Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA FARMASI

SEMESTER GANJIL 2018-2019

IDENTIFIKASI KATION

Hari / Jam Praktikum : Selasa / 13.00-16.00


Tanggal Praktikum : 25 September 2018
Kelompok :6
Asisten : 1. Diane Fauzi
2. Nita Rahmasari.

Annisa Nur Rahmayanti


260110180108

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
I. Tujuan
Mengidentifikasi kation dalam larutan dengan menggunakan metode
kualitatif.

II. Prinsip
2.1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi bahwa
adanya elemen senyawa-senyawa atau spesies dari suatu sampel. (Gandjar, 2001).
2.2. Kation
Kation merupakan ion yang bermuatan positif yang terbentuk akibat adanya
suatu atom yang kehilangan elektronnya. (Wahyono,dkk,2011).

III. Reaksi
-

IV. Teori Dasar


Analisis kualitatif merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi bahwa adanya
elemen senyawa-senyawa atau spesies dari suatu sampel (Gandjar dan Rohman,
2007). Kimia analisis dibagi menjadi 2 (Underwood,1992) :
1. Analisis kualitatif merupakan suatu identifikasi yang bertujuan untuk
mengidentifikasi zat yang ada dalam suatu sampel.
2. Analisis kuantitatif merupakan suatu identifikasi untuk
menunjukkan jumlah atau kadar suatu zat dalam suatu sampel.
Analisis kualitatif juga bertujuan untuk mengetahui kation atau anion yang
berada di dalam sebuah larutan. Sistem analis yang terpisah dilakukan untuk
mendeteksi kation anion (Ardianingsih, 2009).
Kation adalah ion-ion bermuatan positif yang terbentuk apabila suatu atom
kehilangan satu atau lebih elektronnya. Dalam analisis kualitatif, kation digolongkan
menjadi 5 golongan bedasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap berbagai reagen.
Klasifikasi ini didasarkan atas reaksi antara suatu kation dengan berbagai reagensia,
apakh ia membentuk endapan atau tidak. Reagensia yang sering dipakai untuk
klasifikasi kation yaitu HCl, H2S, (NH4)2S, dan (NH4)2CO3 (Radiana, 2013).
Kation dapat diklasifikasikan berdasarkan terbentuk tidaknya suatu endapan
jika ditambahkan dengan reagensia tertentu, kation digolongkan menjadi lima
(Svehla,1985) :
1. Golongan I terdiri dari Ag+, Hg+, Pb2+ yang akan membentuk endapan klorida
apabila ditambahkan larutan HCl.
2. Golongan II terdiri dari Hg2+, Cu2+, BI3+, Cd2+, As5+, Sb3+, Sb5+, Sn2+, Sn3+,
dan Sn4+ yang akan membentuk endapan atau garam sulfida dalam suasana asam.
3. Golongan III terdiri dari Co2+, Ni2+, Fe2+, Fe3+, Cr3+, Al3+, Zn2+, dan Mn2+.
yang akan membentuk endapan atau garam sulfida dalam suasana basa.
4. Golongan IV terdiri dari Ca2+, Sr2+, dan Ba2+ yang akan membentuk endapan
karbonat atau garam karbonat.
5. Golongan V terdiri dari Mg2+, Na+, K+, NH4+, Li+, H+ yang kation yang tidak
mengendap/bereaksi dengan reagen-reagen sebelumnya.
Identifikasi kation berlandaskan beberapa prinsip seperti reaksi pengendapan dan
reaksi reduksi-oksidasi. Reaksi pengendapan merupakan suatu proses pemisahan
suatu unsur dari larutannya cirinya adalah dengan terbentuknya hasil reaksi yang tak
larut. Reaksi reduksi-oksidasi yaitu suatu reaksi serah-terima elektron (Chang,2005).
Penelitian atau analisa kualitatif ditunjukan agar kita mengetahui bahan atau
senyawa apa yang ada dalam suatu sampel tiap bahan atau senyawa memiliki
reaksi yang berbeda, misal terdapat perubahan warna (Sikanna,2016).
Uji nyala adalah salah satu metode dalam analisis kualitatif. Pada uji nyala
beberapa kation logam-logam golongan alkali IA dan alkali tanah IIA tabel periodik
unsur didapat berbagai warna yang berbeda. Warna yang berbeda itu disebabkan oleh
panjang gelombang yang berbeda dari setiap unsur (Rufiati, 2011).
Pengendapan terjadi apabila suatu sampel diberi pereaksi yang partikular dan
menunjukan hasil positif, suatu sampel memiliki reagenlianya masing-masing yang
dapat membuktikanbahwa dalam sampel tersebut terdapat analit. (Rakhmawati, S,
2013).
Reaksi pengendapan berkaitan erat dengan Ksp. Ksp merupakan hasil kali
kelarutan untuk mengukur kelarutan suatu garam. Dari Ksp, kita dapat menentukan
konsentrasi suatu larutan, begitupun sebaliknya jika kita mengettahui konsentrasi
suatu larutan kita pun dapat mengetahui Ksp larutan tersebut (Achmad, 1996).

V. Alat dan Bahan


5.1.Alat
a. Kaca objek f. Pipet tetes
b. Kawat Ni-Cr g. Plat tetes
c. Kertas lakmus h. Rak tabung reaksi
d. Pembakar bunsen i. Spatula
e. Penjepit kayu j. Tabung reaksi

5.2. Bahan
a.Alizarin s n.HNO3
b.AgNO3 o.H2SO4
c.AlCl3 p.KCl
d.Aquades q.K2CrO4
e.BaCl2 r.K3Fe(CN)6
f.CaCl2 s.K4Fe(CN)6
g.CaO2 t.KI
h.Cd2+ u.NaCl
i.CH3COOH v.NaOH
j.Cu2+ w.NH4OH
k.FeCl3 x.(NH4)2CO3
l.FeSO4 y.Pb (CH3COO)2
m.HCl z. ZnO
VI. Data Pengamatan
No. Perlakuan Hasil Literatur
Identifikasi spesifik
1. Uji Na+
Larutan tidak berubah
warna/bening dan
1 tetes ammonium
tercampur
oksalat 1 M dan 1 tetes
ammonium sulfat 1 M
-
ditambahkan ke dalam
larutan sampel lalu
dikocok

Larutan tidak berubah


warna

2 tetes larutan Na+


- dilarutkan dalam
CH3COOH 1 M

5 tetes larutan seng


Terbentuk kristal
uranil asetat (Seng uranil asetat
- berwarna kuning
ditambahkan pada tidak ada)
(Svehla, 1985).
larutan, dikocok
2. Uji Mg2+
1 tetes ammonium
oksalat 1 M dan 1 tetes Larutan tidak berubah
- ammonium sulfat 1 M warna/bening dan
ditambahkan ke dalam tercampur
larutan sampel lalu
dikocok

Terbentuk endapan
putih
Larutan Mg 2+
Terbentuk endapan
dibasakan
- putih (Svehla,
menggunakan NH4OH
1985).
4M

Endapan berwarna
putih

Ditambahkan 2 tetes Terbentuk endapan


- larutan Na2HPO4 1 M kristalin putih
lalu dikocok (Svehla, 1985).

Tidak terjadi
perubahan
Endapan dilarutkan
dalam 2 tetes asam Endapan akan larut
-
oksalat 1 M & 3 tetes (Svehla, 1985).
air

Ditambahkan 1 tetes Warna atau


- -
titan kuning & NaOH 4 endapan merah tua
M berlebih (Svehla, 1985).
3. Uji K+
Larutan tidak
berwarna/
Ditambahkan 5 tetes bening
- CH3COOH 4 M lalu
dipanaskan

Setelah dingin,
ditambahkan 2 tetes Endapan kuning
- -
larutan (Svehla, 1985).
Na3[Co(NO2)6]3-
4. Uji Nyala
Kawat Ni-Krom
Kawat Ni-Krom
- dicelupkan ke HCl
tercelup ke HCl pekat
pekat
Kawat dibakar pada Api tidak berubah
-
nyala api oksidasi warna
Padatan diambil
Padatan Na+ dan K+
- menggunakan kawat
menempel
Ni-Krom

Dibakar pada nyala api


-
oksidasi

Natrium
Kalium
5. Uji Ag+
Endapan berwarna
putih

Ditambahkan HCl Endapan putih


(a)
encer (Svehla, 1985).

Tidak berubah

(a) Tabung dipanaskan

Ditambahkan NH4OH
(a) Endapan putih
berlebih
Putih, keruh

Endapan Kuning
(b) Ditambahkan KI
(Svehla, 1985).

Endapan coklat

Endapan merah
(c) Ditambahkan K2CrO4
(Svehla, 1985)

Ditambahkan NaOH Endapan coklat


(d) Endapan coklat
encer (Svehla, 1985).
6. Uji Pb2+
Endapan berwarna
putih

Ditambahkan HCl Endapan putih


(a)
encer (Svehla, 1985).

Larut

(a) Tabung dipanaskan

Ditambahkan NH4OH
(a) Endapan putih
berlebih
Endapan kuning

Endapan Kuning
(b) Ditambahkan KI
(Svehla, 1985).

Endapan merah
(c) Ditambahkan K2CrO4 Endapan putih
(Svehla, 1985)
Ditambahkan NaOH Endapan putih
(d) Endapan putih
encer (Svehla, 1985).
7. Uji Hg+
Tidak berubah

Ditambahkan HCl Endapan putih


(a)
encer (Svehla, 1985).

(a) Tabung dipanaskan Tidak berubah


Ditambahkan NH4OH
(a) Endapan putih
berlebih
Endapan merah bata

Endapan hijau
(b) Ditambahkan KI
(Svehla, 1985).

Endapan merah

Endapan merah
(c) Ditambahkan K2CrO4
(Svehla, 1985)

Endapan merah

Ditambahkan NaOH Endapan hitam


(d)
encer (Svehla, 1985).

8. Uji Ba2+
Larut dalam HCl
Ditambahkan HCl 6 M, Larutan berwarna
- encer (Svehla,
dikocok sampai larut bening
1985).
- Dibasakan dengan Endapan putih Endapan putih
larutan NH4OH 4 m (Svehla, 1985).

Ditambahkan 2 Endapan putih


- Endapan putih
tetes(NH4)2CO3 1 M (Svehla, 1985).
Endapan terpisah
sempurna

Dipanaskan dan
- didiamkan hingga
dingin

Ditambahkan 2 tetes
CH3COOH 4 M & 4 Tidak terjadi
-
tetes ammonium asetat perubahan
4M
Endapan kuning

Ditambahkan 1 tetes Endapan kuning


-
K2CrO4 1 M, dikocok (Svehla, 1985).

Ditambahkan 4 tetes
- Sampel larut
HCl 6 M
Ditambahkan 1 tetes Endapan putih
- Endapan putih
H2SO4 4 M (Svehla, 1985).
Kuning ke hijau

Hijau kekuning
- Uji Nyala
(Svehla, 1985).

Ditambahkan ammonia
Tak terjadi endapan
4 M hingga berwarna
tapi sedikit keruh.
kuning, jika jingga
- Tak berubah Uji nyala berwarna
ditambah etanol.
hijau ke kuning
Endapan kuning diuji
(Svehla, 1985).
nyala.
Dipanaskan &
ditambah 2 tetes
Endapan putih
- ammonium oksalat 0,4
(Svehla, 1985).
M. endapan putih diuji
nyala.
9. Uji Ca2+
Larutan berwarna
bening
Larut dalam HCl
Ditambahkan HCl 6 M,
- encer (Svehla,
dikocok sampai larut
1985).

Dibasakan dengan Endapan putih


- Endapan putih
larutan NH4OH 4 m (Svehla, 1985).
Ditambahkan 2 Endapan putih
- Endapan putih
tetes(NH4)2CO3 1 M (Svehla, 1985).
Endapan terpisah
Dipanaskan dan sempurna
- didiamkan hingga
dingin

Ditambahkan 2 tetes
CH3COOH 4 M & 4 Tidak terjadi
-
tetes ammonium asetat perubahan
4M
Tidak terbentuk
endapan
Ditambahkan 1 tetes Tak terjadi endapan
-
K2CrO4 1 M, dikocok (Svehla, 1985).

Ditambahkan 4 tetes
- Sampel larut
HCl 6 M
Ditambahkan 1 tetes Endapan putih
- Endapan putih
H2SO4 4 M (Svehla, 1985).
Merah ke kuning
- Uji Nyala Merah nyala
(Svehla, 1985).
Ditambahkan ammonia Larutan berwarna

4 M hingga berwarna kuning


kuning, jika jingga terbentuk endapan Tak terjadi endapan
- tapi sedikit keruh.
ditambah etanol. putih.
(Svehla, 1985).
Endapan kuning diuji
nyala.

Dipanaskan &
Endapan putih , Uji
ditambah 2 tetes
Api berwarna merah nyala berwarna
- ammonium oksalat 0,4
menyala merah ke kuning
M. endapan putih diuji
(Svehla, 1985).
nyala.
10. Uji Cu2+
Endapan Hijau Tua

Endapan
Ditambahkan
- Coklat-merah
K4Fe(CN)6 0,1 N
(Svehla, 1985).

11. Uji Cd+


- Ditambahkan Endapan Kuning
K4Fe(CN)6 0,1 N

12. Uji Al3+


Ditambahkan NaOH 4 Endapan putih
- Endapan putih
M (Svehla, 1985).
Ditambahkan NaOH 4 Endapan larut
- Larut
M berlebih (Svehla, 1985).
Endapan merah

Endapan merah
- Ditambahkan Alizarin
(Svehla, 1985).

Stabil terhadap
Diasamkan dengan Tidak terjadi
- asam asetat
asam asetat perubahan
(Svehla, 1985).
Ditambahkan Tidak terjadi
-
K4Fe(CN)6 perubahan
13. Uji Zn2+
Ditambahkan NaOH 4 Endapan putih
- Putih, sukar larut
M (Svehla, 1985).
Ditambahkan NaOH 4 Endapan larut
- Tidak Larut
M berlebih (Svehla, 1985).
Endapan ungu

- Ditambahkan Alizarin

Stabil terhadap
Diasamkan dengan Tidak terjadi
- asam asetat
asam asetat perubahan
(Svehla, 1985).
Kuning

Ditambahkan
-
K4Fe(CN)6

14. Uji Fe2+


Ditambahkan Endapan biru tua
(a) Endapan biru tua
K4Fe(CN)6 (Svehla, 1985).
Ditambahkan Endapan biru tua
(b) Endapan biru tua
K3Fe(CN)6 (Svehla, 1985).
Ditambahkan ammonia Pengendapan
(c) Endapan hitam-biru
encer besi(II) hidroksida
15. Uji Fe3+
Endapan biru tua

Ditambahkan Endapan biru tua


(a)
K4Fe(CN)6 (Svehla, 1985).

Larutan coklat

Ditambahkan Pewarnaan coklat


(b)
K3Fe(CN)6 (Svehla, 1985).

Endapan
cokelat-merah

Ditambahkan ammonia Endapan


(c)
encer cokelat-merah
VII. Perhitungan
-

VIII. Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan untuk mengidentifikasi kation dan
golongan-golongannya
8.1 Identifikasi ion Na+
Sampel ditambahkan amonium sulfat dan amonium oksalat agar NaCl
terionisasi menjadi Na+ dan Cl-. Ketika ditambahkan asam asetat dan seng uranil
asetat seharusnya terbentuk endapan kristalin kuning natrium zink uranil asetat
NaZn(UO2)3(CH3COO)99H2O, namun tidak dilakukan percobaan karena tidak
tersedianya reagensia seng uranil asetat.

8.2 Identifikasi ion Mg2+


Ketika ion Mg direaksikan dengan NH4OH, terbentuklah endapan putih
magnesium hidroksida
Mg2+ + 2OH- → Mg(OH)2
Endapan bersifat sulit larut dalam air, lalu direaksikan dengan dinatrium
hydrogen fosfat juga terbentuk endapan putih. Endapan terpisah karena sifatnya
yang cenderung membentuk larutan saat lewat jenuh. Karena endapan yang dapat
larut dalam air sangat sedikit dan hanya larut dalam beberapa asam mineral, maka
ditambahkan asam oksalat ke dalam larutan.
Terakhir adalah penambahan titan kuning. Namun, percobaan ini tidak
dilakukan dikarenakan tidak tersedianya reagen. Titan kuning adalah zat pewarna
yang larut dalam air. Zat ini akan teradsorbsi saat bertemu magnesium hidroksida
menghasilkan warna atau endapan merah tua.

8.3 Identifikasi ion K+


Pertama, ion K+ ditambahkan asam asetat lalu dilakukan pemanasan untuk
mempermudah pembentukan endapan dibantu dengan larutan natrium
heksanitritokobaltat(III).
3K+ + [Co(NO2)6]3- → K3[Co(NO2)6]
Namun, lagi-lagi percobaan ini tidak dilakukan karena ketidaktersediaan
bahan. Bila berdasarkan teori, ketika ion K+ ditambahkan larutan natrium
heksanitritokobaltat(III), maka akan terbentuk endapan kuning kalium
heksanitritokobaltat(III).

8.4 Uji Nyala


Kawat Ni-Krom dibersihkan dengan dimasukkan ke dalam HCl pekat lalu
dibakar dengan api oksidasi, sehingga ketika dilakukan pengujian berikutnya tidak
ada lagi kontaminasi zat lain yang dapat memengaruhi hasil warna nyala. Nyala
api natrium berwarna kuning kuat oleh uap garam natrium. Sementara kalium
menghasilkan warna ungu pucat/lembayung/lilac.

8.5 Identifikasi Ion Ag+


Pertama, kita menambahkan asam klorida encer pada tabung 1 lalu
terbentuklah endapan putih yang mengindikasikan keberadaan perak klorida.
Ag+ + Cl- →AgCl ↓
Lalu dilakukan pemanasan untuk meningkatkan kelarutan dan saat
ditambahkan amonium hidroksida, tetap berbentuk endapan putih. Lalu pada
tabung II ditambahkan kalium iodida yang menyebabkan ion perak bereaksi
dengan ion iodida dan menghasilkan perak iodide yang ditunjukkan dari
terbentuknya endapan kuning.
Ag+ + I- → AgI ↓
Kemudian menambahkan larutan K2CrO4 pada tabung III dan menghasilkan
endapan berwarna coklat.
2Ag+ + CrO42- → Ag2CrO4↓
Perak kromat yang terbentuk ditunjukkan dengan adanya endapan berwarna
merah, tidak sesuai dengan hasil pada percobaan ini yang bisa saja dikarenakan
terlalu banyaknya/pekatnya larutan K2CrO4 yang ditambahkan ke sampel atau
kurang bersihnya alat yang digunakan sehingga menyebabkan kontaminasi zat
lain. Terakhir, ke dalam sampel ditambahkan larutan NaOH dan terbentuk
endapan berwarna coklat yang mengindikasikan keberadaan perak oksida dalam
sampel.
2Ag+ + 2OH- → Ag2O↓ + H2O

8.6 Identifikasi ion Pb2+


Pada identifikasi ion Pb2+, sampel yang berupa timbal asetat ditambahkan
reagen HCl dan terbentuklah endapan putih. Hal ini dikarenakan nilai Qsp lebih
besar dari pada Ksp sehingga larutan jenuh dan mengendap. Hal ini
mengindikasikan bahwa di dalam sampel terdapat kation golongan I. Saat
dipanaskan, endapan tersebut larut dan ketika ditambahkan NH4OH terbentuk
endapan putih kembali. Endapan kuning muncul saat sampel ditambahkan reagen
KI. Ketika sampel ditambahkan reagen K2CrO4 , terbentuk endapan kuning. Lalu
saat ditambahkan dengan NaOH, terbentuk endapan putih.

8.7 Identifikasi ion Hg22+


Pertama, pada tabung I ditambahkan asam klorida encer lalu terbentuk
endapan putih yang mengindikasikan keberadaan merkurium klorida.
2Hg+ + 2Cl- → Hg2Cl2↓
Ini disebabkan karena endapan tidak larut dalam asam encer. Endapan
merkurium klorida larut dalam aqua regia. Kemudian, sampel dipanaskan namun
tidak terjadi perubahan karena merkurium adalah logam cair yang putih keperakan
pada suhu biasa. Lalu ditambahkan kalium iodide yang menghasilkan endapan
merah bata yang seharusnya dihasikan endapan berwarna hijau yang
mengindikasikan keberadaan merkurium iodide
2Hg+ + 2I- → Hg2I2↓
Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan oleh tabung yang belum kering sehingga
terbentuk campuran endapan merkurium iodide merah dan merkurium hitam.
Kemudian ke dalam larutan ditambahkan reagen K2CrO4 yang menghasilkan
endapan merah. Larutan pun direaksikan pula dengan natrium hidroksida encer
yang membentuk endapan merah
2Hg+ + 2OH- → Hg2O↓ + H2O
8.8 Identifikasi ion Cu2+, Bi3+ dan Cd2+ (Golongan II)
Untuk menguji ion Cu2+, sampel ditambahkan dengan K4Fe(CN)6 ,terbentuk
endapan hijau tua yang seharusnya terbentuk endapan berwarna coklat-merah.
Endapan ini terbentuk karena nilai Ksp garam yang sangat kecil sehingga
terbentuk endapan. Dengan terbentuknya endapan dalam suasana sedikit asam, hal
ini menunjukkan bahwa terdapat kation golongan II dalam sampel. Kation
golongan II ini mengendap dengan ion sulfida dalam suasana yang sedikit asam.

8.9 Identifikasi Kation Golongan III


Kation golongan III dapat mengendap dengan ion sulfide atau hidroksida
dalam suasana yang sedikit basa. Setiap kali sampel direaksikan dengan NaOH,
sampel menghasilkan endapan putih, hal ini menunjukkan bahwa di dalam
sampel-sampel tersebut terdapat beberapa kation golongan III.
Al3+ + 3OH- → Al(OH)3↓
Endapan ion alumunium larut sementara zink tidak larut pada percobaan kali
ini yang bisa dipengaruhi berbagai faktor terutama faktor luar seperti penggunaan
alat dsb.
Untuk kation golongan III juga dapat diidentifikasi dengan reagen seperti
K4Fe(CN)6 dan K3Fe(CN)6. Ion feri dan fero sama-sama menghasilkan warna biru
tua sebagai hasil daari reaksi antara ion besi dengan K4Fe(CN)6 .
Fe2+ + 2K+ + [Fe(CN)6]4- → K2Fe(CN)6)6↓
Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4- → Fe4(CN)6)6↓
Namun ketika direaksikan dengan K3Fe(CN)6 terdapat perbedaan yaitu Fe2+
membentuk endapan biru tua sementara Fe3+ membentuk pewarnaan coklat.
Fe2+ + [Fe(CN)6]3- → Fe3+ + [Fe(CN)6]4-
Fe3+ + [Fe(CN)6]3- → Fe[Fe(CN)6]

8.10 Identifikasi Kation Golongan IV


Pertama, ion barium serta ion kalsium ditambahkan dengan HCl 6 M. Reaksi
tersebut dijabarkan sebagai berikut:
Ba2+ + 2Cl- → BaCl2
Ca2+ + 2Cl- → CaCl2
Kemudian, larutan dibasakan dengan larutan NH4OH 4 M dan menghasilkan
endapan putih dengan reaksi sebagai berikut
Ba2+ + 2OH- → Ba(OH)2 ↓
Ca2+ + 2OH- → Ca(OH)2 ↓
Lalu ditambahkan larutan ammonium karbonat yang juga menghasilkan
endapan putih dengan reaksi
Ba2+ + CO32- → BaCO3↓
Ca2+ + CO32- → CaCO3↓
Lalu ditambahkan K2CrO4 menghasilkan endapan kuning pada ion barium
dan tidak terjadi endapan pada ion kalsium
Ba2+ + CrO42- → BaCrO4↓

IX. Kesimpulan
Kation dalam larutan sampel dapat diidentifikasi menggunakan metode
kualitatif dengan mengenal reagen-reagen utama dan spesifiknya, serta
menggunakan analisis dengan uji nyala (flame test).

Daftar Pustaka
Ardianingsih, Retno. 2009. Penggunaan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) dalam Proses Analisa Deteksi Ion. Berita
Dirgantara. 10 (4): 101.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti. Jakarta : Erlangga.
Day, R.A., Underwood A.L., 1996, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima,
Erlangga, Jakarta.
Radiana, Yahya. 2013. Pengkajian Metode untuk Analisis Total Logam dalam
Segmen Menggunakan Microwave Digesteron. Jurnal Pusat Pedal-KLH
Digesteron. 7(2)
Rakhmawati, Suprapto. 2013. Pengendapan Magnesium Hikdroksida Pada
Elektrolisis Larutan Garam Industri. Jurnal Sains dan Semi Pomits.
2(1):1-4.
Rufiati, Etna . 2011. Uji Nyala Kation IA dan IIA . Tersedia secara online di
http://skp.unair.ac.id/.../UjiNyalaKationIA_EtnaRufiati_16544.pdf
[Diakses secara online pada 30 September 2018].
Sikanna, 2016. Analisis Kualitatif Kandungan Formalin pada Tahu yang Dijual di
Beberapa Pasar di Kota Palu. Jurnal Riset Kimia Kovalen. (2): 2.
Svehla, G. 1985. Vogel: Buku Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai