeriksaan :
- Inspekulo
- Laboratorium sederhana
test kehamilan
- USG

Abortus Abortus Abortus Abortus Missed


Imminens Insipiens Inkomplet Komplet Abortion

FAKTOR RISIKO
1. Faktor Maternal
a. Penyakit infeksi
b. Kelainan hormonal, seperti hipotiroidisme
c. Gangguan nutrisi yang berat
d. Penyakit menahun dan kronis
e. Alkohol, merokok dan penggunaan obat-obatan
f. Anomali uterus dan serviks
g. Gangguan imunologis
h. Trauma fisik dan psikologis
2. Faktor Janin: Adanya kelainan genetik pada janin
3. Faktor ayah: Terjadinya kelainan sperma

PENEGAKAN DIAGNOSIS

ANAMNESIS

Keluhan yang terdapat pada pasien abortus antara lain:


1. Abortus imminens
a. Riwayat terlambat haid dengan hasil B HCG (+) dengan usia kehamilan
dibawah 20 minggu
b. Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak, berwarna kecoklatan dan
bercampur lendir
c. Tidak disertai nyeri atau kram
2. Abortus insipiens
a. Perdarahan bertambah banyak, berwarna merah segar disertai terbukanya serviks
b. Perut nyeri ringan atau spasme (seperti kontraksi saat persalinan)
3. Abortus inkomplit
a. Perdarahan aktif
b. Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
c. Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
d. Mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa konsepsi tertinggal
e. Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat perdarahan
4. Abortus komplit
a. Perdarahan sedikit
b. Nyeri perut atau kram ringan
c. Mulut rahim sudah tertutup
d. Pengeluaran seluruh hasil konsepsi

PEMERIKSAAN FISIK

1. Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)


2. Penilaian tanda-tanda syok
3. Periksa konjungtiva untuk tanda anemia
4. Mencari ada tidaknya massa abdomen
5. Tanda-tanda akut abdomen dan defans muscular
6. Pemeriksaan ginekologi, ditemukan:
a. Abortus iminens
1) Osteum uteri masih menutup
2) Perdarahan berwarna kecoklatan disertai lendir
3) Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
4) Detak jantung janin masih ditemukan
b. Abortus insipiens
1) Osteum uteri terbuka, dengan terdapat penonjolan kantong dan didalamnya berisi
cairan ketuban
2) Perdarahan berwarna merah segar
3) Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
c. Detak jantung janin masih ditemukan
d. Abortus inkomplit
1) Osteum uteri terbuka, dengan terdapat sebagian sisa konsepsi
2) Perdarahan aktif
3) Ukuran uterus sesuai usia kehamilan
e. Abortus komplit
1) Osteum uteri tertutup
2) Perdarahan sedikit
3) Ukuran uterus lebih kecil usia kehamilan

Tabel 1. Macam-macam abortus


NYERI
DIAGNOSIS PERDARAHAN UTERUS SERVIKS GEJALA KHAS
PERUT
Abortus Sedikit Sedang Sesuai usia Tertutup Tidak ada ekspulsi
iminens gestasi jaringan konsepsi
Abortus Sedang-banyak Sedang- Sesuai usia Terbuka Tidak ada ekspulsi
insipiens hebat kehamilan jaringan konsepsi
Abortus Sedang-banyak Sedang- Sesuai dengan Terbuka Ekspulsi sebagian
inkomplit hebat usia kehamilan jaringan konsepsi
Abortus Sedikit Tanpa/ Lebih kecil Terbuka/ Ekspulsi seluruh
komplit sedikit dari tertutup jaringan konsepsi
usia gestasi
Missed Tidak ada Tidak Lebih kecil Tertutup Janin telah mati tapi
abortion ada dari tidak ada ekspulsi
usia kehamilan jaringan konsepsi

Gambar 1.. Macam-macam abortus

PEMERIKSAAN PENUNJUANG
1. Pemeriksaan USG.
2. Pemeriksaan tes kehamilan (BHCG): biasanya masih positif sampai 7-10 hari
setelah abortus.
3. Pemeriksaan darah perifer lengkap

DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaam penunjang.

DIAGNOSIS BANDING
Kehamilan ektopik, Mola hidatidosa, Missed abortion

SARANA PRASARANA
1. Inspekulo
2. Laboratorium sederhana untuk pemeriksan tes kehamilan .
3. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin.
4. USG

PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

TATALAKSANA SECARA UMUM

1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda
vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
2. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90 mmHg).
Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok,
tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai
kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
3. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan
kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
a. Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
b. Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
c. Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
4. Segera rujuk ibu ke rumah sakit.
5. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan konseling
kontrasepsi pasca keguguran.
6. Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.

TATALAKSANA SECARA KHUSUS

1. Abortus Iminens
a. Pertahankan kehamilan.
b. Tidak perlu pengobatan khusus.
c. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
d. Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan antenatal
termasuk pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan
penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi.
e. Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG. Nilai kemungkinan
adanya penyebab lain.
2. Abortus Insipiens
a. Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman
selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi
pascakeguguran. Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu: lakukan evakuasi isi
uterus (lihat lampiran A.3). Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
1) Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
2) Rencanakan evakuasi segera.
b. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
1) Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi sisa hasil
konsepsi dari dalam uterus (lihat lampiran A.3).
2) Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil
konsepsi
c. Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu
baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
d. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium.
e. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam.
Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
3. Abortus Inkomplit
a. Lakukan konseling.
b. Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
mencuat dari serviks.
c. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi
isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang dianjurkan. Kuret
tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat
segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian
bila perlu).
Waspadalah bila tidak ditemukan adanya jaringan hasil konsepsi pada sampel
kuretase! Lakukan evaluasi ulang atau rujuk untuk memeriksa kemungkinan adanya
kehamilan ektopik.
d. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter
NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi.
e. Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
f. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium.
g. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam.
Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
4. Abortus Komplit
a. Tidak diperlukan evakuasi lagi.
b. Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan
kontrasepsi pasca keguguran.
c. Observasi keadaan ibu.
d. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/ hari selama 2
minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
e. Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.
f. Missed Abortion
g. Lakukan konseling.
h. Jika usia kehamilan <12 minggu: evakuasi dengan AVM atau sendok kuret.
i. Jika usia kehamilan >12 minggu namun <16 minggu: pastikan serviks terbuka, bila
perlu lakukan pematangan serviks sebelum dilakukan dilatasi dan kuretase. Lakukan
evakuasi dengan tang abortus dan sendok kuret.
j. Jika usia kehamilan 16-22 minggu: lakukan pematangan serviks. Lakukan evakuasi
dengan infus oksitosin 20 unitdalam 500 ml NaCl 0,9%/Ringer laktat dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Bila dalam 24 jam
evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali sebelum merencanakan evakuasi lebih
lanjut.
k. Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
l. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium.
m. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam.
Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.

MONITORING PENGOBATAN
1. Melakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional
2. Menganjurkan penggunaan kontrasepsi pasca keguguran karena kesuburan dapat
kembali kira-kira 14 hari setelah keguguran. Untuk mencegah kehamilan, Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) umumnya dapat dipasang secara aman setelah
aborsi spontan atau diinduksi. Kontraindikasi pemasangan AKDR pasca keguguran
antara lain adalah infeksi pelvik, abortus septik, atau komplikasi serius lain dari abortus.
3. Follow up dilakukan setelah 2 minggu.

KRITERIA RUJUKAN
Abortus Insipiens, Abortus Inkomplit, perdarahan yang banyak, nyeri perut, ada
pembukaan serviks, demam, darah cairan berbau dan kotor

KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada abortus ialah perdarahan, infeksi, perforasi, syok.

PROGNOSIS
Prognosis umumnya bonam.

PENCEGAHAN
1. Pemeriksaan rutin antenatal
2. Makan makanan yang bergizi (sayuran, susu,ikan, daging,telur).
3. Menjaga kebersihan diri, terutama daerah kewanitaan dengan tujuan mencegah infeksi
yang bisa mengganggu proses implantasi janin.
4. Hindari rokok, karena nikotin mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat
sirkulasi uteroplasenta.
5. Apabila terdapat anemia sedang berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg/hari selama 2
minggu,bila anemia berat maka berikan transfusi darah.

DAFTAR PUSTAKA
1. Saifuddin, A.B. 2009. Ilmu Kebidanan. Perdarahan pada kehamilan muda. Ed 4.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo : p. 460-474
2. Kementerian Kesehatan RI dan WHO. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
3. Ikatan Dokter Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia
4. Cunningham, G.F, et.al. 2018. William Obstetrics 25th Edition. USA: MC-Graw Hill.

Anda mungkin juga menyukai