Tujuan Percobaan
Mengisolasi kurkumin dari rimpang kunyit dengan cara pemanasan
atau Refluks.
Menentukan nilai Rf kurkumin dengan cara Kromatografi Lapis
Tipis (KLT).
Memurnikan kurkumin dari rimpang kunyit dengan cara
Kromatografi Kolom (KK).
Menguji kemurnian kurkumin dengan cara KLT preparatif.
Maserasi
Maserasi digunakan untuk nenyari zat aktit yang mudah larut dalam
cairan penyari, tidak mengandung stirak, benzoin dan lain-lain. Maserasi
pada umumnya dilakukan dengan cara merendam 10 bagian serbuk
simplisia dalam 75 bagian cairan penyari (pelarut). (Ditjen POM, 1986).
Perkolasi
Sokletasi
Digesti
Infus
Dekok
Alat Bahan
V. Prosedur Percobaan
yang diperoleh lalu dipekatkan melalui proses distilasi pada penangas air
Kromatografi Kolom
menggunakan 15 gram silika gel dan eluen CH2Cl2 : MeOH = 99:1 dengan
tinggi kolom berkisar antara 15-20 cm. Selanjutnya, sebanyak 0,3 gram
MeOH = 99:1 dan kemudian diteteskan secara perlahan pada bagian atas
a) Pengamatan
Hasil percobaan
Rimpang kunyit kering +
Menghasilkan warna larutan ,
diklorometana kemudian di
menjadi kuning pekat
refluks
Hasil refluks disaring dengan Menghasilkan ekstrak cair kurkumin
Kromatografi Kolom
Tidak didapat data atau hasil percobaan
b) Perhitungan
jarak noda
Rf =
jarak eluen
0,5 3,3
Rf 1 = = 0,11 Rf 5 = = 0,73
4,5 4,5
1,75 3,8
Rf 2 = = 0,39 Rf 6 = = 0,84
4,5 4,5
2,7 4,4
Rf 3 = = 0,6 Rf 7 = = 0,98
4,5 4,5
3,3
Rf 4 = = 0,67
4,5
(%) Rendemen
Berat simplisia = 20 g
1,7−0,686
(%) Rendemen = X 100 % = 5,07 %
20
VII. Pembahasan
Pada Percobaan ini , dilakukan isolasi senyawa kurkumin dari kunyit
aktif yaitu kurkumin dan senyawa lain yaitu bisdesmetoksi kurkumin dan
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Suhu refluks yang digunakan
tidak terlalu tinggi agar tidak menghambat proses ekstrasi sehingga semua
cenderung bersifat non polar. Kurkumin memiliki sifat semi polar tapi lebih
ke non polar sehingga penggunaka DCM tepat untuk melarutkan kurkumin.
saring dengan vacum , agar terpisah antara ekstrasi dengan ampas kunyit.
Diambil filtrat pada tabung, lalu di evaporasi dengan alat evaporator. Fungsi
chamber .Eluen yang digunakan untuk proses elusi terdapat dua jenis yaitu
eluen yang lebih polar dan eluen yang kurang polar. Hal ini dimaksudkan
lapis tipis. Larutkan ekstraksi yang sudah didapat dengan sedikit eluen ,
kemudian di totolkan pada plat KLT yang sudah diberi tanda batas dari
pipa kapiler ,dilakukan sebanyak 3 kali penotolan agar tidak terlalu pekat
saat dielusi. Setelah chamber jenuh maka dimasukan plat KLT ke chamber.
Ditunggu elusi sampai tanda batas, dari hasil elusi diperoleh 9 spot noda.
bisa dipilih 3 noda yang memiliki nilai Rf yang bagus berkisar antara 0,2-
dan bis-demestoksikurkumin.
Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar
akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang
rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi,
(Ewing Galen Wood, 1985). Tetapi hal ini bisa terjadi kesalahan karena
nilai Rf tergantung pada sifat polar pelarut yang digunakan , sifat polar dari
fase diam , sifat polar sampel dan kondisi percobaan. (Bidlingmayer, 1987)
Kromatografi kolom digunakan untuk menguji kemurnian suatu
kolom terbagi menjadi 2 yaitu untuk metode kering, kolom pertama diisi
dengan kering fase diam bubuk, diikuti dengan penambahan fase mobile.
Metode basah, sebuah bubur disiapkan dari eluent dengan fase diam bubuk
biasanya ditutupi dengan lapisan pasir kecil atau dengan kapas atau wol
memajukan bahan organik (Gritter RJ, Bobbit JM, Arthur SE. 1991).
basah. Disiapkan silica gel yang dilarutkan dengan eluen CH2Cl2 : MeOH
(99:1). Silica gel dan eluen diaduk terus menerus agar tetap homogen dan
eluen yang digunakan sampai silica gel tidak mengendap dan kering.
menyaring dan menahan silika gel. Silika yag dilarutkan eluen dimasukan
ke dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit , dengan kran kolom
gelembung udara bisa dipadati oleh silika. Setelah silika gel memadat, eluen
tidak boleh dibiarkan sampai habis agar silica tidak kering dan tidak terjadi
retak didalam kolom. Selain itu, agar proses pemisahan zat berjalan optimal.
Sampel dimasukkan berlahan dan sedikit pada dinding kolom agar tidak
zat aktif yang dipisahkan. Semakin pekat warna, maka semakin banyak zat
adalah senyawa non polar, terbukti bahwa dia tidak berikatan terlalu lama
dengan fasa diam silika gel. Sedangkan komponen berwarna oranye yang
VIII. Kesimpulan
Hasil Refluks didapat ekstrak kasar rimpang kunyit dengan
rendemen 5,07%
Hasil KLT yang didapat mempunyai 7 spot dengan nilai Rf yang
berbeda beda
Kromatografi Kolom tidak terlaksana dengan baik dikarenakan
keterbatasan waktu dan alat praktikum
KLT preparatif tidak dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, peyne, 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan
Obat”. Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas.
Bidlingmayer, Bryan A. 1987. “Preparative Liquid Chromatograph”.
Elsevier Publishing Company Inc. Amsterdam.
Chattopadhyay, I., Biswas, K., Bandyopadhyay, U. and Banerjee, R.K.
(2004). Tumeric and Curcumin: Biological actions ans medicinal
applications. Current Science. 87 (1) : 44 - 53.
Chearwae, W., Anuchapreeda, S., Nandigama, K., Ambudkar, S. V., dan
Limtrakul, P. (2004). “Biochemical mechanism of modulation of
human P-glycoprotein (ABCB1) by curcumin I, II, and III purified
from Turmeric powder”. Biochemical Pharmacology 68.
Clark, Jim. 2007. Kromatografi Lapis Tipis. "http://chem-is-try.org”
diakses pada tanggal 8 Juni 2016 pukul : 01.23 WIB