Anda di halaman 1dari 29

PEMERIKSAAN KADAR

FLAVONOID TOTAL EKSTRAK


SEBAGAI KUERSETIN DAN
PENENTUAN KADAR KUERSETIN
Kelompok 2 – Guazuspen

Shift C 2018
Kelompok 2 - Shift C 2018
◦ Viona Calista – 260110180107
◦ Annisa Nur Rahmayanti - 260110180108
◦ Taqiyyah Qothrunnadaa - 260110180109
◦ Aulia Nur Assyifa Putri - 260110180110
◦ Rizkia Andicha Putra - 260110180112
◦ Nurbaria A - 260110180113
◦ Gisela Priscilia Cindy - 260110180114
◦ Julieta Mega Priyani - 260110180115
◦ Novi Trisiani - 260110180116
◦ Aisha Salsabilla - 260110180117
◦ Adinda Niki K - 260110180118
◦ Edwin Pratama - 260110180119
◦ TUJUAN
TUJUAN
Memeriksa kadar flavonoid total ekstrak sebagai kuersetin dan
DAN menentukan kadar kuersetin.
PRINSIP
◦ PRINSIP
◦ Kolorimetri Salah satu metode anaisis farmasi untuk menentukan
konsentrasi suatu zat berdasarkan pada pengukuran intensitas warna
dalam larutan berwarna (Gandjar dan Rohman, 2007).
◦ Absorbansi adalah rasio logaritmik dari radiasi yang dipaparkan ke
suatu bahan terhadap radiasi yang ditransmisikan menembus bahan
(Gandjar dan Rohman, 2018).
TUJUAN ◦ Adsorpsi merupakan proses perpindahan massa pada permukaan pori-
DAN pori dalam butiran adsorben (Asip et al., 2008).
◦ Partisi Suatu senyawa akan mendistribusikan diri sendiri dalam dua
PRINSIP pelarut yang tidak bercampur pada suatu tertentu pada perbandingan
konsentrasi yang tetap (Cairns, 2004).
◦ Hukum Lambert-Beer didasarkan pada korelasi antara konsentrasi zat
pelarut. Penyerapan berkas cahaya monokromatis dan panjang
gelombang tertentu yang dilewatkan pada larutan (Makfoeld et al.,
2004).
REAKSI
Daun jati belanda memiliki beberapa kandungan kimia
diantaranya adalah tanin, alkaloid, saponin, dan betasitosterol.
Daun jati belanda memiliki berbagai macam khasiat
diantaranya adalah menurunkan kadar kolesterol dan berat
badan, mengobati gangguan pencernaan, hingga mengobati
kencing manis (Permana, et.al., 2016).
Kuersetin adalah salah satu flavonol dari kelompok
TEORI DASAR senyawa flavonoid polifenol yang didapatkan dalam hampir
semua jenis tanaman. Pada struktur kuersetin terdapat tiga
gugus yang membantu dalam menjaga kestabilan dan
antioksidan ketika bereaksi dengan radikal bebas yaitu, O-
dihidroksil pada cincin , 4-oxo dalam konjugasi dengan alkena
2,3 dan gugus 3- & 5- hidroksil (Jusuf, 2010).
Kadar kuersetin dapat diukur dengan metode kolorimetri,
yaitu pengukuran intensitas warna dalam larutan warna.
Metode ini tergolong metode analisis secara spektroskopi
sebab sampelnya dapat menyerap sinar tampak (visible)
dengan kisaran panjang gelombang 200-800nm, dimana UV
dalam kisaran 200-400nm, kemudian visible pada kisaran 400-
800nm (Gandjar dan Rohman, 2018).
TEORI DASAR Penentuan flavonoid total dalam ekstrak dilakukan untuk
mengetahui presentase kandungan flavonoid total dalam
ekstrak menggunakan metode kolorimetri AlCl3 dengan
pengukuran absorbansi secara spektofotometri (Cahyanta,
2016).
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur energy yang telah ditransmisikan, direfleksikan,
maupun diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang
(Neldawati, 2013). Prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan
absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu
larutan yang mengandung kontaminan yang akan ditentukan
konsentrasinya (Lestari, 2009).
Kuersetin juga dapat diidentifikasi melalui analisis kualitatif
TEORI DASAR menggunakan kromatografi lapis tipis. Pemisahan ini dapat
diamati melalui noda atau bercak dengan nilai retardation factor
(Rf) yang berbeda berdasarkan kecepatan migrasi tiap senyawa.
Nilai Rf dipengaruhi oleh struktur kimia dari senyawa yang
dipisahkan, sifat fasa diam, tebal lapisan fasa diam, kemurnian
fasa gerak, kejenuhan uap dari fasa gerak dalam wadah yang
digunakan, termasuk jumlah dan suhu (Leba, 2017).
◦ ALAT • Beaker glass ◦ Pipa kapiler
• Botol vial ◦ Pipet tetes
• Chamber ◦ Plat KLT
• KLT
◦ Silica gel
• Gelas Ukur
◦ Spektrofotometer UV-
• Kertas saring
Vis
• Kuvet
ALAT BAHAN • Labu ukur

◦ BAHAN ◦ AlCl3
◦ Asam asetat ◦ Etanol
◦ Aquadest ◦ Kuersetin baku
◦ Ekstrak Guazumae ◦ Natrium asetat
ulmifolium ◦ N-butanol
Ditimbang 0,2 g ekstrak dan tambahkan etanol 95% sampai 25 ml

Diaduk selama 1 jam menggunakan mechanical stirer


PROSEDUR
PEMBUATAN Disaring larutan yang didapatkan ke dalam labu terukur 25 ml, bilas kertas saring
menggunakan etanol
LARUTAN UJI
Ad filtrate yang didapat menggunakan etanol sampai tanda batas
pada labu ukur
Timbang 10 mg kuersetin

PROSEDUR Masukan ke dalam labu ukur 10 ml


PEMBUATAN
LARUTAN Larutan dan ad dengan etanol sampai batas labu ukur

KUERSETIN Dilakukan pengenceran larutan pembanding dengan kadar berturut-turut


PEMBANDING 80,70,60, 50, dan 40 microgram/liter
◦ PEMBUATAN LARUTAN AlCl3 10% P (Li et al., 2006).

Timbang 10 g Alumunium Klorida

Larutkan dalam aquadest hingga 100 ml

PROSEDUR
◦ PEMBUATAN LARUTAN NATRIUM ASETAT 1M
PEMBUATAN (Kemenkes RI, 2014).
REAGEN
Timbang 8,2 g Natrium Asetat P

Larutkan dalam aquadest hingga 100 ml


Pipet secara terpisah 0,5 ml larutan uji dan masing-masing larutan pembanding
yang telah diencerkan ke dalam wadah yang sesuai

Menambahkan masing-masing 1,5 ml etanol, 0,1 ml aluminium klorida 10%, 0,1


ml natrium asetat 1 M dan 2,8 ml aquadest

PROSEDUR Kocok dan diamkan selama 30 menit pada suhu ruang


PENENTUAN
JUMLAH Ukur serapan pada panjang gelombang maksimum
kurang lebih 425 nm
FLAVONOID
Lakukan pengukuran blanko dengan cara yang sama tanpa penambahan
aluminium klorida

Buat kurva kalibrasi

(Kemenkes RI, 2017)


Buat batas atas dan bawah pada plat KLT sebesar 1 cm atau
disesuaikan dengan panjang plat KLT

Totolkan larutan ekstrak dan larutan baku dengan jarak yang sama

Isi Chamber dengan 20 mL campuran n-butanol, asam asetat, dan air (4:1:5) dan
tunggu sampai chamber jenuh
PROSEDUR
PENGUJIAN Kembangkan plat dalam chamber yang mengandung 20 mL
KUALITATIF campuran n-butanol, asam asetat, dan air (4:1:5)

Keringkan plat dan lihat dibawah sinar UV, hitung Rf dan bandingkan.

Untuk pengujian warna pada spot plat, tempatkan plat dalam chamber jenuh yang
mengandung uap amonia. Hasil positif ditunjukan dengan perubahan warna
menjadi kuning pekat

(Kemenkes RI, 2014)


DATA
PENGAMATAN
DATA
PENGAMATAN
DATA
PENGAMATAN
DATA
PENGAMATAN
DATA
PENGAMATAN
DATA
PENGAMATAN
HASIL KURVA
BAKU
PERHITUNGAN
◦ Kromatografi lapis tipis termasuk analisis kualitatif yang
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan
senyawa kuersetin dalam sampel ekstrak daun jati belanda
◦ Kuersetin memiliki kepolaran yang tinggi karena merupakan
senyawa polifenol dengan 5 gugus hidroksi (-OH)
◦ Fasa gerak pada KLT disesuaikan dengan sifat kelarutan
senyawa yang hendak dianalisis, berupa pelarut campuran
PEMBAHASAN yang bersifat polar, terdiri dari n-butanol, asam asetat, dan
air (4:1:5)
◦ Fasa diam berupa plat silika gel yang bersifat non polar
◦ Fasa gerak harus dijenuhkan untuk membuat kondisi pelarut yang
ada di chamber sama dan proses elusi dapat berlangsung dengan
baik dan cepat
◦ Kejenuhan fasa gerak ditandai dengan suhu chamber yang hangat,
terdapat uap di penutup chamber, atau dapat dillihat dengan
menaruh kertas saring yang dijepit di penutup chamber dan akan
terlihat basah
◦ Penotolan sampel dan baku menggunakan pipa kapiler untuk
menghindari terbentuknya spot yang tidak bulat dan akan
PEMBAHASAN mengganggu proses pengukuran Rf dengan jarak 1 cm agar spot
tidak bercampur
◦ Sampel akan semakin terbawa oleh fasa gerak apabila kepolaran
sampel dengan fasa gerak semakin dekat atau sama
◦ Nilai Rf dikatakan baik berkisar antara 0,2 – 0,8 dan apabila Rf
sampel dengan baku mirip, maka keduanya memiliki karakteristik
yang sama
◦ Nilai Rf dikatakan baik berkisar antara 0,2 – 0,8 dan apabila
Rf sampel dengan baku mirip, maka keduanya memiliki
karakteristik yang sama
◦ Hasil yang didapat yaitu nilai Rf ekstrak >0,8. Hal ini
disebabkan oleh fasa gerak yang digunakan polar dan sampel
yang digunakan juga sangat polar. Sebaiknya kepolaran
sampel dan fasa gerak sama, sehingga disarankan untuk
mengganti kombinasi fasa gerak agar hasil yang didapat
PEMBAHASAN lebih akurat
◦ Kadar flavonoid total sebagai kuersetin diuji dengan metode
kolorimetri, yaitu pembentukan senyawa kompleks
aluminium klorida dengan kuersetin
◦ Etanol digunakan sebagai pelarut karena berdasarkan
literatur menunjukkan bahwa kandungan zat aktif daun jati
belanda lebih mudah tertarik ke dalam etanol dibandingkan
air
◦ Pengocokan selama 30’ bertujuan agar zat aktif dalam ekstrak
terdistribusi secara merata sehingga dapat larut sempurna
◦ Larutan baku kuersetin digunakan sebagai pembanding dalam
pembuatan kurva baku yang syaratnya harus terdapat regresi linear
◦ Regresi liner berfungsi untuk mengetahui hubungan atau pengaruh
antara variabel bebas dengan variabel terikat
◦ Kurva baku yang baik memiliki nilai regresi sebesar 0,999 hingga 1 dan
minimal 0,996
PEMBAHASAN ◦ Absorbansi maksimal terjadi pada panjang gelombang maksimal yaitu
sebesar 438 nm yang dapat menyerap warna biru hasil dari
pembentukan kompleks aluminium klorida dengan kuersetin
◦ Didapatkan persamaan dari kurva baku yaitu y=0,0231x + 0,008
dengan nilai rata-rata kadar flavonoid total sebesar 0,0018%
Pada praktikum kali ini didapatkan kadar total rata-rata
flavonoid pada ekstrak daun jati belanda sebesar 0,0018%.
Kadar yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur pada
KESIMPULAN Farmakope Herbal Indonesia, dimana dituliskan bahwa kadar
flavonoid pada ekstrak daun jati belanda yaitu tidak kurang
dari 3,2 %.
Asip, F., Mardhian R., dan Husna. 2008. Uji Efektivitas Cangkang Telur
dalam Mengadsorpsi ion Fe dengan proses Batch. Jurnal Teknik Kimia.
5(2): 2226
Azizah, D.N., Endang K., Fahrauk F. 2014. Penetapan Kadar Flavonoid
Metode AlCl3 pada Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao (Theobroma
cacao L.). Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol 2(2)
Cahyanta, Agung Mr. 2016. Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun
Pare Metode Kompleks Kolori dengan Pengukuran Absorbansi secara
Spektrofotometri. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 5 (1) : 58 – 61.
DAFTAR PUSTAKA Cairns, D. 2004. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: EGC.
Gandjar, I. G dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gandjar, I. G dan Rohman A. 2018. Spektroskopi Molekuler untuk Analisis
Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.
Jusuf, E. 2010. Kandungan Kuersetin pada Pola Proteomik Varietas Jambu
Batu (Psidium guajava L.) Tumbuh Liar di Kawasan Cibinong. Jurnal
Biologi. Vol 10(3): 5-13.
Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2017. Suplemen Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Leba, M. A. U. 2017. Ektraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta:
Deepublish.
Lestari, F. 2009. Bahaya Kimia: Sampling dan Pengukuran Kontaminan
Kimia di Udara. Jakarta: EGC.
Li, et al. 2006. Preparation of Alumina Membrane from Aluminium Chloride.
DAFTAR PUSTAKA Journal of Membrane Science. 275: 6-11.
Makfoeld, D. 2002. Kamus Istilah Pangan & Nutrisi. Yogyakarta: Kanisius.
Neldawati, Ratnawulan dan Gusnedi. 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam
Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
Pillar of Physics. Vol. 2 : 76-83.
Permana, R. J., Cherry A., dan Rosnaeni. 2016. The Effect of Jati Belanda
Leavess (Guazuma ulmifolia Lamk.) Ethanol Extract on Microscopic
Features of Atherosclerosis Animal Model’s Aorta. Journal of Medicine
& Health. Vol 1(4): 1-14.

Anda mungkin juga menyukai