Anda di halaman 1dari 9

Transport dan Metabolisme Hormon Tiroid

TRANSPOR HORMON TIROID


T3 dan T4 keduanya bersirkulasi di dalam darah dibagi menjadi 2 ada yang terikat
dengan plasma protein dan bebas (hanya 0,04 persen untuk T4 dan 0,4 persen untuk T3).
Untuk yang bebas plasma protein mengijinkan darah mengirimkan iodothyroinines,
yang mana sulit untuk larut dalam air. Ini memungkinkan pembentukan sirkulasi pool hormone
tiroid yang besar dan memastikan distribusi hormon tiroid yang homogen ke jaringan target.
Untuk yang bebas karena memiliki potensii yang lebih besar untuk bereaksi maka dia
bisa bereaksi di jaringan target dan juga mempercepat metabolisme, selain itu yang bebas ini
ijadikan sebagai feedback control.
Terdapat 3 transport hormon tiroid utama :
1) Thyroxine-binding globulin (TBG)
Setiap molekeul TBG mempunyai tempat pengikatan tunggal untuk T4 dan T3. Afinitas yang
tinggi terhadap pengikatan T3 dan T4 memungkinkan membawa sekitar 70 % dari sirkulasi
hormon thyroid.
2) Transthyretin / thyroxine-binding prealbumin (TBPA)
Mengikat sekitar 10% dari sirkulasi. Afinitas T3 10 kali lipat lebih rendah dibandingkan dengan
T4 sehingga sebagian besar mengikat T4, disosiasi TGPA dari T3 dan T4 sangat cepat.
3) Albumin
Memiliki tempat yang kuat untuk T3 dan T4,karena konsentrasi tinggi dalam serum albumin
membawa sekitar 15 % dari T3 dan T4 dari sirkulasi dan angka disosiasi yang tinggi dari T3 dan
T4 dari albumin membuat carier ini sebagai suatu sumber utama dari hormon untuk bebas ke
jaringan jadi saat bebas di sirkulasi T3 dan T4 berikatan dengan albumin.

METABOLISME HORMON TIROID


Normalnya kelenjar tiroid menghasikan 100nmol T4 dan 5nmol T3 perhari. Karena T4
jumlahnya banyak dan T3 sendiri merupakan hormon yang memiliki efek untuk metabolisme
yang tinggi, maka ada proses yang disebut monoodeionisasi.
Monodeionisasi dibagi menjadi 2 :
1. Monodeionisasi dari cincin luar tiroksin (T4) yang merupakan suatu proses “peningkatan”
aktivitas metabolik dari senyawa yang dihasilkan. Ada 2 tipe yaitu deiodinase-5’ tipe 1 dan tipe 2
dimana merubah T4 menjadi T3.
2. Monodeionisasi dari cincin dalam tiroksin (T4) yang merupakan suatu proses penurunan
(inaktivasi), merubah T4 menjadi rT3.

Sumber: Greenspan. Basic & Clinical Endocrinology 10TH Edition

FARMAKOLOGI (OBAT ANTI-TIROID)

 TIOAMIDA
Tioamida adaalab salah satu golongan obat yang mensintesis hormon secara langsung.
Tioamid metimazol dan propiltiourasil adalah obat utama untuk mengobati
tirotoksikosis.
Golongan obat tioamida terdapat 3 jenis obat yaitu:
1. Carbimazole
2. Methimazole
3. Propiltiourasil (PTU)
Metimazol adalah sekitar sepuluh kali lebih poten daripada propiltiourasil dan merupakan
obat pilihan pada dewasa dan anak. Karena adanya peringatan kotak hitam tentang
hepatitis berat, propiltiourasil seyogianya dicadangkan untuk digunakan pada trimester
pertama kehamilan, pada thyroid storm, dan bagi mereka yang mengalami reaksi samping
terhadap metimazol (selain agranulositosis atau hepatitis).

1. Carbimazole

Obat dengan fungsi sebagai penetralisir jumlah hormon tiroid yang melebihi batas normal dalam
tubuh
 Mekanisme kerja: Di metabolism terlebih dahulu menjadi methimazole, lalu menghambat
sintesis hormon tiroid dengan cara menghambat pengikatan iodium pada tirosin di
tiroglobulin Dan menghambat penggabungan diioditirosin (DIT).
 Farmakokinetik Carbimazole: Didistribusi secara lengkap di usus kemudia di
distribusikan ke seluruh tubuh dan metabolisme bersama atau tanpa makanan selanjutnya
obat tersebut diekskresi lambat melalui urin dan ASI.
 Bisa menembus barrier plasenta & terpusat di tiroid fetus sehingga tidak baik digunakan
pada trisemester pertama kehamilan.
 Dosis : Dewasa 20 mg dan anak anak 5 mg
 Efek samping : Sakit tenggorokan
Demam tinggi
Kelelahan
Perdarahan
 Indikasi : terapi hyperthyroidism
Mengatasi gejala dan sebelum operasi
 Kontra indikasi : tidak untuk ibu hamil

2. Propiltiourasil (PTU)
Salah satu obat golongan tioamida yang bekerja sebagai anti-tiroid dengan csra
menginhibisi sintesis hormone tiroid melalui tiroid peroksidase yang memediasi
iodinasi, dan juga menghambat konversi T4 menjadi T3 di jaringan perifer.
 Efek samping : ruam kulit, urtikaria, pigmentasi kulit, kerontokan
rambut.nyeri sendi, demam, sakit kepala, nyeri tenggorokan, mual, muntah
kurang nafsu makan,agranulositosis atau leukopenia (turunnya jumlah sel
darah putih di dalam darah), trombositopenia (penurunan trombosit) yang
berakibat pada kecenderungan perdarahan
 Indikasi : Hyperthyroidism, Grave disease
 Kontraindikasi : Hipersensitivitas
 Dosis : Untuk pengobatan hipertiroidisme 150-450 mg sehari.

 PTU lebih mudah diserap karena adanya efek dari first pass metabolism yang besar di
bagian hepar.
 Waktu yang dibutuhkan hingga obat bereaksi dalam tubih yang terakumulasi di
kelenjar tiroid yaitu obat methimazole membutuhkan waktu 6 jam sementara obat PTU
untuk bereaksi dalam tubuh hanya membutuhkan waktu 1,5 jam.
 Dosis yang digunakan dalam obat PTU untuk dosis awal yaitu 100 mg bisa bekerja
untuk menghambat organifikasi iodida sekitar 60% selama 7 jam sementara
methimazole dosisnya 30 mg yang memberikan efek setelah 24 jam obat diberikan.
 PTU dan methimazole merupakan obat tergolong kelompok D (Menurut Food and
Drug Association) yaitu obat yang telah dilakukan suatu penelitian terhadap ibu hamil
dan memberikan hasil bahwa obat tersebut memberikan risiko terhadap janim namun
obat tersebut masih digunakan karena lebih dipertimbangkan kepada manfaat dari obat
tersebut dibandingkan resikonya.
 PTU lebih baik dikonsumsi bagi ibu hamil saat usia kehamilan trimester 1 karena obat
propiltiourasil (PTU) lebih kuat terikat dengan suatu protein dan lebih sulit untuk
menembus plasenta.
 Methimazole lebih baik dikonsumsi bagi ibu hamil saat usia kehamilan trimester 2-3
karena efek samping propiltiourasil lebih berpengaruh terhadap fungsi organ.
Farmakodinamik:
 Mencegah pembentukan hormon dengan menghambat reaksi yang dikatalisis oleh tiroid
peroksidase
 Menghambat organifikasi iodium
 Menghambat penggabungan iodotirosin.
 Menghambat deiodinasi perifer T3 dan T4.

 Perkembangan dari golongan obat tiamida cukup lambat sekitar 3-4 minggu sebelum
simpanan T4 habis karena yang lebih terpengaruh dari golongan obat tioamida adalah
proses sintesis hormon tiroid itu bukan pelepasan hormon tiroid.

 IODIDA
Iodida merupakan golongan pengobatan antitiroid utama yang bereaksi dalam tubuh
dengan mekanisme kerja:
- Menghambat organifikasi iodida dan pelepasan hormon melewati inhibisi proteolisis
triglobulin
- Mengurangi ukuran dan vaskularisasi kelenjar hiperplastik sehingga sesuai untuk
persiapan praoperasi pembedahan.
 Kekurangan terapi iodida yaitu meningkatnya simpanan iodium di intraglandular
sehingga dapat menunda perkembangan terapi tioamida atau mencegah terapi iodium
radioaktif.
 Pengobatan ini tidak bisa dijadikan pengobatan tunggal karena bisa menyebabkan
turunnya kelenjar yang mengandung iodium sehingga bisa terlihat semakin
tirotoksitosis. Dan bisa menembus plasenta yang bisa menyebabkan pembengkakan
kelenjar tiroid.

 INHIBITOR ANION
Golongan obat yang menghambat pompa iodide sel folikuler. Penghambatan ini
menurunkan sintesis hormone tiroid. Contoh obat golongan ini adalah tiosianat, perklorat.
Efek samping dari natrium dan kalium perklotarat adalah anemia aplastik, demam,
kelainankulit, iritasi usus dan agranulositosis.

 IODIUM RADIOAKTIF
Pengobatan ini diberikan secara peroral dalam larutan natrium yang mudah diserap
karena terkonsentrasi di kelenjar tiroid dan terserap di dalam penyimpanan folikel. Efek
yang bekerjanya yaitu bergantung pada emisi beta dalam 5 hari.
Adapun hasil pengobatan nya dapat ditandai dengan adanya kerusakan parenkim
tiroid berupa pembengkakan dan nekrosis epitel, kerusakan folikel, edema dan infiltrasi
leukosit. Pengobatan ini memiliki kelebihan berupa efektivitasnya tinggi, biaya yang
rendah dan tidak terasa nyeri.
Namun pengobatan ini tidak diperuntukkan sebagai pengobatan utama untuk ibu
hamil karena bisa menyebabkan hipotiroid pada janin yang disekresikan melewati ASI.

 PENGHAMBAT ADRENOSEPTOR
Penghambat beta tanpa aktivitas simpatomimetik intrinsik (mis. metoprolol,
propranolol, atenolol) adalah adjuvan terapeutikyang efektif dalam penatalaksanaan
tirotoksikosis karena banyak dari gejala penyakit ini mirip dengan yang disebabkan oleh
stimulasi simpatis.
Propranolol adalah penghambat β yang paling luas diteliti dan digunakan dalam
terapi tirotoksikosis. Penghambat beta menyebabkan perbaikan klinis gejala hipertiroid,
tetapi biasanya tidak mengubah kadar hormon tiroid.
Propranolol dalam dosis lebih dari 160 mg/hari juga dapat mengurangi kadar T3
sekitar 20% dengan menghambat perubahan T4 menjadi T3 di jaringan perifer.

 VITAMIN B KOMPLEKS
1. Tiamin (Vit. B1)
Dibutuhkan untuk pelepasan energi untuk karbohidrat membantu dalam fungsi sistem
saraf, membantu menjaga persamaan lambung dan nafsu makan normal.
Sumber : Ragi, Sayur-sayuran, Kacang-kacangan, Kuning telur, Hati
 Dosis 5-500 mg / hari
 Efek samping apabila berlebihan akan di ekskresikan lewat urin dan reaksi anafilagtoid
 Indikasi : neuritisalkoholik, wanita hamil yang kurang gizi , pasien emesis gravidarum
 Mekanisme of action : berfungsi sebagai koenzim dalam karbosilaksi asam piruvat dan
asam ketoglutarat
2. Riboflavin (Vit B2)
Dibutuhkan untuk mengubah protein lemak dan karbohidrat menjadi energi yang
diperlukan untuk kesehatan kulit dan mata. Kebutuhan sehari tiap individu minum 0,3
mg/1000 Kcal.
 Indikasi : pencegahan dan terapi defisiensi vit b2
3. Asam Nikotinat atau Niasin (Vit. B3)
Dibutuhkan untuk melepaskan energi dari makanan, mempertahankan kesehatan
kulit, mulut, dan saluran pencernaan.
Sumber : Hati, Ragi, Daging
 Mekanisme of action : berperan dalam metabolisme sebagai koenzim berbagai protein
dalam respirasi jaringan
 Dosis : 50 mg ( oral)
4. Piridoksin (Vit. B6)
Dibutuhkan untuk mekanisme protein, membantuk untuk mempertahankan
keseimbangan cairan.
Sumber : Hati. Biji-bijian (gandum dan jagung), Ragi
 Dosis : 2mg/100mg protein
 Efek samping : kebas dikaki di ikuti tangan dan sekitar mulut
 Indikasi : anemia
5. Asam Pantotenat (Vit. B5)
Dibutuhkan untuk melepaskan energi dari makanan, membantu fungsi kelenjar
adrenal dan dalam pembentukan antibiotic.
a. Kebutuhan sehari : 5-10 mg sehari
b. Sumber : Ragi, Hati, Daging, Susu, Kuning telur
 Dosis : 10-30 mg
6. Biotin
Dikenal sebagai Vit. H (Haut) berarti kulit karena dianggap dapat melindungi tubuh
terhadap suatu sindrom yang disebut egg white injury. Fungsi sebagai koenzim pada berbagai
reaksi karboksilasi. Sumber yang terkandung pada kuning telur, hati, dan ragi. Dengan
kebutuhan sehari berkisar antara 150-300 µg.
7. Kolin
Kolin berfungsi metabolisme intermedier yaitu sebagai donor metal dalam pembentukan
sebagai asam amino esensial, sebagai precursor asetikolin dan suatu neurotransmitter, dan
dalam metabolisme lemak berkhasiat lipotropik yaitu dapat menurunkan kadar lemak dalam
hati.

MEKANISME OBAT MENEMBUS PLASENTA


Pada dasarnya ibu dan janin dipisahkan/dibatasi oleh suatu barier yaitu plasenta.
Plasenta merupakan sebuah sawar lemak antara sirkulasi darah ibu dan janin. Obat melintasi
plasenta dengan cara difusi pasif, difusi fasilitas dan transpor aktif.
Kebanyakan obat berpindah dengan mekanisme difusi pasif. Apabila obat dapat
menembus plasenta, obat akan sampai kepada fetus atau janin. Obat pada janin dapat bersifat
toksik, teratogen atau lethal tergantung pada periode perkembangan fetus.
 Kontak langsung dengan janin kurang dari 3 minggu: fase implantasi terganggu sehingga
menyebabkan kematian janin.
 Kontak langsung dengan janin 3-8 minggu: fase organogenesis terganggu sehingga akan
terjadi malformasi organ yang menyebabkan janin lahir dengan cacat bawaan.
 Kontak langsung dengan janin trimester 2-3: pertumbuhan dan fungsi organ akan
terganggu.

Faktor yang mempengaruhi:


1. Sifat fisikokimiawi obat
a. Berat molekul obat mempengaruhi laju transfer obat dan jumlah obat yang ditransfer.
Semakin berat massa molekul, obat semakin sulit menembus plasenta, sedangkan semakin ringan
berat massa molekul, obat semakin mudah menembus plasenta.
b. Obat lipofilik (mudah larut dalam lemak) cenderung menyebar dengan mudah menembus
plasenta dan memasuki sirkulasi janin, misalnya thiopental.
c. Obat terionisasi. Makin mudah obat terionisasi makin lambat difusinya karena dalam bentuk
ion obat hanya akan bereaksi dengan ion tertentu saja. Misalnya, obat yang sangat mudah
mengion seperti succinylcholine dan tubocurarine menembus plasenta perlahan-lahan dan
mencapai konsentrasi yang sangat rendah pada janin.
2. Kecepatan menembus plasenta dan jumlah yang mencapai janin
Kecepatan obat untuk menembus plasenta tergantung pada volume dan vaskularisasi pada daerah
tersebut. Jika volume/vaskularisasi besar, kemungkinan menembus plasenta juga besar. Pada ibu
hamil terjadi peningkatan cairan plasma dan keadaan ini menimbulkan peningkatan volume yang
besar untuk distribusi obat.
3. Durasi paparan
makin lama menggunakan obat makin besar kemungkinan obat menembus plasenta.
4. Distribusi obat di janin
Semakin banyak obat yang diabsorbsi ibu, semakin banyak juga obat yang terdistribusi di janin.
5. Periode perkembangan janin
Makin tua usia kehamilan makin tipis sawar plasenta dan makin besar kemampuan plasenta
memetabolisme obat.

Sumber: . Basic & Clinical Pharmacology Katzung, 12th Edition

Anda mungkin juga menyukai