Anda di halaman 1dari 28

Pasar Industri dan

Karakteristik
Industri Farmasi justru mengalami pertumbuhan
saat pertumbuhan ekonomi Indonesia negatif Supply chain management:
Suatu pendekatan untuk mengefesiensikan
Manajemen suplai mempelajari dari mulai integrasi dari supplier, manufakturer, distributor,
bagaimana produk dan jasa dibuat hingga dan retailer
produk jasa ini sampai ke konsumen Dengan adanya SCM, produk & jasa
diproduksi/didistribusikan pada:
Manajemen suplai: alur produk dan jasa dari • Jumlah yang tepat: mencegah terjadinya
manufakturer dididistibusikan oleh distributor penumpukan barang2 slow moving,
hingga sampai ke retailer.. meminimalisir kemungkinan barang yg idle
• Dihubungkan oleh fasilitas transportasi dan • Lokasi yg tepat: tergantung pada daerah
storage (penyimpanan) tertentu barang apa yg lebih laku
• Diintegrasikan melalui integrasi, • Waktu yg tepat: ketersediaan barang saat
perencanaan, dan aktivitas integrasi dibutuhkan oleh konsumen
• Tidak terlepas dari biaya dan tingkat Tujuan lain SCM: meminimalisir sistem yang terkait
pelayanan penekanan biaya dan memuaskan konsumen
Dalam artian, cara konvensional mungkin tidak pada tingkat pelayanan yang lebih tinggi
efektif dan pelayanan tidak optimal. Sistem yg
baru akan menyesuaikan dgn cost dan Alur SCM
pelayanan yg lebih baik

Alur supply chain

1. Material flow (alur barang): supplier hingga


ke konsumen
1. Supplier menyediakan kebutuhan 2. Value added services (pelayanan):
manufakturer untuk supply bahan baku bagaimana diproduksi supplier hingga ke
2. Masing-masing manufaktur biasanya konsumen
memiliki > 1 distributor. Ada pula beberapa 3. Funds/demand flow: bagaimana supplier
manufaktur yang memiliki distributor khusus mendapatkan laba dari konsumen
(co: Sanbe Farma: Bina San Prima; Kalbe 4. Information flow: bagaimana supplier
Farma: Enseval; Kimia Farma: KFTD) mendapatkan informasi/review terkait
3. Distributor akan menyalurkan supply ke produk/jasa
retailer (offline atau online) 5. Reuse/maintenance/after sales service
4. Barang akan sampai ke tangan kostumer flow: dari kedua belah pihak
5. Untuk satu produk yg sama, untuk sampai Strategi perusahaan dalam usaha:
ke tgn pada kostumer bisa melewati jalur
yg berbeda
1. Product Excellence: perusahaan yakin penyakit infeksi (termasuk HIV) serta penyakit
produknya bagus shg totalitas dalam yang berhubungan dengan gaya hidup
harga mengalami peningkatan..
2. Cost Leadership: perusahaan bermain di Kenapa bisa terjadi? Karena saat itu
pricing dan melakukan efisiensi harga perekonomian Indonesia membaik, ditandai
3. Service Intimacy: perusahaan memberikan dengan bertambahnya penduduk yang masuk
intimacy service ke masyarakat ke middle class dan merubah gaya hidup mereka
shg muncul penyakit-penyakit akibat gaya hidup
Network pada SCM (gangguan kardiovaskular, kanker)

Adanya BPJS juga memengaruhi pasar


farmaseutikal. Hal ini karena persentase
pembelanjaan obat juga meningkat seiring
meningkatnya penduduk yang menggunakan
akses BPJS kesehatan

Adanya BPJS juga meningkatkan penggunaan


perlengkapan medis seperti film X-ray,
developers, sarung tangan, bahan kimia, kateter,
Kasus: perlengkapan CT/MRI dan imaging lainnya.
Kenapa banyak barang yang dijual dengan
mekanisme Pre-Order? Macro-environment Indonesia
• Untuk mengurangi setidaknya 2 biaya dari Meningkatnya akses penduduk terhadap fasilitas
keseluruhan biaya produksi (yaitu: biaya kesehatan (BPJS) akan meningkatkan usia
inventori dan biaya transportasi) harapan hidup (tadinya 68,9 di 2014, sekarang
menjadi 70,1 di 2020)
Indonesia Healthcare Supply Chain
2014 - JKN 2020 setelah pandemi: middle class rentan
"Semua warga negara Indonesia seluruhnya akan terkena jatuh miskin
di cover oleh suatu sistem aspirasi sosial dibawah Hal ini dapat terjadi akibat hampir semua
JKN" kebijakan pemerintah hanya terfokus pada lower
Harapannya: terjadi kenaikan hospital bed, obat class. Sebagian besar middle class banyaknya
terutama obat generik, medical equipment, tes memiliki usaha yang tidak informal (pendapatan
diagnosis, kebutuhan SDM healthcare profesional tiap bulan tidak menentu/fluktuatif), ketika
Keuntungan: adanya pandemi maka usaha tidak akan jalan,
pemasukan tidak ada, kebijakan pemerintah pun
tidak dapat membantu.
Hal ini juga dapat berdampak pada
perekonomian nasional karena selama ini yg
paling banyak berkontribusi adalah middle class,
dari segi proporsi dan jumlah spending uang.

Healthcare Market di Indonesia


Pembelanjaan sektor kesehatan Indonesia masih
di bawah Filipina, Vietnam, Thailand, China,
Target pemerintah: akhir 2019, 100% penduduk Malaysia, Singapura.
tercover oleh JKN
Realita per 2020: masih sekitar 80% yang tercover Indonesia Healthcare Insurance
Per tahun 2015, total penduduk yang menjadi Health Insurance Umum
anggota BPJS dan yg berkunjung ke fasilitas JKN dicetus oleh BPJS Kesehatan, utk mengcover
kesehatan meningkat.. pengobatan untuk kekhawatiran sehari-hari
Hal tersebut menjadi peluang bagi RS, apotek seperti flu, hingga pengobatan terapi dgn
dan pasar perlengkapan medis swasta operasi, dialisis, dan kemoterapi
Saat awal munculnya BPJS Kesehatan, total
laporan penyakit kardiovaskular, diabetes,
Pemerintah mewajibkan 100% penduduk memiliki Defisit pun nantinya akan dibayarkan oleh
BPJS kesehatan walaupun sudah memiliki health pemerintah. Permasalahan defisitnya BPJS pun
insurance swasta bukan seluruhnya kesalahan BPJS. Walaupun
untuk start harga premi pada saat di launch
Health Insurance Swasta merupakan salah satu kesalahan utama BPJS,
Diperkirakan penduduk dengan asuransi namun ada faktor lain yang ikut menjadi
kesehatan swasta sekitar 8% dari total penduduk permasalahan defisitnya BPJS. Selain itu, sistem
(kurleb 20 juta orang) kesehatan Indonesia masih terlalu terfokus pada
Peningkatan kebutuhan akan pelayanan publik tindakan kuratif (pengobatan), belum mencoba
membuat masyarakat kelas atas lebih memilih mengeksplor upaya preventif (pencegahan)
pelayanan kesehatan swasta untuk pelayanan yang akan ikut berdampak pada masa depan.
yang lebih cepat atau lebih berkualitas. Maka, dgn adanya vaksin COVID-19 yg
digratiskan dapat menjadi salah satu upaya
Karena BPJS memiliki sistem pengobatan preventif karena BPJS harus mulai memikirkan
bertingkat dan hanya sampai pelayanan kelas 1, upaya preventif karena ke depannya
beberapa orang akan merasa tidak nyaman dampaknya pun akan menguntungkan bagi BPJS
dengan sistem yg kompleks atau pelayanan sendiri.
rawat inap yang kurang sesuai.
Prinsip BPJS adalah gotong royong. Defisit pada Indonesia Healthcare Value Chain
sistem BPJS dapat berkurang jika dari 100% Pengobatan berjenjang BPJS
anggota BPJS ini, jumlah orang yang sakit juga • Puskesmas
sedikit, agar orang yg sehat dapat melakukan • RS Tipe D
subsidi silang bagi orang yang sakit. • RS Tipe C
Namun, kenyataannya orang yg sakit masih • RS Tipe B
sangat banyak sehingga sistem gotong royong • RS Tipe A
tidak berjalan dan defisit BPJS semakin besar. Kenapa? Hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya penumpukan pasien pada satu fasilitas
Suatu skema Coordination of Benefit (CoB) kesehatan
Memfasilitasi seseorang memiliki >1 asuransi
kesehatan Alur Healthcare Value Chain
Misal:
A memiliki BPJS dan asuransi swasta. Saat dia
ingin dirawat di RS, dia ingin dirawat di kelas VIP
sementara BPJS milik A berada di kelas 1,
otomatis A akan naik ke kelas VIP. Dengan
adanya CoB, yg harusnya A dicover oleh BPJS di
kelas satu, saat dia naik kelas ke VIP, selisih biaya
A akan ditanggung oleh asuransi swasta

Skema Asuransi Umum vs. Swasta

Kasus: Peserta BPJS Kesehatan akan dapat vaksin


Proses reimbursmen rumah sakit
COVID-19 gratis. Apakah masuk akal sementara
Bedanya BPJS dengan ASKES:
defisit sudah terlalu banyak?
ASKES: pasien membayar sesuai fasilitas/jasa RS
yang diterima Tantangan
BPJS: pasien membayar sesuai kode diagnosis • Masih terjadi disparitas antara Jawa dan
penyakitnya Non-Jawa, termasuk jumlah fasilitas
Contoh: seorang pasien didiagnosis terkena DBD Berpengaruh thd peningkatan fasilitas
dengan kode X, senilai 3 juta (tarif INA-CBGs). kesehatan (jumlah kasur RS)
Maka, pasien cukup membayar 3 juta terlepas • Rasio tenaga kesehatan masih relatif rendah
dari berapa lamanya ia dirawat di RS. Hal ini Selain kurangnya dalam kuantitas, distribusi
menjadi tantangan bagi RS bagaimana cara tenaga kesehatan pun masih belum merata
menyembuhkan pasien dengan cepat pada daerah-daerah tertentu.
• Jumlah prevalensi penyakit tidak menular
Healthcare Key Trend di Indonesia (terkait gaya hidup) meningkat
1. Peningkatan lifestyle disease (Diabetes, Penyakit pernapasan, cedera,
Jumlah prevalensi penyakit akibat gaya penyakit kardiovaskular, kanker, kondisi
hidup yang meningkat. nutrisional, dll)
>50 % penduduk Indonesia tinggal di
perkotaan shg meningkatkan prevalensi Indonesia Healthcare Attractiveness
faktor resiko spt pemakaian rokok Hasil PESTLE Analysis pasar industri kesehatan
(tembakau), alkohol, diet yg tidak sehat,
dan inaktivitas fisik. Hal ini akan
meningkatkan jumlah pengidap penyakit
akibat gaya hidup (kanker, diabetes, stroke,
penyakit jantung).
2. Implementasi tetap UHC
Semakin banyak RS swasta yang menjalin
kerjasama dgn BPJS.
3. Peningkatan RS Swasta Dari keseluruhan skor, Indonesia masih kurang
Karena 100% penduduk Indonesia dalam hal teknologi. Hal ini mungkin dikarenakan
merupakan anggota BPJS, mau tidak mau teknologi, khususnya di farmasi, masih sangat
RS swasta harus menerima pasien dengan jauh tertinggal. Kedua, dari segi legislation. Masih
BPJS banyak aturan yang kurang menarik bagi
4. E-catalogue investor.
Pengadaan dan Perencanaan obat serta
peralatan medis lebih transparan dalam segi Pasar Indonesia dianggap menarik karena:
harga untuk menciptakan kompetisi yang • Large population
sehat. • Increasing Healthcare Expenditure
5. Investasi Kesehatan bagi usia lanjut • Improved Access to Healthcare (terutama
Adanya kesadaran akan pentingnya sejak adanya JKN)
investasi bagi kesehatan khususnya pada
usia lanjut
6. Farmaseutikal Indonesia mengalami
ledakan manufakturing secara nasional
Membuka peluang bagi investor untuk
berinvestasi di sektor kesehatan. Konsumsi
obat generik mengalami peningkatan drastis
semenjak adanya JKN.
7. Teknologi canggih mulai dipakai pada
beberapa fasilitas kesehatan
Banyaknya digital healthcare start-up,
berbasis internet dan penggunaan
smartphone
Manajemen Suplai
Industri
Di Industri terdapat 5 kegiatan utama yang Pada manajemen suplai di Industri Farmasi yang
berkaitan dengan manajemen suplai: bertanggung jawab adalah PPIC.
1. Planning → proses yang diperlukan untuk
mengoperasikan rantai pasok
2. Sourcing → pemilihan suppliers atau pemasok
untuk bahan baku
3. Making → menghasilkan (membuat) produk
utama atau service/layanan
4. Delivering → Pengantaran atau pengiriman,
proses logistik
5. Returning → melibatkan proses untuk
pengembalian produk yang sudah usang,
rusak, dan berlebih.
PPIC (Production Planning Inventory Control)
Industri Farmasi Tugas :
1. Input → bahan baku 90% impor sehingga • Merencanakan dan memonitor jalannya
saat dipesan oleh perusahaann maka ada produksi
faktor lain yang harus dipertimbangkan • Merencanakan dan mengendalikan
seperti waktu, proses pajak/bea cukai dll. bahan baku, bahan kemas dan stok
2. Manufacturing obat jadi → mengendalikan kelancaran
Produksi lokal proses pengiriman produk mulai dari
• Pesaing milik Negara shipment, custom clearance sampai
distribusi ke distributor
• Produsen swasta lokal
• Sumber data informasi yang berkaitan
• Produsen asing
dengan pelaksanaan produksi
• Bekerja sama
• Berkoordinasi dengan QA dan QC untuk
Produksi Luar negeri
menjamin kualitas obat
3. Distribusi
• Berkoordinasi dengan QA dan QC dalam
4. Retail
hal manajemen produk return/ED dan
• Pharmacies
mengawasi proses penghancuran
• Hospitals
produk
• Drug store
• Doctors
Siklus Manajemen Material
• Peddlers, general stores, etc
➢ Untuk mencapai tujuan pengelolaan material
5. Consumption → konsumen
dengan mencapai semua material secara
tepat (jumlah, mutu, waktu, biaya)
Struktur Organisasi Industri Farmasi
• Untuk menjamin proses dari pemesanan
sampe konsumen lancer
• Untuk menghindari terjadinya stockouts
• Untuk memanfaatkan siklus pesanan
• Untuk membantu melindungi nilai
terhadap kenaikan harga atau
memanfatakan diskon kuantitas
• Untuk memisahkan langkah-langkah
proses

Faktor Pengendalian Persediaan


• Demand/kebutuhan pasar →
diperikirakan melalui forecasting model
• Timeline/waktu → waktu pengiriman
Forecasts bahan/produk jadi
➢ Forecasts (perkiraan) penting untuk • Kualitas dan keamanan → dari
manajemen suplai dan berperan penting pengiriman hingga penyimpanan
untuk menentukan keputusan • Regulasi → sesuai dengan regulasi yang
➢ Forecasts merupakan dasar dari berlaku
perencanaan dan pengendalian • Kapasitas → Kapasitas gudang
➢ Disimpulkan forcasts penting dalam • Stock out → terjadi ketika keslaahan
menentukan berapa banyak persediaan prediksi sehingga menimbulkan
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan kekurangan bahan, permintaan tinggi
stock terbatas
Forecasting Model : • Overstock → permintaan persediaan
• Kualitatif → umunya dilakukan dengan melampaui peramalan, permintaan
memanfaatkan pengetahuan dari para ahli rendah tapi supply berlebih
(mereka yang mengetahui demand pasar • Buffer stock → persediaan cadanagn
dan menentukan secara kualitatif). Berguna diluar demand yang diramalkan di
jika produk relatif baru, belum tahu demand forecasting
pasarnya.
• Time series analysis → berdasarkan data Persediaan Inventarisasi yang Efektif
yang berkaitan dengan permintaan masa ➢ Klasifikasi
lalu dapat digunakan untuk memprediksi 1. ABC yaitu metode inventarisasi yang
permintaan di masa depan. Cocok untuk membagi berdasarkan monitoring value
produk yang demand konstan. • A → very improtant
• Kausal → tidak mempertimbangkan variable • B → moderately important
waktu • C → least important
• Simulasi →metode dibandingkan antara satu 2. Just in time (JIT) yaitu dirancang untuk
dengan yang lain. Caranya dipilih model mencapai produksi tervolume tinggi
yang hasilnya mencerminkan hasil actual dengan menggunakan persediaan
minimal dari cadangan (memproduksi
pada saat diperlukan jadi tidak
Pengendaliaan Persediaan Bahan dan Produk menimbun bahan baku). Prinsip :
• Untuk mengantisipasi unsur • Reducing waste
ketidakpastian permintaan, pasokan dari • Free up cash flow → yang dibeli
supplier, dan waktu tunggu pemesanan hanya bahan baku yang ingin
• Tujuan → memberikan layanan terbaik dipakai
pada pelanggan, memperlancar proses • Create time efficiencies
produksi, mengantisipasi kemungkinan • Warehouse stock is minimized
terjadinya kekurangan persediaan dan • Increased customer responsiveness
fluktuasi harga 3. MRP (Material Requirement Planning),
sudah banyak digunakan. Logika atau
Fungsi Inventory Management cara pikir yang menghitung jumlah suku
• Untuk memenuhi demand konsumen cadang, komponen atau bahan lain
yang dibutuhkan untuk mengahsilkan ➢ Lead times → waktu yang diperlukan untuk
suatu produk. memproses pesanan hingga pesanan
3 sumber informasi : diterima pelanggan
• Demand ➢ Cost Estimation
• Bill-of-material • Holding (or carrying) costs → biaya
• Status inventaris saat ini dari yang terkait dengan penyimpanan
barang-barang yang dikelola barang di fasilitas penyimpanan,
oleh system penanganan, asurasi, pencurian dll
• Setup (or production change) costs
➢ Tracking System → Jika tidak ada biaya atau
Menjamin bahan baku yang masuk ke kehilangan waktu pada saat
industry sampai produk jadi bisa di track. mengubah dari satu produk ke
Track additions and removal : produk lain. Ini adalah tujuan sari
• Bar-coding system JIT.
• Point of Use or Point of Sale (POS) • Ordering costs → biaya pemesanan
Physical count of items dan penerimaan barang
• Periodic intervals • Shortage costs (kekurangan) → Biaya
• Cycle count yang harus ditangguang ketika tidak
• Find and correct errors memiliki persediaan pada saat
➢ Forecast of demand dibutuhkan
Manajemen Suplai
Farmasi di Era Jaminan
Kesehatan Nasional
Kebijakan obat nasional → Regulasi → Peran → Menjamin keamanan mutu dan manfaat
Manajemen Suplai Farmasi → Kebijakan Dukungan Aksesibilitas Obat dan Vaksin bagi
Pengelolaan Obat Program Kesehatan
KEBIJAKAN OBAT NASIONAL (KONAS) Tata Kelola Obat Vaksin Terpadu
• Ketersediaan → pemerataan dan 1. Tata kelola obat dan vaksin secara
keterjangkauan obat –termasuk obat terpadu – pemilihan atau seleksi pada
esensial obat yang masuk ke dalam
• Menjamin keamaan, khasiat dan mutu formularium nasional dalam beberapa
obat yang beredar, serta melindungi tahap
masyarakat dari penggunaan yang → Fasilitas kesehatan memilih obat
salah dan penyalahgunaan obat dengan memprioritaskan yang ada
• Penggunaan obat yang rasional
pada formulairium nasional
TANTANGAN DALAM PENGOBATAN DI ERA JKN 2. Perencanaan → fasilitas kesehatan
Pengobatan itu tidak hanya harus mempunyai melakukan perencanaan melalui RKO
(Realisasi Kebutuhan Obat), di
kualitas, efikasi yang bagus dan aman, tetapi
dasarkan pada rencana kebutuhan
harus juga memiliki cost effective – efektif dari obat yang ada pada fasilitas
segi biaya kesehatan tersebut
3. Pengadaan Obat – dilakukan secara
ARAH KEBIJAKAN
transparan melalui e-catalogue
Kebijakan Obat Nasional mengatur tentang: 4. Distribusi → mengedapankan prinsip e-
1. Regulasi logistic, good storage practice & good
2. Keterjangkauan distribution practice
3. Penggunaan obat yang rasional dan 5. Penggunaan → mengedapankan
alkes yang tepat guna aspek good pharmacy practice &
4. Jaminan keamanan, mutu, dan good prescribing practice dan
manfaat mengutamakan penggunaan obat
 yang rasional
Pelayanan kesehatan yang prima, 6. Monitoring dan evaluasi → meliputi
keseluruhan proses
merata dan terjangkau, termasuk
pelayanan kefarmasian KEBIJAKAN E-CATALOGUE
Pada proses pengadaan obat secara Rencana Kebutuhan Obat
transparan, obat yang masuk ke dalam • RKO dasar
formularium diprioritaskan pada obat generik • RKO rujukan
• RKO program
Formularium Nasional

• Penyusunan daftar obat (nama
E-Catalogue
generic, kekuatan, bentuk sediaan)
berdasarkan kelas terapi • Lelang harga satuan
• Penggunaan pada tingkatan faskes • Negosiasi harga penyedia tunggal

PROSES E-CATALOGUE

NIE Generik

Ada Tidak Ada

NIE Nama
>1 Hanya 1
Dagang

Lelang Negosiasi >1 Hanya 1

Lelang Negosiasi

NIE: Nama Izin Edar


IMPLEMENTASI E-CATALGOUE ▪ Jika ada kendala operasional dalam
✓ Obat tayang → Berdasarkan Fornas → aplikasi, pembelian e-catalogue
Percepatan penayangan obat di e- secara manual dengan pemesanan
catalogue. Jika belum tayang, maka langsung ke penyedia atau industri
digunakan metode oengadaan lain farmasi
sesuai ketentuan ▪ Penolakan oleh industri farmasi
✓ Rencana Kebutuban Obat (RKO) → dengan menyampaikan alasan
Perencanaan akurat, Data RKO dari penolakan dapat beralih ke metode
faskes, e-Money realisasi terhadap RKO pengadaan lain
→ Kepastian penyediaan bagi industri ▪ Satker melaporkan penolakan kepada
farmasi. Tidak terjadi over/under supply LKPP dan Dirjen Binfar & Alkes
✓ Sistem e-Purchasing → Jangkauan ▪ FKTP dan FKTRL swasta yang
internet, Kecepatan akses → bekerjasama dengan BPJS:
Koordinasi dengan Kemenkominfo. • Dapat melaksanalan pengadaan
Server terpisah. Aplikasi baru obat berdasarkan katalog
eletronik
PERMENKES No. 63 Th. 2014 tentang • Melakukan pembelian e-
catalogue secara manual dengan
Pengadaan Obat berdasarkan e-Catalogue
pemesanan langsung ke penyedia 4. UU No. 24 Th. 2011 tentang Badan
atau industri farmasi Penyelenggara Jaminan Sosisal (BPJS)
5. PP No. 12 dan 111 Th. 2013 tentang
MONITORING & EVALUASI E-CATALOGUE Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan
✓ Monev data realisasi e-catalogue Kesehatan
terhadap rencana kebutuhan obat 6. Perpres No. 12 dan 11 Th. 2013 tentang
(RKO) Jaminan Kesehatan
✓ Menggunakan data realisasi e- 7. Permenkes No. 71 Th. 2013 tentang
purchasing di LKPP, realisasi manual Pelayanan Kesehatan pada JKN
Kemenkes dari Industri Farmasi secara 8. Permenkes No. 28 Th. 2014 tentang
berkala Pedoman Pelaksanaan JKN
✓ Kapasitas produksi Industri Farmasi, 9. Permenkes No. 59 Th. 2014 tentang
Vendor Listed Performance Standar Tarif Pelayanan Kesehatan
dalam JKN
PERMASALAHAN DALAM IMPLEMENTASI 10. SK Dirjen Bina Kefarmasian dan Alkes
E-CATALOGUE Kemenkes No. HK.0203/III/1346/2014
tentang Pedoman Penerapan
Distributor menolak pemesanan
Formularium Nasional
✓ Pemesanan dilakukan langsung ke
industri farnasi oenyedia, bak secara e- PELAYANAN OBAT DALAM JKN
purchasing mauoun secara manual Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(pemesanan tidak diperkenankan ke
▪ Kapitasi
distributor)
→ obat sudah masuk dalam
✓ Distributor tidak berhak untuk menolak
pembayaran kapitasi
Penolakan dari industri farmasi penyedia
• Pemeriksaan dokter + pemberian
✓ Harus disertai alasan yang jelas obat
✓ Jika sudah melebihi kuota komitmen, • Operasional fasilitas kesehatan
maka dapat beralih ke cara lain lebih efektif dan efisien tanpa
✓ Jika alasan tidak jelas, segera laporkan mengurangi mutu pelayanan
ke Kemenkes ▪ Non-kapitasi
→ Obat masuk dalam paket rawat
Obat yang akan dibeli belum ada di e-
inap atau obat PRB/Prolanis
catalogue
• Pelayanan Obat Program Rujuk
✓ Gunakan cara lain sesua Perpres 70 Balik (PRB)
• Pemberian obat lebih rasional
Bagaimana dengan RS swasta dan Apotek
Rujuk Balik jika akan menggunakan e- Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
catalogue ▪ INA-CBGs
✓ Pemesanan dilakukan langsung ke → Obat sudah masuk dalam paket
industri farmasi penyedia secara INA-CBGs
manual (pemesanan tidak • Tarif INA-CBGs → pemeriksaan
diperkenankan ke distributor) dokter + penunjang diagnosis +
✓ Jika diperlukan dapat meminta obat
rekomendasi BPJS ▪ Non-INA CBGs
✓ Segera kirimkan RKO → Obat kemoterapi dan penyakit
✓ Tidak boleh untuk pasien regular
kronis non-stabil
REGULASI • Pelayananan obat kronis non-
1. UU No. 40 Th. 2004 tentang Sistem stabil
Jaminan Sosial Nasiona (SJSN)
MODEL PELAYANAN OBAT
2. UU No. 36 Th. 2009 tentang Kesehatan
3. UU No. 44 Th. 2009 tentang Rumah
Sakit
Primer → Puskesmas, Praktek Dokter perundang-
undangan
Umum/Gigi, Klinik
• Faskes primer
• Instalasi Farmasi, Apotek Jejaring lainnya/RS Swasta –
→ Obat termasuk komponen Surat Pemasaran
Obat mengacu e-
kapitasi catalogue
• Apotek PPK BPJS 8. Perserapan Berdasarkan persetujuan
→ Obat Program Rujuk Balik dapat Obat di Komite Medik dan
ditagihkan di luar kapitasi luar Daftar Kepala/Direktur Rumah
Sekunder → RS Tipe D, C, dan Non-Pendidikan dan Harga Sakit. Biaya sudah
Tersier → Tipe A dan B Pendidikan Obat termausk paket INA-CBGs
• IFRS, Apotek jejaring dan tidak ditagihkan

→ Obat termasuk komponen INA-CBGs terpisah ke BPJS kesehatan

KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAN PELAYANAN dan pasien tidak boleh

OBAT diminta urun biaya

No. Uraian Era JKN


PRB dan PROLANIS
1. Ruang • Obat RJTP/Obat RITP
• Obat RJTL/Obat RITL Program Rujuk Balik (PRB)
Lingkup
→ Pelayanan kesehatan yang diberikan
2. Pemberi • PKM – Ruang Farmasi
• Klinik – instalasi kepada penderita penyakit kronis dengan
Layanan
Farmasi/Apotek
kondisi stabil dan masih memerlukan
Tingkat Jejaring
• Dokter Praktek pengobatan atau asuhan keperawatan
Pertama
Perorangan – Apotek
jangka panjang yang dilaksanakan di Fakses
Jejaring
3. Pemberi IFRS atau IFRS beserta Tk. I atas rekomendasi/ rujukan dari dokter
Layanan Apotek Jejaring RS spesialisasi/sub-spesialis yang merawat
Tingkan → PRB diatur secara terperindi dalam Program
Lanjutan Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)
4. Sistem • Faskes Primer – PELAYANAN OBAT PRB
Komponen Kaitasi
Pembiyaan No. Uraian BPJS Kesehatan
• Faskes lanjutan:
Obat dan - Komponen 1. Landasan Peraturan Menteri
Paket INA-CBGs
BMHP Hukum Kesehatan & Peraturan
- Dibayar terpisah
diluar paket INA- BPJS
CBGs (Obat
Kronis dan Obat 2. Pemberi Apotek atau ruang
Sitotoksik) Layanan farmasi fasilitas
5. Daftar Formularium Nasional yang
kesehatan tingkat
Obat ditetapkan oleh Menteri
pertama yang bekerja
6. Harga Harga obat ditetapkan
sama dengan BPJS
Obat melalui e-catalogue
kesehatan untuk
7. Tata Cara • PKM – melalui e-
purchasing yang program rujuk balik
Pemesana
dilakukan oleh Dinkes 3. Cakupan DM, HT, jantung, asma,
Obat Kab/Kota
• RS Pemerintah – e- PRB PPOK, epilepsy, skizofren,
purchasing atau sirosis, hepatitis, stroke,
pengadaan lain
sesuai mekanisme dan SLE
4. Acuan Daftar Obat FORNAS - Dokter melakukan pemeriksaan dan
menusliskan resep yang tercantum di
Daftar Obat untuk program PRB
buku kontrol
5. Sistem Obat Fee for Service langsung
PRB kepada apotek Apotek/Depo Farmasi

6. Acuan e-catalogue + Faktor - Menyerahkan resep dokter layanan


primer
Harga Obat Pelayanan Kefarmasian
- Menunjukkan SRB dan buku control
- Petugas Apotek melakukan verifikasi
PROLANIS resep dengan aplikasi online dan
memberikan resep
1. Diabetes mellitus
2. Hipertensi Lain-lain
3. Asma
- Pemberian obat di Faskes primer 3
4. Penyakit jantung
bulan berturt-turut, bulan ke-4 dapat
5. Penyakit Paru Obstruktif (PPOK)
dirujuk ke RS
6. Epilepsi
- Sebelum 3 bulan, kondisi tidak stabil
7. Schizofren
→ rujuk RS
8. Stroke
- Hasil pemeriksaan stabil → SRB ke
9. SLE
Faskes Primer
FAKTOR PELAYANAN KEFARMASIAN
KETENTUAN PELAYANAN OBAT PRB
No. Harga Dasar Satuan Faktor
✓ Obat PRB diberikan maksimal 30 hari,
Obat obat sesuai Fornas dan ketentuan lain
1. <Rp 50.000,00 0,28 yang berlaku.
✓ Obat PRB diperoleh di faskes yang
2. Rp 50.000,00 sampai 0,26
bekerjasama dengan BPJS kesehatan
dengan Rp 250.000,00 ✓ Penggantian oba PRB hanya oleh
3. Rp 250.000,00 sampai 0,21 dokter spesialis/subspesialis
✓ Rujukan peserta PRB ke Fakses lanjutan
dengan Rp 500.000,00
hanya atas dasar indikasi medis
4. Rp 500.000,00 sampai 0,16
dengan Rp 1.000.000,00 PERAN MANAJEMEN SUPLAI FARMASI DALAM

5. Rp 1.000.000 sampai 0,11 JKN

dengan Rp 5.000.000,00 Pelayanan kesehatan bagi peserta Jaminan

6. Rp 5.000.000,00 sampai 0,09 Kesehatan

dengan Rp • Promotif
• Preventif
10.000.000,00
• Kuratif
7. ≥ Rp 10.000.000,00 0,07 • Rehabilitatif
→ Obat kemoterapi dibayar sesuai dengan → Pelayanan obat dan bahan medis

harga e-catalogue habis pakai

MEKANISME PELAYANAN OBAT PRB → Kendali mutu dan biaya

Faskes Primer ✓ Ketersediaan dan keterjangkauan


✓ Jaminan keamanan, mutu dan
- Control dengan menunjukkan –
manfaat
identitas peserta, SRB, dan baku
✓ Penggunaan obat yang rasional
control
IDENTIFYING WASTEFUL SPENDING IN HELATHCARE

Duplication of services

Patients do not receceive the


Inappropriate care
right care

Not cost-effective

Discarded input

Benefits could be obtained


Over-priced input
with less resources

High cost input

Administration waste
Resources are unnecessarily
taken away from patient care
Farud, abuse, and corruption
Kebijakan Obat
Nasional
Pelayanan kesehatan bagi peserta jaminan 
kesehata Keselamatan pasien
• Promotif FORMULARIUM NASIONAL (FORNAS)
• Preventif ▪ SK Menkes No. 328/Menkes/SK/VIII/2013:
• Kuratif → Fornas adalah daftar obat terpilih
• Rehabilitative yang dibutuhkan dan harus tersedia di
→ Pelayanan Obat dan Bhan Medis Habis fasilitas pelayanan kesehatan sebagai
Pakai acuan dalam pelaksanaan JKN.
→ Kendali mutu dan biaya ▪ Dalam mendukung pelayanan
UU No. 36 Th. 2009 Kesehatan Pasal 36 kesehatan, Kementerian Kesehatan
Pemerintah menjamin ketersediaan pemerataan berupaya untuk menjamin ketersediaan,
dan keterjangkauan perbekalan kesehatan, keterjangkauan dan aksesibilitas obat
terutama oat esensial dengan menyusun Fornas yang akan
UU No. 40 Th. 2004 SJSN Pasal 25 digunakan sebagai acuan dalam
Daftar dan harga obat yang dijamin BPJS pelayanan kesehatan di seluruh fasilitas
ditetapkan oleh Pemerintah kesehatan, baik fasilitas kesehatan
Perpres No. 111 Th. 2013 Pasal 32 tingkat pertama (FKTP) maupun fasilitas
Pelayanan obat alkes dan BMHP untuk peserta kesehatan rujukan tingkat lanjutan
Jaminan Kesehatan berpedoman pada daftar (FKRTL).
dan harga obat, alkes, dan BMHP yang TUJUAN DAN MANFAAT FORNAS
ditetapkan oleh Menteri. Tujuan Umum → menjadi acuan bagi fasilitas
Daftar obat, alkes, dan BMHP dituangkan dalam pelayanan kesehatan dalam menamin
Fornas dan Kompedium Alkes aksesibilitas obat yang berkhasia, bermutu,
SK Menkes 189 Th. 2006 Kebijakan Obat Nasional aman, dan terjangkau dalam sistem JKN
Tujuan Khusus → menjadi acuan dalam memilih
KEBIJAKAN OBAT ERA JKN obat yang aman, berkhasiat, bermutu,
Kebijakan Obat Nasional terjangkau dan berbasis bukti ilmiah, menjadi
 acuan dalam perencanaan dan penyediaan
Formularium Nasional obat di fasilitas pelayanan kesehatan
e-Catalogue Manfaat Fornas
Standar Pelayanan Kefarmasian ✓ Menjadi acuan penetapan
------------------------------------------------------------------------ penggunaan obat dalam JKN
Fasilitas Kesehatan ✓ Meningkatkan penggunaan obat yang
Jaminan Kesehatan rasional
✓ Mengendalikan biaya dan mutu
pengobatan
✓ Mengoptimalkan pelayanan kepada
pasien
✓ Memudahkan perencanaan dan
penyediaan obat
✓ Meningkatkan efisiensi anggaran
pelayanan kesehatan
KONSEP OBAT ESENSIAL DALAM JKN
Obat esensial merupakan obat yang terpilih
yang paling dibutuhkan dalam pelayanan
kesehatan
- Obat beredar (Safety, Efficacy, Quality)
- Fornas (Benefit Risk, Cost-Effective)
- DOEN MEKANISME PENYUSUNAN FORNAS

→ Menjadikan Fornas sebagai acuan dalam ▪ Kajian yang dilakukan tidak hanya

pengadaan dan pelayanan kesehatan membahas usulan baru, tetapi juga

STRATEGI PENYUSUNAN FORNAS mengkaji ulang isi Fornas tahun

• Daftar obat disusun oleh komite sebelumnya

independen ▪ Pemilihan anggota Komnas Penyusunan

• Mengakomodir usulan stakeholder Fornas sesuai dengan persyaratan yang

• Disusun berdasarkan kelas terapi telah ditentukan sebelumnya

• Daftar obat menyeluruh dan tersegmen ▪ Penambahan telah melibatkan

→ Digunakan pada tingkat pelayanan pengelola program di lingkungan

kesehatan Kemenkes, organisasi, profesi dan BPJS

→ dengan perimbangan standar Kompetensi Kesehatan

Nakes ▪ Prosedur perekrutan anggota Komnas

SK Menkes RI No. HK.02.02/MENKES/524/2015 Penyusunan Fornas serta tahap

tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan penilaian dan pembahasan

Formularium Nasional didokumentasikan

Mekanisme penyusunan Fornas ▪ Transparansi proses pelaksanaan

→ Komite nasional penyusun Fornas yang penyusunan

disahkan oleh menteri kesehatan KRITERIA PEMILIHAN OBAT

→ Anggota: pakar bidang kedokteran dan ➢ Memiliki khasiat keamanan terbaik

kedokteran gigi (umum/sepsialis), farmakologi berdasarkan bukti ilmiah mutakhir dan

klinik, praktisi perguruan tinggi, apoteker, dan valid

BPOM serta unit program di kementerian ➢ Memiliki rasio manfaat-resiko (benefit-risk

kesehatan terkait ratio) yang paling menguntungkan

→ Tim ahli, tim evaluasi, tim pelaksana, dan tim ➢ Memiliki izin edar dan indikasi yang

review disetujui oleh BPOM

Alur memasukkan obat baru ke dalam Fornas ➢ Memiliki rasio manfaat-resiko (benefit-risk
ratio) yang paling tinggi
➢ Dalam kriteria ini tidak termasuk obat - Pertimbangan klinis (clinical
tradisional dan suplemen makanan advisory)
KEBIJAKAN IMPLEMENTASI FORNAS - Perhtiungan standar tarif
▪ Fornas menjadi acuan dalam - Monitoring dan evaluasi
pelaksanaan JKN penyelenggaraan pelayanan
▪ Obat yang ada dalam Fornas harus jaminan kesehatan
tersedia di fasilitas kesehatan ➢ Pasal 33 ayat 2
▪ Apabila obat yang dibutuhkan tidak Monitoring dan evaluasi sebagaimana
tercantum dalam Fornas dpat dimaksud pada ay at (1) d,
digunakan obat lain secara terbatas dimaksudkan agar tenagakesehatan
berdasarkan persetujuan Komite Medik yang memberikan pelayanan kesehatan
dan Kepala/Direktur Rumah Sakit pada fasilitas kesehatan tingkat
▪ Penambahan dan atau pengurangan pertama, fasilitas kesehatan tingkat
daftar obat yang tercantum dalam lanjutan telah sesuai dengan
Fornas ditetapkan oleh Menkes setelah kewenangan dan standar pelayanan
mendapatkan rekomendasi Komnas medis yang ditetapkan oleh Menteri
Fornas melalui Adendum Fornas PENGGUNAAN OBAT RASIONAL (POR)
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DALAM JKN → Lebih dari 50% obat-obatan di dunia
Tujuan Umum → memperoleh gambaran diresepkan dan diberikan secara tidak tepat dan
tentang obat yang digunakan dalam JKN di tidak efisien
fasilitas kesehatan dasar dan rujukan → Berbeda dengan kondisi tersebut, 1/3
Tujuan Khusus penduduk dunia kesulitan mendapatkan akses
→ Untuk memberikan gambaran penggunaan memperoleh obat esensial
obat dalam JKN di fasilitas kesehatan dasar dan → POR bertujuan untuk menajamin bahwa
rujukan masyarakat memperoleh obat yang aman,
→ Untuk mengevaluasi kesesuaian penggunaan bermutu, dan efektif dengan biaya yang
obat dalam JKN dengan Formularium Nasional di terjangkau (safety, efficacy, quality, economic)
fasilitas kesehatan dasar dan rujukan Pemerintah melakukan upaya peningkatan POR
→ Untuk menentukan pola penggunaan obat melalui:
pada pasien penyakit tertentu ✓ Penetapan Fornas yang memuat daftar
→ Untuk mengetahui proporsi biaya obat obat yang dapat digunakan dan
terhadap biaya pelayanan kesehatan (biaya dijamin oleh BPJS
medis langsung) ✓ Pedoman penggunaan obat berbasis
REGULASI YANG MENGATUR EVALUASI bukti ilmiah
PENGGUNAAN OBAT ✓ Monitoring dan evaluasi peresepan dan
Permenkes No. 71 Th. 2013 tentang Pelayanan kepatuhan terhadap Fornas
Kesehatan pada JKN ✓ Advokasi, sosialisasi dan promosi
➢ Pasal 33 ayat 1 penggunaan obat generik dan
Dalam rangka menjamin kendali mutu penggunaan antibiotik secara rasional
dan biaya, menteri berwenang ✓ Peningkatan mutu pelayanan
melakukan: kefarmasian melalui pembinaan dan
- Penilaian teknologi kesehatan (HTA) peningkatan kapasitas SDM (apoteker)
✓ Penerapan farmasi klinik dalam • Tingkat cakupan
pelayanan yang sesuai standar Rumah Sakit
✓ Pemberdayaan masyarakat dalam POR • Akuisisi teknologi
KRITERIA PENGGUNAAN OBAT RASIONAL • Formularium rumah sakit
Pelayanan Medis
- Pasien menerima pengobatan sesuai
dengan kebutuhan klinisnya
- Dalam dosis yang sesuai dengan
kebutuhan
Pelayanan Kefarmasian
- Dalam periode waktu yang adequate
- Dengan harga yang terjangkau

✓ Diagnosis
✓ Penilaian konisi pasien
✓ Indikasi
✓ Jenis obat
✓ Dosis
✓ Cara dan lama pemberian
✓ Infromasi
✓ Harga terjangkau TIPE ANALISIS DALAM METODE HTA
✓ Kepatuhan pasien Tipe Biaya Efektivitas Hasi
✓ Waspada ESO Analisis
BRINGIN A NEW DRUG TO MARKET
Minimalisasi Money Efektivitas Intervensi
5000 cOmpounds evaluated → 5 compounds
biaya dianggap atau
enter clinical trial → 1 compound approved
sama program
HEALTH TECHNOLOGY ASSESMENT (HTA)
dengan
• Evaluasi sistematis dari sifat, efek, dan /
biaya
atau dampak teknologi kesehatan.
paling
• Proses multidisiplin untuk mengevaluasi
minim
masalah sosial, ekonomi, organisasi dan
Efektivitas Money Common Biaya per
etika dari intervensi kesehatan atau
biaya measure unit
teknologi kesehatan.
(e.g., efektivitas
• Tujuan utama melakukan penilaian
life years (e.g.,
adalah untuk menginformasikan
gained, cost per
pengambilan keputusan kebijakan.
blood LY
HTA digunakan untuk mendukung banyak
pressure gained)
keputusan perawatan kesehatan
reduction)
Dokter dan pasien
Utilitasi Money Utilitas, Biaya per
• Meresepkan keputusan
biaya misalnya unit
• Panduan praktik
QALY utilitas
Pembayar publik dan swasta
(e.g.,
• Formularium rencana obat
cost per ▪ Pengelolaan sarana dan prasaranan
QALY) sesuai standar
Manfaat Money Efektivitas Rasio ▪ Pengelolaan sediaan farmasi dan
biaya divaluasi manfaat perbekkes sesuai pernecanaan
dalam biaya kebutuhan
unit ▪ Administrasi terkait pengelolaan dan
moneter pelayanan farmasi klinik
▪ Rutin melakukan evaluasi dan
PELAYANAN KEFARMASIAN ditindaklanjuti
Manajerial – SDM, saran dan prasarana , Pelayanan Farmasi Klinik
pengelolaan sediaan farmasi & perbekalan ▪ Pelayana dan pengkajian resep
kesehatan serta administrasi dilakukan sesuai SOP, termasuk pasien
Pelayanan Farmasi Klinik – Pelayanan resep, PIO, rujuk blik
konseling, visite, MESO, EPO, PTO, homecare ▪ Pemberian informasi obat, konseling,
Promotif preventif – Infromasi dan edukasi visite, dan pemantauan terapi obat
kepada pasien dilakukan sesuai standar dan
PELAYANAN KEFARMASIAN ERA JKN didokumentasikan
Pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan ▪ Home pharmacy care dilakukan untuk
farmasi klinik → kolaborasi dengan tenaga pasien agar meningkatkan kepatuhan
kesehatan lain dan melakukan edukasi kepada dan mencegah resistensi obat
pasien → pasien safety Promotif dan Preventif
STRATEGI MENINGKATKAN PELAYANAN ▪ informasi dan edukasi kepada pasien/
KEFARMASIAN masyarakat dilakukan melalui
Meningkatkan Penggunaan Obat Rasional (POR) penyuluhan dan penyebaran informasi
- Evaluasi, revisi dan implementasi seperti leaflet, newsletter, spanduk, dan
pedoman penggunaan obat rasional, poster
utamanya untuk obat program → Apoteker berkontribusi dalam meningkatkan
- Penggerakan penggunaan obat penggunaan obat yang rasional dengan harga
rasional dlm rangka efisiensi dan yang terjangkau
efektifitas biaya pengobatan di fasilitas DAMPAK PENINGKATAN PELAYANAN
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan KEFARMASIAN TERHADAP MUTU PELAYANAN
Meningkatkan mutu pelayanan farmasi klinik KESEHATAN
dan komunitas Intervensi peningkatan pelayanan kefarmasian
- Revitalisasi pelaksanaan pelayanan di fsilitas kesehatan
farmasi klinik di RS dan komunitas 1. Meningkatkan kepatuhan terapi
- Menempatkan dan meningkatkan 2. Mengurangi kesalahan penggunaan
peran Apoteker dan Tenaga Teknis obat
Kefarmasian di RS dan Puskesmas 3. Mencegah medication error
PERAN TENAGA KEFARMASIAN DALAM 4. Mencegah, mengatasi dan mengurangi
PELAYANAN KESEHATAN terjadinya masalah terkait obat
Manajerial 5. Meningkat penggunaan obat yang
cost-effective
KOLABORASI ANTAR TENAGA KESEHATAN ▪ Pelayanan obat di praktek dr/drg/dr
Dokter – bidan perawat – tenaga kesehatan lain spesialis dilakukan oleh apotek yang
– apoteker TTK masuk dalam jejaring fasilitas pelayanan
Penanganan pasien oleh tim multidisiplin kesehatan
mencegah kejadian medication error, drug KEBIJAKAN KEFARMASIAN DI RS MELALUI SISTEM
related problem (DRP) dan mendorong SATU PINTU
penggunaan obat yang cost-effective → Patient Acuan formularium, perencanaan, pengadaan,
safety & Quality of life pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan
PELAYANAN KEFARMASIAN FASILITAS KESEHATAN • Pelaksanaan pengawasan dan
TINGKAT PERTAMA (FKTP) pengendalian penggunaan sediaan
▪ Pemanfaatan sistem pengelolaan obat farmasi
yang sudah ada di tingkat • Standardisasi sediaan farmasi
kabupaten/kota bagi puskesmas • Penjaminan mutu sediaan farmasi
(sarana, SDM, manajemen pengelolaan • Pengendalian harga sediaan farmasi
dan pengadaan obat) • Penurunan risiko kesalahan terkait
▪ Akses terhadap penyedia obat terjamin penggunaan sediaan farmasi dan
▪ Pelayanan kefarmasian dilaksanakan perbekalan kesehatan habis pakai
sesuai standar dan pedoman oleh • Kemudahan akses data sediaan farmasi
tenaga kefarmasian dan perbekalan kesehatan habis pakai
▪ Pengelolaan dan pelayanan obat yang akurat
dilaksanakan oleh apoteker yang TANTANGAN BAGI APOTEKER DI ERA JKN
memiliki kompetensi dan kewenangan ➢ Perubahan pada sistem pelayanan
▪ Pelayanan obat di praktek dr/drg kesehatan dalam era JKN memerlukan
dilakukan oleh apotek yang masuk perubahan paradigma apoteker untuk
dalam jejaring fasilitas pelayanan meningkatkan kompetensi di bidangnya
kesehatan masing-masing
PELAYANAN KEFARMASIANFASILITAS KESEHATAN ➢ Tersedianya tenaga kefarmasian dalam
TINGKAT LANJUT (FKTL) kuantitas dan kualitas yang memadai di
▪ Pengelolaan dan pelayanan fasyankes pemerintah / swasta untuk
kefarmasian dilaksanakan oleh IFRS mendukung tercapainya pelayanan
melalui sistem satu pintu kefarmasian yang bermutu
▪ Harus melaksanakan pelayanan sesuai ➢ Tersedianya sistem monitoring dan
standar pelayanan kefarmasian di evaluasi program pelayanan
rumah sakit kefarmasian yang efektif termasuk
▪ Pelayanan kefarmasian dilaksanakan penggunaan obat rasional sebagai
oleh apoteker salah satu pilar pelayanan kesehatan
▪ Pengelolaan dan pelayanan obat di
dilaksanakan oleh apoteker yang
memiliki kompetensi dan kewenangan
Manajemen Suplai di
Rumah Sakit
Kalo industry : produksi-distribusi-pedagang- STOCKLESS INVENTORY
pasien Unit/bangsal kalo butuh → minta ke IFRS →
Kalo rumah sakit : dari pasien-apoteker-bpjs- menghubungi distributor → disalurkan ke IFRS →
distributor barang langsung dibagikan ke unit tidak
IFRS bertugas mendistribusikan medical supply dimasukan ke gudang
kesemua bangsal didalam rumah sakit. Digunakan untuk obat yang mahal dan jarang
Berfokus pada medical supply dibutuhkan
Kelebihan menurut sudut pandang:
Distributor: kebutuhan barang di rs semakin jelas
RS :
- Mengurangi stok
- Mengurangi biaya dan dialokasikan
keperluan yg lain/ alih fungsi gudang
jadi tempat lain
- Mengurangi kejadian tidak adanya stok
LATAR BELAKANG - Pengiriman barang secara satuan
Dimulai pada tahun 1980 - IFRS yang bertanggung jawab thd
Tujuan: meningkatkan pelayanan dan penempatan pemesanan
mengurangi biaya DISKUSI
Paradigma baru : 1. Bagaimana dengan kekurangan dari
1. Stockless inventory: sama kaya just in system stokless Ketika ditetapkan ke rs?
time Kalo pengiriman secara satuan
2. Pengaturan inventory vendor harganya gabisa bold
3. Konsinyasi 2. Keuntungan bagi distributor kekita
4. System yang teromantisasi memilih system konsinyasi dengan rs?
STANDAR RANTAI PASOKAN DI RS Jenis obat yang tepat dilakukan
Supplier barang dalam jumlah besar konsiyasi?
(distributor)→ suplai ke RS (disimpan digudang) Obat yang sesuai : obat baru dan tidak
→ Unit dalam rs (bangsal) dalam unit ada tau berapa jumlah yang akan digunaka.
gudang kecil Promosi secara gratis
FAKTA UMUM SUPPLY CHAIN DI RS Obat yang cocok vitamin, obat yang
1. Kondisi umum adalah staff memesan baru
barang berdasarkan feeling bukan stok 3. Pengalaman kalian sebagai customer di
yang tersedia rs? Pernah tidak mengalami waktu
2. Terjadi barang inventoris yang tunggu yang lama saat menebus obat?
kebanyakan dan tingginya kejadian Atau Ketika menunggu obat, obatnya
stok habis (90-95%) malah kosong? Mengapa hal tersebut
3. Staff umum lebih memperhatikan pasien terjadi? Apakah kualitas pelayanan
daripada stok barang berhubungan dengan managemen
4. Kurangnya inventarisasi, menyebab staff supply?
tidak tahu barang mana yg berlebih Pernah merasakan menunggu terlalu
mana yang kurang lama, obat yang tidak ada juga pernah.
Terjadi karena terjadi lonjakan pasien - Makan waktu karena staff perlu login
yang mendadak, mempengaruhi kinerja dulu untuk mengambil barang
rumah sakit
INVENTORY MANAGEMENT TECHNIQUES
Behubungan dengan supply chain
1. ABC analysis
Dalam era bpjs, rumah sakit harus
2. Just in time
menyesuaikan diri dengan permintaan
3. Managemen requirement planning
karena jumlah pasien itu sendiri akan
(MRP) method
lebih membludak
4. Minimum safety stocks
VMI (VENDOR MANAGE INVENTORY)
5. VED Analysis
Distributor mengambil alih peran perencanaan
6. Fast, slow, non moving method (FSN)
sediaan dirumah sakit
Distributor menempatkan orangnya dirumah MINIMUM SAFETY STOCKS
sakit Kalo stok ada dilevel minimum, barang baru
Distributor tidak hanya menyediakan barang tapi dipesan
melibatkan competitor juga Barang baru udah dipesan sebelum
Kelebihan : inventorisnya kosong
- Mengurangi delay karena apabila stok VED ANALYSIS
kosong langsung hubungin distirbutor Klasifikasi item : vital (stok obat yang sangat
- Mengurangi biaya karena sudah penting dan rs gabisa jalan kl gaada brang
dibantu monitor dan maange dari ini), essensial (barang yg kalo distok
barang oleh distributor biayanya cukup tinggi), dan desirable
(permintaan) (kalo abis hanya terjadi
KONSINYASI
gangguan kecil)
Distributor menitipkan barang dan barang baru
Contoh jurnal
dibayar kalau sudah laku
Dihubungkan ke analisis ABC
Keuntungan RS: asset berkurang sehingga bisa
Contoh :
investasi ke tempat lain, resiko kerugian kecil
• Class 1 : AV,BV,CV,AE,AD
APU (AUTOMATED POINT OF USE)
• Class 2: BE,CE,BD
Tool yang digunakan untuk menerapkan
• Class 3: CD
managemen rantai pasokan dirumah sakit
Alur diletakan dibangsal dan hanya orang yang FSN METHOD
punya otoritas yang bisa pesen Pengendalian sediaan berdasarkan
Transasksi nya langsug tercatat dalam system kecepatan perputaran barang
Kelebihan : Metode ini mengklasifikasikan kedalam 3
- Pelaporan inventori dan pemesanan kategori:
otomatis dan berdasarkan reorder dan - Fast moving inventory
order sehingga terjamin dan efektif - Slow moving
- Data yang tercatat dapat diakses di - Non moving
setiap unit (tranparansi yang jelas)
Berdasarkan penggunaan barang
Kekurangan :
- Mahal karena pake teknologi
Siklus Suplai Di Apotek
Dan PBF
fisiologi/ keadaan patologi dalam
penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, peningkatan kesehatan,
dan kontrasepsi
PERAN TENAGA TEKNIS FARMASI
• Perencanaan
• Pengadaan
• Penyimpanan
• Distribusi
• Pencatatan, pelaporan, pemusnahan
PERENCANAAN
Adalah pembatasan dan pemilihan jenis, jumlah
dan harga yang sesuai kebutuhan dan
Management support: anggaran
• Manajemen organisasi Yang perlu diperhatikan:
• Manajemen finansial • Pola penyakit
• Manajeman SDM • Kemampuan dan daya beli masyarakat
• System informasi sekitar
Tahap: • Budaya masyarakat sekitar
• Perencanaan Tahap:
• Pengadaan • Pemilihan
• Penyimpanan • Kompilasi pemakaian
• Pendistribusian • Perhitungan kebutuhan
• Pencatatan • Penyesuaian rencana pengadaan
• Pelaporan PEMILIHAN DAN KOMPILASI
• Pemusnahan Merujuk pada daftar obat wajib apotek
• Perbekalan farmasi (DOWA), daftar oobat pelayanan kesehatan
PEKERJAAN KEFARMASIAN dasar (PKD) dan daftar alkes oleh kemenkes.
PP No. 51 tahun 2009: Kompilasi pemakaian untuk memperoleh
Pembuatan, pengendalian mutu, pengamanan, informadsi pemakaian tiap obat secara periodic.
pengadaan, penyimpanan, distribusi, Basis data:
pengelolaan obat, pelayanan resep dan pio,
pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional
Menkes no. 73 tahun 2016: std pelayanan
• Apotek tempat praktik kefarmasian o/
apoteker
• Std pelayanan kefarmasian sebagai
tolak ukur pelayanan
• Pelayanan: langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien berkaitan dgn
sediaan farmasi untuk mencapai hasil
pasti dan meningkatkan mutu hidup PERHITUNGAN KEBUTUHAN OBAT
pasien Metode Konsumsi (berdasarkan analisa data
• Resep: permintaan tertulis dr/drg pada konsumsi tahun sebelum)
apt baik paper/elektronik Rumus:
• Sediaan: obat bahan obat, obat CT = (CA x T) + SS – sisa stok
tradisional, kosmetika CT: kebutuhan per periode waktu
• Obat: bahan (include produk biologi) CA: kebutuhan rata2 perbulan
untuk memengaruhi/menyelidiki system T: lama kebutuhan
SS: safety stock
Keunggulan
• Mudah dilakukan
• Akurat
• Tidak butuh data penyakit dan standar
terapi
Kekurangan:
• Waktu lama
• Aspek medic tidak dapat di pantau
Metode epidemiologi (berdasarkan penyakit
yang sering muncul di masyarakat)
Tahap:
• Menentukan jumlah penduduk Jawaban: C. Rp 17.000.000
• Jumlah kunjungan kasus berdasarkan PENYESUAIAN PERENCANAAN OBAT
frekuensi penyakit Tujuan: memperoleh informasi mengenai jumlah
• Menyediakan standar pengobatan rencana pengadaan, skala prioritas masing2
untuk menghitung perikiraan kebutuhan obat dan jumlah kemasan, untuk pengadaan
obat dan penyesuaian dengan obat ditahun yang akan datang, menghitung
anggaran persentase anggaran masing2 obat
Keunggulan Analisis ABC
• Perkiraan mendekati kebenaran Dikelompokkan berdasarkan kebutuhan
• Standar pengobatan mendukung usaha dananya dan kuantitas obat
memperbaiki pola penggunaan obat • Kelompok A: 10-20% dari total item dan
Kekurangan: merepresentasikan 60-70% total nilai
• Mambutuhkan waktu dan tenaga (harga) → control lebih ketat
terampil • Kelompok B: 20% dari total item dan
• Data penyakit sulit diperoleh merepresentasikan 20% total nilai.
• Perlu pencatatan dan pelaporan yang • Kelompok C: 60-70% dari total itam dan
baik merepresentasikan 10-20% total nilai
Proyeksi Kebutuhan Obat Contoh
• Menetapkan perkiraan stokakhir yang
akan dating dengan mengalikan waktu
tunggu dengan estimasi pemakaian
rata2/bulan ditambah stok pengaman
• Perikiraan pengadaan obat periode
mendatang:
Rumus → a = b + c + d – e – f
A: perkiraan kebutuhan
B: kebutuhan untuk sisa periode berjalan
C: kebutuhan obat untuk tahun mendatang
D: perkiraan stok akhir (waktu tunggu dan safety
stock)
E: stok awal periode berjalan/sisa stok per 31 Des
tahun sebelumnya
Analisis VEN
F: rencana penerimaan obat periode berjalan
Berdasarkan dampak obat pada kesehatan
(jan-des)
• Kelompok V: obat yg vital, stok nya harus
KASUS
selalu ada (obat penyelamat, obat
kesehatan pokok, obat penyakit
penyebab kematian terbesar)
• Kelompok E: obat essential (obat yg
bekerja kausal yaitu obat yg bekerja
pada penyebab penyakit, ch: antibiotik)
• Kelompok N: obat non essential (obat
penunjang, kerjanya ringan, untuk
menimbulkan kenyamanan atau
mengatasi keluhan ringan, ch:
multivitamin)
Jawaban: B. 300 Contoh:
Kriteria obat:
• Punya izin edar/no registras
• Batas kadaluarsa saat diterima min.24
Matriks ABC-VEN bulan
• Vaksin dan preparat biologis ketentuan
kadaluarsa diatur sendiri
• Diproduksi o/ industry farmasi yang
tersertifikasi CPOB
Syarat pemasok:
• Memiliki izin PBF (pusat: menkes, cabang:
dinkes)
• Dukungan dari industry farmasi yang
tersertifikasi CPOB
Keketatan pengontrolan Kategori I > II > III • Reputasi baik
(kategori I item yg prioritas) • Pemilik/apoteker PJ PBF tidak dalam
• Kategori I: didominasi obat pengadilan/perkara yang berhubungan
kardiovaskular (amlopidine, captropil, profesi kefarmasian
bisoprolol) • Mampu menjamin kesinambungan
• Kategori II: didominasi golongan ketersediaan obat selama masa kontrak
antibiotic, antipiretik, analgesic, Waktu Pengadaan dan Kedatangan obat:
antihistamin, ekspektoran (ibuprofen, • Ditetapkan berdasarkan hasil analisa:
amoksisilin, chlorpheniramine) sisa stok, jumlah obat yg diterima sampai
• Kategori III: didominasi suplemen dan akhir periode, kapasitas penyimpanan,
vitamin (glucosamine, vit.c, neurobion) waktu tunggu
Contoh: • Pemantauan dan evaluasi dilakukan
dengan memperhatikan: nama obat,
satuan kemasan, jumlah obat, obat
yang sudah diterima, obat yang belum
diterima
Penerimaan:
• Alur: surat pesanan → barang datang →
faktur/nota
• Dokumen control: surat
pesanan/OPB/PO dan faktor
• Cek kualitas produk: pencatatan expired
date, pemeriksaan kemasan dan
produk, waktu datang, suhu saat
PENGADAAN datang. Pemeriksaan spesifik:
Tujuan:
• Obat dan perbekalan obat tersedia
dalam jumlah yang cukup sesuai
kebutuhan pelayanan kesehatan
• Mutu terjamin
• Dapat diperoleh saat diperlukan
Prinsip:

PENYIMPANAN
Tujuan:
• Menyimpan obat bermutu baik dan siap
didistribusikan
• Menampung obat rusak
Syarat:
• Aman
• Memenuhi syarat farmasetis
• Tertib administrasi • Gudang arus L
Prinsip:
• Sesuai syarat pabrik pembuat obat
(suhu, kelembaban, cahaya)
• Memastikan pasien mendapatkan
barang sesuai kondisi yang
dipersyaratkan
• Cara: berdasarkan bentuk sediaan,
berdasarkan kelas terapi obat,
berdasarkan alfabetis
Gudang:
Hal yang harus diperhatikan:
• Jalur distribusi obat: penetapan jalur,
• Disimpan di wadah asli
jumlah penyebaran distribusi, waktu yg
• Kalo dipindah cegah kontaminasi
diperlukan, kapasitas penyimpanan
• Wadah min memuat: nama obat, nomor
• Seleksi lokasi dan letak: gudang berada
batch, ED
didaerah distribusi, fasilitas air listrik
• Tidak disatukan dengan penyimpanan
jaringan telekomunikasi, ukuran
makanan
memadan dan aman
• Pisah kan obat high alert
• Hal yang harus diperhatikan: struktur fisik,
• Pisahkan obat sitostatika
desain gudang, organisai pengelola,
• Hati hati: obat nama mirip, kemasan
prosedur pengeluaran, efisiensi kerja,
mirip, obat sama kekuatan beda
penyimpanan dan control stok,
• Struktur organisasi
keperluan untuk setiap unit layanan
• FIFO/FEFO/administrative
kesehatan, penanganan khusus obat
• Peningkatan efisiensi
tertentu
DISTRIBUSI
• Desain gudang: sirkulasi udara, lantai
Adalah rangkaian kegiatan menyalurkan
mudah dibersihkan, obat di tata, tempat
sediaan farmasi dari tempat penyimpanan ke
penyimpanan khusuh obat tertentu,
pasien dengan menjamin mutu, stabilitas, jenis,
alarm asap dan alat pemadam
dan jumlah
Layout:
• Gudang garis lurus sederhana (apotek
yg memiliki ketersediaan ruang)

• Gudang arus U (instalasi farmasi RS)

Jenis PBF:
• Menyalurkan sediaan farmasi jadi
termasuk vaksin
• Menyalurkan bahan obat (memiliki
laboratorium dan gudang khusus)
Syarat PBF:

CPDB:
• Manajemen mutu
• Organisasi dan personalia
• Operasional
• Inspeksi diri
• Keluhan obat/bahan obat kembalian
• Transportasi
• Fasilitas distribusi
• Dokumentasi
Peran apt:
• Menetapkan standar CPDB
• Konrol dan monitoring
• Menyiapkan system mutu
• Melaksanakan ketentuan UU
PEMUSNAHAN
• Obat yang rusak atau kadaluarsa harus
dimusnahkan.
• Obat yang mengandung
nerkotik/psikotropik dimusnahkan
apoteker disaksikan dinkes
• Selain itu dimusnahkan apt disaksikan
tenaga kefarmasian lain yg ada izin
praktik
• Dibuktikan berita acara
• Resep >5 tahun dapat dimusnahkan
o/apt disaksikan ttk lain dilaporkan ke
dinkes

Anda mungkin juga menyukai