Anda di halaman 1dari 31

Demam Berdarah Dengue

Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan di rongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.

Epidemiologi
Penyakit endemis di Indonesia. (Depkes RI,
2004)
Rata-rata suhu optimum pertumbuhan
nyamuk adalah 25-27oC.

Sumber: Ditjen PP & PL Depkes RI,3


2009

Etiologi
Virus
dengue
yang
termasuk ke dalam famili
Flaviridae
dan
genus
Flavivirus.
Terdiri dari 4 serotipe
yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den-4.
Ukuran virion virus 40
nm dan terbungkus oleh
kapsid.
Masa inkubasi 4-6 hari
(3-14 hari)

Vektor
Vektor: Aedes aegypti L
Black-white mosquito
Jarak terbang nyamuk Aedes
aegypti sekitar 100 meter.
Tempat
penampungan
air
bersih di dalam atau di sekitar
rumah.
Nyamuk betina menghisap
darah pada pagi dan sore hari
dan biasanya pada jam 09.0010.00 dan 16.00-17.00 WIB.
Tempat-tempat yang lembab
dan kurang terang seperti
kamar mandi, dapur, dan WC.
5

Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti

Faktor yang
Mempengaruhi Transmisi

Perkembang biakan
vektor
Kebiasaan menggigit
Kepadatan vektor di
lingkungan
Transportasi vektor di
lingkungan
Transportasi vektor
dari satu tempat ke
tempat lain.

Curah hujan
Suhu
Sanitasi
Kepadatan penduduk

Terdapatnya
penderita
di
lingkungan/keluarg
a
Mobilisasi
dan
paparan terhadap
nyamuk
Usia
dan
jenis
kelamin
7

Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk dan infeksi pertama memberikan
gejala demam dengue.
Bila mendapat infeksi virus dengue berulang,
reaksi yang berbeda akan tampak yang disebut
secondary heterologous infection.
Reaksi ini menimbulkan komplek Ag-Ab yang
mengakibatkan:
Aktivasi komplemen C3a, C5a sehingga
permeabilitas kapiler meningkat.
Timbulnya agregasi trombosit.
Aktifasi faktor XII sehingga terjadi pembekuan
8
intravaskuler yang luas

Fase DBD

Faktor yang Mempengaruhi


Transmisi

Penegakan Diagnosis

WHO membuat kriteria diagnose DBD ditegakkan jika


memenuhi 2 kriteria klinis + 2 kriteria laboratorium:

10

Penegakan Diagnosis

11

Derajat DBD

12

Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat
ditemui limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai
adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit
yang pada fase syok akan meningkat.
Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit 20% dari hematokrit awal, umumnya
dimulai pada hari ke-3 demam.
Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, DDimer, atau FDP padakeadaan yang dicurigai terjadi perdarahan
atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran
plasma.
SGOT/SGPT
(serum
alanin
aminotransferase):
dapat
meningkat.
Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.

13

Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pasti:
Isolasi virus dengue (cell culture)
Teknik RT-PCR (Reserve Transcriptase
Polymerase Chain Reaction)
Antibody total,
Pemeriksaan
Laboratorium
IgM maupun IgG.
IgM : mulai hari 3-5, meningkat sampai
minggu ke-3, menghilang setelah 60-90
hari.
IgG : Infeksi primer mulai hari ke-14,
Sekunder : mulai hari ke-2
14

Diagnosis Banding

Demam tifoid
Campak
Influenza
Chikungunya
Leptospirosis

15

Protokol 1. Tersangka
DBD tanpa syok
Indikasi rawat inap :
DBD dengan syok, disertai atau tidak
dengan perdarahan
DBD dengan perdarahan masif dengan
atau tanpa syok
DBD tanpa perdarahan masif dengan Hb,
Ht normal dengan AT < 100.000/mm.
Hb,
Ht
yang
meningkat
dg
trombositopenia < 150.000/mm3
16

Protokol 1. Tersangka
DBD tanpa syok
Curiga DBD : Hb, Ht dan PLT normal
pulang, kontrol ke poli 24 jam berikutnya.
Meragukan: observasi di IGD, minum
banyak, infus RL 500 cc dalam empat jam,
ulang Hb, Ht dan trombosit.
Penderita dirawat apabila:
1. Hb, Ht normal, PLT < 100.000/mm3, atau
2. Hb, Ht yang meningkat dengan jumlah
trombosit < 150.000/mm3.
17

Protokol 1. Tersangka
DBD tanpa syok
Penderita dipulangkan apabila didapatkan
nilai Hb, Ht dalam batas normal dengan
jumlah trombosit > 100.000/ mm3.
Selama di IGD monitoring tekanan darah,
frekuensi nadi, dan pernapasan serta
jumlah urin dilakukan minimal setiap 4
jam.

18

Protokol 2. Tersangka
DBD di ruang rawat
Pasien DBD tanpa perdarahan spontan dan
masif, tanpa syok
Diberikan cairan kristaloid.
Kebutuhan cairan perhari
1500 + {20 x (BB dlm kg 20)}
Contoh BB 55 kg
1500 + {20 x (55 20)} = 2200 ml

19

Protokol 2. Tersangka
DBD di ruang rawat
Setelah dilakukan evaluasi selama 24 jam:
Bila Hb dan Ht meningkat 10-20% dan
PLT < 100 ribu, pemberian cairan tetap
seperti rumus di atasevaluasi Hb, Ht
dan PLT tiap 12 jam.
Bila Hb dan Ht meningkat > 20%, dan
PLT < 100 ribu protokol berikut (protokol
3).

20

Protokol 3. DBD
dengan Ht >20%
Peningkatan Ht > 20% sebanding defisit
cairan 5%:
Berikan infus cairan kristaloid 6-7
mL/kgBB/jam dievaluasi setelah 3-4 jam
Bila membaik, kurangi menjadi 5
mL/kgBB/jam, evaluasi setelah 2 jam
Bila membaik, kurangi menjadi 3
mL/kgBB/jam
Infus dihentikan setelah 24-48 jam.
21

Protokol 3. DBD
dengan Ht >20%
Jika setelah pemberian 6-7 mL/kgBB/jam
kondisi tidak membaik (Ht & nadi
meningkat, TD turun < 20 mmHg, urin
berkurang)
naikkan
menjadi
10
mL/kgBB/jam, evaluasi setelah 2 jam.
Bila membaik turunkan 5 mL/kgBB/jam,
bila memburuk naikkan menjadi 15
mL/kgBB/jam.
Bila memburuk, tatalaksana syok.
22

Protokol 4. Perdarahan
spontan pada DBD
Perdarahan spontan : epistaksis yang tak
terkendali, perdarahan saluran cerna,
saluran kencing, otak atau tersembunyi
sebanyak 4-5 mL/kgBB/jam.
Pemberian cairan seperti protokol di atas.
Pemeriksaan tanda vital dan jumlah urin
sesering mungkin.
Hb, Ht, PLT diulang tiap 4-6 jam.

23

Protokol 4. Perdarahan
spontan pada DBD
Tranfusi komponen sesuai indikasi FFP
def. faktor pembekuan.
PRC bila Hb < 10 g/dl.
Trombosit bila perdarahan spontan dan
masif, trombosit < 100 ribu dengan atau
tanpa KID.

24

Protokol 5.
Tatalaksana DSS
Cairan kristaloid tetap pilihan utama,
ditambah oksigenasi 2-4 L/menit
Periksa darah perifer lengkap, hemostasis,
AGD, elektrolit, ureum dan kreatinin.
Fase awal : guyur cairan kristaloid 20-30
mL/kgBB dan dievaluasi setelah 15-30
menit.
Jika
membaik
cairan
diberikan
7
mL/kgBB/jam.
25

Protokol 5.
Tatalaksana DSS
Bila dalam 1-2 jam tetap stabil, cairan
diberikan 5 mL/kgBB/jam, bila 1-2 jam
stabil turunkan menjadi 3 mL/kgBB/jam.
Bila 24-48 jam paska syok teratasi kondisi
tetap stabil, infus harus dihentikan.
Target diuresis 2 mL/kgBB/jam.

26

Protokol 5.
Tatalaksana DSS
Bila fase awal belum teratasi cairan
ditingkatkan menjadi 20-30 mL/kgBB/jam,
evaluasi 20-30 menit.
Bila belum teratasi lihat Ht, bila nilai Ht
meningkat berarti kebocoran plasma
masih berlangsung pilihan terapi cairan
koloid.
Bila Ht turun berarti ada perdarahan,
lakukan tranfusi darah segar 10 mL/kgBB.
27

Protokol 5.
Tatalaksana DSS
Cara pemberian cairan koloid
Dengan tetesan cepat 10-20 mL/kgBB/jam
dievaluasi setelah 10-30 menit.
Bila belum membaik pasang kateter vena
sentral, naikkan cairan sampai maksimum 30
mL/kgBB (maksimal 1-1,5 L/hari)
Bila belum teratasi , koreksi gangguan asam
basa, elektrolit, hipoglikemi, anemia, KID dan
infeksi sekunder
Bisa diberikan inotropik atau vasopresor.
28

Kriteria
Memulangkan Pasien
Tidak demam selama 24 jam tanpa anti
piretik
Nafsu makan membaik
Secara klinis tampak perbaikan
Hematokrit stabil
Tiga hari setelah syok teratasi
Jumlah trombosit > 50.000/mm3
Tidak dijumpai distres pernapasan
29

Pencegahan Penularan DBD


Pemberantasan
nyamuk
dewasa:
fogging
menggunakan insektisida.
Pemberantasan larva/jentik (PSN DBD): Menguras,
Menutup, Mengubur, Mengganti air vas bunga,
Memperbaiki saluran dan talang air, Menutup,
Menabur bubuk larvasida, Memelihara ikan pemakan
jentik,
Memasang
kawat
basa,
Menghindari
kebiasaan menggantung pakaian dalam rumah,
Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang
memadai, Menggunakan kelambu, Memakai obat
yang dapat mencegah gigitan nyamuk (3M plus).

30

Pencegahan Penularan DBD


Kimia:
Insektisida
pembasmi
jentik
(Larvasida) 1 ppm atau 10 gram (1
sendok makan rata) temephos untuk
setiap 100 liter air.
Biologi: Ikan gabus, ikan guppy, ikan
kepala timah, ikan mujair, ikan nila.

31

Anda mungkin juga menyukai