Anda di halaman 1dari 13

Skenario B blok 24

Bram, laki-laki 8 bulan dibawa ke RSMH karena belum bisa tengkurap. Bram baru bisa
memiringkan badannya pada usia 6 bulan. Sampai saat ini belum bisa makan bubur sehingga asih
diberi susu formula. Bram juga belum bisa makan biscuit sendiri. Bram belum bisa mengoceh dan
meraih benda.
Bram adalah ank kelima dari ibu usia 36 tahun. Lahir spontan dengan bidan pada kehamilan 37
minggu dengan berat badan waktu lahir 2.400 gram. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa
kehamilan ke bidan 3 kali. Segera setelah lahir bayi tidak menangis,skor APGAR 1 menit 3 , dan
menit kelima 5. Dirawat di RS selama 10 hari karenasusah bernafas
Pemeriksaan fisik
 Berat badan 6,2 kg, panjang badan 68 cm, lingkaran kepala 38 cm
 Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat tapi tidak mau
tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh ketika dipanggil namanya dengan keras. Tidak
terapat gerakan yang tidak terkontrol
 pada posisi ditengkurapkan dapatmengangkat dan menahan kepala beberapa detik. Refleks
moro dan refleks menggenggam masih ditemukan. Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3,
lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, refleks tendon meningkat, refleks babinsky
(+). Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki

a. Apa makna klinis Bram dirawat 10 hari karena susah bernafas?


Bahwa telah terjadinya RDS pada Bram. Ketika Bram mengalami sesak nafas maka suplai
oksigen ke otak Bram akan menurun. Penurunan suplai oksigen dapat menyebabkan iskemia
pada otak dan jika dikaitkan dengan asfiksia yang pernah dialami oleh Bram, hal ini lebih
meningkatkan risiko Bram terkena gangguan SSP (CP). Jika seorang anak mengalami CP
maka anak tersebut akan mengalami gangguan perkembangan.

b. Pada posisi ditengkurapkan dapat mengangkat dan menahan kepala beberapa detik.
Refleks moro dan refleks menggenggam masih ditemukan. Kekuatan kedua lengan dan
tungkai 3, lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, refleks tendon
meningkat, refleks babinsky (+). Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan
kaki.
Bram berumur 8 bulan maka yang digunakan adalah KPSP usia 6 bulan.
No.
1. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat Gerak halus Tidak
mengikuti gerakan anda dengan menggerakkan
kepala sepenuhnya dari satu sisi ke sisi yang
lain

2. Dapatkah bayi mempertahankan posisi kepala Gerak kasar Ya


dalam keadaan tegak dan stabil? Jawab TIDAK
bila kepala bayi cenderung jatuh ke kanan/kiri
atau ke dadanya.
3. Sentuhkan pensil di punggung tangan atau Gerak halus Ya
ujung jari bayi. (jangan meletakkan di atas
telapak tangan bayi). Apakah bayi dapat
menggenggam pensil itu selama beberapa detik?

4. Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia Gerak kasar Tidak


dapat mengangkat dada dengan kedua
lengannya sebagai penyangga seperti pada
gambar?

5. Pernahkah bayi mengeluarkan suara gembira Bahasa dan Tidak


bernada tinggi atau memekik tetapi bukan bicara
menangis?
6. Pernahkah bayi berbalik paling sedikit dua kali, Gerak kasar Tidak
dari telentang ke telungkup atau sebaliknya?
7. Pernahkah anda melihat bayi tersenyurn ketika Sosialisi dan Tidak
melihat mainan yang lucu, gambar atau kemandirian
binatang peliharaan pada saat ia bermain
sendiri?
8. Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada Gerak halus Ya
benda kecil sebesar kacang, kismis atau uang
logam? Jawab TIDAK jika ia tidak dapat
mengarahkan matanya.
9. Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan Gerak halus Tidak
agak jauh namun masih berada dalam
jangkauan tangannya?
10. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua Gerak kasar Ya
tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke posisi
duduk. Dapatkah bayi mempertahankan
lehernya secara kaku seperti gambar di sebelah
kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh
kembali seperti gambar sebelah kanan.

Interpretasi Hasil KPSP


 Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)
Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)
 Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangan
(S)
Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)

Interpretasi hasil pemeriksaan fisik Bram


 Hasil KPSP menunjukkan: Ya = 4 (Ada penyimpangan perkembangan).
 Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3 menunjukkan terjadi penurunan kekuatan
lengan dan tungkai.
 Lengan dan tungkai kaku, susah ditekuk menunjukkan tipe dari Cerebral Palsy yang
dialami yaitu tipe spastik.
 Refleks tendon meningkat menunjukkan terjadi gangguan pada bagian upper motor
neuron (UMN).
 Refleks babinsky (ada pada tahun pertama kehidupan), refleks moro (muncul pada
saat lahir dan menghilang pada usia 5-6 bulan), refleks palmar grap (muncul pada saat
lahir dan menghilang pada usia 6 bulan). Kira-kira pada umur 6 bulan, refleks primitif
secara progresif ditekan dan semakin menghilang. Selanjutnya refleks ini dihambat
oleh jalur kortikal yang lebih tinggi sehingga muncul gerak-gerakan yang bertujuan.
Menetapnya refleks primitif menunjukkan adanya gangguan perkembangan susunan
saraf pusat dan menetapnya refleks primitif ini akan menyebabkan terhambatnya
perkembangan gerakan-gerakan yang lebih bertujuan atau gerakan yang biasanya
timbul di usianya sekarang.

HIPOTESIS
Bram, anak laki-laki usia 8 bulan mengalami ganguan tumbuh kembang berupa motorik, social, dan
bahasa et causa Cerebral Palsy tipe QuadriPlegia Spastik dan Microcephaly dengan faktor resiko
Asfiksia

LEARNING ISSUE
1. Tumbuh Kembang Normal
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisik (anatomis) yang ditandai dengan
bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh, karena adanya pertambahan dan pembesaran sel-sel.
Perkembangan adalah suatu proses bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebihkompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan. Pertumbuhan dapat diketahui dengan mengukur berat badan, panjang
badan/tinggi badan, linngkar kepala dan lingkar lengan atas.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
 Factor genetik
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui
instruksi genetik yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat
berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga dapat diperoleh hasil akhir yang
optimal. Penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom seperti Sindro Down,
Sindrom Turner, dan lain-lain.
 Faktor lingkungan
a. Lingkungan prenatal
b. Lingkungan postnatal
 Faktor biologis
 Faktor fisik
 Faktor psikososial
 Faktor keluarga dan adat istiadat

4. Tatalaksana pada Kasus


Tujuan pengobatan adalah mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut
seoptimal mungkin sehingga diharapkan anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan
atau dengan bantuan yang minimal.
Tatalaksana
 Rujuk ke Rumah Sakit dan Spesialis Anak dengan menulis jumlah penyimpangan
perkembangan (tulis apa yang tidak bisa dilakukan anak dan tuliskan termasuk ke dalam
kategori gerak halus, gerak kasar, bahasa dan bicara, sosialisasi dan kemandirian).
Medikamentosa
 Obat-obatan untuk relaksasi otot, anti kejang dan lain-lain.
 Untuk mengatasi spastisitas dapat digunakan natrium dantrolen, benzodiazepin dan
baklofen.
Non-medikamentosa
 Fisioterapi
Latihan luas gerak sendi, latihan penguatan dan peningkatan daya tahan otot, latihan
duduk, latihan berdiri, latihan pindah, latihan jalan.
 Terapi okupasi
Untuk latihan melakukan aktivitas sehari-hari, evaluasi penggunaan alat-alat bantu,
latihan keterampilan tangan dan lain-lain.
 Terapi wicara (Soetjiningsih & Gede Ranuh, 2013)

Stimulasi pada Bram yang bisa dilakukan di rumah.


 Gerak kasar
a. Letakkan bayi pada posisi telungkup. Gerakkan sebuah mainan berwarna cerah atau
buat suara-suara gembira di depan bayi sehingga ia akan belajar mengangkat
kepalanya. Secara berangsur-angsur ia akan menggunakan kedua lengannya untuk
mengangkat kepala dan dadanya.
b. Letakkan mainan berwarna cerah di dekat bayi agar ia dapat melihat dan tertarik
pada mainan tersebut. Kemudian pindahkan benda tersebut ke sisi lain dengan
perlahan. Awalnya bayi perlu dibantu dengan cara menyilangkan paha bayi agar
badannya ikut miring sehingga memudahkan bayi berguling. Ketika ia berguling,
senyum dan tunjukkan rasa kasih sayang. Jaga bayi agar tidak jatuh dari tempat
tidur, meja atau dari ketinggian lainnya.
c. Gendong bayi dalam posisi tegak agar ia dapat belajar menahan kepalanya tetap
tegak.
d. Menyangga berat. Angkat badan bayi melalui bawah ketiaknya ke posisi berdiri.
Perlahan-lahan turunkan badan bayi hingga kedua kaki menyentuh meja, tempat
tidur atau pangkuan. Coba agar bayi mau mengayunkan badannya dengan gerakan
naik turun serta menyangga sebagian berat badannya dengan kedua kaki bayi.
e. Mengembangkan fungsi kontrol terhadap kepala. Latih bayi agar otot-otot lehernya
kuat. Letakkan bayi pada posisi telentang. Pegang kedua pergelangan tangan bayi,
tarik bayi perlahan-lahan ke arah anda, hingga badan bayi terangkat ke posisi
setengah duduk. Jika bayi belum dapat mengontrol kepalanya (kepala bayi tidak ikut
terangkat), jangan lakukan latihan ini. Tunggu sampai otot-otot leher bayi lebih kuat.
f. Duduk. Bantu bayi agar bisa duduk sendiri. Mula-mula bayi didudukkan di kursi
dengan sandaran agar tidak jatuh kebelakang. Ketika bayi dalam posisi duduk, beri
mainan kecil ditangannya. Jika bayi belum bisa duduk tegak, pegang badan bayi.
Jika bayi bisa duduk tegak, dudukkan bayi di lantai yang beralaskan selimut, tanpa
sandaran atau penyangga.
 Gerak halus
a. lkat sebuah tali menyilang di atas tempat tidur bayi. Gantungkan pada tali tersebut
benda/mainan berputar atau berbunyi, berwarna cerah. Bayi akan tertarik dan
melihat, menendang atau menggapai mainan tersebut. Pastikan benda tersebut tidak
bisa dimasukkan ke mulut bayi, dan tali tidak akan terlepas dari ikatannya.
b. Bayi senang memperhatikan wajah seseorang, gambar, benda atau mainan menarik
berwarna cerah. Dekatkan wajah, gambar atau mainan menarik ke wajah bayi agar ia
melihat dan memperhatikannya. Perlahan-lahan gerakkan wajah atau benda-benda
itu ke sisi kanan dan kiri sehingga bayi ikut memperhatikannya
c. Pangku bayi di dekat sebuah meja, kemudian jatuhkan sebuah benda kecil (misal:
kacang) dari atas meja, tepat di depan bayi. Dapat juga dengan memutar benda itu di
atas meja dan melihat apakah ia memperhatikannya. Jaga bayi agar tidak menelan
benda itu, karena bisa menyebabkan tersedak.
d. Letakkan benda/mainan kecil yang berbunyi atau berwarna cerah di tangan bayi atau
sentuhkan benda tersebut pada punggung jari-jarinya. Amati cara ia memegang
benda tersebut. Hal ini berhubungan dengan suatu gerak reflek. Semakin bertambah
umur bayi, ia akan semakin mampu memegang benda-benda kecil dengan ujung
jarinya (menjimpit). Jaga agar benda itu tidak melukai bayi atau tertelan dan
membuatnya tersedak.
e. Ajak bayi meraba dan merasakan berbagai bentuk permukaan seperti mainan
binatang, mainan plastik, kain-kain perca, karet dan sebagainya. Bayi mungkin
memasukkan benda-benda itu ke mulutnya, maka pastikan bahwa benda-benda itu
tidak terlalu kecil atau mudah disobek dan ditelan.
f. Memegang benda dengan kuat. Letakkan sebuah mainan kecil yang berbunyi atau
berwarna cerah di tangan bayi. Setelah bayi menggenggam mainan tersebut, tarik
pelan-pelan untuk melatih bayi memegang benda dengan kuat.
g. Memegang benda dengan kedua tangan. Letakkan sebuah benda atau mainan di
tangan bayi dan perhatikan apakah ia memindahkan benda tersebut ke tangan
lainnya. Usahakan agar tangan bayi, kiri dan kanan, masing-masing memegang
benda pada waktu yang sama. Mula-mula bayi dibantu, letakkan mainan di satu
tangan dan kemudian usahakan agar bayi mau mengambil mainan lainnya dengan
tangan yang paling sering digunakan.
h. Makan sendiri. Beri kesempatan kepada bayi untuk makan sendiri, mula-mula
berikan biskuitnya sehingga bayi bisa belajar makan biskuit.
i. Mengambil benda-benda kecil. Letakkan benda kecil seperti remah-remah makanan
atau potongan-potongan biskuit di hadapan bayi. Ajari bayi mengambil benda-benda
tersebut. Jika bayi telah mampu melakukan hat ini, jauhkan pil, obat dan benda kecil
lainnya dari jangkauan bayi.
 Bicara dan bahasa
a. Setiap hari, bicara dengan bayi sesering mungkin. Gunakan setiap kesempatan
seperti waktu memandikan bayi, mengenakan pakaiannya, memberi makan, di
tempat tidur, ketika ibu sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan
sebagainya. Bayi tidak pernah terlalu muda untuk diajak bicara.
b. Tirukan ocehan bayi sesering mungkin, maka ia akan menirukan kembali suara kita.
c. Ajak bayi mendengarkan berbagai suara seperti musik, radio, TV, orang berbicara
dan sebagainya. Juga buatlah suara dari kerincingan, mainan yang dipencet atau bel.
Perhatikan, bagaimana reaksi bayi terhadap suara yang berlainan.
d. Mencari sumber suara. Ajari bayi agar memalingkan mukanya ke arah sumber suara.
Mula-mula muka bayi dipegang dan dipalingkan perlahan-lahan ke arah sumber
suara, atau bayi dibawa mendekati sumber suara.
e. Menirukan kata-kata. Ketika berbicara dengan bayi, ulangi beberapa kata berkali-
kali dan usahakan agar bayi menirukannya. Yang paling mudah ditirukan oleh bayi
adalah kata papa dan mama, walaupun ia belum mengerti artinya.
 Sosial dan kemandirian
a. Sesering mungkin peluk dan belai bayi, bicara kepada bayi dengan nada lembut dan
halus, serta penuh kasih sayang. Sesering mungkin ajak bayi dalam kegiatan. Ketika
bayi rewel, cari sebabnya dan atasi masalahnya.
b. Sesering mungkin ajak bayi tersenyum dan tatap mata bayi. Balas tersenyum setiap
kali bayi tersenyum kepada ibu. Buat suara-suara yang menyenangkan dan berbicara
dengan bayi sambil tersenyum.
c. Gendong bayi berkeliling sambil memperlihatkan/menunjuk benda-benda yang
berwarna cerah atau bercahaya. Sangga bayi pada posisi tegak sehingga ia dapat
melihat apa yang terjadi di sekitarnya.
d. Perhatikan apa yang dilakukan oleh bayi, kemudian tirukan ocehan dan mimik
mukanya. Selanjutnya bayi akan menirukan kita.
e. Untuk menenangkan bayi dan orang tua bisa santai, ayunkan bayi dalam kursi ayun.
Tetap berada dekat bayi sehingga ia dapat meraba wajah anda dengan tangannya.
Belai bayi dengan penuh kasih sayang dan bicara padanya dengan nada lembut.
f. Ketika menidurkan bayi, bersenandunglah dengan nada lembut dan penuh kasih
sayang, ayun bayi sampai tertidur.
g. Bermain “Ciluk-ba”. Pegang saputangan/kain atau koran untuk menutupi wajah dari
pandangan bayi. Singkirkan penutup tersebut dari hadapan bayi dan katakan “ciluk
ba” ketika bayi dapat melihat wajah kita kembali. Lakukan hal ini berulang kali.
Yang penting, usahakan bayi tidak dapat melihat wajah kita untuk beberapa saat dan
tiba-tiba wajah kita muncul kembali dengan gembira dan berseri-seri. Cara lain
adalah mengintip bayi dari balik pintu atau tempat tidurnya.
h. Melihat dirinya di kaca. Pada umur ini, bayi senang melihat dirinya di cermin.
Bawalah bayi melihat dirinya di cermin yang tidak mudah pecah.
i. Berusaha meraih mainan. Letakkan sebuah mainan sedikit diluar jangkauan bayi.
Gerak-gerakkan mainan itu didepan bayi sambil bicara kepadanya agar ia berusaha
untuk mendapatkan mainan itu. Jangan terlalu lama membiarkan bayi berusaha
meraih mainan tersebut, agar ia tidak kecewa.

Kalau RDS, susah nafasnya tidak langsung setelah lahir.


Perkembangan paru normal (Neonatologi, IDAI):
 Pseudoglandular (5-17 minggu)
Perkembangan percabangan bronkus.
 Kanalikuler (16-26 minggu)
Terjadi proliferasi kapiler dan penipisan mesenkim. Diferensiasi pneumosit tipe II
sekitar 20 minggu.
 Sakuler (24-38 minggu)
Perkembangan organ dan ekspansi rongga udara. Awal pembentukan septum alveolar.
 Alveolar (36 minggu – lebih dari 2 tahun setelah lahir)
Penipisan septum alveolar pembuluh kapiler baru.

I Milestone perkembangan motorik anak usia 6-9 bulan adalah:


 Duduk sendiri (dalam sikap bersila)
 Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan. Merangkak, meraih
mainan dan mendekati seseorang (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).

Milestone perkembangan motorik kasar anak usia 0-3 bulan:


 Mengangkat kepala setinggi 45o dan dada ditumpu lengan pada waktu tengkurap
 Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah
Milestone perkembangan motorik kasar anak usia 3-6 bulan:
 Berbalik dari telungkup ke telentang
 Mengangkat kepala setinggi 90o
 Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
Seharusnya anak bisa tengkurap sejak umur 0-6 bulan. Terjadi keterlambatan perkembangan
motorik kasar (Gross Motor Development Delay). Biasanya disebabkan kelainan tonus dan
penyakit neuromuskular seperti:
 Cerebral Palsy
 Global development delay
 Spina bifida
 Muscular atrofi
 Faktor lingkungan serta kepribadian anak. Anak yang tidak mempunyai kesempatan
untuk belajar atau diletakkan di baby walker.
Bayi usia 6-9 bulan (oromotor):
 Mulai belajar mengunyah dengan menggerakkan rahang ke atas dan ke bawah,
sehingga dapat diberikan makanan yang lebih kasar.
Pemeriksaan penunjang:
 Uji BERA untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada fungsi pendengaran
 CT scan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada otak
 MRI  untuk melihat infark yang terjadi pada otak
Komplikasi:
 Retardasi mental
 Malnutrisi berat
 Gagal tumbuh
 Kehilangan sensibilitas
Prognosis:
 Fungsional: Malam

1. Perkembangan kognitif
 Milestone usia 3-6 bulan
 Meningkatnya minat terhadap lingkungan
 Menunjukkan minat pada mainan
 Memahami sebab dan akibat
 Berusaha meraih benda-benda yang jangkauannya agak jauh
 Mengeksplorasi benda dengan menggunakan tangan dan mulut
 Milestone usia 6-9 bulan
 Tertarik pada bagian tubuhnya seperti mencari kaki yang menarik perhatiannya
 Memahami objek dan tahu apa yang diharapkan dari mereka
 Memahami ‘naik’ dan ‘turun’ dan membuat gerakan yang sesuai seperti
mengangkat lengannya
 Mencari mainan/benda yang dijatuhkan
 Bermain tepuk tangan/cilukba
 Bergembira dan melempar benda
 Makan kue sendiri
2. Perkembangan motorik (kasar dan halus)
 Motorik kasar usia 3-6 bulan
 Berbalik dari telungkup ke telentang
 Mengangkat kepala setinggi 90o
 Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
 Motorik kasar usia 6-9 bulan
 Duduk sendiri (dalam sikap bersila)
 Belajar berdiri, kedua kaki menyangga berat badan
 Merangkak meraih mainan dan mendekati seseorang
 Motorik halus usia 3-6 bulan
 Menggenggam pensil
 Meraih benda yang ada dalam jangkauannya
 Memegang tangannya sendiri
 Motorik halus usia 6-9 bulan
 Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
 Memungut dua benda, masing-masing tangan memegang satu benda pada saat
bersamaan
 Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
3. Perkembangan personal-sosial
 Milestone usia 3-6 bulan
 Lebih menyukai ibu
 Kedekatan (attachment) bayi dengan orang tua
 Tersenyum spontan
 Suka tertawa keras
 Dapat menunjukkan rasa tidak senang jika kontak sosial diputus
 Menyukai cermin
 Gembira saat melihat makanan
 Berceloteh
 Milestone usia 6-9 bulan
 Reaksi terhadap suara yang dibuat ibu berbeda
 Menyukai ibu
 Menunjukkan rasa malu dan cemas pada orang yang tidak dikenal
 Menangis bila ayah-ibunya pergi
 Tidur nyenyak rutin mulai umur 6 bulan
 Bermain tepuk tangan/cilukba
 Mengambil sesuatu dan dibawa ke mulut
 Makan kue sendiri
 Senang bermain
4. Perkembangan bahasa
 Mulai mengenal kata-kata “da-da, pa-pa, ma-ma”
 Protes vokal seperti berteriak
5. Perkembangan penglihatan
Pada bayi baru lahir, penglihatan masih kabur. Pada waktu itu, retine perifer telah matur
dan bayi sudah memberi reaksi terhadap cahaya dan objek yang bergerak. Bayi dapat
mengikuti dan memfiksasi benda sampai 180o pada jarak 25-30 cm. Penglihatan terus
berkembang sampai dewasa.
Pada umur 1 bulan, bayi menatap garis rambut orang tua/pengasuhnya. Pada umur 2
bulan, bayi tertarik melihat mata. Pada umur 3 bulan, bayi sangat tertarik pada ekspresi
wajah orang dewasa. Bayi sudah dapat melakukan akomodasi, fiksasi monokular dan
mengikuti refleks. Jarak penglihatan bayi umur 3-4 bulan adalah 0,6-1 meter, umur 5
bulan adalah 1-1,6 meter.
6. Perkembangan pendengaran
7. Perkembangan persepsi

Beda lesi UMN dan LMN (Neuroanatomi, 187)


1. UMN (pyramidal: peningkatan tonus, ekstrapiramidal: inhibisi tonus)
 Refleks babinsky dan peningkatan refleks tendon
Normalnya plantar fleksi seluruh. (+) jika terjadi dorsofleksi ibu jari dan mekarnya jari
lain. Normal pada tahun pertama kehidupan karena saat itu sarafnya traktus
kortikospinalis belum bermielin.
 Tidak ada refleks abdominalis superficialis
 Refleks kremaster (-)
 Kehilangan penampilan gerakan tangkas halus

o Lesi traktus descendens (traktus ekstrapiramidalis)


 Paralisis
 Spastisitas/ hipertonisitas otot  rigiditas (lead-pipe-rigidity: spastic terus, cogwheel
rigidity: hilang timbul)
Otot fleksor seluruh lengan
Otot abduktor bahu dan tungkai dan otot ekstensornya
Otot plantarfleksi kaki
 Peningkatan refleks otot dalam
 Reaksi pisau lipat
2. LMN
 Paralisis flaksial
 Atrofi otot
 Hilangnya refleks otot
 Fasikulasi otot
 Kontraktus otot
 Reaksi degenarasi

Diagnosis Palsy Cerebral


Posturing/ abnormal movement
Oropharingeal sydrome
Strabismus
Tone
Evolutional maldevelopment
Reflexes

Spasticity
Pada normalnya, descending corticospinal tracts (UMN) itu memproduksi GABA  jika ada lesi,
inhibisi tidak ada  tonus over-activity  spastic

Kerangka konsep
Faktor risiko (anak kelima, usia ibu 36 tahun, prematur, BBLR)  RDS  CP + mikrocephali

Anda mungkin juga menyukai