Anda di halaman 1dari 10

PERCOBAAN V

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui prinsip dasar kromatografi lapis tipis
2. Melakukan kromatografi lapis tipis komponen kimia dari bahan alam

B. TEORI UMUM
Kromatografi merupakan suatu metode yang digunakan untuk
memisahkan campuran komponen. Pemisahan campuran komponen tersebut
didasarkan pada distribusi komponen pada fase gerak dan fase diamnya.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) biasanya digunakan untuk tujuan analisis
kualitatif, analisis kuantitatIf dan preparatif. Suatu sistem KLT terdiri dari
fase diam dan fase gerak (Jayanti dkk., 2015).
Kromatografi lapis tipis termasuk jenis kromatografi padat-cair yang
banyak digunakan untuk proses pemisahan karena menggunakan peralatan
yang sederhana sehingga tidak membutuhkan biaya yang tinggi, selain itu
hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk analisis. Kromatografi
lapis tipis juga dapat digunakan untuk memisahkan banyak senyawa mungkin
sampai mencapai 60 sampel per pelat sehingga sampai saat ini masih terus
digunakan sebagai teknik pemisahan (Rachman, 2017).
Prinsip dari KLT di mana suatu analit bergerak melintasi lapisan fase
diam di bawah pengaruh fase gerak, yang bergerak melalui fase diam.
Semakin polar suatu senyawa fase gerak, semakin besar partisi ke dalam fase
diam gel silika, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan fase gerak untuk
bergerak menyusuri plat sehingga semakin pendek jarak tempuh senyawa
tersebut menaiki plat dalam waktu tertentu (Syahmani, 2017).
Metode kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu metode
yang diharapkan dapat digunakan untuk penentuan kadar suatu senyawa,
karena relatif sederhana, tidak mahal dan bila menggunakan fase gerak yang
cocok dapat memisahkan senyawa tersebut dari senyawa lain yang terdapat
dalam sampel tersebut (Hilmi dkk., 2013).
Pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan
beberapa kali menggunakan beberapa eluen dengan tingkat kepolaran yang
berbeda untuk mendapatkan pelarut yang mampu memberikan pemisahan
yang baik serta noda zat warna yang bagus. Bercak pada plat KLT dimonitor
di bawah lampu UV 254 nm dan UV 365 nm. Penentuan golongan senyawa
pada uji KLT dilakukan dengan penyemprotan plat KLT dengan beberapa
pereaksi (Alen dkk., 2017).
Kecombrang merupakan salah satu family Zingiberacea dan
merupakan tanaman asli Indonesia. Buah wualae dikenal dengan nama wualae
oleh masyarakat di daerah Konawe Sulawesi tenggara sebagai bahan
penyedap masakan. Selain itu secara empiris di kabupaten Kolaka Utara
Sulawesi tenggara buah wualae juga digunakan sebagai obat dalam
pemulihan penyakit demam tifoid. Wualae mengandung senyawa bioaktif
seperti polifenol, alkaloid, flavonoid, steroid, saponin dan minyak atsiri
(Wahyuni dkk., 2017).
Buah dan daun merupakan salah satu komponen yang terdapat pada
tanaman wualae (Etlingera elatior) yang memiliki kandungan fenolik
didalamnya. Hal inilah yang mendasari dilakukannya penelitian pada buah
dan daun wualae (Etlingera elatior) yang merupakan bagian tanaman ini yang
paling sering dimanfaatkan. Sejumlah tanaman obat yang mengandung
flavonoid telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri,
antivirus, antiradang, antialergi, dan antikanker (Ahmad, 2015).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat-alat yang di guanakan dalam percobaan ini adalah:
a) Chamber KLT
b) Pipa kapiler
c) Penyemprot KLT
d) Lampu UV 254/366
e) Gelasukur
2. Bahan
Bahan-bahan yang di gunakan dalam percobaan ini adalah :
a) Pelarut organic
b) Ekstrak sampel
c) Pelat KLT GF254
d) Asamsulfat 10%
e) Kertas Saring
D. PROSEDUR KERJA

PersiapanLempeng KLT
Dan Sampel

- Diaktifkan lempeng KLT pada oven suhu 105-


1100C selama 1 jam
- Digunting lempeng sesuai ukuran yang di
kehendaki (biasanya 2x 8 cm)
- Di tandai batas bawah lempeng dengan pensil
pada jarak 1 cm dan 0,5 cm pada batas atas
- Di larutkan sampel dengan pelarut yang cocok
sampai diperoleh kepekatan yang sesuai
(jangan terlalu encer atau pekat)
- Dimasukkan fase gerak/eluen kedalam
chamber sampai kira-kira ketinggian kurang
dari 1cm
- Di jenuhkan chamber dengan kertas saring

Hasil pengamatan ?
Identifikasi KLT

- Ditololkan ekstrak sampel pada batas bawah


lempeng dengan menggunakan pipa kapiler.
Ulangi beberapa kali sampai sampel yang
ditololkan cukup jumlahnya
- Dimasukkan kedalam chamber yang telah
dijenuhkan dengan eluen
- Dibiarkan lempeng terelusi sampai batas atas,
kemudian angkat dan keringkan
- Diamati noda yang muncul dengan
menggunakan penampakan lampu Uv 254-
366 nm H2SO4 10%
- Dicatat warna noda yang muncul dan hitung
nilai Rfnya

Hasil pengamatan ?
E. HASIL PENGAMATAN
No. Sampel UV 354 UV 366

1. Ekstrak buah
kecombrang
(perbandingan
5:5)

2. Ekstrak buah
kecombtrang
(perbandingan
9:1)
F. PEMBAHASAN
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran
menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja
berdasarkan prinsip ini. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium
tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara
dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan
komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen
campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal.
Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih
cepat.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari
suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen
sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerja dari pemisahan sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat
silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin
dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen.
Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan
semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
Prinsip dari KLT di mana suatu analit bergerak melintasi lapisan fase
diam di bawah pengaruh fase gerak, yang bergerak melalui fase diam.
Semakin polar suatu senyawa fase gerak, semakin besar partisi ke dalam fase
diam gel silika, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan fase gerak untuk
bergerak menyusuri plat sehingga semakin pendek jarak tempuh senyawa
tersebut menaiki plat dalam waktu tertentu
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui prinsip dasar dari
kromatografi dan mengetahui komponen senyawa kimia dengan kromatografi
dari bahan alam. Sampel yang digunakan yaitu ekstrak buah kecombrang yang
ditotolkan pada lempeng silica gel dan di elusi menggunakan eluen pada
perbandingan 5:5 dan 9:1, lalu dipaparkan silika gel G-254 dibawahsinar UV
254 untuk melihat totol guna untuk mendapatkan nilai Rf.
Hasil yang di peroleh dari percobaan ini yaitu pada perbandingan 5:5
di peroleh bercak noda yang bagus, sedangkan pada perbandingan 9:1 di
peroleh hasil yang tidak bagus yaitu tidak terdapat bercak noda pada plat. Hal
ini dikarenakan adanya kesalahan pada saat mentotol atau ketidak jenuhan
dari eluen banding 9:1.

G. KESIMPULAN
Kesimpulan pada percobaan ini adalah :
Hasil yang di peroleh dari percobaan ini yaitu pada perbandingan 5:5
di peroleh bercak noda yang bagus, sedangkan pada perbandingan 9:1 di
peroleh hasil yang tidak bagus yaitu tidak terdapat bercak noda pada plat. Hal
ini dikarenakan adanya kesalahan pada saat mentotol atau ketidak jenuhan
dari eluen banding 9:1.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A. R., Juwita, Siti Afrianty D. R. Dan Abdul Malik, 2015, Penetapan Kadar
Fenolik dan Flavonoid Total Ekstrak Metanol Buah dan Daun Patikala
(Etlingera elatior (Jack) R.M.SM), Pharm Sci Res, Vol. 2(1).

Alen, Y., Fitria L. A., Yori Y., 2017, Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan
Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Rebung Schizostachyum
brachycladum Kurz (Kurz) pada Mencit Putih Jantan, Jurnal Sains
Farmasi & Klinis, Vol. 3 (2).

Hilmi, A., Sudjarwo., Asri D., 2013, Validasi Metode Kromatografi Lapis Tipis
Densitometri Untuk Penetapan Kadar Kolkisin dalam Infus Daun
Kembang Sungsang (Gloriosa superba Linn), Berkala Ilmiah Kimia
Farmasi, Vol. 2 (2).

Jayanti, R., Hilda A., Yani L., 2015, Analisis Kualitatif Bahan Kimia Obat (BKO)
Glibenklamid dalam Sediaan Jamu Diabetes yang Beredar Dipasaran,
Prosiding Penelitian Spesia Unisba, ISSN 2460-6472.

Rachman S.D., Zakiyah M., R. Ukun M.S. S., 2017, Alga Merah (Gracilaria
Coronopifolia) Sebagai Sumber Fitohormon Sitokinin Yang Potensial,
Chimica Et Natura Acta,Vol. 5(3)

Syahmani, Leny, Rilia Iriani, Dan Noor Elfa, 2017, Penggunaan Kitin Sebagai
Alternatif Fase Diam Kromatografi Lapis Tipis Dalam Praktikum Kimia
Organik, Jurnal Vidya Karya,Vol. 32(1).

Wahyun, Muh.Hajrul M., Adryan F., Muhammad Ilyas Y. Dan Sahidin, 2017, Potensi
Imunomodulator Ekstrak Etanol Buah Kecombrang (Etlingera Elatior
(Jack) R.M.Smith) Terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag Mencit
Jantan Galur Balb/C, Pharmacon jurnal Ilmiah Farmasi, Vol. 6(3).

Anda mungkin juga menyukai