Anda di halaman 1dari 19

&

Faktor yang mempengaruhi liberasi (disintegrasi) MEMBRAN BIOLOGIS


Liberasi atau disintegrasi merupakan proses Struktur:
pelepasan zat aktif dari bentuk sediaan.  Terdiri dari lipid bilayer dimana bagian
 Faktor fisikokimia luarnya bersifat hidrofilik (polar) dan
 Kelarutan bagian dalamnya bersifat hidrofobik (non-
 Tingkat pKa/pKb/pH polar).
 Ukuran partikel  Terdapat protein integral yang ditemukan
 Polaritas 1956 dan ada kolestrol
 Polimorfisme  Tebal membrane 70-100 amstrong
 Rute pemberian  Mengandung pori pori 10%
 Faktor formulasi  Protein integral berfungsi sebagai kanal
 Bentuk sediaan untuk memfasilitasi zat menembus
Faktor yang mempengaruhi disolusi membrane
 Faktor fisika  Permeable karna bersifat seperti cairan
 Pengadukan : berpengaruh pada
kecepatan disolusi yang terkontrol
dengan difusi dan ketebalan dari lapisan
difusi diketahui berbanding terbalik pada
kecepatan pengadukan
 Suhu : suhu semakin tinggi maka akan
semakin banyak zat aktif yang larut
 Medium dari kelarutan : harus tidak jenuh
obat (contoh cairan lambung yang
sudaah diencerkan)
 Tempat/wadah : berkaitan dengan ukuran
serta bentuk, (contoh : untuk melihat
disolusi obat yang sangat tidak larut butuh
wadah dengan kapasitas yang besar)
 Faktor fisikokimia
 Kelarutan dari obat yang diuji
 Bentuk kristal
 pH
TRANSPORT PASIF
 Faktor Formulasi
Tidak membutuhkan energy (ATP)
 Bentuk sediaan
 Difusi sederhana
 Cara pembuatan
Pergerakan molekul dari konsentrasi/densitas
PERJALANAN OBAT
tinggi  rendah. Kalau konsentrasi seimbang
transport berhenti

Faktor yang memengaruhi kecepatan difusi:


 Perbedaan konsentrasi
 Temperature  Endositosis
 Muatan  Fagositosis
 Diameter molekul yg berdifusi Membentuk pseudopods lalu memakan
 Difusi terfasilitasi zat padat disekitar nya  fusi membentuk
Difusi menggunakan protein transport tertentu, vesikel
dimana protein tersebut akan berubah
konformasi sehingga molekul bisa melewati
protein tersebut.

 Pinositosis
 Osmosis Sama kaya fagositosis tapi zat yang
Pergerakan molekul dari konsentrasi tinggi ke diambil berbentuk fluida
konsentrasi rendah, yang berpindah bukan
molekul zatnya tetapi air nya (pergerakan air). Air
pada kondisi hipotonis akan bergerak ke 
hipertonis. Kalau konsentrasi seimbang
(equilibrium, transport berhenti.

 Receptor mediated
Pada membrane terdapat pit yang
didalamnya ada reseptor tertentu yang
akan berikatan dengan zat tertentu

TRANSPORT AKTIF
Pergerakan yang melawan gradient konsentrasi
sehingga dibutuhkan energy (ATP)
 Ion pumps/electrogenic pumps
Transport ion yang terjadi karena gredien
ionic/voltage
DISKUSI
Hukum Fick:
Fluks= tetepan permeabilitas (Cd-Ca)
Fluks=
Cd= conc donor
Ca= conc akseptor
D= koef. Distribusi
A=luar membrane
∆x = tebal membrane
 Cotransport
Transport berpasangan dua molekul melalui
Persamaan Henderson hasselbalch
membrane
(1) hydrogen di pompa keluar sel (ion pump) 
mengubah kesetimbangan (2) sukrosa masuk ke
dalam sel

Contoh soal:
Asam salisilat, pKa= 3. Lebih banyak diserap di
lambung 9pH=2)/usus 9pH=6)?
Lambung: Tapi secara fisiologis di usus lebih banyak diserap
Karen luas penyerapan usus lebih besar dari luar
permukaan tempat penyerapan dilambung.
Sehingga walupun bentuk tak terionkan lebih
banyak di lambung tapi hasil total penyerapan
1/10  tak terionisasi lebih banyak dari pada
lebih banyak di usus. Sehingga term and codition
yang terionisasi sehingga lebih mudah diserap
persamaan Henderson hasselbalch: kondisi
Usus:
lingkungan harus sama perbandingannya

1000/1  molekul terionisasi lebih banyak

Biofarmasetik adalah ilmu Profil kronologis mediator aktif di biofase-karena


Biofarmasi tidak termasuk dalam biologi farmasi intensitas, waktu,laten, famakologi, biokimiawi-
(yang membelajari tumbuhan) menghasilkan respon klinik

Sejarah FAKTOR FISIOPATOLOGIS yang berpengaruh pada


fd dan fk menurut wagner
1960 (G.Levy) ditemukan biofarmasi
Keturunan, jenis kelamin, umur, morfologi,
1961 menjadi nama mata kuliah si UCSP
farmakokinetik, kronofarmakologi, posisi tubuh,
1973 publikasi review artikel yang membahas aktivitas relative, keadaan gizi, kehamilan,
tentang absorbsi dari drug delivery menopause, suhu, ph air kemih, aliran air kemih,
PENDAHULUAN aliran darah, lingkungan, patologi, efek non
spesifik, placebo
Disiplin ilmu persilangan antara produk oriented
dan patient oriented PARAMETER FARMAKODINAMIK menurut wagner

Farmasetika: studi formulasi sediaan Efek farmakologi(kimiawi): dipengaruhi oleh


parameter farmakologi. Parameter farmakologi
Farmakodinamik, kinetik: studi in vivo (ADME)
terdiri dari kosentrasi dalam biofase, interaksi
Biofarmasetika: predisposisi-BABE bahan aktif dengan reseptor, fenomena
OBAT DAN RESPON KLINIK kompetitif, mekanisme kerja, aksi kimia adalam
Farmasetika: mutu (melalui uji in vitro), keamanan, tubuh, toksikologi
dan kenyamanan pengguna Contoh: turunnya tekanan darah, naiknya suhu
Efek klinis dari suatu obat harus masuk kedalam tubuh
efek terapeutik tidak boleh sampai toxic Efek klinik (manifestasi): dipengaruhi oleh
Obat didistribusikan berdasarkan parameter klinik seperti keadaan lingkungan, efek
kompartemennya masing asing psikologis, ketetapan diagnose, penyakit yang
diderita, remisi spontan, dan interaksi obat
Efek samping: obat bekerja pada bukan
targetnya Contoh: : gelisah, kejang, tidak nyaman

FASE PERJALANAN OBAT (factor penentu aktivitas FARMAKOKINETIK


obat) Fase farmakokinetik (fase aqueous): jaringan,
Fase biofarmasetik-farmakokinetik- protein plasma, tempat pemberian, metabolism
farmakodinamik dan eksresi, biofase aktif

Obat- disintergrasi- absorbsi Parameter farmakokinetik:

FARMAKODINAMIK  Absorbsi (pre disposisi)


 Disposisi (penerapan obat dalam tubuh)
 Konsentrasi pada biofase
Disposisi dibagi menjadi: Bioavabilitas: kecepatan dari absorbsi obat
1. Distribusi (penyebaran) Dosis bioavabilitas: bagian dari dosis yang di
- Volume penyebaran administrasikan dari suatu obat yang bisa
- Diksasi pada protein plasma mencapai ke saluran sistemik
- Fiksasi pada jaringan Plasma level time curve:
- Gerakan transmembrane
- pH jaringan/plasma
- Situs (empedu, saliva)
2. Ekskresi (pengeluaran)
- Air kemih
- Filtrasi glomelutus
- Ekskresi akut tubulus
- Reabsorbsi pasif tubulus
- Empedu, feses Cara membuat kurva:
- Kulit, alat pernapasan Melakukan sampling darah dengan rentang
3. Metabolisme waktu tertentu lalu di analisis kandungan obat
- Proses kimia perubahan hayati dalam darah lalu masukan datanya
- Situs: lemak
Konsentrasi obat dari tiap sampel di plot sesui
- Kecepatan dengan waktunya
- Kapasitas system enzim substrar
Grafik farmakokinetik
- Kompetisis
- Inhibisi Yang penting:
- Simulasi - Auc: menunjukan rate absorbsi obat
Distribusi menentukan obat akan pergi kemana - Rate: kecepatan obat
saja, semakin tinggi distribusi maka semakin - T maks: waktu maksimal
tersebar dalam tubuh, semakin meninggalkan
darah dan masuk ke kompartemen tepi
Tinggi absorbsi eliminasi menurun
Semakin cepat metabolism semakin rendah
bioavabilitas
ADME: singkatan farmakokinetik, pengaruh obat
terhadap tubuh
Farmakokinetik: studi dan karakteristik dari waktu
(kinetic) dari adme obat
Absorbsi: obat masuk Grafik farmakodinamik

Distribusi (plasma protein): disperse obat ke


cairan tubuh dan jaringan
Metabolisme (sitokrom p450., enzim) :
transformasi irreversible senyawa utama menjadi
metabolitnya
Ekskresi: eliminasi dari tubuh

Parameter performa dari suatu obat:


- Minimum effective concentration (MEC)
Dosis minimun dari suatu obat agar bisa
mencapai reseptor dan menimbulkan
efek
- Minimum toxic concentrartion (MTC)
Konsentrasi obat
- Waktu onset Terjadi setelah pelepasan (liberasi) zat aktif ketika
Waktu yang dibutuhkan oleh obat untuk kontak dengan medium dalam tubuh sehingga
mecapai ke MEC terjadi disperse molecular
- Durasi kerja Disolusi mendahului absorbsi
perbedaan antara onset dengan waktu
Kalo zat aktif dalam minyak: ekstraksi dulu untuk
onset
membentuk endapan amorf baru bisa larut
- Waktu puncak
Waktu dimana konsentrasi obat dalam ABSORBSI
plasma maksimal dan terjadi absorbsi Tahap akhir biofarmasetik dan tahap awal
- Puncak konsentrasi plasma farmakokinetik
Konsentrasi obat maksimal biasanya
Tergantung pada: sifat fisikokimia zat aktif dan
berkaitan dengan dosis dan laju absrobsi,
fase biofarmasetik
berkaitan juga dengan eliminasi obat
- AUC Terjadi setelah pelepasan dan disolusi
Berhubungan dengan jumlah obat yang BIOAVABILITAS
diabsorbsi secara sistemik Laju penyerapan dan jumlah yang diserap pada
DISTRIBUSI fase disposisi obat
Menentukan aktivitas biologis/farmakologis Profil bioavabilitas: profil keberadaan obat dalam
Sejauh mana obat tersebar didalam tubuh darah

Distribusi rendah: banyak di fase darah Konsep dasar BABE

Distribusi tinggi: keluar dari darah dan masuk PENELITIAN BIOFARMASETIKA


kedalam jaringan Interaksi antara formulasi dan teknologi suatu
Distribusi obat tergantung pada kesetimbangan sediaan dengan menentukan sifat fisikokimia dari
masuk dan laju eliminasi obat jadi

Memerlukan penelitian farmakodinamik BIOFARMASETIKA

Distribusi mencakup parameter: koefisien partisi, Ilmu yang mempelajari bagaimana menguji
ikatan protein plasma, perhitungan intensitas hubungan antara fisikokimia obat, bentuk
aliran darah suatu obat sediaan, dan rute pemberian mempengaruhi
kecepatan dan derajat absorbsi obat
METABOLISME
Factor yang mempengaruhi:
Proses pengubahan zat aktif agar menjadi lebih
polar dan lebih larut dalam air sehingga mudah 1. Stabilitas obat dalam produk
di eliminasi 2. Kecepatan pelepasan obat
3. Kecepatan disousi pada tempat absorbsi
Metabolit yang dihasilkan bisa menjadi lebih aktid
4. Ketersediaan hayati
atau lebih tidak aktif
Definisi biofarmasetik menurut wagner, studi yang
Mengubah prodrug menjadi aktif
mempelajari hubungan antara
FASE BIOFARMASETIK
1. Sifat fisikokimia obat
Dimulai saat obat masuk ke tubuh sampai terjadi 2. Fisikokimia dan farmasetikal pada dosis
penyerapan obat
Tergantung pada cara pemberian dan bentuk 3. Factor fisik
sediaan (karena mempengaruhi predisposisi 4. Parameter farmakokinetikbiologi,
obat) farmakologi, dan efek klini

LIBERASI Definisi menurut gibaldi

Tahap pemecahan dan tahap peluruhan Cabang ilmu farmasi yang berhubungan dengan
sifat fisikokimia obat dalam bentuk sediaan dan
(obat= zat aktif+pembawa)→ Pelepasan (liberasi)
respon terapetik yang diamati setelah
→ disperse padatan zat aktif→ pelarutan (disolusi)
pemberiannya
→ disperse molekul zat aktif → penyerapan
(absorbs)→ darah Definisi oleh the guidelines

DISOLUSI
Studi yang mempelajari factor yang Kelarutan berkaitan dengan disolusi
mempengaruhi bioavabilitas dengan Kelaurtan penting dalam sediaan oral
farmakologis dan aktivitas terapeutik
CONTOH SIFAT FISIKOKIMIA
Kelarutan, ukuran partikel, polimorfisme, Cs: konsentrasi obat didalam lapisan “stagnan
higroskopis, koefisien partisi, interaksi eksipien layer” diam
Yang mempengaruhi absorbsi: waktu disintergrasi C: Konsentrasi obat didalam pelarut
dan pembasahan Pelarutan dari suatu partikel obat padat didalam
obat di absorbsi di usus suatu pelarut
BIOAVABILITAS Viskositas, suhu pegadukan mempengaruhi nilai h
Factor yang mempengaruhi HIDROFILISITAS/LIPOFILISITAS
1. Tipe obat Koefisien partisi atau distribusi dari suatu obat
2. Rute pemberian merupakan ukuran relative dari kecenderungan
3. Eksipien yang digunakan senyawa untuk berbagi antara solve hidrofil dan
4. Sifat fisikokimia seperti ukuran molekul lipofil dan mengindikasikan sofa hidrofilik atau
DISINTERGRASI (waktu hancur) lipofilik

Proses dan uji disintergrasi diperuntukan bagi Menggambarkan baiagaman obat menembus
bentuk sediaan padat, oral, immediate release membrane biologis

Diuji sesuai standar yang ditetapkan Semakin lipofil semakin mudah menembus
membrane
Produk obat padat yang dikecualikan: troches,
tablet kunyah, sustain released Semakin hidrofil semakin sulit menembus
membrane
Proses disintergrasi tidak mencerminkan disolusi
sempurna dari sebuah tablet/obat Semakin tinggi kp semakin tinggi absorbsi

Complete dissintergration adalah keadaan


dimana semua residu tablet kecuali bagian dari
coating yang tidak larut tidak bersisa
DISOLUSI DAN SOLUBILITY
Disolusi adalah proses dimana sediaan padat
terdisolusi dalam pelarutnya
Solubilitas adalah derajat kelarutannya dalam
suatu kondisi tertentu
Solubilitas : statis
Disolusi: dinamis
BENTUK GARAM DAN POLIMORF
Kondisi penting: obat larut dalam air
Kelarutan meningkat disolusi meningkat
Kurang larut dalam air: kecepatan disolusinya di
control karena mempengaruhi absorbsi sistemik Amorf lebih mudah larut, kurang stabil

ASPEK BIOFARMASETIKA DARI OBAT DAN PRODUK Polimorf susah larut tapi stabil

- Prinsip fisikoimia Bentuk padatan mempengaruhi kelarutan,


- Prinsip bilogis disolusi, stablilitas , higroskopisitas
- Prinsip formulasi Bentuk garam dapat dipilih untuk meningkakan
- Prinsip farmakokinetik (prinsip kelarutan
bioavabilitas)
STABILITAS
PRINSIP FISIKOKIMIA
Kimia, ph, dan fisik
KELARUTAN
Stabilitas kimia: menghindari efek toksik
Parameter termodinamik yang didefinisikan
Ph: untuk saluran cerna
sebagai banyaknya materi obat yang terlarut
dalam solven pada kesetimbangan
Fisik: perubahan senyawa obat padat termasuk Laju disolusi produk: ukuran partikel, kemampuan
transisi polimorfik, solvatasi, dan desolvatasi pembasahan, dan luas permukaan
Intergritas sifat mekanis: kekerasan, friabilitas, IONISASI DAN pKA
swelling Tetapan ionisasasi adalah sifat kimia yang
Contoh pengaruh pH berpengaruh pada sifat fisikokimia
Ionisasi bisa dimanipulasi sifat fisik dan kimia obat
Senyawa terion: kelarutan dalam air lebih besar
dan polaritas lebih tinggi

pH 4-7 buruk karena menurunkan kelarutan dan


disolusi
SIFAT PARTIKEL DAN SERBUK
Sifat ruah: ukuran partikel, kecepatan alir,
kemampuan pembasahan, luas permukaan
Proses pabrikasi: kerapatan dan aliran

Jalur Administrasi Obat  Murah  dibandingkan dengan


kebanyakan rute parenteral lainnya
 Enteral
 Parenteral Kekurangan
 Topikal
- Terkadang tidak efisien  sebagian
Rute Oral obat tidak terabsorpsi
- First-pass effect  obat yang
Pemberian oral mengacu kepada 2 tipe
diabsorpsi secara oral pertama kali
pemberian
diangkut ke hai melalui vena porta
 Aplikasi pada mulut secara topical - Mengiritasi mukosa lambung  mual
 Ditelan untuk diabsorpsi sepanjang dan muntah
saluran pencernaan (GI tract) - Efeknya terlalu lambat untuk tujuan
emergency
PO  singkatan yang digunakan untuk
- Rasa tidak enak pada sebagian obat
menunjukkan pemberian obat secara oral
- Tidak dapat digunakan pad pasien
Kelebihan tidak sadar
 Nyaman untuk pennguna  dapat First-pass Effect
dilakukan sendiri dengan mudah dan
bebas nyeri Metabolism hepatis dari zat aktif farmakologis
 Absorpsi terjadi sepanjang saluran ketika diserap dari usus dan dikirim ke hati
melalui sirkulasi vena porta
pencernaan
Semakin besar first-pass effect, maka semakin  Penyerapan yang cepat
sedikit zat mencapai sirkulasi sistemik apabila  Obat stabil
zat diberikan secara oral
Kekurangan
Rasio Ekstraksi
- Ribet
ER = CL hati / Q - Ketelen
Q  aliran darah ke hati (biasanya sekitar 90 - Batas dosis kecil
L/jam
Rute Rektal
Bioavailabilitas obat (F) dapat ditentukan
Kelebihan
dari tingkat penyerapan (f) dan rasio ekstraksi
(ER)  Dapat digunakan pada anak
F = f x (1-ER)  Sedikit atau tidak ada first-pass effect
 Dapat digunakan saat muntah atau
Bentuk Sediaan Oral tidak sadar
 Tablet  Konsentrasi yang lebih tinggi dicapai
 Kapsul dengan cepat
 Liquid
Kekurangan
 Solutions
 Suspense - Tidak nyaman
 Sirup - Penyerapan lambat dan tidak
 Elixir menentu
- Iritasi atau peradangan pada mukosa
Rute Sublingual rektal
 Administrasi sublingual  obat
Parenteral Sistemik
diletakkan di bawah lidah
 Diabsorpsi dengan cepat oleh mukosa  Pemberian parenteral adalah suntikan
sublingual atau infus melalui jarum atau kateter
yang dimasukkan ke dalam tubuh
Kelebihan  Istilah parenteral berasal dari bahasa
 Ekonomis yunani
 Terminasi yang cepat - Para  di luar
 Terhindar dari first-pass effect - Entero  usus
 Penyerapan obat yang cepat  Rute administrasi ini melewati saluran
pencernaan
Kekurangan
Suntikan
- Obat tidak enak dan pahit
- Iritasi pada mukosa mulut  Intravena
- Tidak bisa diberikan pada jumlah  Intramuscular
besar  Subkutan
- Sedikit obat yang diserap  Intraarterial
 Intraarticular
Rute Buccal  Intrathecal
Sediaan ditempatkan di antara gusi dan  Intradermal
lapisan pipi (buccal pouch)
Inhalasi  penyerapan melalui paru-paru
 diserap oleg mukosa bukal
Intravena
Kelebihan
Kelebihan
 Terhindar dari first-pass effect
 Bioavailabilitas 100%  Obat antikanker diberikan untuk efek
 Konsentrasi darah yang diinginkan local
tercapai  Obat yang digunakan untuk diagnosis
 Kunatitas yang besar penyakit pembuluh darah perifer
 Muntah dan diare  Suntikan antibiotic dan kortikosteroid
 Situasi darurat diberikan pada rongga sendi yang
 Terhindar dari first-pass effect meradang oleh ahli. Contoh:
 Terhindar dari manipulasi lambung hidrokortison untuk RA

Kekurangan Intradermal

- Iritasi dan selulitis  Obat diberikan dalam lapisan kulit


- Thromobophelebitis (dermis)
- Tidak selalu memungkinkan injeksi  Sakit
berulang  Biasanya digunakan untuk menguji
- Kurang aman kepekaan terhadap obat-obatan
- Diperlukan bantuan teknis
- Bahaya infeksi Inokulasi  pemberian vaksin, seperti small
pox
- Mahal
- Kurang nyaman dan sakit Administrasi Rute Topikal

Intramuskular  Penerapan obat langsung ke


permukaan kulit
Kelebihan
 Termasuk pemberian obat ke setiap
 Penyerapan cukup sama selaput lendir
 Onset cepat - Mata
 Bisa diberikan pada iritan yang ringan - Hidung
 Terhindar dari first-pass effect - Telinga
 Faktor lambung bisa dihindari - Paru-paru
- Vagina
Kekurangan - Uretra
- Hanya diberikan dengan dosis - Kolon
maksimal 10 ml
Bentuk Sediaan Topikal
- Nyeri dan abses local
- Mahal Kulit
- Infeksi
 Krim
- Kerusakan saraf
 Salep
Subkutan  Lotions
 Gel
 Disuntikkan di bawah kulit  Transdermal patches
 Penyerapan lambat, jadi tindakannya  Disks
berkepanjangan
Mata atau telinga
Implan  tablet atau kapsul berpori
dimasukkan ke dalam jaringan lepas dengan  Solutions
sayatan pada kulit yang dijahit. Contoh:  Suspense
obat hormonal  Salep

Intra-arterial Hidung dan Paru-paru


 Jarang digunakan  Spray dan powder
Kelebihan dan Kekurangan 80% obat diberikan secara peroral

- Efek terapeutik local  Cara pemberian yang paling lama


- Tidak terserap dengan baik ke lapisan  Lebih fisiologis
kulit yang lebih dalam atau selaput  Lebih menyebangkan
lendi  Harga reltif murah
- Menurunkan resiko efek samping  Cocok dan praktis bagi kebanyakan
- Rute transdermal memberikan obat orang
yang stabil
Rongga Mulut (Cavity)
- Semprotan untuk inhalasi melalui
hidung mungkin untuk efek local atau Kondisi absorpsi pada rongga mulut
sistemik
 Epitel periseluler tipis
Transdermal  pH agak asam
 kaya vascularisasi
 Penyerapan obat melalui kulit (aksi
sistemik) Jalur penyerapan
 Tingkat darah yang stabil
Aliran darah via vena maxilaris dan
 Tidak ada first-pass effect metabolism
sublingualis menuju vena jugularis eksternal
 Obat harus manjur atau patch
menjadi terlalu besar Keuntungan Absorpsi tjd pada RM

Route for administrations  Terhindar dari variasi pH


 Terhindar dari pengaruh enzim dan
Time until effect flora bakteri
 Intravena  30-60 detik  Terhindar dari interaksi dengan
 Intraosesus  30-60 detik makanan
 Endotracheal  2-3 menit
Mekanisme Absorpsi  semua jenis transport
 Inhalasi  2-3 menit
dapat terjadi
 Sublingual  3-5 menit
 Intramuscular  10-20 menit Jenis pemberian P.O
 Subkutan  15-30 menit Perilingual  melalui lidah
 Rektal  5-30 ment
 Ingesti  30-90 menit Sublingual  di bawah lidah, untuk hormone
 Transdermal (topical)  variable yang dirusak oleh saluran pecernaan.
(menit sampai jam) Contoh: nitrogliserin

Lambung
Pemilihan Rute
Kondisi absorpsi
ROA ditentukan oleh
 Penyerapan relatif sedikit karena
 Karakteristik fisik obat
vascularisasi di lambung terbatas
 Kecepatan obat diserap atau
dibandingkan di usus.
dilepaskan
 Tergantung penuh/kosongnya
 Kebutuhan untuk melewati
lambung
metabolsime hati
 Pada saat kosong :
 Untuk mencapai konsentrasi tinggi di
o Spincter pylorus agak
lokasi tertentu
membuka, sehingga obat bisa
 Ketepatan dosisi
melintas dan masuk ke usus
 Kondisi pasien
(penyerapan banyak terjadi di
Kondisi Absorpsi usus)

Peroral
o Mekanisme filtrasi/difusi pasif  Menghindari pengaruh negative pH
terjadi lebih cepat lambung dan enzim-enzimnya yang
o Air dan molekul berukuran kecil dapat merusak zat aktif
mudah masuk ke perdaran  Dapat mencegah atau mengurangi
darah inaktivasi zat akibat first-pass effect
 Derajat ionisasi lemah, penyerapan karena penyerapan zat melalui usus
besar halus akan mengalir pada vena cava,
 Pada pH lambung, asam lemah sebagian melalui vena porta dan
banyak diserap. Alkaloida tdk dapat menuju hati (pusat metabolism)
diserap.  Dipilih karena pertimbangan
 Pada saat lambung terisi makanan: o Sifat zat aktof
o Zat aktif bercampur dengan o Kondisi penderita (tidak bisa
makanan, terencerkan, difusi menelan atau dimuntahkan
lambat, penyerapan lambat kembali)
o Menguntungkan utk zak atif
yang mengiritasi lambung Intravena dan Intra-Arteri

 Fase LDA dipangkas


Usus Halus
 Obat langsung masuk ke sistem
 Penyerapan besar karena kondisi peredaran darah
fisiologis usus (banyk makrovilli dan  Bioavailabilitas 100%
krovilli)  Distribusi tergantung kepada sifat atau
 Banyaknya lipatan mukosa (valvula struktur zat aktif
conniventes) terutama pada
duodenum dan jejenum Intramuskular dan Subkutan
o Epitel berupa sikut bulu-bulu  Moderat atr IV 9resiko tinggi) dan oral
halus (mikrovilli) (zat dirusak pH atau enzim)
o Anyaman kapiler dan getah  Intramuskular  ke dalam jaringan
bening pada setiap lipatan otot
 Gerakan usus dan gerakan villi Subkutan  di bawah kulit
 Besarnya penyerapan tergantung  Absorpsi pada intramuscular lebih
pada variasi pH dan tebal dinding cepat dibandingkan dengan
usus subkutan
 Bagian pertama usus, duodenum (kl  Subkutan  banyak jaringan-jaringan
20 cm) penting untuk penyerapan zat- penghubung (pra kapiler darah)
zat tertentu (Fe, Ca, asam amino) dan  Faktor yang berpengaruh
gerakan dua arah dari air dan eletrolit - Hialuronidase (mengubah
 Getah empedu dan pancreas untuk viskositas)
melarutkan lemak sehingga mudah - Perfusi jaringan
terserap - Permeabilias kapiler (M dan dan
 Mekanisme transport SC > usus)
o Difusi pasif  untuk senyawa - Vaskularisasi (jaringan M > SC)
larut lemak atau tak terionkan - Kondisi pelebaran atau
o Transport aktiv  carrier dn penyempitan pembuluh darah
pinositosis (ileum) untuk molekul - Mekanisme  difusi pasif (gradient
tidak larut C), larut air

Per-Rektal Per-Inhalasi

 Untuk kasus obat yang absorpsinya  Efek sistemik  pembiusan


terbatas  Tempat absorpsi  epitel paru (90 m2)
 Vaskulrisasi kuat, luar permukaan
membrane kapiler alveolus meningkat
 difusi pasif 
 Tergantung kesetimbangan antara
udara alveoli dan darah
 Partikel size < 3 m

FORMULASI
Eksipien mempengaruhi absorbsi
Formulasi bisa menaikan laju kelarutan obat,
menaikan laju absorbsi, waktu penahanan obat
dalam saluran cerna, jumlah obat terabsorbsi,
difusi obat melintasi dinding usus
Memperlambat disolusi, absorbsi obat

PENDAHULUAN
- Proses distribusi diperlukan agar dapat DISTRIBUSI DAN TRABSPORT OBAT
mencapai titik targetnya untuk menghasilkan - Distribusi terjadi ke tempat yang berbeda-
efek terapi beda  obat harus dapat menembus
- Distribusi obat dalam tubuh berbagai membran sel atau intrasel
- Mekanisme perlintasan membrane biologis 
transcellular vs paracellular, transport pasif
dan aktif, facilitated, pinositosis
- Endotel kapiler  rintangan pertama dalam
proses difusi menuju jaringan
 Terionkan
 Tak terionkan
 Pori-pori  molekul air dan berukuran kecil
- Transpor aktif  melawan gradien dan
Kapan obat didistribusi? adanya ATP
 Setelah absorpsi (apabila diberikan secara - Difusi pasif  adanya gradien konsentrasi dan
sistemik, misal oral) fungsi kelarutan bentuk tak terion (pka dan pH
 Setelah pemberian Intravaskular (misal IV) lingkungan)
Kemana obat didistribusi?
1) Reseptor: situs aktif  memberikan efek Faktor-faktor yg mempengaruhi distribusi
farmakologi - Permeabilitas membrane (kemampuan
2) Aseptor: depot (situs pasif)  tidak molekul menembus 12embrane dengan
memberikan efek farmakologi mekanisme ttt)
3) Bagian enzimatik: tanpa efek farmakologi, - Afinitas struktur API
tetapi menentukan biotransformasinya - Vaskularisasi jaringan
menjadi metabolit aktif atau inaktif.
- Karakter spesifik tertentu (kondisi perfusi dan
aliran darah pasien)
- Cara pemberian
- Ikatan obat pada protein plasma

Contoh: Pentobarbital (Nesdonale) o Jika IPP 90%, maka obat bebas 10% lah
 IV, efek pembiusan cepat; Timbul dan hilang yang bisa berdifusi ke jaringan
efek sangat cepat (15 menit); Eliminasi 1 jam; o OBB inilah yang dapat mencapai tempat
15% senyawa yg dieliminasi reseptor dan menghasilkan efek
 IV—menit pertama: otak (Konsentrasi besar) farmakologinya
perfusi tinggi--efek cepat o Jadi konsentrasi obat dalam darah (kadar
 15 menit kemudian, konsentrasi di otak turun, plasmatik) menentukan penilaian
tapi kadar tinggi pada jaringan berlemak. efektivitas
 Repartisi pada fase pertama tergantung
pada cara pemberian dan intensitas Bagaimana dengan bentuk terikat?
peredaran darah  Bentuk yang terikat tidak aktif, namun, ikatan
 Afinitias kedua muncul setelah pelepasan ini bersifat sementara
molekul larut lemak dari jaringan lemak  Bila bentuk bebas sudah dimetabolisme atau
secara perlahan di ekskresikan, maka bentuk terikat
IKATAN OBAT PADA PROTEIN PLASMA akanvmelepaskan bentuk bebasnya
 Menentukan distribusi obat ke dalam jaringan-  Maka IPP untuk
jaringan o Memperbaiki efek farmakologi,
 Albumin : protein plasma yang paling banyak o Memperpanjang efek obat
(40 g/L) o Mengurangi intensitas efek awal
 Albumin mengikat sebagain besar obat Obat IPP
terutama senyawa anion (asam asetil salisilat, Fenilbutazon 98%
solfonamida, dll)
Sulfamida 96%
 Globulin : steroida dan tiroksin
Digoksin 95%
Etil Biskumasetat 90%
Tiopental 75%
Salisilat 64%

Interaksi Obat Terkait IPP


 IPP tidak spesifik, sehingga bisa terjadi
persaingan antara molekul untuk menempati
titik ikatan
 Molekul yg memiliki IPP paling kuat akan
dapat menyingkirkan molekul obat lain yang
Jenis atau sifat ikatan obat-protein plasma IPP nya lebih lemah, sehingga dapat terjadi
 Ikatan elektrostatik (untuk molekul peningkatan OBB pada molekul tersebut
terionkan)  terbatas dan mudah jenuh
 Ikatan hidrogen atau ikatan van der
waals (untuk molekul tak terionkan)  tak
terbatas, tak bisa jenuh
 Keseimbangan bolak balik antara bentuk
bebas dan terikat Ikatan Obat Pada Jaringan (Depot)
 Bentuk terikat berada dalam plasma dan  OBB plasma bersifat recersible, akan
mentukan konsentrasi obat dalam plasma berkesetimbangan dengan OBB di jaringan
darah  Obat di jaringan bisa terikat dengan kapasitas
 Bentuk bebas dapat berdifusi ke jaringan- yang kuat
jaringan
 Konsentrasi ob di jaringan dapat lebih tinggi
dibandingkan di plasma
 Kompetisi obat di jaringan Depot dapat
dipengaruhi disolusi, ikatan pd struktur
biokimia obat, kesetimbangan hukum masa
 Ketika obat dilepaskan dr jaringan depot nya,
maka efek ob dapat berlanjut meski obat
DIFUSI PLASENTA
sudah dihentikan dan dapat menyebabkan
 Plasenta  membran sel yang memisahkan
efek yang tidak diinginkan
darah ibu dan janin
Jaringan Depot
 Tidak merintangi berbagai proses difusi
 Merupakan jaringan berlemak
 Tidak sama dengan membran biologic lain
 Setiap orang berbeda  untuk orang gemuk
 Makanan melintasi via villi chorilae
biasanya 50% dari BB, orang yg diet atau suka
(trofoblastik, mesenkin, endotel vaskuler)
berpuasa 10%.
 Permeabilitas tergantung pada usia
 Obat yang sangat larut lemak, paling mudah
kehamilan semakin tua semakin tipis
membentuk depot
 Tidak ada kontak antara darah ibu dan janin
 3 jam setelah disuntikkan, 70% dosis thiopental
 Plasenta mengukur perlintasan membran
akan masuk ke depot
 Pinositis, transport aktif dan difusi aktif
 Jaringan depot umunya inert
(dominan) terjadi pada perlintas via plasenta
 Obat akan dilepaskan perlahan ke peredaran
 Faktor yang berpengaruh
darah karena vaskularisasi jaringan itu lemah.
o Konsentrasi bentuk bebas (OBB) besar
 Obat yang berasal dari jaringan depot akan
o Koefisien partisi (larut lemak) kecil
dieliminasikan tanpa menunjukkan efek
o Ionisasi kecil
farmakologi.
o Ukuran kecil untuk senyawa larut air
 DDT, sangat larut lemak, toksis setelah
 Obta-obat larut lemak mudah melintas
pelepasan dari depot, efek kurus pada
(penetrasi) dengan cepat dalam jumlah
badan.
bermakna seperti anti vitamin K, morfin
sulfamida, dll
Penimbunan pada oragn hati dan otak
 Keseimbangan obat antara darah ibu dan
 Afinitas IPP si organ hati dan otak dapat
janin dapat tercapai dalam waktu 40 menit
sangat tinggi
(caesat 10-15 menit)
 Prosesnya nyaris irreversible
 Jaringan janin  lebih permeable (myelinisasi
 Contoh: kuinakrin (anti malaria) ditimbun di
belum sempurna)
hati lebih banyak dibanding di darah, karena
 Hati belum matang dan metabolisme tidak
terikat kuat pada nucleoprotein hati
lengkap
PERFUSI JARINGAN
 Transfer obat dari wanita hamil ke janin harus
 Peredaran darah (perfusi) berperan dalam
diperhatikan (kasus thalidomide)
distribusi obat
ELIMINASI OBAT
 Terdapat hubungan erat antara kadar zat
Arah perpindahan obat dalam eliminasi
aktif dalam jaringan dan perfusi
RUTE PEMBERIAN DAN DISTRIBUSI OBAT
 Difusi melintasi membran  tergantung pada
gradien konsentrasi
 Pemberian IV:
o Obat dalam plasma tinggi,
o Meningkatkan perpindahan molekul dan
kadar obat dari dalam plasma ke cairan
Jenis Transportasi
interstitial
 Terjadi difusi pasif (transmembran)
o Semakin cepat laju penyuntikan, semakin
berdasarkan jalur pengeluaran dan gradien
besar kadar obat
konsentrasi
o Efek toksik lebih peka karena perfusi nya
 Faktar yang berpengaruh di proses eliminasi
tinggi
o Distribusi senyawa
CARA MASUK OBAT KE DALAM SSP
o Rute pemberian
o Absorpsi
o Bentuk bebas yang berdifusi  Tempat terjadinya penyaringan zat dari tubuh
o Gradien Konsentrasi menuju urin
o IPP  ▪ 1/5 volume plasma tersaring, dengan
o Fiksasi pada jaringan depot kecepatan 120-130 ml/menit
Jalur Eliminasi  Terdapat pori-pori yang besar :
o Urin o Partikel kecil dari plasma bisa lolos 
o Empedu reabsorpsi
o Feses o >BM 68.000 tidak lolos, tetap tinggal di
o Paru dalam lumen vaskuler (dekstran, PVP, dll)
o Lainnya (ludah, keringat, ASI) 𝑼𝒙𝑽
UxV=PxF
Eliminasi Via Urin 𝑪𝒍
𝑷
 Mekanisme eliminasi obat = mekanisme
pembentukan urin
 Peran diawali di NEFRON (1 juta per ginjal), Keterangan:
berupa tubulus Panjang berisi epitel U  konsentrasi obat dlm urin
monoseluler : GLOMERULUS + TUBULUS
V  volume urin per menit

P  konsentrasi obat dlm plasma

F  volume filtrat glomerulus

 Apabila Cl >F (120-130 ml/menit)  sekresi


 Apabila Cl <F (120-130 ml/menit)  reabsorpsi
 Secara umum waktu paruh biologis obat
o Filtrasi  70 menit
o Sekresi  7 menit
o Reabsorpsi 7 hari

REABSORPSI: tubulus renalis


 180 L → 1,5 L
 Contoh: zat yangg reabsorpsi : Na, terjadi
karena pengaruh hormonal (ADH)
Ginjal  Mekanisme reabsorpsi  difusi (pasif), karena
Anatomi terjadi pengurangan cairan tubulus, sehingga
konsentrasi obat naik sehingga obat bergerak
dari tubulus ke plasma
 Faktor yg berpengaruh
o Kelarutan dlm lemak
o Fraksi tak terionkan
o Gradien konsentrasi
o Pka
o pH tubulus dan plasma

SEKERESI: tubulus contortus proximal


 Mengluarkan zat asing dari tubuh via urin
 Mekanisme transport : transport aktif
transmembrane
 Dua sistem transport :
o Untuk asam-asam : penisilin, metabolit
glukoronat atau sulfat, dll
o Untuk basa-basa organik : kinina,
ammonium kuarterner, dll
 Terdapat kompetisi transporter pada bebrapa
molekul
Filtrasi Glomerulus
o Contoh : probenesid dan penisilina
o Probenesid dapat menghambat  Keringat  Iodium, brom, kinin, dll
transporter untuk penisilin sehingga  ASI
eliminasi penisilin tertahan o Aktif dan pasif,
Ekskresi Via Empedu o Asi bersifat asam sehingga senyawa basa
lebih mudah berdifusi
o Alkohol (ukuran molekul kecil) dapat
keluar masuk dan berkesetimbangan
dengan plasma, dapat membahayakan
bayi
o Hati-hati mengkonsumsi air susu ternak 
penisilin, pestisida, herbisida
Ekskresi Asam Salisilat

Ekskresi Via Paru


 Paru berperan dalam eliminasi senyawa
berbentuk gas / mudah menguap pada suhu
tubuh
 Gas dapat dikerluarkan karena ada
perbedaan tekanan parsiil capilo-alvaeolar
yang positif
 Terjadi difusi pasif
 Ventilasi untuk menjamin terjadi nya
pertukaran udara alveoli dan aliran darah di
paru
Ekskresi Via Jalur Lain
 Ludah (cairan lakrimal)  alkaloid, morfin,
rifampisin
AKTIVITAS OBAT Pada setiap spesies mempunyai karakter air
 Terkadang suatu sediaan yang diberikan kemih tertentu  berpengaruh pada proses
pada seorang indivdu dengan posologi yang peniadaan dan ionisasi molekul
sama dapat memberikan kadar obat dalam obat/metabolit.
darah yang berbeda. Hal tersebut dapat Faktor Individu
terjadi karena 1. Umur
 Penyebab endogen  erat hubungannya Pemberian obat dan posologi pada bayi
dengan genetik atau keadaan fisiologik tidak dapat disamakan dengan orang
dan patologik (yang berhubungan dewasa (umur 20-60 tahun), dan usia >60
dengan berbagai organ dan system tahun perlu perhatian khusus. Perbedaan
dalam tubuh seperti pernafasan, terjadi karena perbedaan farmakokinetik,
peredaran darag, pencernaan, dan perlintasan membran sel, difusi,
endokrin) biotransformasi dan eliminasi.
 Penyebab eksogen  lingkungan,  New born dan menyusi
faramsetika Bayi menyusui memiliki reaksi terhadap
obat lebih besar dan sangat peka
FAKTOR FISIOLOGIK
terhadap obat.
Perbedaan spesies
 Difusi  new born memiliki
Contoh: Spesies hewan memiliki perilaku yang
permeabilitas membran yang lebih
beragam terhadap obat pembius atau senyawa
besar sehingga intoksistas harus lebih
toksik.
diperhatikan.
1. Biotranformasi
 Biotransformasi  aktivitas sistem enzim
Suatu studi menunjukkan perbedaan
mikrosomal akan meningkat cepat
sensitivitas disebabkan karena perbedaan
pada pendewasaan pasca natal.
biotranfosrmasi yang tergantung pada
 Eliminasi  proses klirens sangat
 Sistem Enzimatik
rendah dan menjadi aktif normal
Contoh: Waktu paruh biologik dari
setelah 3-12 bulan. Contoh: Klirens
heksobarbital dan amidopirin pada
penisilin ginjal pada bayi 5 kali lebih
manusia ternyata lebih lama
rendah dibandingkan anak berusia 2
dibandingkan pada tikus
tahun. Maka posologi bayi harus
 Jenis Transformasi
dilakukan dengan sangat hati-hati
Tergantung pada spesies, untuk senyawa
dalam mengikuti aturan pemberian
yang sama namun mekanismenya dapat
obat.
berbeda.
 Usia lanjut
Contoh; Perbedaan glukuro konjugasi
Ketidakmampuan kerja hati lenih nyata,
pada manusia sangat menguntungkan
kapasitas fungsional dari hati menurun
proses eliminasi sulfadimetoksin, sebaliknya
setelah 70 tahun. Penyerapan obat yang
pada kelinci yang penting adalah proses
tidak baik dapat menimbulkan keadaan
konjugasi asetilasi
kurang-dosis.
2. Eliminasi
2. Jenis Kelamin
 Laki-laki memiliki cairan tubuh lebih - Transit  peningkatan transit menurunkan
banyak waktu kontak zat aktif dengan mukosa
 Wanita memiliki lemak tubuh lebih banyak usus
 Umumnya efek samping obat lebih sering - Pengeluaran getah lambung  HCl
terjadi pada wanita lambung mencegah penyerapan zat besi.
3. Morfotipe Tidak ada pengeluaran getah empedu
 Pemberian obat yang sama pasolofinya menghalangi penyerapan vitamin K.
namun morfotipenya berbeda dapat - Keadaan mukasi  adanya luka
menyebabkan perbedaan penyebaran  Penurunan absorpsi parenteral akibat
dan akumulasi obat  kurang-dosis atau penurunan laju aliran darah (perifer dan
lewat-dosis sentral)
 Suatu percobaan menunjukkan orang  Eliminasi lewat ginjal  disebabkan alkaliosis
dewasa bertubuh kecil memerlukan zat atau asidosis dapat memperpendek lama-
aktif dalam perbandingan lebih banyak aksi obat.
dibandingkan orang dewasa bertubuh Faktor Penyulit dan Peningkatan Efek Obat
besar. Peningkatan efek obat  penyerapan yang
4. Kelainan Genetik berlebih, kemudahan difusi dan kegagalan hati
 Dapat mempengaruhi metabolisme obat atau ginjal.
dan eliminasi dalam tahap berbeda untuk  Peningkatan penyerapan karena terjadi
setiap obat kerusakan membran pada tempat kontak
 Contoh: kepekaan pada suksametonium  Kelainan penyakit yang dapat meningkatkan
untuk pembiusan total sering terjadi (1 : penyerapan obat melalui sawar darah otak,
1500). Hal ini karena pseudokholin esterase pada meningitis terjadi peningkatan kadar zat
atipik yang aktivitasnya lebih lemah aktif di cairan sefalo-rakhidien
dibandingkan pseudokholin esterase  Insufisiensi Hati
normal.  Insufisiensi Ginjal
5. Kehamilan  Gangguan pada sistem endokrin berakibat
 Kehamilan mengubah kandungan air pada penekanan laju reaksi biotransformasi
dalam jaringan  mengganggu FAKTOR LINGKUNGAN
penyebaran obat 1. Makanan dan Diet
 Harus waspada pemberian obat secara - Kekurangan makanan (vitamin, garam,
normal yang dirusak dalam hati  mineral dll) dapat menghambat fungsi
menimbulkan risiko penimbunan pada tubuh dan metabolisme obat. Aspek lain
konsentrasi sub-toksis  bahaya bagi ibu yang terkait yaitu makanan dalm jumlah
dan janin. banyak, bahan tambahan, dan bahan
6. Keadaan Gizi pencemar.
 Mempengaruhi metabolisme terutama 2. Toksikomania
pada fase penyerapan dan fase - Alkohol dapat mempengaruhi klirens obat
perubahan oleh ginjal dan konsumsi dalam waktu
7. Ritme Biologik yang lama dapat menyebabkan
 Kepekaan individu terhadap obat keadaan patologik seperti sirosis.
berkaitan dengan suatu variasi siklus kadar - Bagian rokok terutama asap dan
obat yang tersedia dalam jaringan dan hidrokarbon berbahaya  CO2
cairan tubuh, dan hal ini mempengaruhi berpengaruh pada sitokrom P450 
variasi aktivitas enzimatik dan menurunkan hidroksilasi.
pengeluaran air kemih 3. Cemaran Udara dan Air
FAKTOR PATOLOGIK 4. Faktor Meterologi
Faktor Penyulit dan Penurunan Efek Obat - Sinar, suhu, kelembaban, udara dan
Penurunan efek obat  penyerapan yang buruk perubahannya yang tiba-tiba dapat
di saluran cerna, pembuluh darah atau mempengaruhi kompartemen tubuh yang
peningkatan peniadaan melalui ginjal berperan pada metabolisme dan
 Absorpsi saluran cerna dapat terganggu oleh mempengaruhi ritme biologik.
adanya perubahan - Radiasi dapat menghambat oksidasi
mikrosom.
5. Stres dan Kelelahan

Anda mungkin juga menyukai