Anda di halaman 1dari 11

TATA LAKSANA TERAPI

Sasaran Terapi
Sasaran terapi pada pasien hipertiroid adalah menekan produksi hormon tiroid (obat
antitiroid) atau merusak jaringan kelenjar (dengan yodium radioaktif atau pengangkatan
kelenjar).

Penatalaksanaan Terapi Hipertiroid


Tata laksana terapi yang dapat digunakan untuk mengobati pasien hipertiroidisme adalah
sebagai berikut:

1. Obat Anti Tiroid


Tujuan utama penggunaan obat anti tiroid adalah untuk mencapai kondisi euthyroid
secepat mungkin dengan aman dan untuk mencapai remisi. Lama penggunaan obat anti tiroid
hingga mencapai remisi bervariasi antar pasien dan kesuksesan terapi sangat tergantung pada
kepatuhan pasien dalam menggunakan obat (Baskin et al, 2002).

1.1 Jenis Obat Anti Tiroid


Obat anti tiroid yang sering digunakan adalah propylthiouracil dan methimazole
(golongan thionamide). Keduanya memiliki mekanisme aksi yang sama namun memiliki
profil farmakokinetika yang berbeda dalam hal durasi, ikatan dengan albumin dan
lipofilisitas. Propylthiouracil dan methimazole dapat digunakan sebagai terapi tunggal pada
hipertiroidisme yang diakibatkan oleh Graves Disease maupun pada pasien yang akan
menerima terapi radioiodine dan tiroidektomi (Bahn et al, 2011). Pengobatan hipertiroidisme
kategori autoimun atau Graves’Disease, obat anti tiroid dapat mengembalikan fungsi tiroid
karena adanya sifat imunosupresan. Obat anti tiroid dapat memacu apoptosis limfosit intratiroid,
menekan ekspresi HLA kelas 2, sel T dan natural killer cells. (Bartalena, 2011).
1. Propylthiouracil
Propylthiouracil atau biasa disingkat PTU merupakan obat antitiroid golongan
thionamide. Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja enzim thyroid peroxidase dan
mencegah pengikatan iodine ke thyroglobulin sehingga mencegah produksi hormon tiroid.
Keuntungan propylthiouracil dibandingkan methimazole adalah propylthiouracil dosis tinggi
juga dapat mencegah konversi thyroxine (T4) menjadi bentuk aktif triiodothyronine (T3) di
perifer, sehingga merupakan terapi pilihan dalam badai tiroid atau peningkatan hormon tiroid
secara akut. Propylthiouracil yang digunakan secara per oral hampir sepenuhnya terabsorpsi
disaluran gastrointestinal, karena durasi kerjanya yang hanya 12 – 24 jam maka PTU harus
digunakan beberapa kali sehari (multiple dose).
Propylthiouracil tidak menjadi terapi lini pertama pada pengobatan hipertiroidisme
karena kepatuhan pasien yang rendah dan efek samping berat seperti hepatotoksik. Namun,
propylthiouracil merupakan obat pilihan pertama pada pasien hipertiroidisme yang sedang hamil
trimester pertama. Hal ini disebabkan sifat PTU yang kurang larut lemak dan ikatan dengan
albumin lebih besar menyebabkan obat yang akan transfer ke plasenta lebih kecil dibandingkan

methimazole
Gambar 1. Sediaan propylthiouracil yang beredar di pasaran

2. Methimazole
Methimazole atau MMI merupakan obat anti tiroid golongan thionamide yang
menjadi lini pertama pengobatan hipertiroidisme dan merupakan metabolit aktif dari
carbimazole. Carbimazole merupakan bentuk pro-drug dari methimazole. Di dalam tubuh
carbimazole akan diubah menjadi bentuk aktifnya methimazole dengan pemotongan gugus
samping karboksil pada saat metabolisme fase satu (Bahn et al, 2011). Mekanisme kerja
methimazole dalam mengobati hipertiroidisme sama seperti propylthiouracil yaitu
menghambat kerja enzim thyroid peroxidase dan mencegah pembentukan hormon tiroid
namun tidak memiliki efek mencegah konversi T4 ke T3. Obat ini digunakan secara per oral
dan hampir terabsorpsi sempurna di saluran cerna, karena durasi aksinya yang panjang
yaitu sekitar 40 jam, maka MMI cukup digunakan satu kali sehari (single dose).
Methimazole merupakan lini pertama pengobatan hipertiroidisme karena efek
samping yang relatif lebih rendah dari propylthiouracil, faktor kepatuhan pasien, serta
efektivitas yang lebih baik dibandingkan propylthiouracil (Bahn et al, 2011). Penggunaan
methimazole pada kehamilan terutama trimester pertama tidak direkomendasikan karena efek
teratogenik methimazole menyebabkan malformasi kongenital seperti aplasia cutis dan choanal
atresia. Sehingga pada pasien hipertiroidisme yang sedang hamil trimester pertama yang
sedang mengonsumsi methimazole perlu dilakukan penggantian terapi ke propylthiouracil.

Gambar 2. Sediaan methimazole yang beredar di pasaran

Obat Dosis awal (mg/hari) Pemeriksaan (mg/hari)


Durasi
Karbimatol 30 – 60 5 – 20
pengobatan
Metimazol 30 – 60 5 – 20
minimal 18 – 24
Propiltiourasil 300 – 600 50 – 200
bulan, bila tetap
terkendali dan stabil maka obat dapat dihentikan.

Metode Terapi Obat Anti Tiroid

1. Block and Replacement


Pada metode block and replacement pasien diberikan obat anti tiroid golongan
thionamide (propylthiouracil atau methimazole) dosis tinggi tanpa adanya penyesuaian
dosis bersamaan dengan levothyroxine dengan harapan dapat memberikan efek
imunosupresan yang maksimal. Levothyroxine ditujukan untuk mengganti kebutuhan
hormon tiroid yang dihambat oleh obat anti tiroid dosis tinggi. Metode ini memiliki
keuntungan berupa fluktuasi fungsi tiroid yang lebih terjaga dan durasi pengobatan yang
lebih pendek (6 bulan). Namun memiliki efek samping yang cukup besar seperti
agranulositosis.
2. Titrasi
Pada metode ini pemberian dosis disesuaikan dengan kondisi hipertiroidisme masing-
masing pasien. Dosis awal untuk methimazole 15 – 40 mg/hari (single dose) dan
dosis awal untuk propylthiouracil 300 – 400 mg/hari (multiple dose). Pemberian
obat anti tiroid dengan metode titrasi memberikan efikasi yang setara dengan metode
block and replacement namun dengan efek samping yang lebih kecil. Durasi pengobatan
yang dibutuhkan lebih lama dibandingkan dengan metode block and replacement yaitu
12 – 24 bulan dan perlu dilakukan kontrol rutin untuk mengetahui profil TSH dan
hormon tiroid darah untuk penyesuaian dosis.
3. Iodine Radioaktif
Iodine radioaktif atau RAI akan di uptake oleh kelenjar tiroid seperti iodine di
dalam tubuh. RAI mencegah sintesis hormon tiroid sehingga dapat menurunkan
kadar hormon tiroid yang berlebihan. Kontraindikasi : pasien hamil dan menyusui dan
kanker tiroid
Efek samping pada pengobatan ini adalah resiko hipotiroidisme lebih besar.

Tiroidektomi
Tiroidektomi merupakan prosedur pembedahan pada kelenjar tiroid. Metode terapi
ini merupakan pilihan bagi pasien yang kontraindikasi atau menolak pengobatan dengan
obat anti tiroid dan iodine radioaktif. Secara umum prosedur tiroidektomi dapat dibedakan
menjadi dua metode berikut.
1. Tiroidektomi total
Pada prosedur ini dilakukan pengangkatan seluruh bagian kelenjar tiroid. Hal ini
akan menyebabkan kondisi hipotiroidisme karena tidak adanya kelenjar yang
menghasilkan hormon tiroid lagi. Dengan demikian, pasien perlu mengonsumsi obat
pengganti hormon tiroid oral seumur hidup.
2. Tiroidektomi partial (lobekstomi)
Prosedur ini hanya dilakukan pengangkatan sebagian kelenjar tiroid. Kelebihan dari
prosedur ini adalah tubuh masih dapat memproduksi hormon tiroid sehingga tidak perlu
konsumsi obat pengganti hormon tiroid. Namun kelemahannya adalah adanya resiko
untuk kambuh lagi.
Efek samping dari prosedur ini adalah Hipoparatioroidisme. Hipoparatiroidisme
merupakan kondisi dimana hormon paratiroid tubuh kurang dari normal, manifestasi klinik
yang muncul berupa hipokalsemia dan hiperfosfatemia.

Pengobatan Tambahan
a. Beta-blocker

Beta-blocker atau penghambat beta adalah obat yang digunakan untuk mengatasi gejala
yang muncul akibat hipertiroidisme seperti hiperaktif, detak jantung cepat, dan tremor. Obat ini
tidak boleh dikonsumsi oleh penderita asma. Beta-blocker diberikan setelah produksi hormon
kelenjar tiroid bisa dikendalikan oleh thionamide. Efek samping yang paling umum akibat obat
ini adalah mual, kaki dan tangan menggigil, insomnia, dan selalu merasa lelah. Contoh :
propanolol.

DAFTAR PUSTAKA
Bahn, R.S., Burch, H.B., Cooper, D.S., Garber, J.R., Greenlee, M.C., Klein, Laurberg, P.,
McDougall, I.R., Montori, V.M., Rivkees, S.A., Ross, D.S., Sosa, J.A., dan Stan, M.N.
2011. Hyperthyroidism and Other Causes of Thyrotoxicosis: Management Guidelines of
The American Thyroid Association and American Association of Clinical
Endocrinologists. Endocr Pract. 17 (No.3)

Bartalena, L. 2011. Antithyroid Drugs. Thyroid International 2, 3–15.

Baskin, H.J., Cobin, R.H., Duick, D.S., Gharib, H., Guttler, R.B., Kaplan, M.M., dan Segal, R.L.
2002. American Association of Clinical Endocrinologists Medical Guidelines for Clinical
Practice for the Evaluation and Treatment of Hyperthyroidism and Hypothyroidism.
Endocr Pract 8(No.6), 457–469.

Dipiro, J.T..2009. Pharmacoterapy Handbook 7th editioan. Mc Graw Hill. New York. Hal 227-
234.

STUDI KASUS
Kasus Hipertiroid
Ny. Siti (46 tahun) seorang pedagang datang ke RS. Hermina dengan keluhan utama sesak
napas secara tiba-tiba. Sebelumnya tidak pernah merasakan hal yang sama. Sesak napasnya
dirasakan ketika pasien berjalan sekitar 200 meter dan ketika pasien berjalan ke ketinggian
(seperti menaiki anak tangga). Selain itu pasien juga merasa nyeri seperti ditusuk-tusuk pada
dada sebelah kiri ketika bernafas namun tidak menjalar dan dirasakan semakin memberat jika
dibuat bernafas atau berubah posisi.
Pasien juga sering merasa berdebar-debar tanpa didahului perasaan yang tidak enak atau
sebagainya. Pasien juga sering berkeringat walau tidak berada dibawah sinar matahari maupun
saat bekerja (saat beristirehat). Jika diminta untuk memilih antara suhu panas dan dingin, pasien
lebih memilih suhu yang dingin karena merasa lebih nyaman. Pasien juga mengalami penurunan
berat badan sedangkan nafsu makan meningkat dan pasien sering merasa cepat lapar. Pasien juga
sering merasa lemas dan sedikit gemetar di daerah jari kedua tangan. Pasien juga mengeluhkan
merasa sangat mudah lelah walau hanya melakukan aktivitas yang sangat sederhana dan ringan.
Pasien juga sudah tidak mengalami menstruasi lagi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/80 mmHg, denyut nadi 122 kali/menit
dan suhu tubuh 38∘C. Pada daerah leher didapatkan pembesaran kelenjar tiroid dengan ukuran
3x2x5cm. Selain itu, pada pasien ini juga didapatkan tremor halus.
Dari pemeriksaan hasil laboratorium didapatkan :
1. Peningkatan T3 (2,56ng/mL)
2. Peningkatan T4 bebas (5.00ng/dL)w
3. Peningkatan Total T4 (15.2 mcg/dl)
4. Penurunan hasil TSH (0.018µIU/mL)
5. Berdasarkan EKG didapatkan Sinus Takikardia

Pasien didiagnosis mengalami hipertiroid. Pasien diberi Methimazol 30 mg per hari sebagai
dosis awal selama 6 bulan. Pengobatan dilakukan selama 1 tahun, dosis penjagaan ( 5 mg-15 mg
per hari ) dapat dilakukan sewaktu – waktu tergantung kondisi pasien.

Subjective
Nama klien : Ny. Siti
Umur : 46 Tahun
Pekerjaan : Pedagang
Merasakan:
1. Sesak nafas
Pasien hipertiroid akan mengalami kenaikan curah jantung dan konsumsi oksigen
pada saat maupun setelah melakukan aktivitas. Selain itu kapasitas vital pada penderita
hipertiroid akan menurun disertai dengan gangguan sirkulasi dan ventilasi paru

2. Gelisah atau berdebar tanpa ada sebab


Disebabkan oleh sekresi hormon tiroid yang berlebih

3. Nyeri di dada kiri


Pada penderita hipertiroid, terjadi peningkatan jumlah dan affinitas dari reseptor beta
adrenergik. Hal akan mengakibatkan peningkatan kerja otot jantung sehingga denyut
jantung meningkat bersamaan dengan meningkatnya cardiac output

4. Sering merasa lapar


Pada hipertiroid terjadi trakikardi yang menyebabkan meningkatnya aktivitas
gastrointestinal. Selain itu T3 dan T4 merangsang proses glukoneogenesis dan
glikogenesis. Glukoneogenesis menyebabkan massa otot menurun dan kelemahan

5. Mudah lelah
Dikarenakan adanya hipermetabolisme

6. Tidak tahan akan udara panas


Adanya kelebihan hormon tiroid yang bersifat kalorigenik menyebakan tubuh
mengakumulasi panas

7. Tremor halus
Mekanisme kontraksi otot perifer umumnya dikontrol lewat serebelum dan ganglion
basalis. Namun pada pasien hipertiroid, terjadi rangsangan berlebihan terhadap ganglion
basalis. Oleh karena itu, pada otot yang ada di ekstremitas terjadi kontraksi berlebih saat
ada kegiatan yang akan mengakibatkan tremor
Objektive
Parameter Nilai Lab Rentang Normal Keterangan
Tekanan darah 160/80 mmHg <140/90 mmHg Tinggi
Denyut Nadi 122 kali/menit 60-100 kali/menit Tinggi
Suhu Tubuh 38∘C 36,1-37,5 Tinggi
Kelenjar Tiroid Pembengkakkan Ukuran Normal Abnormal
T3 256 ng/dL 70 -190 ng/dl Tinggi
T4 Bebas 5.00 ng/dL 0.7 – 1.55 ng/dl Tinggi
Total T4 15.2 mcg/dl 4.5 – 10.9 mcg/dl Tinggi
TSH 0.018µIU/mL 0,4 – 5,0 µIU/ml Rendah
EKG sinus Takikardia Normal Abnormal

Assessment
Diagnosa hipertiroid dan pemberian obat anti tiroid sudah benar, diagnosa ini dikuatkan
dengan Indeks Wayne. Indeks Wayne sendiri merupakan suatu checklist yang berisi ada atau
tidaknya gejala-gejala, seperti palpitasi, mudah lelah, berat badan turun, dan lain-lain dengan
score No. Gejala yang timbul dan atau Nilai Checklist tersendiri untuk masing-
bertambah berat
masing gejala. Seorang
1 Sesak saat kerja +1  pasien didiagnosis
2 Berdebar +2  menderita hipertiroid

3 Kelelahan +3  apabila score Indeks Wayne


≥20. Di bawah ini telah
4 Suka udara panas -5 -
dilampirkan Indeks Wayne.
5 Suka udara dingin +5 

6 Keringat berlebih +3 -

7 Gugup +2 -

8 Nafsu makan naik +3 

9 Nafsu makan turun -3 -

10 Berat badan naik -3 -

11 Berat badan turun +3 


No Tanda Ada Tidak Checklist

1 Tyroid teraba +3 -3 

2 Bising tiroyd +2 -2 -

3 Exoptalmus +2 - -

4 Kelopak mata tertinggal gerak bola +1 - -


mata Total
Score : 5 Hiperkinetik +4 -2 - 24

6 Tremor jari +1 - 

7 Tangan panas +2 -2 -

8 Tangan basah +1 -1 -

9 Fibrilasi atrial +4 - -

10 Nadi teratur
<80 kali/menit - -3
80-90 kali/menit - -
>90 kali/menit +3 - 

Hipertiroid : ≥20
Eutiroid : 11-18
Hipotiroid: <11
Pasien di diagnosa mengalami hipertiroid

Plan
Pengobatan Non Farmakologi :
 Hindari rokok, kopi dan alkohol
 Konsumsi kalsium dan vitamin yang cukup
 Istirahat yang cukup
 Kurangi stres
 Tiroidektomi dilakukan jika pengobatan dengan obat anti tiroid tidak
berhasil

Pengobatan Farmakologi :
1. Obat anti tiroid
Memberikan obat anti tiroid lini pertama yaitu Methimazole. Dipilihnya
Methimazole karena faktor efek samping yang lebih ringan dibanding Propylthiouracil.
Mekanisme dari MMI adalah menghambat kerja enzim thyroid peroxidase dan
mencegah pembentukan hormon tiroid

2. Beta-blocker
Digunakannya obat ini untuk mengurangi gejala adrenergik seperti trremor, gemetar,
gelisah, dan lain sebagainya.
Misalnya : propanolol dan nadolol

3. Antipiuretik
Penambahan parasetamol untuk mengatasi demam pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai