Anda di halaman 1dari 31

Kelas B 2018

Terapi Penyakit
Tiroid
Anggota Kelompok
Kevin Aprilio 260110180087
M. Lukman N.H. 260110180096
Nabilah Azka N. 260110180106
Annisa N.R. 260110180108
Taqiyyah Q. 260110180109
Aulia Nur Assyifa P. 260110180110
Aisha Salsabila 260110180117
M. Fikri Satria P. 260110180134
Alifia Bintang A. 260110180149
Ivanna F.K. 260110180154
Lesti Bidawau B. 260110187002
TERAPI
NODUL GONDOK
Nodul Jinak
1. Tanpa treatment, tapi harus terus dipantau
Jika biopsi menunjukkan bahwa nodul tiroid non-kanker biasanya tidak
dilakkan operasi tetapi dilakukan pemeriksaan fisik dan tes fungsi tiroid secara
berkala, termasuk USG .
Jika bintil tumbuh lebih besar, harus dilakukan biopsi dan jika nodul tiroid jinak
tetap tidak berubah, mungkin tidak memerlukan pengobatan.
jika ditemukan asupan makanan yang kurang, maka bisa diberi suplemen
harian (mengandung 150 lg yodium) dianjurkan
(Haugen et.al., 2016).
(ATA, 2017).
Nodul Jinak
2. Terapi hormon tiroid.
Jika tes fungsi tiroid ditemukan kelenjar tidak menghasilkan cukup hormon
tiroid, maka direkomendasikan terapi hormon tiroid.
Seperti menggunakan levothyroxine pada kasus hipotiroid

3. Operasi.
Jika ukurannya sangat besar (lebih dari 4 cm) sehingga membuat sulit
bernapas atau menelan, dapat dipertimbangkan pembedahan, terutama bila
gondok menyempitkan saluran udara, kerongkongan, atau pembuluh darah.
Nodul yang didiagnosis tidak pasti atau mencurigakan melalui biopsi juga
membutuhkan operasi pengangkatan, sehingga dapat diperiksa tanda-tanda
kankernya.
(Haugen et.al., 2016).
Nodul Cancerous
1. Observasi
Pengamatan meliputi pemantauan ultrasound dan melakukan tes darah.Dari
hasil observasi ini, dapat diputuskan apakah dijalani operasi atau tidak.

2. Ablasi alkohol.
Melibatkan penyuntikan sejumlah kecil alkohol ke dalam nodul tiroid yang
bersifat kanker untuk menghancurkannya. Selain itu ada juga percutanous
ethanol injection (PEI) menginjeksikan ethanol untuk nodul tiroid jinak.
(Haugen et.al., 2016).
Nodul Cancerous
3. Operasi.
Dengan mengangkat setengah dari tiroid pada beberapa kasus nodul
kanker. Selain itu, ada tiroidektomi hampir total dimana diambil sesuai
dengan besarnya nodul

Risiko: kerusakan pada saraf yang mengontrol pita suara, kerusakan


pada kelenjar paratiroid
Setelah operasi tiroid, harus terapi dengan levothyroxine untuk
memasok tubuh dengan hormon tiroid.
(Haugen et.al., 2016).
TERAPI
HIPOTIROID
Tujuan Terapi
Hipotiroid
Mengembalikan konsentrasi hormon tiroid dalam
jaringan, meredakan gejala, mencegah defisit
neurologis pada bayi yang baru lahir dan anak-anak,
serta membalikkan kelainan yang disebabkan oleh
biokimia hipotiroidisme (Dipiro, et. al., 2015).
TERAPI
FARMAKOLO
GI
1. Thyroid USP
Levothyroxine
Liothyronine
Liotrix
(Dipiro, et. al., 2017)
THYROID USP

● Mekanisme Kerja : Bekerja dengan menggantikan atau menyediakan lebih


banyak hormon tiroid (T3 dan T4) dan meningkatkan tingkat metabolisme
basal.
● Dosis : Dosis awal 30 atau 32.5 mg/hari
● Efek samping : Muntah, diare, sakit kepala, gatal-gatal, sulit bernapas,
pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan dan rambut
rontok sementara.
● Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap hormon tiroid, tirotoksikosis,
dan insufisiensi adrenal.
(Medscape, 2020).
LEVOTHYROXINE

● Levothyroxine (L-thyroxine, T4) merupakan obat untuk menggantikan hormon tiroid dan merupakan terapi
penekan karena secara kimiawi stabil, relatif murah, aktif jika diberikan secara oral.

● Pada pasien dengan penyakit jangka panjang dan pada orang tua tanpa penyakit jantung yang diketahui, dosis
awal levotiroksin dimulai dengan 50 mcg setiap hari dan akan ditingkatkan setelah 1 bulan.

● Pada pasien usia lanjut dengan penyakit jantung yang diketahui, dosis awal yang direkomendasikan yaitu 25
mcg / hari dengan peningkatan 25 mcg setiap bulan untuk mencegah stres pada sistem kardiovaskular.

● Pada orang dewasa dosis pemeliharaan rata – ratanya yaitu ~ 125 mcg / hari, namun ada berbagai macam dosis
pengganti yang memerlukan terapi individual dan pemantauan TSH yang tepat untuk menentukan dosis yang
tepat.
(Dipiro, et.al., 2017)
LEVOTHYROXINE

● Mekanisme Kerja: Bertindak sebagai levo-isomer dari hormon tiroksin(T4) dan menggantikan kerja
hormon tiroksin seperti terurai menjadi T3, meningkatkan laju metabolisme, dan menurunkan produksi
hormon perangsang tiroid (TSH) dari lobus anterior kelenjar pituitari (NCBI, 2020).
● Dosis : 1.7 mcg/kg atau 100-125 mcg per hari; tidak melebihi 300 mcg/hari

● Efek samping : Sakit kepala, demam, diare, takikardia, intoleransi panas, kram, dan insomnia.

● Kontraindikasi : Hipersensitif thd hormon tiroid, tirotoksikosis, insufisiensi adrenal, pengobatan obesitas
atau infertilitas.
(Medscape, 2020).
LIOTHYRONINE

● Liothyronine (sintetis T3) memiliki potensi yang cukup baik tetapi memiliki efek
samping yang tinggi terhadap jantung, biaya yang lebih mahal, dan sulit
dilakukan pemantauan dengan tes laboratorium secara konvensional (Dipiro, et.
al., 2015).
● Mekanisme Kerja: Liothyronine menggantikan hormon tiroid endogen
kemudian memberikan efek fisiologis dengan mengontrol transkripsi DNA dan
sintesis protein. Efek pada DNA ini diperoleh dengan pengikatan liothyronine ke
reseptor tiroid yang melekat pada DNA → meningkatkan pengeluaran energi,
mempercepat laju oksidasi sel yang akan merangsang pertumbuhan, pematangan,
dan metabolisme jaringan tubuh, dan pengembangan proses sinaptik dalam
sistem saraf serta meningkatkan metabolisme karbohidrat dan protein
(Drugbank, 2020).
LIOTHYRONINE

● Dosis: Inisial: 25 mcg/day PO (tidak melebihi 100mcg/day) ; Maintenance: 25-


75 mcg/day PO.
● Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap hormon tiroid, pengobatan obesitas atau
infertilitas.
● Efek Samping: Takikardia, hipotensi, gagal jantung kongestif, demam.
● Peringatan: Perlu diperhatikan pada penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus,
hipopituarisme. Lakukan penilaian status tiroid secara berkala saat digunakan
sebagai pengganti tiroid. Pasien Myexedematous sangat sensitif terhadap hormon
tiroid; mulai dengan dosis yang sangat rendah.

(Medscape, 2016).
LIOTRIX

● Liotrix (sintetis T4:T3 dalam rasio 4: 1) secara kimiawi stabil, murni, dan
memiliki potensi yang dapat diprediksi tetapi memiliki harga yang mahal. Selain
itu, 35% dari T4 dalam liotrix diubah menjadi T3 secara periferal yang
menyebabkan kurangnya dalam hal terapeutik (Dipiro, et. al., 2015).
● Mekanisme Kerja: Hormon tiroid alami; meningkatkan laju metabolisme basal,
meningkatkan pemanfaatan dan mobilisasi penyimpanan glikogen,
meningkatkan glukoneogenesis (Medscape, 2019).
● Efek Samping: Aritmia, nyeri dada, jantung berdebar, gelisah, urtikaria,
insomnia, takikardia, penurunan berat badan, diare (Medscape, 2019).
LIOTRIX

● Dosis: Inisial: 1 tab Tirolar 1/2 / day ; Maintenance: 1 tab Tirolar 1-1 tab Tirolar
2/day. Sesuaikan dosis dalam 4 minggu pertama terapi setelah evaluasi laboratorium
klinis yang tepat di mana kadar serum T4 terikat dan TSH bebas diukur. Berikan
sebelum sarapan.
● Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap hormon tiroid, myocardial infarction (MI)
akut tanpa komplikasi hipotiroidisme, tirotoksikosis yang tidak diobati, insufisiensi
adrenal yang tidak diobati, dan pengobatan obesitas.
● Peringatan: Perlu diperhatikan pada penyakit kardiovaskuler, hipertensi, gangguan
endokrin, insufisiensi adrenal (dapat memperburuk gejala), miksedema (gejala dapat
menjadi berlebihan atau diperburuk).

(Medscape, 2019).
Non Farmakologi
➢ Tiroidektomi (Operasi pengangkatan kelenjar tiroid)
-Total
-Lobektomi/hemitiroidektomi
-Subtotal
-Istmusektomi

Catatan :
➢ Jika ingin operasi maka diberikan PTU/MMI sampai kondisi
eutiroid.
➢ Tambah iodida (sebelum operasi)
➢ Propanolol (setelah operasi)
(Dipiro et al., 2015).
Monitoring
➢ Periksa setiap bulan (rutin) sampai kondisi eutiroid
➢ Lakukan pemantauan klinis (tirotoksikosis)
➢ Lihat kondisi T4 dan TSH Pasien

(Dipiro et al., 2015).


TERAPI
HIPERTIROID
TERAPI
FARMAKOLO
GI
1. Thionamide
Iodides

(Dipiro, et. al., 2015)


THIONAMIDE
PTU & METHIMAZOLE

● Mekanisme Kerja : Mencegah sintesis hormon tiroid dengan menginhibisi sistem enzim
peroksidase di kelenjar tiroid, sehingga mencegah oksidasi iodida yang terperangkap dan
pengikatan ke iodotirosin, terutama iodotironin (reaksi organifikasi); dan menginhibisi
pengikatan MIT dan DIT untuk membentuk T4 dan T3. PTU (tidak termasuk methimazole) juga
menginhibisi konversi T4 ke T3.
● Dosis : PTU → 300-600 mg per hari (dalam tiga atau empat dosis terbagi); Methimazole →
30-60 mg per hari (dalam tiga dosis terbagi).
● Efek samping : ruam maculopapular gatal, artralgia, demam, leukopenia, agranulositosis, dll.
● Peringatan : PTU memiliki resiko tinggi untuk memberi efek hepatotoksik, sehingga tidak
disarankan untuk dijadikan terapi first line bagi hipertiroid.
(Dipiro et al., 2015).
IODIDES
● Mekanisme Kerja : mencegah pelepasan hormon tiroid, inhibisi biosintesis hormon tiroid dengan
mengganggu kerjanya oleh penggunaan iodida intratiroidal, dan mengurangi ukuran dan vaskularitas
kelenjar.
● Dosis : Potassium iodida → larutan jenuh SSKI 38 mg iodida per drop; larutan Lugol → 6.3 mg iodida per
drop. Dosis awal SSKI → 3-10 drop per hari (120-400 mg) dalam air atau jus. Untuk operasi, diberikan 7-
14 hari sebelum operasi.
● Efek samping : reaksi hipersensitivitas (ruam, demam, rhinitis, konjungtivitas), pembengkakan kelenjar
saliva, iodism (rasa metalik, mulut dan tenggorokan terbakar, sakit gigi dan gusi, gejala flu, sakit perut dan
diare), dan ginekomastia.
● Peringatan : SSKI jangan digunakan sebelum terapi RAI (radioactive iodine), namun 3-7 hari setelah
penggunaan RAI agar terapi RAI dapat berkonsentrasi dalam tiroid.

(Dipiro et al, 2015).


Radioactive Iodine

Terapi dengan iodin radioaktif berguna untuk membunuh sel-sel yang


terdapat dalam kelenjar tiroid. Dengan begitu, pasien akan mencapai
euthyroid atau hypothyroid.

(DiPiro et al., 2017)


TATALAKSANA

ANTI-THYROID PEMBEDAHAN/RAI

01 DRUGS
Penghambatan sintesis
dan sekresi hormon tiroid 02 Penghancuran atau
pengurangan massa
jaringan tiroid

BETA-BLOCKER

03 Minimalisasi efek
hormon tiroid pada
jaringan perifer
(The Indonesian Society of
Endocrinology, 2012)
RADIOACTIVE IODINE
Tujuan terapi RAI: menghancurkan sel tiroid yang overaktif dan pada dosis tunggal 4000-8000 rad (40–80 Gy)
berhasil mengembalikan kondisi eutiroid pada 60% pasien dalam 6 bulan. Dosis kedua RAI dapat diberikan 6
bulan setelah terapi RAI pertama jika pasien masih tetap hipertiroid.
Mekanisme: NaI-131 berbentuk sediaan oral cair bekerja pada tiroid dan menghambat sintesis hormon dengan
berikatan dengan hormon tiroid dan tiroglobulin.
Kontraindikasi: Kehamilan (radiasi dapat sampai ke jaringan janin)
Peringatan: Diperlukan terapi tambahan β-Blockers selama terapi RAI berjalan. Jika menggunakan terapi
iodida, iodida diberikan 3-7 hari setelah RAI untuk mencegah gangguan absorpsi RAI pada kelenjar tiroid.
Penggunaan obat antitiroid segera setelah RAI beresiko tinggi menimbulkan post-treatment recurrence atau
hipertiroid persisten. Penggunaan litium sebagai terapi tambahan juga berguna dalam meningkatkan laju
kesembuhan, mempercepat penyembuhan dan mencegah peningkatan kadar hormon tiroid post treatment.
Efek samping: Hipotiroid dapat muncul beberapa bulan atau tahun setelah RAI. ES jangka pendek akut:
disfagia dan mild thyroidal tenderness.
(Dipiro, et.al., 2017)
ADRENERGIC BLOCKERS
Indikasi: β-Blockers digunakan untuk memperbaiki gejala (palpitasi, anxiety, tremor, dan intoleransi
panas).
Mekanisme: β-Blockers tidak memiliki efek terhadap tirotoksikosis atau metabolisme dan tidak
mengurangi TSAb ataupun mencegah thyroid storm. Propranolol dan nadolol dapat memblok
perubahan T4 menjadi T3 namun efeknya sangat kecil.
β-Blockers biasanya digunakan sebagai terapi tambahan bersama dengan obat antitiroid, RAI, atau
iodida dalam pengobatan Graves Disease atau pada gondok. β-blockers digunakan sebagai terapi
primer hanya pada kondisi tirotoksikosis yang berkaitan dengan tiroiditis.
Kontraindikasi: gagal jantung, sinus bradycardia, terapi berkelanjutan dengan inhibitor monoamine
oksidase (MAOi) atau antidepresan trisiklik (TCAs), serta pasien dengan hipoglikemia yang spontan
Efek samping: mual muntah, insomnia, pusing atau lightheadedness, bradikardia, dan gangguan pada
pembentukan darah.

(Dipiro, et.al., 2017)


TIROIDEKTOMI/PEMBEDAAN
PERTIMBANGAN

Operasi tiroidektomi perlu dilakukan hanya pada pasien dengan dosis pemberian antitiroid yang sangat
besar (PTU >600 mg), alergi obat anti-tiroid, pasien tidak taat berobat, dan struma sangat besar (>80g).
Ophalmophaty parah, remisi obat anti tiroid ( Dipiro, et al 2017)

PERSIAPAN

Pemberian PTU atau MMI sampai pasien mencapai keadaan eutiroid (6-8 minggu), diikuti pemberian
iodida (500 mg/hari) untuk mengurangi vaskularisasi dalam kelenjar. Pemberan Levitiroksn juga dapat
diberikan untuk mengontrol keadaan eutiroid,

PASCA OPERASI

Pemberian propanalol sekitar 7-10 hari untuk mengatur detak jantung abnormal, dapat pula diberikan
kombinasi propanolol dan kalium iodida selama 10-14 hari.

(Dipiro et al, 2017)


EVALUASI
TERAPI
Setelah penggantian T4 dimulai, tujuannya
Setelah terapi (thionamides, RAI, adalah untuk mempertahankan tingkat T4
atau pembedahan) untuk bebas dan konsentrasi TSH dalam kisaran
hipertiroidisme dimulai, evaluasi normal. Setelah dosis T4 yang stabil
pasien dilakukan setiap bulan teridentifikasi, pantau pasien setiap 6
hingga mencapai kondisi eutiroid. sampai 12 bulan.

Kaji tanda klinis tirotoksikosis


yang berlanjut atau perkembangan
hipotiroidisme.
(Dipiro et al., 2015)
DAFTAR PUSTAKA
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V. 2015. Pharmacotherapy
Handbook, 9th Edition. New York: McGraw-Hill Education
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V. 2017. Pharmacotherapy
Handbook, 10th Edition. New York: McGraw-Hill Education.
Drugbank. 2020. Liothyronine. Tersedia secara online di
https://go.drugbank.com/drugs/DB00279 [Diakses pada 27 September 2020].
Haugen, B. R., Alexander, E. K., Bible, K. C., Doherty, G. M., Mandel, S. J., Nikiforov,
Y. E., ... & Schuff, K. G. (2016). 2015 American Thyroid Association management
guidelines for adult patients with thyroid nodules and differentiated thyroid cancer:
the American Thyroid Association guidelines task force on thyroid nodules and
differentiated thyroid cancer. Thyroid. 26(1) : 1-133.
Medscape. 2016. Liothyronine (Rx). Tersedia secara online di
https://reference.medscape.com/drug/cytomel-triostat-liothyronine-342733#0
[Diakses pada 27 September 2020].
 
DAFTAR PUSTAKA
Medscape. 2019. Liotrix (Rx). Tersedia secara online di
https://reference.medscape.com/drug/thyrolar-liotrix-342737#0 [Diakses pada 27
September 2020].
Medscape. 2020. Armour Thyroid. Tersedia secara online di
https://reference.medscape.com/drug/armour-thyroid-thyroid-usp-thyroid-desiccat
ed-342736#0
[Diakses pada tanggal 28 September 2020].
Medscape. 2020. Armour Thyroid. Tersedia secara online di
https://reference.medscape.com/drug/synthroid-levoxyl-levothyroxine-342732#5
[Diakses pada tanggal 28 September 2020].
NCBI. 2020. Levothyroxin. Tersedia secara online di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539808/#:~:text=Mechanism%20of%20A
ction,Levothyroxine%20(T4)%20is&text=Normally%2C%20the%20hypothalamus
%20secretes%20thyrotropin,L%2Dtriiodothyronine%20(T3)
[Diakses pada tanggal 26 September 2020]
The Indonesian Society of Endocrinology. 2012. Indonesia Clinical Practice Guideline
for Thyroidism. Journal of The Asean Federation of Endocrine Societies. 27 (1) :
34-39.

Anda mungkin juga menyukai