Anda di halaman 1dari 41

TIROID & ANTITIROID

Farmakologi II
KELOMPOK
o Ade Nurhikmah (11171020000000)

o Luna Septie (11171020000000)

o Wulan Sari (11171020000069)

o Asri Fauziyah (11171020000070)


TIROID DAN ANTITIROID
TIROID

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin


(T4) yang kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu
triyodotironin (T3). Iodium nonorganik yang diserap dari saluran
cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat ini dipekatkan
kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga mempunyai afinitas yang
sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang dihasilkan
ini kemudian akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid.
Sebagian besar T4 kemudian akan dilepaskan ke sirkulasi
sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian
mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat
oleh protein yaitu globulin pengikat tiroid Thyroid Binding
Globulin (TBG) atau prealbumin pengikat albumin Thyroxine
Binding Prealbumine (TBPA). Hormon stimulator tiroid Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) memegang peranan terpenting
untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid
TIROID

TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang


dikenal sebagai umpan balik negatif sangat penting dalam
proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Pada
pemeriksaan akan terlihat adanya sel parafolikular yang
menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur
metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum
terhadap tulang (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005). Sekresi
hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid
yaitu Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh
lobus anterior hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi
dan diatur aktifitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi
yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus
anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin
yaitu Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus
(Guyton & Hall, 2006).
Farmakokinetik

◦ Transpor tiroid ◦ Biotransformasi dan eksresi


Pada keadaan normal iodium Tiroksin dieliminasi dalam tubuh
disirkulasi dalam 95% sebagai dengan masa paruh 6-8 hari. Pada
hipertiroid masa paruhnya menjadi
iodium organic dalam bentuk 3-4 hari dan hipotiroid mas paruhnya
tirosin dan 5% sebagai iodide menjadi 9-10 hari. Perubahan
berada di triodotironin. Dalam tersebut menggambarkan adanya
darah hormone tiroid terikat perubahan dalam kecepatan
kuat pada berbagai protein metabolisme bila pengikatnya
plasma dalam bentuk ikatan dengan TBG meningkat maka
non kovalen. Adanya ikatan klirensnya akan terbentuk, hal ini
terjadi karena estrogen menginduksi
tersebut menyebabkan peningkatan asam sialat dalam TBG
hormone tiroid tidak mudah yang terbentuk dan menyebabkan
dimetabolisme sehingga masa klirensnya menurun. Kedaan
paruhnya cukup panjang. sebaliknya akan terjadi bila ikatan
Hanya sekitar 0.03% tiroksin dan dengan protein lain atau adanya
0.3% triodotironin dari total hambatan pengikatan oleh obat.
hormone berada dalam
keadaan bebas. Aktivitas homon
tiroid hanya dilakukan oleh
hormone bebas
GOLONGAN OBAT ANTITIROID
Terdapat beberapa golongan penghambat sintesis hormon
tiroid, diantaranya :
1. Antitiroid, yaitu dapat menghambat sintesis hormon secara
langsung
2. Penghambat ion, yaitu dapat memblok mekanisme transpor
iodida
3. Iodium dengan konsentrasi, yaitu dapat mengurangi sintesis
dan pengeluaran hormon dari kelenjarnya
4. Iodium radioaktif, yaitu yang dapat merusak kelenjar dengan
radiasi ionisasi
1 Antitiroid
Indikasi
Antitiroid digunakan untuk pengobatan hipertiroidisme, baik
untuk mengatasi gejala klinik sambil menunggu remisi spontan,
maupun sebagai persiapan operasi. Selain itu, obat ini juga
dapat dipakai dalam kombinasi dengan yodium
radioaktif,dengan tujuan mempercepat timbulnya perbaikan
klinis sementara menunggu efek terapi yodium radioaktif. Efek
terapi biasanya baru tampak setelah masa laten yang agak
panjang, dari beberapa hari sampai 1-2 minggu

Efek Samping
Reaksi yang paling sering timbul adalah demam obat, yang
terutama terjadi dalam pengo batan. Gejala lain yang jarang
sekali timbul adalah nyeri dan kaku sendi, terutama pada lengan
dan pergelangan: nyeri itu dapat pindah ke sendi lain
Mekanisme Kerja
Antitiroid menghambat sintesis hormon tiroid dengan jalan
menghambat proses pengikatan ion antitiroid juga menghambat
proses penggabungan dari gugus iodotitosil untuk membentuk
iodotironin. Cara kerjanya yaitu dengan adanya hambatan
terhadap enzim peroksidase sehingga oksidasi ion iodida dan
gugus iodotirosil terganggu.

Farmakokinetik
Propylthiouracil
Merupakan antitiroid yang biasanya digunakan sebagai terapi untuk tirotoksitosi.

Farmakokinetik
Propylthiouracil diabsorbsi dengan cepat dan memcapai kadar serum puncak setelah
1 jam. Bioavaibilitasnya sebesar 50- 80% dapat disebabkan karena efek first-pass
yang besar di hati. Volume distribusinya mendekati dengan masa air total tubuh
dengan akumulasi di dalam kelenjar tiroid. Sebagian besar dari obat yang masuk
ditubuh akan diekskresikan melalui gnjal dalam bentuk glukuronida yang inaktif
dalam waktu 24 jam.

Farmakodinamik
Propylthiouracil bekerja dengan mencegah sitesis hormone dengan menghambat
reaksi katalisis peroksidasi tiroid dan menghambat organifikasi iodin. Sebagai
tambahan, Propylthiouracil menghambat proses penggabungan dari iodotirosin.
Obat-obat ini tidak menghambt pengambilan iodin ke dalam kelenjar tiroid.
Propylthiouracil mencegah deiodinase T3 dan T4 di perifer. Karena pengaruh pada
sintesis hormone lebih kuat daripada pengaruh pada pelepasan hormone, mula kerja
obat ini lambat dan sering memerlukan waktu 3-4 minggu sebelu simpanan T4 habis

Mekanisme Kerja
Mampu meningkatkan konsentrasi kolesterol darah secara endogen dengan merusak
kelenjar tiroid. Propylthiouracil akan menimbulkan hipotiroid yang berhubungan
dengan peningkatan konsentrasi LDL plasma akibat penurunan katabolisme LDL.
Penyebabnya yaitu pada kondisi hipotiroid terjadi penurunan sintesis dan ekskresi
reseptor LDL di hati, sehingga LDL banyak beredar di plasma dan menjadi penyebab
hiperkolesterolemia.
Methimazole
Methimazole merupakan lini pertama pengobatan hipertiroidisme
karena efek samping yang relatif lebih rendah dari propylthiouracil,
faktor kepatuhan pasien, serta efektivitas yang lebih baik
dibandingkan propylthiouracil.

Farmakokinetik
Methimazole mempunyai absorbs dengan bioavaibilitas pada
penggunaan oral 93%. Methimazole diekskresikan dalam urin.
Penggunaan secara per oral hampir terabsorpsi sempurna di
saluran cerna. Karena durasi aksinya yang panjang, sekitar 40 jam,
maka MMI cukup digunakan satu kali sehari (single dose).

Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja methimazole dalam mengobati hipertiroidisme
sama seperti propylthiouracil yaitu menghambat kerja enzim
thyroid peroxidase dan mencegah pembentukan hormon tiroid.
Namun methimazole tidak memiliki efek mencegah konversi T4 ke
T3
Etiologi
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well
differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis
meduler adalah faktor genetik. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk
kanker anaplastic dan meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastic berasal dari
perubahan kanker tiroid berdiferensiasi baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan
jenis folikuler dua kali lebih besar.

Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker pada
anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain.
Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun , tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi
TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor risiko
lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok
menahun.
2 Penghambat ion
Penghambat ion iodida adalah obat yang dapat menghambat
transpor aktif ion iodida ke dalam kelenjar tiroid.
Obat tersebut berupa ion monovalen yang bentuk hidratnya
mempunyai ukuran hampir sebesar hidrat ion iodida, misalnya
tiosianat (SCN¯), perkolat (CIO₄¯), dan fluoborat (BF₄¯).
Obat golongan ini dapat menghambat fungsi tiroid dan
menimbulkan goiter.

Efek Samping
• Natrium dan kalium perklorat memnag bermanfaat sekali
untuk pengobatan hipertiroidisme, terutama yang diinduksi
oleh amiodaron atau iodium. Tapi saat ini, obat tersebut
jarang digunakan karena dapat menimbulkan anemia
aplastik. Selain itu sering juga timbul berbagai reaksi berupa
demam, kelainan kulit, iritasi usus, dan agranulositosis
(turunnya produksi sel darah putih).
• Litium dapat menurunkan sekresi tiroksin tri-iodotironin,
sehingga pada pasien yang menggunakan litium perlu
diwaspadai kemungkinan hipotiroidisme.
Meknisme kerja
Menghambat secara kompetitif sodium-iodide symporter (natrium iodid
simporter = NIS) yang dapat menghambat masuknya iodium.
Penghambat ion dapat menghilangkan perbedaan kadar iodide dalam
plasma dan tiroid.
3 Iodida
Indikasi
Iodida merupakan obat tertua yang digunakan untuk
pengobatan hipertiroid sebelum ditemukan berbagai macam
anti tiroid. Pemberian iodida pada pasien hipertiroid memberikan
efek yang nyata, yaitu menekan fungsi tiroid. Iodida diperlukan
dalam jumlah kecil untuk biosintesis hormon tiroid, dalam jumlah
yang berlebih iodida dapat menyebabkan goiter dan
hipotiroidisme pada orang sehat.

Kontra indikasi
Tidak diberikan pada wanita hamil karena dapat menembus
sawar darah plasenta dan menyebabkan goiter pada fetus

Efek Samping
• Terkadang sering terjadi hipersensitivitas terhadap iodida
atau sediaan yang mengandung yodium.
• Intoksikasi kronik iodida ditandai dengan rasa logam dan
terbakar dengan mulut dan faring serta rangsangan selaput
lendir
• Dapat terjadi radang faring, laring dan tonsil serta kelainan
kulit ringan sampai akneform berat atau kadang-kadang
erupsi yang fatal disebut ioderma
Mekanisme Kerja
Antitiroid menghambat sintesis hormon tiroid dengan jalan
menghambat proses pengikatan ion antitiroid juga menghambat
proses penggabungan dari gugus iodotitosil untuk membentuk
iodotironin. Cara kerjanya yaitu dengan adanya hambatan
terhadap enzim peroksidase sehingga oksidasi ion iodida dan
gugus iodotirosil terganggu.

Farmakodinamik
Iodida bekerja menghambat organifikasi dan pembebeasan
hormone serta mengurangi ukuran dan vaskularitas kelenjar
tiroid yang hiperplastik pada individu yang sensitif iodi dapat
menginduksi hipertiroid. Pada dosis 6 mg/hari efek utamanya
adalah menghambat pembebasan hormone melalui
penghambatan protelisis tirigobulin.
4 Iodium Radioaktif
Pada obat iodin radioaktif, iodin yang digunakan adalah I131 dan
I123 . I131 mempunyai waktu paruh 8 hari, sedangkan
I mempunyai waktu paruh hanya 13 jam.
123

Isotop 131I secara cepat dan efisien ditangkap oleh tiroid,


digabungkan ke dalam asam iodoamino, dan di simpan dalam
koloid di folikel

Dari folikel tersebut 131I dilepaskan secara lambat, partikel


partikel β destruktif berasal dari dalam folikel akan bekerja
hampir secara eksklusif pada sel sel parenkim tiroid

Farmakokinetik
Distribusi radioisotop i dalam jumlah tubuh sama dengan
distribusi i nonradioaktif. Jumlah radioisotope yang diserap oleh
tiroid dipengaruhi oleh jumlah i dalam diet begitupula eksresinya.
Jumlah radioisotope i yang dieksresi dalam urin berbanding
terbalik dengan jumlah radioisotope i yang diserap atau ditahan
oleh tiroid
Etiologi

◦ Hipertiroidisme ◦ Hipotiroidisme
Antibodi yang 1) Hipotiroidisme
merangsang tiroid primer-
berikatan dengan pembedahan,
reseptor TSH, yang ablasi yodida
menyebabkan radioaktif,
pelepasan tiroksin. tiroiditis.
2) Hipotiroidisme
sekunder-
hipofungsi
hipofisis atau
hipotalamus.
Golongan Obat
Antidiabetes
1 SULFONILUREA
Efek samping:
Mual dan muntah, icterus kolestasis, agronulositosis, anemia
aplastik dan hemolitik, reaksi hipersensitivitas umum dan reaksi
dermatologis. Sekitar 10-15% pasien yang menerima obat ini,
terutama klorpromida mengalami kemerahan pada wajah
diinduksi alkohol serupa dengan yang disebabkan oleh
disulfiram. Senyawa sulfonilurea, terutama klorpromida, juga
dapat menginduksi hyponatremia dengan cara memperkuat
efek hormone antidiuretic pada saluran pengumpul ginjal.

Kontraindikasi
Tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada pasien DM
juvenile, pasien yang kebutuhan insulinnya tidak stabil, DM berat,
DM dengan kehamilan dan keadaan gawat.
Obat-obat tersebut harus digunakan dengan sangat berhati-hati
pada DM dengan gangguan fungsi hepar dan ginjal, insufisiensi
endokrin (adrenal, hipofisis, dll), keadaan gizi buruk dan pada
pasien yang mendapat golongan obat lain. Juga
penggunaannya harus berhati-hati pada alkoholisme akut serta
pasien yang mendapat diuretic tiazid.
Interaksi obat
Obat yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia sewaktu
penggunaan sulfonilurea ialah insulin, alkohol, fenformin,
sulfonamide, salisilat dosis besar, fenilbutazon, oksifenbutazon,
probenezid, dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO,
guanetidin, anabolic steroid, fenfluramin, dan klofibrat.
2 Inhibitor α-Glukosidase
Kontraindikasi
Acarbose kontraindikasi dengan gangguan inflamasi usus,
gangguan intestinal kronis, radang hati ringan

Efek samping
Malabsorpsi, flatulen, diare, dan perut kembung

Interaksi obat
Akarbose paling efektif bila diberikan bersama makanan yang
berserat, mengandung polisakarida, dengan sedikit kandungan
glukosa dan sukrosa. Bila akarbose diberikan bersama insulin,
atau dengan golongan sulfonilurea dan menimbulkan
hipoglikemia, pemberian glukosa akan lebih baik daripada
pemberian sukrosa, polisakarida, atau maltose.
3 Metformin
Kontra Indikasi
Kontraindikasi metformin diantaranya adalah gangguan fungsi
ginjal, gangguan hati, dan ketoasidosis.

Efek Samping
Sakit kepala atau nyeri otot, merasa lemah, mual-mual ringan,
muntah, diare, buang angin, sakit perut.

Interaksi Obat
Beresiko lebih tinggi untuk menderita hyperglycemia (gula darah
tinggi) jika mengonsumsi metformin dengan obat lain yang
meningkatkan gula darah seperti: Isoniazid, Diuretics, Steroids,
Niacin, Phenothiazines, Pil KB dan Pil Hormon lain, Pil Diet.
4 Glitazone
Kontra Indikasi
Tidak diberikan pada anak-anak, pada diabetes tipe 1, penyakit
jantung, gagal jantung, penyakit hati, gangguan pembuluh
darah, kanker kandung kemih.

Efek Samping
Gatal-gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir,
lidah atau tenggorokan.

Interaksi Obat
Beresiko lebih meningkatkan efek samping yang terjadi jika
dikonsumsi dengan obat-obatan seperti: Abiraterone Acetate,
Drospirenone, Bitter melon, Desogestrel, Rifampin, Dienogest,
Atorvastatin
5 Meglitinid
Kontraindikasi
Terdistribusi dalam air susu pada hewan uji

Efek Samping
Hipoglikemia dan gangguan saluran cerna. Reaksi alergi juga
pernah dilaporkan

Interaksi Obat
• Trimetoprim dapat meningkatkan efek hipoglikemik
Repaglinid-hindari penggunaan secara bersamaan;
trimetoprim kadang meningkatkan efek sulfonilurea
• Flukonazol dapat meningkatkan efek hipoglikemik nateglinid;
itrakonazol dapat meningkatkan efek hipoglikemik repaglinid
6 Inkretin Mimetik
Kontraindikasi
Penghambat DPP-4 dikontraindikasikan pada DM 1, ketoasidosis,
gangguan fungsi hati berat. Penggunaan pada wanita hamil
tidak direkomendasikan, walaupun data pada hewan tidak
menunjukkan efek teratogenik (risiko kehamilan kategori B).
Obat ini dieksresi mealui ASI sehingga penggunaan pada masa
laktasi tidak dianjurkan.

Efek Samping
Sitagliptin menimbulkan efek samping ringan berupa mual dan
gangguan saluran cerna ringan. Vildagliptin dilaporkan dapat
menyebabkan batuk dan nasofaringitis.

Interaksi Obat
• Sitagliptin
Penggunaan bersamaan dengan digoksin dapat menyebabkan
peningkatan kadar digoksin dalam darah, monitor efek digoksin ,
pada penggunaan bersamaan dengan insulin dilaporkan
hipoglikemia berat.
7 Penghambat DPP-4
Kontraindikasi
Hipersensitivitas, ketoasidosis diabetik

Efek Samping
Eksenatid umumnya menimbulkan efek samping ringan berupa
mual yang dapat berkurang setelah pemakaian beberapa lama.

Interaksi Obat
Eksenatid, obat ini meningkatkan sekresi insulin setelah
pemberian glukosa per oral dan menekan sekresi glukagon,
memperlambat pengosongan lambung dan mengurangi asupan
makanan. Penilitian in vitro dan in vivo pada hewan dilaporkan
bahwa dapat meningatkan poliferasi sel β pankreas.
“ Any Question?
TERIMA KASIH !

Anda mungkin juga menyukai